Anda di halaman 1dari 26

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi Tumor Paru


Tumor adalah kondisi pertumbuhan sel yang tidak normal sehingga
membentuk suatu lesi atau dalam banyak kasus membentuk benjolan di bagian
tubuh (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Tumor adalah suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal dalam
tubuh yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti keganasan dan infeksi.
Tumor paru merupakan tumor pada jaringan paru yang bersifat jinak ataupun
ganas. Tumor ganas paru merupakan tumor yang berasal dari tumor ganas
epitel primer saluran pernafasan yang menginvasi struktur jaringan
disekitarnya dan dapat menyebar keseluruh tubuh melalui aliran darah dan
sistem limfatik. (Siregar, 2015).

B. Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari tumor paru belum diketahui, tetapi
ada beberapa faktor yang bertanggung jawab dalam peningkatan insiden
kanker paru :
a. Merokok.
Tidak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan
statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari
dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik).
Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari
pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya
dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan
perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah
ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit
hewan, menimbulkan tumor.
b. Radiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 %
meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif
dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
c. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan
karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja
pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja
dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
d. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang
lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah
diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di
kota.
e. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam
kanker paru, yakni :
1. Tumor suppressor gene.
2. Proton oncogen.
3. Gene encoding enzyme.
f. Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan
vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru (Lewis,
2014).

C. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra
(Smeltzer, 2010).
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi (Batticaca, 2008).
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka (Muttaqin, 2011).

D. Klasifikasi
1. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel
termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara
khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan
menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui
beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah
bening hilus, dinding dada dan mediastinum (Muttaqin, 2011).
2. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini
timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.
Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan
sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe
hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ
distal (Muttaqin, 2011).
3. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local
pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas
melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis
tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang
jauh (Muttaqin, 2011).
4. Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel –
sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh
(Muttaqin, 2011).

E. Manifestasi Klinis
a. Gejala awal.
Stridor local, mengi (wheezing), dan dispnea ringan yang mungkin
disebabkan oleh obstruksi bronkus.
b. Gejala umum.
1. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
2. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
3. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan

F. Komplikasi

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
a. Sesak napas
b. Batuk darah
c. Rasa nyeri akibat penyebaran kanker
d. Penumpukan cairan di dada (efusi pleura)
e. Penyebaran kanker ke oragna tubuh lainnya (metastasis)
f. Kematian (Alodokter, 2016).

G. Pemeriksaan Dianostik
a. Radiologi.
1. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan lateral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium.
1. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
3. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
c. Histopatologi.
1. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2. Biopsi Trans Torakal (TTB).

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
4. Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
5. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
d. Pencitraan.
1. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

H. Penatalaksanaan
1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru
lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru-paru yang tidak terkena
kanker (Smeltzer, 2013).
a. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
b. Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi
bisa diangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis
bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
d. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari
permukaan paru-paru berbentuk baji (potongan es).
f. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan-bahan fibrin dari pleura viscelaris
2. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan
kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap
pembuluh darah/ bronkus.
3. Kemoterapi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan
tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan
rutin,dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
2. Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava). Bunyi jantung : gesekan pericardial
(menunjukkan efusi). Takikardi/ disritmia. Jari tabuh.
3. Integritas ego.
Gejala : Perasaan takut. Takut hasil pembedahan Menolak kondisi yang
berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4. Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil). Peningkatan
frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid)
5. Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan. Kesulitan menelan. Haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut). Edema
wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/
periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil). Glukosa
dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
6. Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
posisi. Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau
adenokarsinoma). Nyeri abdomen hilang timbul.
7. Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum. Nafas pendek Pekerja yang terpajan polutan, debu
industry Serak, paralysis pita suara. Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja Peningkatan fremitus taktil
(menunjukkan konsolidasi) Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi
(gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea
( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
8. Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma). Kemerahan,
kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
9. Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel
besar). Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
10. Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis.
Kegagalan untuk membaik.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
Kode : D.0077
a. Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.
b. Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis (mis.inflamasi, iskemis,neoplasma).

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
2) Agen pencedera kimiawi (mis.terbakar,bahan kimia iritan).
3) Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan.
c. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
- Mengeluh nyeri
2) Objektif
- Tampak meringis
- Bersikap protektif
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
d. Kondisi Klinis Terkait
- Kondisi pembedahan
- Cedera traumatis
- Infeksi
- Sindrom koroner akut
- Glaukoma
2. Intoleran aktivitas
Kategori : Fisikologis
Subkategori : Aktivitas dan Istirahat
Kode : D.0056
a. Definisi
Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
c. Gejala dan tanda mayor
Subyektif : Mengeluh Lelah
Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.
d. Gejala dan tanda minor
Subyektif :
- Dispnea saat/setelah aktivitas
- Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
- Merasa lemah
Objektif :
- Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
- Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktiivitas
- Gambaran EKG menunjukkan iskemia
- Sianosis
| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii
Makassar
e. Kondisi klinis terkait
1) Anemia
2) Penyakit jantung koroner
3) Gagal jantung kongestif
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis
7) Gangguan metabolic
8) Gangguan muskuloskeletal
3. Pola Nafas Tidak Efekif
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Kode : D.0005
a. Definisi
Inspirsai dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
b. Penyebab
1) Depresi pusat pernafasan
2) Hambatan upaya nafas (mis.nyeri saat bernafas, kelemahan otot
pernafasan)
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuscular
6) Gangguan neurologis (mis.elektroensefalogram posistf,cedera
kepala,gangguan kejang)
7) Imatunitas neurologis
8) Penurunan energi
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11) Sindrom hipoventilasi
12) Kerusakan inevarsi diafragma
13) Cedera pada medulla spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan
c. Tanda dan gejala mayor
Subjektif : Dispnea
Objektif :
- Penggunaan otot bantu pernafsan
- Fase ekspirasi memanjang
- Pola nafas abnormal (mis.takipnea,bradipnea,hiperventilasi)
d. Kondisi klinis terkait
1) Depresi sistem saraf pusat
2) Cedera kepala
3) Trauma thoraks
4) Gullian barre syndrome
| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii
Makassar
5) Multiple sclerosis
6) Myasthenia gravis
7) Stroke
8) Kuadriplegia
9) Intoksikasi alcohol

4. Ansietas
Kategori : Psikologis
Subkategori : Integritas Ego
Kode : D.0080 (SDKI, 2017).
a. Definisi
Kondisi emosi dan pengalama subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
b. Penyebab
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisis maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Ancaman terhadap kematian
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan
7) Disfungsi system keluarga
8) Hubungan orang tua – anak tidak memuaskan
9) Faktor keturunan (tempramen mudah teragitasi sejak lahir)
10) Penyalahgunaan zat
11) Terpapar bahaya lingkungan (mis.toksin,polutad, dn lain-lain)
12) Kurang terpapar informasi
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
- Merasa bingung
- Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
- Sulit berkonsentrasi
Objektif :
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Sulit tidur
d. Kondisi klinis terkait
1) Penyakit kronis progresif (mis.kanker, penyakit autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang
| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii
Makassar
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif
a. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten
b. Gejala dan tanda mayor
Objektif :
1) Batuk tidak efektif
2) Tidak mampu batuk
3) Sputum berlebih
4) Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
5) Mekonlum di jalan napas (pada neonatus)
c. Gejala dan tanda minor
Subjektif :
1) Dispnea
2) Sulit bicara
3) Ortopnea
Objektif :
1) Gelisah
2) Sianosis
3) Bunyi napas menurun
4) Frekuensi napas berubah
5) Pola napas berubah
d. Kondisi klinis terkait
1) Gullian bare syndrome
2) Sklerosis multiple
3) Myasthenia gravis
4) Prosedur diagnostik (mis.bronkoskopi, transesophageal
echocardiography [TEE])
5) Depresi sistem saraf pusat
6) Cedera kepala
7) Stroke
8) Kuadriplagia
9) Sindrom aspirasi meconium
10) Infeksi saluran napas
11) Asma
6. Defisit Nutrisi
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
b. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: tidak tersedia
Objektif: Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
c. Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif:
| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii
Makassar
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/Nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif :
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
d. Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Parkinson
3. Monius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromukular
9. Luka baka
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut
Manajemen Nyeri :
Intervensi Keperawatan (PPNI, 2018) :
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respon nyeri non verbal
d) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i) Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Terapeutik
a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri( mis.hipnosis,akupresur, terapi musik,terapi pijat,
aromaterapi,terknik imajinasi terbimbing, kompres hangat atau dingin).
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional :
a) Mengetahui daerah nyeri, kualitas, kapan nyeri dirasakan, faktor
pencetus, berat ringannya nyeri yang dirasakan.
b) Untuk mengajarkan pasien apa bila nyeri timbul
c) Untuk mengurangi rasa nyeri
d) Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
e) Mengalihkan rasa nyeri yang dirasakan pada pasien.
2. Intoleransi Aktivitas
Manajemen Energi :
a. Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola dan jam tidur
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
b. Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Cahaya,suara,kunjungan).
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
3)Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4)Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan.
c. Edukasi
1)Anjurkan tirah baring
2)Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3)Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4)Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.
3. Pola Nafas Tidak Efektif
Reduksi Pola Nafas Tidak Efektif:
Pemantauan Respirasi
a. Observasi
1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
2) Monitor pola napas
3) Auskultasi bunyi nafas
4) Monitor adanya produksi sputum
5) Monitor kemampuan batuk efektis
b. Terapeutik
1) Atur interval pemantau respirasi sesuai
kondisi pasien
2) Dokumentasikan
c. Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2) Informasikan hasil pemantauan

4. Ansietas
Reduksi ansietas :
a. Observasi
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.kondisi,waktu,stressor)
2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
b. Terapeutik
1) Ciptakan suasan terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
3) Pahami situasi yang membuat ansietas
4) Dengarkan dengan penuh perhatian
5) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6) Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
7) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
8) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan dating
c. Edukasi
1) Jelaskan prosedur, termasuk sensais yang mungkin dialami
2) Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan dan
prognosis
3) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
4)Anjurkan mengungkapka perasaan dan persepsi
5)Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
6)Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
7)Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
8) Latih teknik relaksasi
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam pemenuhan kebutuhan
pasien tercukupi dengan kriteria hasil:
1) Batuk efektif meningkat
2) Produksi sputum menurun
3) Dispnea menurun
b. Intervensi dan rasional
Manajemen jalan napas
1) Observasi :
a) Monitor pola nafas
b) Monitor bunyi napas tambahan
2) Terapeutik :
a) Posisikan semi fowler atau fowler
b) Berikan minum hangat
c) Berikan oksigen, jika perlu
| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii
Makassar
3) Edukasi :
a) Ajarkan teknik batuk efektif
4) Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
6. Defisit nutrisi
a. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan
pemenuhan kebutuhan pasien tercukupi dengan kriteria hasil :
1. Porsi makanan yang dihabiskan cukup meningkat.
2. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi cukup meningkat.
3. Nyeri abdomen cukup menurun.
4. Berat Badan Indeks Massa Tubuh (IMT) :
a. Frekuensi makan cukup membaik
b. Nafsu Makan cukup membaik
b. Intervensi keperawatan dan rasional
Manajemen Nutrisi :
1. Observasi :
a. Identifikasi status nutrisi
Rasional: Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status
nutrisi pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang diberikan.
b. Identifikasi makanan yang disukai
Rasional: membantu pasien untuk memenuhi asupan nutrisi
c. Monitor asupan makanan
Rasional: untuk mengetahui jumlah yang masuk dan jumlah yang
keluar.
2. Terapeutik
a. Lakukan oral hygnel sebelum makan
Rasional: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk
Rasional: Posisi duduk memberikan pasien perasaan nyaman saat
makan.
3. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antimetic).
Rasional: Antiemetik dapat digunakan sebagai terapi farmakologis
dalam manajemen mual dengan menghambat sekres asam lambung

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
b. Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
Rasional: membantu pasien untuk memenuhi jumlah nutrisi dalam
tubuh
Manajemen Berat Badan :
1. Observasi
a. Monitor Berat Badan
Rasional: Pemantauan berat badan membantu dalam memantau
peningkatan dan penurunan status gizi
b. Monitor adanya mual muntah
Rasional: Mengurangi atau menghilangkan penyebab muntah.
2. Terapeutik
Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan
Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan.
3. Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau.
Rasional: Pemberian informasi yang tepat dapat membantu pasien
dalam menentukan makanan yang bergizi tinggi.

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
DAFTAR PUSTAKA

Siregar Annabell. 2015. Gambaran Ct Scan Tumor Paru Jinak & Ganas Pada
Pasien di Rsup Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara.
Alodokter. (2016). Mengenal Makna Prosedur CABG. Retrieved from Alodokter:
https://www.alodokter.com/mengenal-makna-prosedur-cabg
Bulechek, G. M., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam Bahasa Indonesia.
Singapore: Elsevier.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M., & Bucher, L. (2014). Medical-
surgical nursing (9 ed.). Missouri: Elsevier.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC) : Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi Kelima
Bahasa Indonesia. Singapore: Elsevier.
Muttaqin, A. (2011). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ,
Definisi dan Tindakan Keperawatan, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ,
Definisi dan Indikator Diagnostik, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia ,
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
Price, S. A., & Wilson, L. M. 2012. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2013. Buku ajar keperawatan medikal-bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
PENYIMPANGAN KDM

Bahan kimia, polusi udara, genetik, asap rokok

Bahan karsinogenik Iritasi mukosa bronkus Infark kronik


Hiperplasia membran
Mukosa bronkus Hipersekresi lendir Peradangan kronik

Pembentukan massa Batuk dan hemoptisis Peningkatan timbunan mukus


Sesak
Bersihan
Mestastasis ke kelenjar Bau sputum Jalan Nafas
Regional dimulut Pola nafas Tidak Efektif
tidak efektif

Anoreksi
Nyeri Obstruksi bronkus
BB turun
perubahan status Hipoventilasi
kesehatan Defisit nutrisi Tahanan bronkus

Ansietas
| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii
Makassar
Hiperekspansi

Dispnea

Pengeluaran energi

kelelahan

Intolerasni Aktivitas

KATA PENGANTAR
   
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat
segala nikmat iman, rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Tn. T dengan diagnose Tumor Paru Di Ruang Infection
Center Lantai 1 RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo”. Teriring pula salam dan
salawat kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan
para sahabatnya.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tentu ada kelemahan dan
kekurangan dalam laporan pendahuluan ini, Oleh karena itu, dari segenap
pembaca, penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk lebih meningkatkan
mutu penulisan selanjutnya.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 03 September 2019


Penyusun

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
Nurwahidah , S.Kep

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................

iii

BAB 1 KONSEP MEDIS.........................................................................................

A. Definisi..................................................................................................................

B. Etiologi..................................................................................................................

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
C. Patofisiologi...........................................................................................................

D. Manifestasi............................................................................................................

F. Komplikasi.............................................................................................................

G. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................

H. Penatalaksanaan....................................................................................................

BAB II KONSEP KEPERAWATAN.......................................................................

14

A. Pengkajian.............................................................................................................

14

B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul....................................................

14

C. Intervensi...............................................................................................................

19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

26

PENYIMPANGAN KDM........................................................................................

27

| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii


Makassar
| Nurwahidah (70900119011) Profesi Ners UIN Alaluddin iii
Makassar

Anda mungkin juga menyukai