KELOMPOK 2
Disusun oleh:
Jervis Sinto 1406531681
Maulina Cahya Indah S 1406531845
Merisa Aulia 1406531731
Muhammad Irfan Raharjo 1406604531
Stella Faustine L 1406564830
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat, karunia, dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktunya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada berbagai pihak yang telah mendukung dalam proses penyusunan makalah
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eny Kusrini dan Ibu Rita
Arbianti sebagai dosen pembimbing kelas Kimia Fisika. Makalah ini disusun
dalam rangka untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kimia Fisika mengenai
Kesetimbangan Kimia.
Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis susun ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan agar dapat membuat makalah yang lebih baik dari sebelumnya di masa
mendatang. Penulis mengucapkan terima kasih yang telah membantu proses
pembuatan makalah ini. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai materi-materi yang terdapat dalam makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
2. Pembuatan Koloid....................................................................................................... 2
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 39
iii
BAB I
DASAR TEORI
Bagian A: Koloid
1
2. Pembuatan Koloid
Dalam proses pembuatannya, koloid mampu dibuat baik secara manual
maupun alami yang terdiri dari berbagai macam cara, seperti:
a. Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara
menggumpalkan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan
larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
Contoh: AgNO3 (aq) + NaCl (aq) —> AgCl (s) + NaNO3 (aq)
2) Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat
dibuat dengan mereaksikan suatu zat dengan air.
Contoh: AlCl3 (aq) + H2O (l) —> Al(OH)3 (s) + HCl (aq)
3) Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.
4) Reaksi Pergeseran
Contoh: Pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S kedalam
larutan H3AsO3 encer pada suhu tertentu.
2
b. Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan
memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid,
pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.
Ada 3 cara dalam pembuatan koloid dengan dispersi, yaitu secara mekanik,
peptisasi, dan Busur Bredig.
3. Penjernihan Air
Penjernihan air adalah proses pengolahan air kotor menjadi bersih dan sehat.
Proses penjernihan/penyediaan air bersih merupakan proses perubahan sifat fisik,
kimia dan biologi air agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum.
Tujuan dari kegiatan pengolahan air minum adalah sebagai berikut:
1. Menurunkan kekeruhan.
2. Mengurangi bau, rasa dan warna.
3. Menurunkan dan mematikan mikroorganisme.
4. Mengurangi kadar bahan-bahan yang terlarut dalam air.
5. Menurunkan kesadahan.
6. Memperbaiki derajat keasaman (pH).
Syarat-syarat kualitas air yang harus dipenuhi diantaranya:
a. Syarat fisik, antara lain:
Air harus bersih dan tidak keruh.
Tidak bewarna.
Tidak berasa.
Tidak berbau.
Suhu antara 100-250 C (sejuk).
b. Syarat kimia, antara lain :
Tidak mengandung bahan kimia yang mengandung racun.
Tidak mengandung zat-zat kimia yang berlebihan.
pH air antara 6,5 – 9,2.
Prinsip penjernihan air dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Prinsip penjernihan air secara fisika
Saringan kain katun
3
Saringan kapas
Saringan Pasir Lambat (SPL)
Saringan Pasir Cepat (SPC)
Gravity-Fed Filtering System
Saringan Arang
Saringan Air Sederhana
Pengendepan (sedimentasi)
2. Prinsip penjernihan air secara kimia
Aerasi
Metode koagulasi
Bagian B: Emulsi
1. Definisi Emulsi
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulsifier untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang
terdispersi dengan pendispersinnya tidak pecah atau keduanya tidak terpisah.
Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan
non-polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak
terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi
sebagai zat pengemulsi. Beberapa contoh emulsi yang lain adalah pembuatan es
krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin.
2. Komponen Emulsi
A. Komponen Dasar
Fase dispersi/fase internal/fase diskontinyu yaitu zat cair terbagi-bagi menjadi
butiran kecil kedalam zat cair lain.
Fase kontinyu/ fase eksternal yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi
sebagai bahan dasar (pendukung).
Emulgator adalah zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
B. Komponen Tambahan
Orodis
4
Colouris
Antioksidant: Asam askorbat, asam sitrat dll.
Preservatif: Asam benzoat, fenol, kresol, klorobutanol.
Semakin besar perbedaan densitas antara kedua fase, maka kedua fase akan
semakin sulit bercampur dan salah satu fasenya semakin sulit terdispersi. Kecilnya
perbedaan densitas antara dua fase dapat menurunkan laju creaming dan agregasi.
Semakin kecil perbedaan densitas dua fase, semakin stabil emulsi.
5
Viskositas fase pendispersi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu gaya yang menentukan
kestabilan emulsi adalah gaya tarik-menarik antar fase terdispersi (gaya Van Der
Waals). Semakin besar gaya tarik-menarik antar partikel fase terdispersi, maka akan
semakin membuat emulsi tidak stabil. Hal ini dikarenakan gaya tarik-menarik antar
partikel fase terdispersi akan meningkatkan laju agregasi dan coalescence.
4. Tipe-Tipe Emulsi
Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang
terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinyu yang berupa
air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31 –
41% sehingga emulsi o/w dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat
mudah dicuci.
6
5. Metode Destabilisasi Emulsi
a. Creaming
b. Flocculation
Flocculation diartikan sebagai proses dimana dua atau lebih droplet saling
menempel tanpa kehilangan identitas. Pada flocculation tidak terjadi penggabungan
butiran-butiran kecil menjadi butiran-butiran yang lebih besar.
c. Coalescence
Coalescence adalah proses ketika dua atau lebih droplet bergabung dan
membentuk droplet yang lebih besar.
d. Ostwald Ripening
Bagian C: Emulsifier
7
Gambar 1. Reaksi Pembentukan Monogliserida
8
permukaan menjadi hal menarik karena emulsifier memiliki keunikan struktur
kimia yang mampu menyatukan dua senyawa berbeda polaritasnya.
Daya kerja emulsifier mampu menurunkan tegangan permukaan yang
dicirikan oleh bagian lipofilik (non-polar) dan hidrofilik (polar) yang terdapat pada
struktur kimianya. Ukuran relatif bagian hidrofilik dan lipofilik zat pengemulsi
menjadi faktor utama yang menentukan perilakunya dalam pengemulsian.
Emulsifier apabila lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar)
maka dapat lebih membantu terjadinya dispersi minyak dalam air sehingga
terjadilah emulsi minyak dalam air (o/w), misalnya pada susu. Emulsifier yang
lebih larut dalam minyak (non-polar) menyebabkan terjadinya emulsi air dalam
minyak (w/o), contohnya pada mentega dan margarin.
Secara umum emulsifier dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
emulsifier alami dan emulsifier buatan.
1. Emulsifier Alami
Pengemulsi alami dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari alam.
a. Telur
Telur mengandung lipoprotein dan fosfolipid seperti lesitin yang dikenal
sebagai misel. Struktur misel pada lesitin tersebut adalah bagian yang membuat
emulsifier tersebut bekerja dengan baik.
b. Kuning dan putih telur
Gelatin dan albumin pada putih telur adalah protein yang bersifat sebagai
emulsifier dengan kekuatan biasa dan kuning telur merupakan emulsifier yang
paling kuat. Paling sedikit sepertiga kuning telur merupakan lemak, tetapi yang
menyebabkan daya emulsifier kuat adalah kandungan lesitin dalam bentuk
kompleks sebagai lesitin protein.
c. Gelatin
Gelatin adalah suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen
kulit, tulang atau ligamen (jaringan ikat) hewan yang bernilai gizi tinggi, terutama
tinggi akan kadar protein (khususnya asam amino) dan rendahnya kadar lemak.
Gelatin kering mengandung kira-kira 84 – 86 % protein, 8 – 12 % air dan 2 – 4 %
mineral. Dari 10 asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung
9
9 asam amino essensial, satu asam amino essensial yang hampir tidak terkandung
dalam gelatin yaitu triptofan.
Penggunaan gelatin sangatlah luas dikarenakan gelatin bersifat serba bisa,
yaitu bisa berfungsi sebagai bahan pengisi, pengemulsi (emulsifier), pengikat,
pengendap, pemerkaya gizi, sifatnya juga luwes yaitu dapat membentuk lapisan
tipis yang elastis, membentuk film yang transparan dan kuat, kemudian sifat penting
lainnya yaitu daya cernanya yang tinggi.
d. Kedelai
Kedelai sebagai bahan makanan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Di
antara jenis kacang-kacangan, kedelai merupakan sumber protein, lemak, vitamin,
mineral dan serat yang paling baik. Di dalam biji kedelai terdapat minyak yang
cukup tinggi, di samping air. Keduanya dihubungkan oleh suatu zat yang disebut
lecithin. Bahan inilah yang kemudian diambil atau diekstrak menjadi bahan
pengemulsi yang bisa digunakan dalam produk-produk olahan.
e. Lesitin
Lesitin (Fosfatidil Kolina) ialah suatu fospolipid yang menjadi komponen
utama fraksi fospatida pada ekstrak kuning tel atau kacang kedelai yang diisolasi
secara mekanik, maupun kimiawi dengan menggunakan heksana. Lesitin
merupakan bahan penyusun alami pada hewan maupun tanaman. Lesitin paling
banyak diperoleh dari kedelai. Penggunaan lesitin yang paling awal adalah pada
tahun 1890-an sebagai pengemulsi pada margarin, berupa kuning telur
(mengandung lesitin tinggi), dan fosfatida lainnya. Lesitin merupakan bagian
integral membran sel, dan bisa sepenuhnya dicerna, sehingga dapat dipastikan aman
bagi manusia. Lesitin digunakan secara komersil untuk keperluan pengemulsi
dan/atau pelumas, dari farmasi hingga bahan pengemas. Sebagai contoh, lesitin
merupakan pengemulsi yang menjaga cokelat dan margarin pada permen tetap
menyatu.
f. Tepung Kanji
Tepung kanji, tapioka, tepung singkong, atau aci adalah tepung yang
diperoleh dari umbi akar ketela pohon. Tepung kanji merupakan salah satu
emulsifier yang bagus untuk makanan. Tepung ini memiliki sifat-sifat fisik yang
hampir sama dengan tepung sagu sehingga penggunaan keduanya dapat
10
dipertukarkan. Emulsifier tepung kanji dapat menghasilkan tekstur yang lunak pada
zat terdispersi, selain itu juga menghasilkan butiran-butiran yang halus, serta dapat
menyatu dengan zat terdispersi. Tepung kanji adalah salah satu tepung yang tidak
membentuk gel. Gel yang terbentuk akan membuat bahan makanan tidak dapat
teraduk rata serta memiliki viskositas tinggi. Tepung ini sering digunakan untuk
membuat makanan dan untuk bahan perekat. Banyak makanan tradisional yang
menggunakan tepung kanji atau tapioka sebagai bahan bakunya, seperti bakso,
batagor, siomay, comro, misro, cireng, dan pempek.
g. Susu Bubuk
Susu bubuk adalah bubuk yang dibuat dari susu kering yang solid. Susu
bubuk mempunyai daya tahan yang lebih lama dari pada susu cair dan tidak perlu
disimpan di lemari es karena kandungan uap airnya sangat rendah. Susu bubuk
selain sebagai pelengkap gizi, dapat pula berperan sebagai emulsifier dalam proses
emulsi suatu bahan pangan yang sangat bagus. Susu bubuk merupakan emulsifier
yang baik dari segi tekstur, kemantapan emulsi, ukuran dispersi, maupun rasa. Hal
ini dikarenakan susu bubuk merupakan emulsifier yang lebih terikat pada air atau
lebih larut dalam air (polar) sehingga dapat lebih membantu terjadinya dispersi
minyak dalam air dan menyebabkan terjadinya emulsi minyak dalam air. Bahan
pangan yang dalam pembuatannya ditambahkan susu sebagai emulsifier akan
menghasilkan tekstur, aroma, dan rasa yang lebih bagus dibandingkan dengan
bahan pangan yang sama yang tidak ditambahkan emulsifier susu. Emulsifier susu
bubuk dapat membuat tekstur zat terdispersi menjadi lunak, butiran zat terdispersi
menjadi halus, dan meningkatkan kemantapan emulsi.
2. Emulsifier Buatan
Di samping emulsifier alami, terdapat juga emulsifier buatan yang terdiri
dari monogliserida, misalnya gliseril monostearat. Radikal asam stearate
merupakan gugus non-polar, sedangkan bagian sisa dari molekul, terutama dua
gugus hidroksil dan gliserol, merupakan gugus yang polar. Sabun juga merupakan
emulsifier yang terdiri dari garam natrium dengan asam lemak. Sabun dapat
menurunkan tegangan permukaan air dan meningkatkan daya pembersih air dengan
cara mengemulsi lemak yang ada.
11
Contoh lain dari emulsifier buatan yaitu ester dari asam lemak sorbitan yang
dikenal sebagai SPANS yang dapat membentuk emulsi air dalam minyak, dan ester
dari polioksietilena sorbitan dengaan asam lemak yang di kenal sebagai TWEEN
yang dapat membentuk emulsi minyak dari air. Pada kue-kue, penggunaan SPANS
membentuk serta memperbaiki tekstur dan volume, sedang TWEEN membantu
mengurangi atau mencegah kekeringan, sehingga kue tetap lunak. Jenis emulsifier
lain seperti gliseril laktopalmitat, merupakan emulsifier yang banyak di gunakan
dalam pembuatan cakes mixes.
4. Hukum Stokes
Hukum Stokes berbunyi sebagai berikut: “Jika sebuah bola bergerak dalam
suatu fluida yang diam maka terhadap bola itu akan bekerja gaya geser dalam
bentuk gaya gesekan yang arahnya berlawanan dengan arah gerak bola tersebut.
Jika sebuah benda padat berbentuk bola dilepas pada permukaan zat cair, bola
tersebut akan mendapatkan percepatan.”
Dengan bertambah besarnya kecepatan bola, maka gaya Stokes yang
bekerja pada bola juga bertambah besar sehingga akhirnya bola akan bergerak
dengan kecepatan tetap, yaitu setelah terjadi keseimbangan antara gaya-gaya berat,
Archimedes, dan Stokes pada bola tersebut.
Syarat-syarat yang diperlukan agar Hukum Stokes dapat berlaku adalah:
1. Ruang tempat fluida terbatas.
2. Tidak ada turbulensi di dalam fluida.
3. Kecepatan v tidak besar sehingga aliran masih linier.
Berikut ini adalah penurunan Hukum Stokes.
12
BAB II
PEMBAHASAN
Bagian A
Pertanyaan:
1. Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang koloid, dan jelaskan juga jenis-jenis
dari dispersi koloid, serta berikan contoh nya. Tuliskan rujukan anda
berdasarkan buku Kimia Fisika yang anda gunakan.
Jawab:
Klasifikasi Koloid
a. Koloid Sol
Sol padat (padat dalam padat)
Zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat.
Contoh: Logam paduan, kaca berwama, intan hitam, dan baja.
Sifat-sifat:
1) Kekerasan dapat ditingkatkan dari kekerasan logam asalnya.
2) Kekuatan tarik dapat diperbesar.
3) Daya pemuaian dapat dikurangkan.
4) Titik lebur dapat diturunkan atau dinaikkan dibanding logam-logam
asalnya.
Sol cair (padat dalam cair)
Zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair. Berarti, Hal ini berarti zat
terdispersi fase padat dan medium fase cair. Contoh: Cat, tinta, dan kanji.
Sol gas (padat dalam gas)
Zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas. Hal ini berarti zat terdispersi
fase padat dan medium fase gas. Contoh: Asap dan debu.
13
b. Koloid Emulsi
Koloid emulsi terbagi menjadi tiga jenis, yakni sebagai berikut:
Emulsi padat (cair dalam padat)
Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat
fase padat. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat. Contoh:
mentega, keju, jeli/agar-agar, dan mutiara.
Emulsi cair (cair dalam cair)
Emulsi cair (emulsi) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat
fase cair. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase cair. Contoh: susu,
minyak ikan, dan santan kelapa.
Emulsi gas (cair dalam gas)
Emulsi gas (aerosol cair) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam
zat fase gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase gas. Contoh:
obat-obat insektisida (semprot), kabut, dan hair spray.
c. Koloid Buih
Kolodi buih terdiri atas dua jenis, yaitu sebagai berikut:
Buih padat (gas dalam padat)
Buih padat ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat.
Hal ini berarti zat terdispersi fase gas dan medium fase padat. Contoh: busa jok dan
batu apung.
Buih cair (gas dalam cair)
Buih cair (buih) ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase
cair. Berarti, zat terdispersi fase gas dan medium fase cair. Contoh: buih sabun, buih
soda, dan krim kocok.
Klasifikasi di atas dapat pula disusun dalam delapan pola penggolongan,
yakni seperti dalam tabel berikut:
14
2. Flokulasi merupakan proses reversibel, sedangkan koagulasi adalah
ireversibel. Dapatkah Anda menjelaskan tentang proses koagulasi dan
flokulasi pada pengolahan air bersih?
Jawab:
a. Koagulasi
3. Proses pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara
kondensasi dan cara dispersi. Jelaskan perbedaan antara kedua cara tersebut.
Akan lebih baik jika Anda dapat memberikan penjelasan secara visual.
Jawab:
Dispersi
Dengan penambahan elektrolit (zat kimia) maka endapan yang terjadi dapat
diubah menjadi partikel koloid. Endapan Al(OH)3, terjadi apabila reaksi
15
pembentukan Al(OH)3 dalam jumlah yang banyak. Endapan tersebut dapat berubah
menjadi koloid apabila ditambah AlCl3. Jika Gas H2S dialirkan ke endapan CaS
atau endapan NiS, maka akan terbentuk sol S yang terdispersi. Endapan ini
membentuk sol sulfida.
Kondensasi
a. Reaksi Redoks
b. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih
ditambahkan larutan FeCl3, maka akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3(aq)+ 3 H2O(l) ⎯⎯→ Fe(OH)3 (koloid) + 3 HCl (aq)
c. Dekomposisi Rangkap
Contoh:
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan
H2S.
2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(aq) ⎯⎯→ As2S3(koloid) + 6 H2O(l)
d. Penggantian Pelarut
Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi
dengan penggantian pelarut.
16
Contoh:
Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol, maka akan
terbentuk suatu koloid berupa gel.
Jawab:
Efek Tyndall :
17
c. Proses pembuatan tahu
Tahu dibuat dengan menghaluskan kacang kedelai yang bercampur dengan
air, kemudian disaring sehingga diperoleh filtrat susu kedelai. Susu kedelai
ditambahkan zat elekrolit CaSO₄.2H₂O yang dikenal di kehidupan sehari-hari
sebagai batu tahu. Penambahan batu tahu berfungsi untuk menggumpalkan protein
yang ada pada susu kedelai sehingga menjadi tahu.
Adsorpsi
18
Koloid Pelindung
19
seperti dengan penambahan tawas, Al2(SO4)3. Jelaskan proses penjernihan
air berdasarkan konsep koloid dari pemicu di atas. Sertakan gambar ataupun
video untuk melengkapi penjelasan Anda.
Jawab:
b. Saringan Kapas
Air disaring dengan kapas yang diletakkan di
dasar wadah yang diberi lubang. Bertujuan
untuk membersihkan air dari kotoran dan
organisme kecil yang ada dalam air keruh.
20
d. Saringan Pasir Cepat (SPC)
Saringan pasir cepat seperti halnya dengan
saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir
pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah.
Tetapi arah penyaringan air terbalik bila
dibandingkan dengan saringan pasir lambat,
yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih
didapatkan dengan jalan menyaring air baku
melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru
kemudian melewati lapisan pasir.
e. Grafity-Fed Filtering System
Grafity-Fed Filtering System merupakan
gabungan dari SPC dan SPL. Air bersih
dihasilkan melalui dua tahap. Pertama-tama air
disaring menggunakan SPC. Air hasil
penyaringan tersebut kemudian disaring
kembali hasilnya dengan menggunakan SPL.
Dengan dua tahap penyaringan tersebut
diharapkan kualitas air bersih yang dihasilkan
tersebut dapat lebih baik.
f. Saringan Arang
Saringan arang dapat dikatakan sebagai
saringan pasir arang dengan tambahan satu
buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat
efektif dalam menghilangkan bau dan rasa yang
ada pada air baku. Arang yang digunakan dapat
berupa arang aktif atau karbon aktif.
21
g. Saringan Air Sederhana / Tradisional
Saringan Air Sederhana / Tradisional
merupakan modifikasi dari saringan arang
dengan saringan pasir lambat. Pada saringan
tradisional ini selain menggunakan pasir,
kerikil, batu dan arang juga ditambahkan satu
buah lapisan injik/ijuk yang berasal dari sabut
kelapa.
h. Pengendepan (sedimentasi)
Sedimentasi merupakan proses pengendapan
bahan padat dari air olahan. Proses sedimentasi
bisa terjadi bila air limbah mempunyai berat jenis
lebih besar daripada air sehingga mudah
tenggelam. Proses pengendapan ada yang bisa
terjadi langsung, tetapi adapula yang
memerlukan proses pendahuluan, seperti
koagulasi atau reaksi kimia. Prinsip sedimentasi
adalah pemisahan bagian padat dengan
memanfaatkan gaya gravitasi sehingga bagian
yang padat berada di dasar kolam pengendapan,
sedangkan air dibagian atas.
i. Prinsip penjernihan air dengan absorpsi dan adsorpsi
Absorpsi merupakan proses penyerapan bahan-
bahan tertentu. Dengan penyerapan tersebut air
dapat menjadi jernih karena zat-zat di dalamnya
diikat oleh absorben.
Absorpsi umumnya menggunakan bahan
absorben dari karbon aktif. Pemakaiannya,
dengan cara membubuhkan karbon aktif bubuk
ke dalam air olahan atau dengan cara
menyulurkan air melalui saringan yang medianya
terbuat dari karbon aktif kasar. Sistem ini efektif
22
untuk mengurangi warna serta menghilangkan bau dan rasa. Proses kerja
penyerapan (absorpsi) yaitu penyerapan ion-ion bebas di dalam air yang
dilakukan oleh absorben. Sebagai contoh, penyerapan ion oleh karbon
aktif.
Aplikasi absorpsi yaitu dengan mencampurkan absorben dengan
serbuk karbon aktif dengan cara menjadikan karbon aktif sebagai media
filtrasi. Apabila absorben dicampurkan dengan serbuk karbon aktif,
selanjutnya larutan disaring. Namun apabila karbon aktif digunakan
sebagai media penyaring, dipilih karbon aktif yang berbentuk granula
dan secara berkala harus dicuci atau diganti dengan yang baru.
Disamping dapat mengabsorpsi fenol, karbon aktif juga dapat
mengabsorpsi racun dan mikroorganisme.
Adsorpsi merupakan penangkapan/ pengikatan ion-ion bebas di
dalam air oleh adsorben. Contoh zat yang digunakan untuk proses
adsorpsi adalah zeolit dan resin yang merupakan polimerasi dari
polihidrik fenol dengan formaldehid. Contohnya pengikatan ion Ca2+ dan
Na+. Setiap gram resin dapat mengadsorpsi asam 4 – 9 mev. Banyaknya
adsorben yang diperlukan tergantung konsentrasi larutan. Semakin tinggi
konsentrasi larutan, semakin besar pula adsorben yang diperlukan untuk
menjernihkan air.
2. Penjernihan air secara Kimia
a. Metode Koagulasi
Koagulasi merupakan proses penggumpalan melalui reaksi kimia,
reaksi koagulasi dapat berjalan dengan membubuhkan zat pereaksi
(koagulan) sesuai dengan zat yang terlarut. Koagulan yang banyak
digunakan adalah kapur, tawas dan kaporit.
Garam-garam Ca, Fe dan Al bersifat tidak larut dalam air sehingga
mampu mengendap bila bertemu dengan sisa-sisa basa. Dari hasil
koagulan itu selanjutnya endapan dipisahkan melalui filtrasi maupun
sedimentasi. Banyaknya koagulan tergantung pada jenis dan konsentrasi
ion-ion yang terlarut dalam air olahan serta konsentrasi yang diharapkan
sesuai dengan standar baku. Untuk mempercepat proses koagulasi dalam
23
air limbah maka dilakukan pengadukan dengan mixer statis maupun
rapid mixer.
Contoh skema instalasi koagulasi:
b. Metode Aerasi
Aerasi merupakan proses penjernihan air dengan
cara mengisikan oksigen ke dalam air. Dengan
diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat
seperti karbon dioksida serta hidrogen sulfida dan
metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air
dapat dikurangi atau dihilangkan. Selain itu,
partikel mineral yang terlarut dalam air seperti besi
dan mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan
membentuk lapisan endapan yang nantinya dapat
dihilangkan melalui proses sedimentasi atau filtrasi.
Bagian B
Mayonaise, yang dikenal juga dengan mayo, merupakan salah satu contoh
koloid. Siapa sih yang tidak tahu dengan mayonais? Makanan yang satu ini sangat
bermanfaat membantu para ibu untuk mengistimewakan masakannya. Mayonaise
sangat digemari oleh anak-anak sampai orang tua karena mayonaise ini sangat
cocok untuk dikonsumsi untuk menemani masakan yang kita masak seperti
masakan kentang goreng.
24
Pertanyaan:
1. Campuran berdasarkan ukuran partikelnya, dibedakan menjadi 3 golongan
utama, jelaskan apa saja dan uraikan secara singkat perbedaannya.
Jawab:
Campuran berdasarkan ukuran partikel, dapat dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu larutan, suspensi, dan koloid. Berikut ini masing-masing
penjelasannya:
a. Larutan
Pada larutan, ukuran partikel pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute)
sebesar molekul tunggal kecil (ion) karena distribusi yang merata (serba sama),
maka sifat fisik larutan berbeda dengan pelarutnya, sehingga disebut campuran
homogen. Contohnya larutan gula, larutan garam, larutan teh, dan sebagainya.
b. Suspensi
Suspensi adalah campuran heterogen karena masih dapat dibedakan dari
zat-zat penyusunnya. Pada suspensi, salah satu komponen partikelnya relatif lebih
besar dan terdistribusi dalam partikel lainnya. Contohnya pasir halus dalam air, asap
di udara, dan endapan dalam reaksi campuran.
c. Koloid
Koloid juga disebut sistem dispersi, yaitu suatu campuran heterogen yang
terbagi rata dan sulit terlihat oleh mata. Koloid dapat diamati dengan menggunakan
ultramikroskop untuk membedakan komponen-komponen penyusunnya. Koloid
pada umumnya keruh, tetapi tidak dapat memisah. Susu merupakan contoh dari
koloid.
2. Mayo merupakan salah satu contoh emulsi cair dalam pendispersi cair.
Jelaskan apa maksud dari kalimat tersebut. Jelaskan juga jenis emulsi lain
yang Anda ketahui. Bagaimana dua fase cairan yang saling tidak menyukai
bisa bercampur selama penyimpanan? Jelaskan faktor-faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi kestabilan emulsi dan bagaimana faktor-faktor
tersebut dapat mempengaruhi kestabilan emulsi. Berikan gambaran visual
untuk memperjelas keterangan Anda.
Jawab:
Mayonaise merupakan contoh emulsi cair dalam pendispersi cair.
Maksudnya yaitu pada mayonaise bagian yang terdispersi adalah minyak nabati yang
berwujud cair, bukan gas atau padatan. Sedangkan bagian yang mendispersi (media
25
pendispersi) asam cuka atau lemon juice juga berwujud cair, dan bagian emulsifiernya
adalah kuning telur. Oleh karena itu mayonaise disebut emulsi cair karena medium
pendispersinya cair.
Jenis-jenis Emulsi (fase terdispersi cair)
Emulsi dibagi menjadi 3, yaitu:
Emulsi Padat merupakan koloid dengan fase terdipersi cair dan medium
Emulsi Cair merupakan koloid dengan fase terdispersi cair dan medium
Emulsi Gas merupakan koloid dengan fase terdispersi cair dan medium
Untuk mencampurkan dua fase cair yang tidak saling menyukai (tidak
bercampur) itu karena sifat kepolarannya maka digunakanlah emulsifier atau
emulgator. Emulgator merupakan zat yang dapat menstabilkan emulsi sehingga
dua cairan yang tidak bercampur akan bercampur seteah penambahan adanya
emulgator. Contohnya: sabun, kuning telur, gelatin, kasein dan lain-lain.
Emulgator ini memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik. Misalnya antara air
dan minyak dimana air bersifat polar sedangkan minyak non-polar, maka
keduanya tidak akan pernah bercampur karena berbeda kepolarannya tapi dengan
adanya penambahan emulgator maka keduanya akan bercampur menjadi satu
karena bagian yang suka air akan terikat pada bagian hidrofilik sedangkan yang
bagian suka minyak akan terikat dengan gugus hidrofobik. Emulgator ini juga
menurunkan tegangan permukaan cairan sehingga dua fase zat cair yang berbeda
jenis akan mudah bercampur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi:
Rendahnya tegangan antarmuka
Minyak dan air merupakan dua fase yang biasanya tidak bercampur. Hal ini
dikarenakan tingginya tegangan antarmuka antar dua fase yang dalam keadaan
26
normal tidak bercampur. Oleh karena itu, diperlukan emulsifier untuk menstabilkan
emulsi yang akan terbentuk. Cara emulsifier menstabilkan emulsi yaitu dengan
menurunkan tegangan antarmuka antara dua fase yang dalam keadaan normal tidak
bercampur. Turunnya tegangan antarmuka pada salah satu fase akan membuat fase
terdispersi dapat menyebar dan menjadi fase kontinyu. Rendahnya tegangan
antarmuka membuat terbentuk dan terjaganya wilayah antarmuka yang besar lebih
mudah. Jadi, semakin rendah tegangan antarmuka, semakin stabil emulsi.
Tolakan lapisan rangkap listrik (Electric double layer repulsion)
Terjadinya emulsi karena adanya susunan listrik yang menyelubungi
partikel sehingga terjadi tolak-menolak antara partikel sejenis. Terjadinya muatan
listrik disebabkan oleh salah satu dari cara berikut:
a. Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel.
b. Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan sekitarnya.
c. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan sekitarnya.
Apabila gaya tolak-menolak antar partikel sejenis lebih besar daripada gaya
tarik-menariknya (gaya Van Der Waals), maka emulsi yang terbentuk stabil.
Adanya tolakan lapisan rangkap listrik mengurangi laju agregasi dan coalescence.
Jadi, semakin besar tolakan lapisan rangkap listrik, semakin stabil emulsi.
Kecilnya perbedaan densitas antara dua fase
Agar terbentuk emulsi yang stabil, densitas antara dua fase tidak boleh
terpaut terlalu jauh. Semakin besar perbedaan densitasnya, maka dua fase akan
semakin sulit bercampur dan salah satu fasenya semakin sulit terdispersi. Kecilnya
perbedaan densitas antara dua fase dapat menurunkan laju creaming dan agregasi.
Jadi, semakin kecil perbedaan densitas dua fase, semakin stabil emulsi.
Kecilnya ukuran droplet dan volume fase terdispersi
Ukuran droplet dan volume fase terdispersi berpengaruh terhadap kestabilan
emulsi. Semakin besar ukuran droplet dan semakin banyaknya volume fase
terdispersi, maka akan semakin besar juga peluang terbentuknya agregat. Oleh
karena itu, semakin kecil ukuran droplet dan volume fase terdispersi maka semakin
berkurang laju agregasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecilnya
ukuran droplet dan volume fase terdispersi, maka semakin stabil emulsi.
Viskositas fase pendispersi
Tingginya viskositas fase pendispersi dapat mengurangi laju creaming dan
agregasi. Hal ini dikarenakan tingginya viskositas fase pendispersi akan membuat
fase yang terdispersi dalam campuran semakin sulit bergerak. Gerak yang dimaksud
adalah gerak partikel fase terdispersi yang cenderung berkumpul dengan partikel
cairan sejenis dan membuat emulsi tidak stabil. Jadi, semakin tinggi viskositas fase
pendispersi, maka semakin stabil emulsi.
27
Gaya tarik-menarik fase terdispersi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu gaya yang menentukan
kestabilan emulsi adalah gaya tarik-menarik antar fase terdispersi (gaya Van Der
Waals). Semakin besar gaya tarik-menarik antar partikel fase terdispersi, maka akan
semakin membuat emulsi tidak stabil. Hal ini dikarenakan gaya tarik-menarik antar
partikel fase terdispersi akan meningkatkan laju agregasi dan coalescence.
3. Ada 2 tipe pembentukan emulsi, yaitu oil in water emulsion dan water in oil
emulsion. Jelaskan ke dua tipe tersbut dalam bentuk diagram, simbol,
karakteristik dan juga contohnya. Adakah metode yang dapat digunakan
untuk membedakan antara emulsi o/w dan emulsi w/o? Jelaskan.
Jawab:
28
Pada umumnya dikenal dua tipe emulsi yaitu:
Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang
terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil di dalam fase kontinyu yang berupa
air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31 –
41% sehingga emulsi o/w dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat
mudah dicuci.
Emulsi ini bersifat polar maka molekul–molekul emulsifier tersebut akan
teradsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan minyak. Akibatnya tegangan
permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase
kontinyu.
Karakteristik dari emulsi tipe ini adalah dapat menghantarkan arus listrik
dan dapat diencerkan dengan air. Contoh: susu, lateks, mayonnaise, es krim, santan,
lotion, cat.
29
Gambar 4. Diagram emulsi oil in water
(Sumber: Suryani, Ani. Emulsi)
Emulsi tipe o/w biasanya berwarna putih dan agak creamy. Sedangkan
emulsi w/o berwarna lebih gelap dan menunjukkan tekstur minyak.
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa suatu emulsi akan bercampur dengan
zat yang sesuai dengan kepolaran fase kontinyunya. Misalnya suatu emulsi tipe o/w
akan lebih mudah diencerkan dengan penambahan air, begitu juga sebaliknya
dengan tipe w/o.
d. Metode penyerapan
Metode ini menggunakan kertas filter yang berdasarkan sifat kapilaritas air
yang lebih tinggi daripada minyak (misalnya CoCl2). Benda dengan permukaan
licin dapat digunakan untuk mengamati kecepatan alir emulsinya. Jika tetesan
emulsi ini tersebar merata, berarti emulsi ini bertipe o/w. jika emulsi tidak tersebar
merata, berarti emulsi bertipe w/o.
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa air mampu menghantarkan listrik dan
minyak tidak dapat. Jika suatu elektroda diletakkan pada suatu sistem emulsi,
konduktivitas elektrik tampak, maka emulsi tersebut bertipe o/w, dan begitu pula
sebaliknya pada tipe w/o.
30
f. Metode fluorosensi
Sangat banyak minyak yang dapat berfluorosensi jika terpapar sinar UV.
Jika setetes emulsi diuji di bawah paparan sinar UV dan diamati di bawah
mikroskop menunjukkan seluruh daerah berfluorosensi, maka tipe emulsi itu adalah
w/o. Jika emulsi bertipe w/o, maka fluorosensi hanya berupa noda.
4. Bahan dasar mayo adalah minyak nabati, tapi rasa minyak nabati dalam
mayo ini sudah tidak ada. Dapatkah anda menjelaskan secara saintifik dan
bagaimana setiap molekul minyak dapat dikelilingi oleh mikromolekul dari
larutan asam?
Jawab:
Mayonnaise adalah salah satu jenis saus yang dibuat dari bahan utama
minyak nabati, telur ayam, dan cuka. Mayonnaise biasanya digunakan sebagai
perasa pada makanan seperti salad atau sandwich. Secara ilmiah, mayonnaise
termasuk dalam campuran koloid jenis emulsi permanen. Untuk mencapai
kestabilan emulsi yang tinggi, diperlukan bahan ketiga yang mampu membentuk
sebuah selaput (film) di sekeliling butiran yang terdispersikan sehingga mencegah
bersatunya kembali butir-butir zat terdispersi tersebut. Bahan ketiga inilah yang
disebut sebagai emulsifier atau stabilizer.
Dalam sistem mayonnaise, yang berfungsi sebagai emulsifier adalah kuning
telur. Dalam kuning telur, terkandung zat lesitin dalam bentuk kompleks sebagai
lesitoprotein dan berfungsi sebagai surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif permukaan
yang diadsorpsi pada antar muka suatu cairan, dalam hal ini adalah permukaan
antara minyak dan air lemon (asam). Surfaktan berfungsi untuk menurunkan
tegangan permukaan antar muka sehingga kedua zat tersebut dalam saling larut satu
dengan yang lainnya.
Mekanisme lesitin dapat menyatukan kedua fasa (minyak nabati dan asam)
adalah fosfolipid yang merupakan pembentuk lesitin bersifat amfifil, yaitu suatu
molekul yang memiliki gugus hidrofil (suka air), dan lipofil (suka minyak).
Surfaktan ini merupakan jenis anionik, gugus fosfat (polar) bermuatan negatif, yang
kemungkinan juga terdiri dari kelompok jenis polar yang lainnya, dan gugus non-
polar terdiri dari asam lemak rantai hidrokarbon. Dalam pembuatan mayonnaise,
fosfolipid tersebut berperan sebagai emulsifier yang berperan dalam menyatukan
minyak nabati dan asam yang merupakan bahan utama pembuatan mayonnaise.
Meskipun sebagian besar bahan utama pembuatan mayonnaise adalah
minyak nabati, tetapi rasa minyak nabati dalam mayonnaise tidak terasa. Hal ini
dikarenakan setiap molekul minyak dikelilingi oleh mikromolekul dari larutan
asam. Prisipnya adalah mengemulsikan sejumlah besar minyak dalam sebagian
kecil larutan asam.
31
5. Sistem emulsi dapat didestabilisasi melalui beberapa metode, yaitu
creaming, flocculation, coalescence dan Ostwald Ripening. Jelaskan secara
prinsip metode-metode tersebut, dan gunakan rujukan yang sesuai.
Jawab:
Creaming
Creaming menunjukkan adanya kecenderungan dua fase dalam emulsi
untuk memisah karena adanya perbedaan densitas. Dalam creaming, ada
kecenderungan fase yang densitasnya lebih kecil untuk terkonsentrasi di atas sistem
emulsi. Creaming hanya terjadi pada emulsi yang encer dan kedua fasenya
mempunyai densitas yang berbeda, serta medium pendispersinya adalah cairan
yang mudah mengalir. Jika fase terdispersinya memiliki densitas yang lebih besar
dari medium pendispersinya, maka proses creaming akan berlangsung di bawah
sistem emulsi.
Gambar 5. Creaming
Flocculation
Flocculation diartikan sebagai proses dimana dua atau lebih droplet saling
menempel tanpa kehilangan identitas. Pada flocculation tidak terjadi penggabungan
butiran-butiran kecil menjadi butiran-butiran yang lebih besar. Butir-butir yang
mengelompok dapat didispersikan kembali dengan pengadukan atau pengocokan
apabila gaya Van Der Waalsnya lemah.
Gambar 6. Flocculation
Coalescence
Coalescence adalah proses ketika dua atau lebih droplet bergabung dan
membentuk droplet yag lebih besar. Coalescence merupakan proses termodinamika
yang terjadi secara spontan dan mempunyai peranan penting pada pemisahan kedua
fase di dalam emulsi menjadi dua lapisan berbeda.
32
Gambar 7. Coalescense
Ostwald Ripening
Ostwald ripening terjadi pada emulsi dimana droplet bertabrakan dengan
yang lain membentuk droplet yang lebih besar dan lebih kecil. Droplet yang
berukuran kecil cenderung menjadi semakin kecil.
Bagian C
Belakangan ini perkembangan ilmu dan teknologi pangan kian pesat.
Berbagai produk pangan olahan mampu dihasilkan guna memenuhi permintaan
konsumen yang makin beragam. Sekarang ini tidak lah sulit menemukan es krim,
saus, roti yang teksturnya lembut, mayonaise, margarin, mentega, dan berbagai
produk olahan lainnya. Pengembangan produk pangan baru berbasis emulsi ini
tidak lepas dari peran ganda si emulsifier, yang dapat menggabungkan antara
minyak dengan air, dan juga menjaga agar kestabilan emulsi dapat berlangsung
dalam waktu yang lama.
Pertanyaan:
1. Benarkah penggunaan emulsifier dapat digunakan untuk menstabilisasi
emulsi? Jelaskan dan berikan rujukan sebagai dasar penjelasan Anda.
Berikan satu contoh emulsifier food grade, dan jelaskan proses pembuatan
emulsifier tersebut.
Jawab:
33
Alasan Emulsifier dapat Menstabilisasi Emulsi
Benar, penggunaan emulsifier dapat digunakan untuk menstabilisasi emulsi.
Emulsifier merupakan bahan yang digunakan untuk mengurangi tegangan
permukaan antara dua fase yang dalam keadaan normal tidak bercampur, sehingga
keduanya dapat teremulsi. Emulsifier diperlukan untuk memfasilitasi terbentuknya
emulsi, sebab dispersi minyak dan air tidak stabil (secara termodinamik).
Emulsifier dapat digunakan untuk menstabilkan emulsi karena memiliki kedua
gugus penting, yaitu gugus hidrofilik dan gugus lipofilik.
Adanya gugus hidrofilik dan gugus lipofilik menyebabkan emulsifier
memiliki kemampuan untuk menyatukan dua jenis bahan yang tidak saling larut.
Dalam emulsifier, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus
hidrofiliknya (polar) yang lebih dominan, maka molekul-molekul emulsifier
tersebut akan diadsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak.
Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah
menyebar dan menjadi fase kontinyu.
Secara umum, emulsifier akan diadsorpsi oleh medium pendispersi lebih
besar dari zat yang terdispersi. Kemudian proses adsorpsi emulsifier ini akan
menurunkan tegangan permukaan dari medium pendispersi yang lebih besar
daripada zat yang terdispersi, sehingga terbentuklah suatu lapisan terpisah dan
terjadi emulsi. Lapisan ini akan menyelimuti partikel dan akan mencegah partikel
tersebut bersatu dengan partikel sejenis.
34
Gambar 10. Reaksi Pembentukan Monogliserida
35
alat yang disebut homogenizer. Prinsip alat homogenizer adalah memaksa
suatu zat untuk melewati celah yang sempit sehingga ukuran molekul
menjadi kecil.
36
Jawab:
Jawab:
Prinsip dari Hukum Stokes adalah gaya yang menghambat bola bergerak
melalui cairan kental berbanding lurus dengan kecepatan bola, jari-jari bola, dan
viskositas fluida.
Penerapan dari Hukum Stokes adalah pada kopi yang jatuh dalam air. Kopi
yang jatuh tersebut lama-kelamaan akan mengendap, sesuai dengan bertambahnya
waktu. Laju pengendapan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
berat jenis air, berat jenis partikel padatan, viskositas air, aliran dalam bak
pengendapan, serta bentuk dan ukuran partikel. Jika berat jenis fluida lebih besar
daripada berat jenis partikel padatanya, maka laju pengendapanya lamban. Begitu
juga sebaliknya, semakin besar berat jenis partikel maka laju pengendapannya
cepat.
37
5. Secara prinsip aplikasi emulsifier sangat meluas untuk berbagai produk
makanan ataupun produk lain. Adakah keuntungan ataupun kerugian dalam
penggunaan emulsifier? Jelaskan!
Jawab:
Keuntungan dari penggunaan emulsifier adalah:
1. Membantu mencegah pemisahan dari bahan-bahan yang digunakan
(contohnya air dan minyak).
2. Mencegah pembentukkan jamur jika lemak dan minyak terpisah.
38
KESIMPULAN
Koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih
zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup
besar (1-100 nm). Koloid mudah ditemukan dan banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak terlepas dari manfaat yang dimiliki koloid.
Contohnya yaitu proses pengolahan dan penjernihan air yang menerapkan prinsip
dari sifat-sifat koloid. Contoh lainnya yaitu mayonnaise, koloid yang digunakan
sebagai salah satu penyedap makanan.
Emulsi adalah campuran dari dua atau lebih cairan yang hadir sebagai
tetesan, dengan ukuran mikroskopis atau ultramikroskopis, didistribusikan ke
seluruh bagian lainnya. Oleh karena merupakan suatu sistem yang tidak stabil,
emulsi membutuhkan zat pengemulsi atau emulsifier untuk menstabilkan emulsi.
Emulsifier dapat menstabilkan emulsi karena memiliki gugus hidrofilik dan gugus
lipofilik, sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan antara dua fase yang
dalam keadaan normal tidak bercampur, sehingga keduanya dapat teremulsi secara
stabil.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
Schramm, Laurier L. 2009. Surfactants Fundamentals and Apllications in the
Petroleum Industry. 1st ed. Cambridge: Cambridge University Press.
Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Penerbit Rineka Cipta: Yogyakarta.
Tirto Prakoso, dkk. 2009. Pembuatan Monogliserida. [ONLINE] Available at:
http://citation.itb.ac.id/pdf/JURNAL/JTKI/JTKI%202007%203%20DES/JT
KI%206(3)%20689-698%20PEMBUATAN%20MONOGLISERIDA.pdf.
[Accessed 21 November 2015].
Zaka. 2013. Jenis Campuran Berdasarkan Ukuran Partikel. [ONLINE] Available
at:http://www.zakapedia.com/2013/04/jenis-campuran-berdasarkan-
ukuran.html#. [Accessed 22 November 2015].
41