PENDAHULUAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the
itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit skabies ini merupakan penyakit menular oleh
kutu gatal Sarcoptes scabiei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum,
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2
centimeter.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu dan lingkungan, atau
apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama di satu tempat yang relatif sempit.
Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup
rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih
kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama
masalah penyediaan air bersih, kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering
dijumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.
Skabies dapat disebabkan oleh kutu atau tungau sarcoptes scabei varian hominis.
Sarcoptes scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Kecuali itu terdapat S.
scabei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil,
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient,
berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
1
BAB II
STATUS PASIEN
Nama : Nn. A
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kampung Pasar Kemis, Desa Mekarjaya, Sukaluyu
Pendidikan : SLTP
Agama : Islam
Status Marital : Lajang
ANAMNESIS
Allo dan Autoanamnesis : Pada pasien pada tanggal 24 april 2015 pukul 11.00
Keluhan Utama
Bruntus – bruntus yang terasa gatal di kedua sela jari tangan, pergelangan tangan bagian
dalam, perut, dan kedua kaki.
Anamnesis khusus
Bruntus – bruntus yang terasa gatal di kedua sela jari tangan, pergelangan tangan
bagian depan, perut dan kedua kaki sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Tidak ada
bruntus – bruntus di tempat lain. Keluhan gatal terutama dirasakan malam hari. Koreng –
koreng di kedua kaki dirasakan perih bila digaruk. Keluhan saat ini tidak disertai dengan
demam.Pasien mengatakan saat iniayah dan ibunya menderita keluhan yang sama seperti
dirinya dan keluhan adiknya sudah membaik.
4 hari sebelum datang ke poliklinik, bruntus – bruntus di sela jaridan pusar semakin
menyebar luas dan bruntus pada kedua kakimenjadi koreng yang terasa gatal dan perih. Gatal
yang dialami pasien semakin bertambah dan pasien seringkali menggaruknya.
2
14 hari sebelum datang ke poliklinik, timbul bruntus – bruntus merah di perut dan
kedua kaki yang terasa gatal. Pasien dibawa orangtuanya berobat ke klinik dokter,
mendapatkan pengobatan yang dioleskan ke badan dan obat yang diminum. Namun, belum
ada perbaikan untuk pengobatan ini.
1 bulan sebelum masuk rumah sakit, bruntus –bruntus merah mulai menyebar
kedaerah pergelangan tangan bagian dalam dan perut yang terasa semakin gatal dari
sebelumnya.
2 bulan sebelum masuk rumah sakit,timbul bruntus – bruntus di kedua sela jari tangan
yang terasa gatal, terutama malam hari. Keluhan bruntus - bruntus seperti ini baru pertama
kali diderita, awalnya bruntus ini timbul ketika adik pasien hendak berlibur dirumah dari
pondok pesantren dan adik pasien mengeluhkan keluhan yang sama. riwayat digigit
seranggga disangkal pasien. Bekas garukan di badan tidak ada. Pasien tidak sering memakai
pakaiantebal. Pasien menyangkal pernah mengoleskan sesuatu ke kulitnya sebelum
mengeluhkan gatal. Pasien tidak mempunyai binatang pelihaaan dirumah.
Adik pasien menderita keluhan yang sama seperti pasien saat ini sejak 3 bulan yang
lalu, sekarang adik pasien sudah mulai sembuh. Ibu dan Bapak pasien juga mengeluhkan
keluhan yang sama 2 bulan yang lalu, sekarang masih belum ada perubahan walaupun sudah
berobat. Riwayat asma dan bersin keika cuaca dingin disangkal. Riwayat penggunaan obat-
obatan steroid, antibiotik jangka panjang disangkal
Riwayat Alergi
Riwayat Pengobatan
3
Pasien berobat ke klinik dokter, mendapatkan pengobatan salap dan obat minum.
Belum ada perbaikan untuk pengobatan ini. Riwayat alergi obat disangkal.
Riwayat Psikososial
Pasien tinggal di perkampungan padat penduduk. Pasien mandi minimal 2x/ haridan
memakai sabun ketika mandi. Sumber air bersih pasien yaitu menggunakan air PAM. Pasien
mengaku tidak punya hewan peliharaan di rumah. Kebiasaan memngganti pakaian luar dan
dalam 2x sehari, Pasien memakai handuk bersama dengan keluarganya dirumah.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Kepala (Normocephal)
Rambut : Rambut bewarna hitam distribusi rata, ketombe (-) lesi kulit (-
)
Mata : Conjunctiva tak anemis (+/+), Sklera tak ikterik (+/+)
Hidung : Deviasi septum nasi(-), Sekret (-)
Telinga : Normotia, Sekret (-/-), Serumen (-/-)
Mulut : Bibir kering (-),mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1/T1
tidak hiperemis, caries dentis (-)
Leher
Pembesaran KGB : Tidak teraba membesar
Pembesaran tiroid : Tidak teraba membesar
Thoraks
Paru-paru
4
Inspeksi
Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi ICS dan SS (-)
Palpasi
Vokal fremitus (+/+) di kedua lapang paru, nyeri tekan (-/-)
Perkusi
Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi
Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
Jantung
Inspeksi
Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi
Ictus Cordis tidak teraba.
Perkusi
Tidak dilakukan
Auskultasi
Bunyi jantung I / II regular, murni, murmur (-), gallop(-)
Abdomen
Inspeksi
Datar, Scar (-), lesi kulit (+) pada umbilicus. Lihat status dermatologi
Auskultasi
Bising usus (+) normal.
Palpasi
Supel, turgor baik,nyeri tekan epigastrium (+), hepatosplenomegali (-)
Perkusi
Timpani diseluruh kuadran abdomen
Ekstremitas
Atas : Deformitas (-), udem (-/-), akral hangat (+/+), RCT < 2 detik.
Bawah : Deformitas (-), udem (-/-), akral hangat (+/+), RCT < 2 detik.
Kulit : Lihat status Dermatologikus
STATUS DERMATOLOGIKUS
5
Distribusi Regioner
A/R Sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, umbilicus dan kedua kaki.
Lesi Lesi multipel, diskrit, bentuk bulat dan beberapa bentuknya tidak beraturan,
ukuran diameter lesi bervariasi antara 0,1 cm–2 cm, sebagian lesi berbatas tegas,
sebagian lesi menimbul di permukaan kulit, sebagian lesi kering dan sebagian
lesi madidans.
Efluroesensi Papula dan vesikel miliar sampai lentikular disertai erosi, pustula dan krusta
6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
RESUME
Nn. A Perempuan, 18 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD cianjur
dengan kelahuan timbul papula dan vesikel (kunikulus) miliar disertai erosi yang terasa gatal
terutama malam hari di kedua sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, umbilicus
dan kaki sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya papula miliar sampai lentikuler terdapat pada sela-
sela jari tangan yang disertai pruritus, terutama malam hari. 1 bulan SMRS, papula miliar dan
lentikuler mulai menyebar kedaerah pergelangan tangan bagian dalam dan perut yang terasa
semakin gatal dari sebelumnya. 14 hari sebelum datang ke poliklinik, timbul papuladi
pergelangan tangan bagian dalam, umbilicus serta kedua kaki yang terasa gatal.Pasien dibawa
orangtuanya berobat ke klinik dokter, mendapatkan pengobatan yang dioleskan ke badan dan
obat yang diminum. Namun, belum ada perbaikan untuk pengobatan ini.4 hari sebelum
datang ke poliklinik, papuladi sela jari, pergelangan tangan bagian depan, umbilicus, kedua
kaki semakin menyebar luas menjadi papula yang multiple dan papula disertai vesikel di
kedua kaki menjadi pustula dan krusta multipel, diskrit berukuran miliar sampai lentikular
yang sebagian kering dan sebagian madidans yang terasa gatal dan perih.Pasien mengatakan
saat ini adik, ayah dan ibunya menderita keluhan yang sama seperti dirinya.
Pada Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
vital signs dalam batas normal. Status generalis dalam batas normal dan status dermatologi
terdapat distribusi regional, A/R : sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar,
7
umbilicus dan kedua kaki. Lesimultipel, diskrit, bentuk bulat dan beberapa bentuknya tidak
beraturan, ukuran miliar sampai lentikular, sebagian lesi berbatas tegas, sebagian lesi
menimbul di permukaan kulit, sebagian lesi kering dan sebagian lesi madidans, dan
efloresensi : papula dan vesikel miliar sampai lentikular disertai erosi, pustula dan krusta
DIAGNOSISI BANDING
DIAGNOSIS KERJA
USULAN PEMERIKSAAN
Mencari sarcoptes scabiei dewasa, larva, atau telur dalam kanalikulus di bawah
mikroskop cahaya
Mencari sarcoptes scabiei dewasa, larva, atau telur dengan cara menyikat dan
ditampung di atas selembar kertas putih lalu dilihat dengan kaca pembesar.
PENATALAKSANAAN
Umum:
8
Khusus:
Topikal
o Untuk infeksi sekunder : kompres lesi basah : asam salisilat 1 : 1000
o Sebelum aplikasi pengobatan untuk skabies, mengobati infeksi sekundernya
dan kemudian dilanjutkan dengan pengobatan skabies yaitu:
o Scabimite®(permethrin 5%) sebelum tidur dioleskan hanya sekali pada kulit
seluruh tubuh kecuali kulit muka dan luka, gunakan 8 – 14 jam kemudian bilas
dengan air. Bila belum sembuh diulangi setelah 1 minggu.
Sistemik
o Antihistamin : Cetirizine tablet 1 x 10 mg/ hari
o Amoxillin 3 x 500 mg/ hari
PROGNOSIS
9
BAB III
ANALISIS KASUS
A. Anamnesis
Keluhan bruntus – bruntus yang terasa gatal di kedua sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian dalam, perutdan kedua kaki sejak 2 bulan (kunikulus)
Keluhan gatal terutama dirasakan malam hari (pruritus nocturna)
Menyerang 1 keluarga yang tinggal 1 rumah(sekolompok) (+)
B. Pemeriksaan Fisik
STATUS DERMATOLOGI
Distribusi Regioner
A/R Sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, umbilicus dan kedua kaki.
Lesi Lesi multipel, diskrit, bentuk bulat dan beberapa bentuknya tidak beraturan,
ukuran diameter lesi bervariasi antara 0,1 cm–2 cm, sebagian lesi berbatas tegas,
sebagian lesi menimbul di permukaan kulit, sebagian lesi kering dan sebagian
lesi basah.
Efluroesensi Papula dan vesikel miliar sampai lentikular disertai erosi, pustula dan krusta
C. Differential Diagnosis
a. Skabies dengan infeksi sekunder
b. Pedikulosis korporis
c. Prurigo
10
D. Analisa Differential Diagnosis
11
Adanya kunikulus lesi menjadi gelap
Ditemukannya kecoklatan dan
tungau likenifikasi
Umum
- Edukasi ke pasien bahwa penyakit menular
- Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan
- Menghindari orang – orang yang terkena penyakit ini, prinsip pengobatannya untuk
yang terkena penyakit ini harus diobati secara serentak
- Menjemur alat – alat tidur dan jangan memakai pakaian, handuk bersama – sama
- Baju, sarung bantal, sprei yang digunakan direndam dengan air panas lalu dicuci,
jemur dan disetrika, dilakukan beberapa kali.
Khusus
Untuk infeksi sekunder :
Kompres lesi basah : asam salisilat 1 : 1000
Amoxicilin 20-40mg/kgbb/ hari dibagi 8 jam 3x1sdt
Antihistamin : Cetirizine tablet 1 x 10 mg/ hari
Sebelum aplikasi pengobatan untuk skabies, obati dulu infeksi sekundernya dan
kemudian dilanjutkan dengan pengobatan skabies yaitu:
- Topikal
Scabimite®(permethrin 5%) sebelum tidur dioleskan hanya sekali pada kulit
seluruh tubuh kecuali kulit muka dan luka, gunakan 8 – 14 jam kemudian
bilas dengan air. Bila belum sembuh diulangi setelah 1 minggu.
12
G. Prognosis Kasus
Quo ad vitam : ad bonam tidak ada gejala atau tanda yang mengarah pada
ancaman kematian. Keadaan umum, kesadaran dan tanda vital pasien masih dalam
batas normal.
Quo ad functionam : ad bonam scabies menimbulkan lesi kulit yang tidak
mengganggu fisiologis kulit secara bermakna
Quo ad sanationam : ad bonam dengan menghilangkan faktor predisposisi maka
penyakit ini dapat diobati secara tuntas dan sembuh.
TINJAUAN PUSTAKA
A. SKABIES
1. DEFINISI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the
itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit skabies ini merupakan penyakit menular oleh
kutu gatal Sarcoptes scabiei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum,
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2
centimeter. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang
disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai
0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap
dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran
setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan
dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
Di dalam terowongan ini, kutu bersarang dan mengeluarkan telurnya. Dalam waktu
tujuh sampai 14 hari, telur menetas dan membentuk larva yang dapat berubah menjadi nimfa,
selanjutnya terbentuk parasit dewasa. Tempat yang paling disukai kutu betina adalah bagian
kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari kaki dan tangan, siku, pergelangan
tangan, bahu, dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memiliki kulit serba tipis, telapak tangan,
kaki, muka, dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut.
2. EPIDEMIOLOGI
13
Faktor penunjang epidemiologi penyakit ini antara lain sosial ekonomi rendah, higiene
buruk, sering berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografis
serta ekologik. Penularan penyakit skabies ini dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung, karenanya tak heran jika penyakit gudik (skabies) dapat dijumpai di sebuah
keluarga, di kelas sekolah, di asrama, di pesantren. Adapun cara penularannya adalah sebagai
berikut :
Kontak langsung (kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan
hubungan seksual.
Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, atau bantal.
Penularan biasanya oleh sarcoptes betina yang telah dibuahi atau dalam bentuk larva.
Dikenal juga dengan Sarcoptes scabiei varian animals yang kadang- kadang dapat menulari
manusia, terutama pada orang yang memelihara hewan seperti anjing.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu dan lingkungan, atau
apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama di satu tempat yang relatif sempit.
Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup
rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih
kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama
masalah penyediaan air bersih, kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering
dijumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.
Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang
sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan
pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman
terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti
tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di
lingkungan padat penduduk. Di beberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama beberapa
bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid.
3. KLASIFIKASI
14
Skabies pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan
yang sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai.
Skabies nodular, yaitu lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya
terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki. Nodus ini timbul sebagai
reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies.
Skabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah anjing, kelainan
ini berbeda dengan scabies manusia karena tidak terdapat terowongan, tidak menyerang
sela jari dan genetalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak dengan binatang kesayangannya. Kelainan ini hanya bersifat sementara karena
kutu binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
Skabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh,
termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan sering terjadi infeksi
sekunder impetigo sehingga terowongan jarang ditemukan.
Skabies pada orang yang terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering
menyerang pada penderita penyakit kronis dan pada orang yang lanjut usia yang
terpaksa harus tinggal ditempat tidur terus. Sehingga orang itu dapat menderita scabies
dengan lesi yang terbatas.
Skabies Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta,
skuama generalisata dan hiperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit
kepala yang berambut, telinga, bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang
disertai distrofi kuku, namun rasa gatal tidak terlalu menonjol tetapi sangat menular
karena jumlah tungau yang menginfeksi sangat banyak (ribuan).
4. ETIOLOGI
Skabies dapat disebabkan oleh kutu atau tungau sarcoptes scabei varian hominis.
Sarcoptes scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Kecuali itu terdapat S.
scabei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil,
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient,
berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 - 450
mikron x 250 - 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 - 240 mikron x 150
- 200 mikron.
15
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada
yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat
perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi
di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan
yang digali oleh yang betina.
Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum,
dengan kecepatan 2 - 3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari
sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga
keluar. Setelah 2 - 3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari.
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan
terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa
yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur,
sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar
pada suhu kamar selama lebih kurang 7 - 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang
tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh
kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang penyakit skabies ini.
16
5. MANIFESTASI KLINIS
Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini.
Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga
diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul
likenifikasi, impetigo, dan furunkulosis.
6. PATOFISIOLOGI
17
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan, karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu
kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,
krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi
tungau.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
18
8. PENATALAKSANAAN
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai
pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan
orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif.
Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif
terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
19
Contoh obatnya : salep 24
Komposisi:
Salicylic acid 2%, sulfur 4%
Sulfur (belerang) dapat mengobati bekas luka, jerawat atau kudis karena belerang
mempunyai tingkat keasaman yang cukup tinggi.
Indikasi:
Scabies (kudis), eksim, pedikulosis, jerawat, tinea (jamur)
Kontraindikasi
-
Penggunaan:
Oleskan pada daerah yang sakit sekitar 3-4 x / hari
Efek Samping:
kulit kering, iritasi kulit ringan
Emulsi benzyl-benzoat 20 - 25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin
gatal setelah dipakai.
Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau losio, termasuk obat
pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi
iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanita hamil karena
toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali dalam 8 jam. Jika masih
ada gejala, diulangi seminggu kemudian.
Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan
antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efetif pada 50-
60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam
pemakaian terakhir.
20
Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat
mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia. Kurang
toksik dibandingkan gameksan, aplikasi sama dengan gameksan. Tidak dianjurkan pada
bayi dibawah 2 bulan.
Pemberian antibiotika sistemik dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya
bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.
B. PRURIGO
1. DEFINISI
Prurigo ialah erupsi papular kronik dan rekurens. Terdapat berbagai macam prurigo,
yang tersering terlihat ialah prurigo Hebra karena itu akan di bicarakan secara luas. Disusul
oleh prurigo nodularis. Sedangkan yang lain karena jarang dijumpai akan dibicarakan secara
singkat.
2. KLASIFIKASI
I. Prurigo simpleks
II. Dermatosis pruriginosa
Kecuali itu masih ada prurigo lain yang sebenarnya tergolong salah satu bentuk
neurodermatitis, yaitu prurigo nodularis.
I. PRURIGO SIMPLEKS
Prurigo papul tampak dalam macam-macam tingkat perkembangan dan
ditemukan paling sering pada orang dengan usia pertengahan. Tempat yang paling sering
terkena ialah badan dan bagian ekstensor ekstremitas. Muka dan bagian kepala yang
21
berambut juga dapat terkena tersendiri atau bersama-sama dengan tempat lainnya. Lesi
biasanya muncul dalam kelompok-kelompok, sehingga papul-papul, vesikel-vesikel dan
jaringan-jaringan parut sebagai tingkat perkembangan penyakit terakhir dapat terlihat
pada saat yang bersamaan.
Beberapa variasi prurigo pernah dilaporkan. Prurigo melanotik pierini dan borda
terjadi pada wanita usia pertengahan berupa pruritus bersamaan dengan sirosis biliaris
primer. Lesi berupa hiperpigmentasi retikular, sangat gatal, terutama mengenai badan.
Prurigo kulit kepala yang berambut dapat terjadi secara sendiri atau bersama-sama
dengan lesi prurigo di tempat lain.
Pengobatannya simptomatik, di berikan obat untuk mengurangi gatal, baik sistemik
(sedative) maupun topikal.
1) Strofulus
Penyakit ini juga dikenal sebagai urtikaria papular, liken urtikatus dan strofulus
pruriginosis, sering di jumpai pada bayi dan anak-anak. Papul-papul kecil yang gatal
tersebar di lengan dan tungkai, terutama mengenai bagian ekstensor. Lesi mula-mula
berupa urticated papules yang kecil, akibat garukan menjadi ekskoriasi dan mengalami
infeksi sekunder atau likenifikasi.
Lesi-lesi muncul kembali dalam kelompok,biasanya pada malam hari. Tetapi lesi
dapat bertahan sampai 12 hari. Semua tingkatan perkembangan dan regresi papul-papul
dapat dilihat pada saat bersamaan. Serangan dapat berlangsung bulanan sampai tahunan.
Biasanya tidak disertai pembesaran kelenjar getah bening maupun gejala konstitusi.
Urtikaria papular merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap gigitan fleas (kutu
berkaki 6 dapat melompat), nyamuk, kutu dan yang tersering ialah kepinding.
Gambaran histopatologiknya menyerupai reaksi gigitan artropod. Terdapat
sebukan infiltrat perivaskuler yang superfisial dan dalam, yang terdiri atas limfosit,
histiosit dan eosinofil.
22
Pengobatan mencakup pemberantasan serangga yang mungkin dpat mengenai
anak, terutama fleas (cat & dog fleas, dan kuman fleas), serta kutu busuk. Tempat-tempat
tidur binatang peliharaan harus disemprot dengan insektisida. Juga lemari-lemari, sela-
sela rumah, permadani dan perkakas rumah tangga disemprot dengan semprotan
insektisida dua kali seminggu. Secara topical penderita diberi losio antipruritus. Krim
kortikosteroid dapat di pakai. Antihistamin peroral dapat menghilangkan rasa gatal.
3) Prurigo hebra
a) Definisi
Prurigo hebra ialah penyakit kulit kronik dimulai sejak bayi atau anak. Kelainan kulit
terdiri atas papul-papul miliar berbentuk kubah sangat gatal, lebih mudah diraba dari pada
dilihat, terutama di daerah ekstremitas bagian ekstensor.
b) Epidemiologi
Penyakit ini sering terdapat pada keadaan sosio-ekonomi dan higiene yang rendah. Di
Jakarta penderita wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Umumnya terdapat pada anak. Di
Eropa dan Amerika serikat penyakit ini jarang..
Penyebabnya yang pasti belum diketahui. Umumnya ada saudara yang juga menderita
penyakit ini, karena itu ada yang menganggap penyakit ini herediter.
Sebagian para ahli berpendapat bahwa kulit penderita peka terhadap gigitan serangga,
misalnya nyamuk. Mungkin antigen atau toksin yang ada dalam ludah serangga
23
menyebabkan alergi. Disamping itu juga terdapat beberapa factor yang berperan, antara lain :
suhu, investasi parasit (misalnya Ascaris atau Oxyruris). Juga infeksi fokal, misalnya tosil
atau saluran cerna, endokrin, alergi makanan. Pendapat lain mengatakan penyakit ini didasari
factor atopi.
d) Gejala Klinis
Mulainya penyakit ini sering pada anak berumur diatas satu tahun. Kelainan yang
khas ialah adanya papul-papul miliar tidak berwarna,bentuk kubah,lebih mudah di raba dari
pada dilihat. Garukan yang terus menerus menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta,
hiperpigmentasi dan likenifikasi. Sering pula terjadi infeksi sekunder. Jika telah kronik
tampak kulit yang sakit lebih gelap kecokelatan dan berlikenifikasi.
Kelenjar getah bening regional biasanya membesar, meskipun tidak disertai infeksi,
tidak nyeri, tidak bersupurasi,pada perabaan teraba lebih lunak. Pembesaran tersebut disebut
bubo prurigo. Keadaan umum penderita biasanya pemurung atau pemarah akibat kurang
tidur, kadang-kadang nafsu makan bberkurang sehingga timbul anemia dan malnutrisi.
Untuk menyatakan berat-ringannya penyakit di pakai istilah prurigo mitis, jika ringan,
bila berat disebut prurigo feroks (agria). Prurigo mitis hanya terbatas di ekstremitas bagian
ekstensor serta sembuh sebelum akil balik. Sebaiknya prurigo feroks, lokasi lesi lebih luas
dan berlanjut sampai dewasa.
e) Diagnosis Banding
Diagnosis prurigo hebra terutama berdasarkan gambaran klinis ialah adanya papul-
papul miliar, berbentuk kubah terutama terdapat terdapat di ekstremitas bagian ekstensor.
Keluhanya ialah sangat gatal,biasanya pada anak. Sebagai diagnosis banding adalah scabies.
Pada penyakit tersebut gatal terutama pada malam hari, orang-orang yang berdekatan juga
terkena. Kelainan kulit berupa banyak vesikel dan papul pada lipatan-lipatan kulit.
24
f) Pengobatan
Karena penyebab prurigo belum diketahui, maka tidak ada pengobatan yang tepat.
Penatalaksanaannya ialah menghindari hal-hal yang ada kaitanya dengan prurigo, yakni
menghindari gigitan nyamuk atau serangga, mencari dan mengobati infeksi fokal,
memperbaiki hygiene perseorangan maupun lingkungan. Pengobatan bersifat simptomatik,
yakni mengurangi gatal dengan pemberian sedativa. Bila terdapat infeksi sekunder diobati.
Contoh pengobatan topical ialah sulfur 5-10% dapat diberikan dalam bentuk bedak
kocok atau salap. Untuk mengurangi gatalnya dapat diberikan mentol 0,25-1% atau kamper
2-3%. Bila terdapat infeksi sekunder berikan antibiotic topical. Kadang-kadang dapat
diberikan steroid topical untuk menekan inflamasi bila kelainan tidak begitu luas.
g) Prognosis
C. Pedikulosis Korporis
1. Definisi
Infestasi kutu pedikulosis humanus korporis pada badan (Ronny P Handoko)
2. Etiologi
Pediculus humanus var corporis mempunyai jenis kelamin, yakni jantan dan
betina, yang betina berukuran panjang 1,2-4,2 mm dan lebar kira-kira setengah
panjangnya, sedangkan yang jantan lebih kecil. Siklus hidup dan warna kutu ini sama
dengan yang ditremukan pada kepala.
3. Epidemiologi
Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan
hygiene yang buruk, misalnya penggembala,disebabkan mereka jarang mandi atau jarang
mengganti dan mencuci pakaian. Maka itu penyakit ini sering disebut penyakit vagabond.
Hal ini disebabkan karena kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas di sela-
sela lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah. Penyebaran
25
penyakit ini bersifat kosmopolit, lebih sering pada daerah beriklim dingin karena orang
memakai baju tebal serta jarang dicuci.
4. Cara penularan
Melalui pakaian pada orang yang dadanya berambut terminal kutu ini dapat
melekat padarambut tersebut dan dapat ditularkan melalui kontak langsung.
5. Pathogenesis
6. Gejala klinis
7. Diagnosa banding
Neurotic excoriation
8. Prognosis
Baik dengan menjaga hygiene.
9. Pengobatan
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko R P. 2009. Penyakit Parasit Hewani (skabies) dalam Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin, Djuanda Adhi, Hamzah M, Aisah S (ed). edisi kelima cetakan keempat,
2013 dengan perbaikan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. hal. 122 - 125
2. Wolff Klaus, Johnson Allen Richard. 2009. Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology, 6th edition. New York: McGraw-Hill Inc.
3. Stone S P, Goldfard J N and Bacelieri R E. In : Freedberd IM, Eisen AZ, Wolff K,
Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, Fitzpatrick TB,eds. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. 7th Edition. New York: McGraw-Hill. 2008.
4. Siregar .R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2, Penyakit Kulit
Karena Parasit dan Insekta : Skabies, hal 164 - 167. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG.
27