Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun yang disebabkan


karena adanya peradangan atau inflamasi yang dapat menyebabkan
kerusakan sendi dan nyeri. Nyeri dapat muncul apabila adanya suatu
rangsangan yang mengenai reseptor nyeri. Penyebab arthritis rheumatoid
belum diketahui secara pasti, biasanya hanya kombinasi dari genetic,
lingkungan, hormonal, dan faktor system reproduksi. Namun faktor pencetus
terbesar adalah faktorinfeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus (Yuliati,
et.a., 2013).

Jumlah penduduk yang bertambah dan usia harapan hidup lansia


akan menimbulkan berbagai masalah antara lain masalah kesehatan,
psikologis, dan sosial ekonomi. Permasalahan pada lansia sebagian besar
adalah masalah kesehatan akibat proses penuaan, ditambah permasalahan
lain seperti masalah keuangan, kesepian, merasa tidak berguna, dan tidak
produktif. Banyaknya permasalahan yang dihadapi lansia, maka masalah
kesehatanlah yang jadiperan pertama dalam kehidupan lansia seperti
munculnya penyakit-penyakit yang sering terjadi pada lansia (BKKBN,
2012).penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat
proses alamiah yaitu proses menua (Aging) dengan adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi.
Permasalahan yang berkembang memiliki keterkaitan dengan perubahan
kondisi fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi fisik pada lansia
diantaranya adalah menurunnya kemampuan muskuloskeletal kearah yang
lebih buruk (Nugroho, 2010).

Penduduk lansia (usia 60 tahun keatas) di dunia tumbuh dengan


sangat cepat bahkan tercepat di bidang kelompok usia lainnya. Penduduk

1
lansia mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2015, jumlah
penduduk lansia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20,547,541
pada tahun 2016 (Bureau, 2016). Penderita arthritis rheumatoid pada lansia
diseluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 lansia
didunia ini menderita reumatik. Diperkirakan angka ini terus meningkat
hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami
kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%
penduduk dunia terserang penyakit arthritis rheumatoid,dimana 5-10%
adalah merekayang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55
tahun (WHO, 2012).

Di Indonesia reumatik mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini


menunjukkan bahwa tingginya angka kejadian reumatik. Peningkatan
jumlah populasi lansia yang mengalami penyakit reumatik juga terjadi di
Jawa Timur, berdasarkan data statistik Indonesia (2016), di Jawa Timur
jumlah lansia padatahun 2015 adalah 173.606 orang, dengan status
kesehatan baik 64.818 orang, cukup baik 72.705 orang dan status
kesehatan kurang baik 36.083 orang. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Ponorogo didapatkan jumlah 10 penyakit terbesar di Kabupaten Ponorogo
pada tahun 2016 yang pertama adalah penyakit reumatik (16,76%),
kemudian diikuti hipertensi (14,96%), ISPA (13,15%), Maag (12,17%),
Alergi (10.73%) dan yang terakhir adalah mata (3,38%). Di Puskesmas
Kecamatan Bungkal dalam dua bulan terakhir juga menunjukkan bahwa
mayoritas lansia mengalami penyakit reumatik yaitu berjumlah 180 orang,
adapun secara keseluruhan angka kesakitan penyakit reumatik Puskesmas
se Kabupaten Ponorogo yaitu 3.047 orang (Dinkes, 2016).

Gout merupakan penyakit yang diderita oleh banyak orang. Gout


sering dikaitkan dengan masyarakat yang mmiliki gaya hidup berlebihan.
Insiden dan prevalensi gout terus meningkat setiap tahunnya. Gout adalah
salah satu tipe dari arthritis yang disebabkan karena terlalu banyak atau

2
tidak normalnya kadar asam urat didalam tubuh karena tubuh tidak bisa
mensekresikan asam urat secara normal. Kadar asam urat yang normal
pada pria adalah 7 mg/dl sedangkan pada wanita dibawah 6 mg/dl (Dipiro
et al, 2009).

Asam urat merupakan sisa metabolisme zat purin yang berasal dari
makanan yang dikonsumsi. Purin adalah zat yang terdapat dalam setiap
bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Purin juga
dihasilkan dari perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal
(Hidayat, 2009).

Berdasarkan World Health Organization WHO Prevelensi asam


urat (gout) di Amerika Serikat sekitar 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan 6,4
asus per 1000 perempuan.pervelensi ini berbeda di tiap negara, berkisar
antara 0,27% di Amerika hingga 10,3% selandia baru. Peningkatan
insidens gout dikaitkan dengan peruubahan pola diet dan gaya hidup,
peningkatan kasus obesitas dan sindrom metaboli. Kejadian hiperurisemia
di indonesia banyak terjadi pada suku Minahasa dan Tapanuli, karena
mereka banyak yang mengonsumsi alkohol dan ikan. sedangkan di
JawaTengah Prevalensipenderita gout hiperurisemia kira-kira 2,6-47,2%
yang bervariasi padaberbagai populasi. Sedangkan prevalensi gout juga
bervariasi antara 1-15,3%.

Pada suatu studi didapatkan insidensi gout 4,9% pada kadar asam
urat darah >9 mg/dL, 0,5% pada kadar 7-8,9%, dan 0,1% pada kadar <7
mg/dL. Insidensi kumulatif gout mencapai angka 22% setelah 5 tahun,
pada kadar asam urat >9 mg/dL (Hidayat, 2009).

Kasus kejadian gout di indonesia mencapai 65% dan di jawa tengah


mencapai 35,7%, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Kartasura
mencapai 23% pada bulan Maret-April 2015 mencapai 48 kasus. Yang di

3
bagi dalam kasus lama sebanyak 3 kasus lama dan 45 kasus baru. Penderita
yang mengidap asam urat antara perempuan lebih banyak di bandingkan
laki-laki(Depkes, 2011).

Kanker tulang merupakan salah satu jenis kanker yang cukup sering
dijumpai di Indonesia. Berbeda dengan kanker mulut rahim atau kanker
payudara, informasi tentang gejala kanker tulang masih sangat sedikit.
Oleh karenanya, kanker tulang sering didiagnosis dalam keadaan terlambat.
Ada 53 jenis kanker tulang yang dapat menyerang tulang manapun di
dalam tubuh dan penderita umumnya berusia belasan tahun (Hutagalung
dalam Kompas, 2009).

Di Indonesia, kanker tulang menempati prevalensi terbanyak ketiga


(0.9 per 100.000) setelah kanker darah (2,8 per 100.000) kemudian kanker
mata (2,4 per 100.000). Masyarakat awam seringkali tidak menyadari
adanya kanker tulang, karena gejalanya mirip reumatik dan osteoporosis,
yaitu nyeri di bagian tulang atau sendi dan adanya pembengkakan atau
benjolan (Octavia, 2009).

Tumor tulang primer lebih jarang dijumpai daripada lesi metastatik,


menurut data ststistik yang ada hanya 0,2% dari semua kasus neoplasma
yang merupakan tumor tulang primer. Pada orang dewasa lebih dari 40 %
tumor tulang primer adalah chondrosarcoma, diikuti osteosarcoma 28%,
chondroma 10%, Ewing‘s tumor 8%, dan fibrosarcoma 4%, dan sisanya
adalah kasus tumor tulang yang jarang di temukan. Pada anak-anak dan
remaja yang umurnya kurang dari 20 tahun di dapati osteosarcoma 56%
dan Ewing’s tumor 34% lebih banyak dari chondrosarcoma 6%.
Chondrosarcoma lebih sering dijumpai pada orang dewasa dengan umur
pada saat didiagnosis rata-rata 51 tahun, kurang dari 5% kasus muncul
pada pasien dengan usia kurang dari 20 tahun ( American Cancer Society,
2014

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Artritis Reumatoid

Artritis Reumatoid atau Rheumatoid arthritis (RA) adalah


penyakit autoimun sistemik (Symmons, 2006). RA merupakan salah
satu kelainan multisistem yang etiologinya belum diketahui secara
pasti dan dikarateristikkan dengan destruksi sinovitis (Helmick, 2008).
Penyakit ini merupakan peradangan sistemik yang paling umum
ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris (Dipiro, 2008).
Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan
inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima
sendi (poliartritis) (Pradana, 2012).

B. Etiologi

Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun,


kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara
faktor genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009).

1. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini


memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%
(Suarjana, 2009).
2. Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari
Placental Corticotraonin Releasing Hormone yang mensekresi
dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat penting
dalam sintesis estrogen plasenta. Dan stimulasi esterogen dan
progesteron pada respon imun humoral (TH2) dan menghambat
respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan
sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang
berlawanan terhadap perkembanganpenyakit ini (Suarjana, 2009).

5
3. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel
induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T
sehingga muncul timbulnya penyakit RA (Suarjana, 2009).
4. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi
sebagai respon terhadap stres. Protein ini mengandung untaian
(sequence) asam amino homolog. Diduga terjadi fenomena
kemiripan molekul dimana antibodi dan sel T mengenali epitop
HSP pada agen infeksi dan sel Host. Sehingga bisa menyebabkan
terjadinya reaksi silang Limfosit dengan sel Host sehingga
mencetuskan reaksi imunologis (Suarjana, 2009).
5. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok (Longo,
2012).
C. Patofisiologi

RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang


sendi. Reaksi autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan
sendi mulai terjadi dari proliferasi makrofag dan fibroblas sinovial.
Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi proliferasi sel-
sel endotel kemudian terjadi neovaskularisasi. Pembuluh darah pada
sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan kecil atau sel-sel
inflamasi. Terbentuknya pannus akibat terjadinya pertumbuhan yang
iregular pada jaringan sinovial yang mengalami inflamasi. Pannus
kemudian menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang Respon
imunologi melibatkan peran sitokin, interleukin,proteinase dan faktor
pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan destruksi sendi dan
komplikasi sistemik (Surjana, 2009).

Sel T dan sel B merupakan respon imunologi spesifik. Sel T


merupakan bagian dari sistem immunologi spesifik selular berupa Th1,
Th2, Th17, Treg, Tdt h, CTL/Tc, NKT. Sitokin dan sel B merupakan
respon imunologi spesifik humoral, sel B berupa IgG, IgA, IgM, IgE,
IgD (Baratwidjaja, 2012).

6
Peran sel T pada RA diawali oleh interaksi antara reseptor sel
T dengan share epitop dari major histocompability complex class II
(MHCII-SE) dan peptida pada antigen-presenting cell (APC) pada
sinovium atau sistemik. Dan peran sel B dalam imunopatologis RA
belum diketahi secara pasti(Suarjana, 2009).

D. Manifestasi Klinis
Manifesta si klinis RA terbagi menjadi 2 kategori yaitu
manifestasi artikular dan manifestasi ekstraartikular (Suarjana, 2009).

Manfestasi artikular RA terjadi secara simetris berupa


inflamasi sendi, bursa, dan sarung tendo yang dapat menyebabkan
nyeri, bengkak, dan kekakuan sendi, serta hidrops ringan
(Sjamsuhidajat, 2010). Tanda kardinal inflamasi berupa nyeri,
bengkak, kemerahan dan teraba hangat mungkin ditemukan pada awal
atau selama kekambuhan, namun kemerahan dan perabaan hangat
mungkin tidak dijumpai pada RA kronik (Surjana, 2009).

Sendi-sendi besar, seperti bahu dan lutut, sering menjadi


manifestasi klinis tetap, meskipun sendi-sendi ini mungkin berupa
gejala asimptomatik setelah bertahun-tahun dari onset terjadinya
(Longo, 2012).

Manifestasi ekstraartikular jarang ditemukan pada RA


(Syamsyuhidajat, 2010). Secara umum, manifestasi RA mengenai
hampir seluruh bagian tubuh. Manifestasi ekstraartikular pada RA,
meliputi (Longo, 2012).

a. Konstitusional, terjadi pada 100% pasien yang terdiagnosa RA.


Tanda dan gejalanya berupa penurunan berat badan, demam
>38,3oc , kelelahan (fatigue), malaise, depresi dan pada banyak
kasus terjadi kaheksia, yang secara umum merefleksi derajat

7
inflamasi dan kadang mendahului terjadinya gelaja awal pada
kerusakan sendi (Longo, 2012).
b. Nodul, terjadi pada 30-40% penderita dan biasanya merupakan
level tertinggi ktivitas penyakit ini. Saat dipalpasi nodul biasanya
tegas, tidak lembut, dan dekat periosteum, tendo atau bursa. Nodul
ini juga bisa terdapat di paru-paru, pleura, pericardium, dan
peritonuem. Nodul bisanya benign (jinak), dan diasosiasikan
dengan infeksi, ulserasi dan gangren (Longo, 2012).
c. Sjogren’s syndrome, hanya 10% pasien yang memiliki secondary
sjogren’s syndrome. Sjogren’s syndrome ditandai dengan
keratoconjutivitis sicca (dry eyes) atau xerostomia (Longo, 2012).
d. Paru (pulmonary) contohnya adalah penyakit pleura kemudian
diikuti dengan penyakit paru interstitial (Longo, 2012).
e. Jantung (cardiac) pada <10% penderita. Manifestasi klinis pada
jantung yang disebabkan oleh RA adalah perikarditis,
kardiomiopati, miokarditis, penyakti arteri koreoner atau disfungsi
diastol (Longo, 2012).
f. Vaskulitis, terjadi pada <1% penderita, terjadi pada penderita
dengan penyakit RA yang sudah kronis (Longo, 2012).
g. Hematologi berupa anemia normositik, immmune mediated
trombocytopenia dan keadaan dengan trias berupa neutropenia,
splenomegaly,dan nodular RA sering disebut dengan felty
syndrome. Sindrom ini terjadi pada penderita RA tahap akhir
(Longo, 2012).
h. Limfoma, resiko terjadinya pada penderita RA sebesar 2-4 kali
lebih besar dibanding populasi umum. Hal ini dikarenakan
penyebaran B-cell lymphoma sercara luas (Longo, 2012).

E. PemeriksaanPenunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa hasil uji laboratorium dipakai untuk
membantu menegakkan diagnosis artritis reumatoid. Sekitar

8
85% penderita artritis reumatoid mempunyai autoantibodi di
dalam serumnya yang dikenal sebagai faktor reumatoid.
Autoantibodi ini adalah suatu faktor anti-gama globulin (IgM)
yang bereaksi terhadap perubahan IgG. Titer yang tinggi,
lebih besar dari 1:160, biasanya dikaitkan dengan nodula
reumatoid, penyakit yang berat, vaskulitis, dan prognosi
yangburuk.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada awal penyakit tidak ditemukan, tetapi setelah
sendi mengalami kerusakan yang berat dapat terlihat
penyempitan ruang sendi karena hilangnya rawan sendi.
Terjadi erosi tulang pada tepi sendi dan penurunan densitas
tulang. Perubahan ini sifatnya tidak reversibel. Secara
radiologik didapati adanya tanda-tanda dekalsifikasi
(sekurang-kurangnya) pada sendi yang terkena.

F. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi adalah:
1. Meringankan rasanyeridanperadangan
2. Memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional
maksimal penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas

Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini


yang merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan
tersebut yaitu:

1. Iatirahat
2. Latihan fisik
3. Pengobatan
- Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar
salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100
ml.
- Natrium kolin dan asetamenofen à meningkatkan toleransi
saluran cernaterhadap terapi obat

9
- Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 –
600 mg/hari à mengatasi keluhan sendi, memiliki efek
steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid
yang diperlukan.
4. Nutrisi dan diet untuk penurunan berat badan yang berlebihbila
Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi,
pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan
memperbaiki fungsi.

G. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada
tungkai.
Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum
pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
2. PemeriksaanFisik
1. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi
(bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit,
dan pembengkakan.
2. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-
sendi synovialCatat bila ada deviasi (keterbatasan gerak
sendi)
Catat bila ada krepitasi, catat bioa terjadi nyeri saat sendi
digerakan.
3. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara
bilateral.
Catat bilaadaatrofitonus yang berkurang, ukurkekuatan otot.
4. Kaji tingkat nyeri, derajatdanmulainya.
5. Kaji aktivitas/kegiatansehai-hari.
6. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan
yang cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami
deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan

10
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan
pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body
image dan harga diri klien.
H. Diagnosa keperawatan.
1. Nyeri akut/ kronis b/d agen cedera biologis, distensi jaringan
oleh akumulasi cairan, proses inflamasi, distruksi sendi.
2. Ganguan mobilitas fisik b/d kerusakan muskulaskeletal dan
neuromuscular serta kelakuan sendi atau kontraktur.
3. Ganguan citra tubuh b/d penyakit dan biofisik.
4. Defisit perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal.
5. Resiko cedera b/d kerusakan mobilitas fisik.
6. Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpadannya informasi
I. Intervensi keperawatan
1. Dx I : Nyeri akut/kroni b/d proses inflamasi
Hasil yang diharapkan :
- Menunjukan nyeri hilang/ terkontrol.
- Terlihat rileks, dapat tidur/ beristirahat dan berpatisipasi
dalam aktivitas sesuai kemampuan.
- Mengikuti program farmologi yang diresepkan

Intervensi :
1. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi insentitas, catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda
rasa sakit non verbal.
R/ membantu dalam menentukan kebutuhan
menejemen nyeri dan efektifan program.
2. Dorong klien untuk sering mengubah posisi
R/ mencegah terjadinya kelelahan umum kekuatan
sendi, menstabilkan sendi mengurangi gerakan pada
sendi.
3. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat
R/ meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekuatan di
pagi hari.
4. Dorong penggunaan teknik menejemen stress,
misalnya relasasi progresif.

11
R/ meningkatkan relaksasi, memberikan rasa
control, menindaklanjutkan kemampuanKolaborasi
pemberian analgetik sesuai

2. Dx II: Ganguan mobilitas fisik b/d kerusakan


mukkuluskeletal, kekakuan sendi
- empertahankan funngsi posisi dengan pembatasan
kontraktur.
- Meningkatkatkan kekuatan dan fungsi/ kompensesi bagian
tubuh.
- Mendemonstrasikan teknik yang memmungkinkan
melakukan aktivitas

Intervensi :
1. Evaluasi/ lanjutan pemantauan tingkat inflamasi
R/ tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
perkembangan/ resulusi dan proses inflamasi.
2. Pertahanan istirahat tirah/ duduk.
R/ istirahat sistenik di anjurkan selama akserbesi akut
dan seluruh fase.
3. Bantu dengan rentang pasif/ aktif
R/ mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi,
kekuatan otot dan stamina umur.
4. Demonstrasikan/ bantu teknik pemindahan dan
penggunaan banntuan mobilitas
R/ menghilangkan tekanan pada jaringan dan
meningkatkan sirkulasi.
5. Kolaborasi, konsul, dengan individual
R/ berguna dalam memformasikan program latihan/
aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan induvidal

3. Dx III: Gangguan citra tubuh b/d penyakit dan biofifisik


Hasil yang di harapkan :

12
- Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam
kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya
hidup dan kemungkinan keterbatasan.
- Menyusun rencana realistis untuk masa depan
Intervensi :
1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses
penyakit, harapan masa depan.
R/ untuk mengidentivikasikan rasa takut/ kesalahan
konsep dan menghadapinya langsung..
2. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada
pasien/orang terdekat.
R/ mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi
presepsi dirindan interaksi dengan orang lain akan
menentukan kebutuhanterhadap intervensi/ konseling
lebi lanjut.
3. Diskusikan presepsi pasien mengenai bagaimana orang
terdekat menerima keterbatasan
R/ istirahat verbal/ non verbal orang terdekat daapat
pengaruhi bagaimana pasien memmandang dirinya
sendiri.
4. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas
R/ meningkatkan perasaan harga diri, mendorong
kemandirian, berpatisipasi dalam therapi.
5. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang di perlukan
R/ mempertahankan penampilan yang dapat
meningkatkan citra diri
4. Dx IV: Defisit perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal
Hasil yang di harapkan :
- Melaksanakan aktiviytas perawatan diri pada tingkat yang
konsisten dengan kemampuan individual.
- Mendemonstrasikan perrubahan teknik/ gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
- Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang
dapat memenuhi kebutuhan keperawatan diri

13
Intervensi :
1. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan
R/ menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang
akan meningkatkan harga diri.
2. Diskusikan tentang tingkat fungsi umum sebelum timbul
awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial
R/dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan
adptasi yang di perlukan dalam keterbatasan saat ini.
3. Pertahankan mmobilitas, control terhadap nyeri dan
program latihan.
R/ mendukung kemandirian fisik/ emosional.
4. Konsul dengan ahli therapinokupasi
R/ untuk menentukan alat bantu dalam kebutuhan
individual.
5. Kolaborasi : atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum
pemulangan dengan evaluasi dengan setelahnyan.
R/ mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkkin di
hadapi, karena tingkat kemampuan aktual

5. Dx V: Resiko cedera b/d kerusakan mobilitas fisik


Hasil yang di harapkan :
- Mengidentifikasi faktor-faktor resiko induvidu.
- Memodifkasi lingkungan sesuai petunjuk untuk
meningkatkan keamanan dan mengguanakan sumber-
sumber secara tepat
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital dan warna kulit, misalnya
tekanan darah, denyut nadi, pernapasan pucat, kulit/
perubahan warna.
R/ timbulnya pendarahan dapat menimbulkan sirkulasi
/syok.
2. Pantau perubahan tinngkat kesadaran dan ganngguan
pengelihatan
R/ perubahan dapat menunjukan adanya pendarahan
otak.

14
3. Mempartahankan lingkungan yang aman, misalnya :
menjagah agar seluruh benda yang di perlukan dan bel
pemanggil berada dalam jangkauan pasien
R/ mengurangi cedera yang tidak di sengaja, yang dapat
menyebabkan pendarahan.
4. Hindari benda-benda tajam dari klien
R/ agar tidak terjadi cedera pada klien
6. Dx VI: Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpadannya
informasi.
Hasil yang di harapkan :
- Menunjukan pemahaman tentang kondisi dan perawatan
- Mengembanngkan rencana untuk perawatan diri
Intervensi :
1. Diskusi kebiasaan pasien dalam piñatalaksanaan proses
penyakit
R/ untuk menekan inflamasi, mempertahankan fungsi
sendi, dan mencegah deformitas.
2. Tekanan tentang pentingnya melanjutkan menejemen
farmakoterapeutik
R/ keuntungan dari therapy obat-obatan tergabtung pada
ketetapan dosis.
3. Berikan informasi mengenai alat bantu
R/ memungkinkan induvidu untuk ikut serta secara
lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutukan.
4. Diskusikan teknik mrnghemat energy
R/ mencegah kepenatan, memberikan nkemudahan
keperawatan diri, dan kemandirian.
5. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintergrasi
yang realistis, istirahat, perawatan pribadi, pemberian
obat-obatan, terapi fisi dan manejemen stress.
R/ mengurangi ansietas pada waktu menangani proses
penyakit kronis kompleks.

15
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. E DENGAN ARTRITIS
REUMATOID DI RUMAH SAKIT X KOTA BANDUNG

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. E

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 63 tahun

Status Perkawinan : Menikah

16
Agama : Islam

Suku : Batak

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Teratai No.8A Sari Rejo Bandung

Golongan darah :A

Tanggal pengkajian :29 Mei 2017

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. B

Usia : 65 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Hubungan dengan : Suami

klien

3. Keluhan Utama
Ny. E mengeluh kakinya sakit dan kaku digerakkan dan sulit untuk
melakukan aktivitas.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Provocative/ palliative
1. Apa penyebabnya
Klien mengalami kelemahan pada ekstremitas bawah sehingga
membuat klien sulit untuk beraktivitas.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan Klien mengatasi masalahnya
dengan minum obat dari warung dan meminta anjuran obat dari
apotek saja.
b. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan

17
Klien mengatakan bahwa :”kakinya terasa berat dan nyeri untuk
bergerak sehingga kadang klien harus dibantu untuk mandi dan
berjalan menggunakan tongkat”.

2. Bagaimana dilihat

Klien terkadang duduk lama dikursi dan berbaring di tempat tidur.


Klien dapat berjalan sendiri dengan alat bantu tongkat dan
menyeret kakinya ketika berjalan.

c. Region
1. Dimana lokasinya

Bagian ekstremitas bawah (kaki).

2. Apakah menyebar

Klien mengatakan:” yang dialaminya tidak menyebar”.

3. Severity (Menggangu aktivitas)


Klien mengatakan:” saat ini kelemahan pada ekstremitas
bawah”.Dengan skala kekuatan otot 5 yang mengakibatkan sulit
untuk melakukan mobilisasi fisik.
d. Time
Kelemahan terjadi sejak 7 bulan tetapi sudah banyak
mengalami perubahan pergerakan.
4. Riwayat Kesehatan Masalalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Klien Tidak memiliki penyakit masa lalu yang serius.
b. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan jif. ka klien sakit maka langsung membeli
obat pereda nyeri (paracetamol) diwarung terdekat ataupun
apotek.
c. Pernah dirawat/dioperasi
Klien mengatakan “tidak pernah dirawat dirumah sakit”.
d. Lama dirawat
Klien mengatakan “tidak pernah dirawat dirumah sakit’’.
e. Alergi
Klienmengatakan ” tidak ada alergi obat ataupun makanan dan
minuman’.

18
f. Imunisasi
Klien mengatakan “bahwa dulu tidak ada dilakukan
imunisasi”.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Orang tua
Klien mengatakan:” orang tua sudah meninggal”
Saudara kandung.
b. Klien mengatakan”saudara kandung sehat dan tidak ada
penyakit”.
c. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan:” tidak ada penyakit keturunan seperti DM,
Hipertensi, dan Gangguan Jiwa,”.
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan:”tidak ada anggota keluarga mengalami
gangguan jiwa’’.
e. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan:” ayah, ibu dan suami sudah meninggal.
f. Penyebab meninggal

Klien mengatakan:” ibu dan ayah pasien meninggal


dikarenakan sakit tua,dan suami meninggal dikarenakan kanker
getah bening”.

6. Riwayat keadaan psikososial


a. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien mengatakan:” menerima segala kondisinya, dan tetap
menjalani keadaannya dan terus berusaha agar bisa sembuh
karena klien percaya bahwasanya dia bisa sembuh”.
b. Konsep diri
- Gambaran Diri : Klien menerima keadaan yang
sekarang, dan tetap semangat untuk dirinya sembuh.
- Ideal Diri : Klien ingin dapat melakukan aktivitasnya
sendiri.
- harga Diri : Klien tidak malu, dan tidak merasa
kurangkarena anaknya yang masih ada menolongnya.
c. Peran diri : Klien berperan sebagai orang tua.
d. Identitas : Klien berperan sebagai seorang Ibu.
e. Keadaan emosi: Keadaan emosi klien dalam keadaan stabil.
7. Hubungan Sosial

19
a. Orang yang berarti

Klien mengatakan:” Anak dan menantu yang sangat berarti


karena anaknya yang merawatnya sekarang ini dan yang
membantu dalam melakukan aktivitas”.

b. Hubungan dengan keluarga


Klien mengatakan:” hubungannya dengan anak dan cucunya
harmonis dan suka bermain bersama cucunya’’.
c. Hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan:" dengan orang lain juga suka bercengkrama
jika ada tamu di rumah ataupun tetangga datang kerumah”.
d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan:” tidak ada hambatan dengan orang lain,
bahkan orang-orang yang disekitarnya selalu menolong jika
pasien minta bantuan”.
e. Spiritual
Klien beragama Islam, pasien mengatakan tidak pernah
menjalankan ibadah sholat karena ia sedang sakit.
8. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum

Keadaan klien compos mentis, posisi klien lebih sering duduk,


keterbatasan melakukan aktifitas karena kakiyang terasa berat dan
sulit untuk digerakan.

B. Tanda-Tanda Vital
Suhu tubuh : 36 °C
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 72x/menit
Pernafasan : 24x/menit
TB : 155 cm
BB : 55 kg

C. Pemeriksaan Head to toe


1. Kepala dan Rambut:
- Bentuk : Oval,Tidak ada benjolan dan pembengkakan.
- Kulit kepala : Berminyak, tidak ada iritasi rambut

20
- Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut
tidak merata ada yang putih dan hitam.
- Bau : Rambut berbau
- Warna kulit : Kuning langsat
2. Mata :
- Kelengkapan mata : Mata dalam keadaan simetris kiri dan
kanan.
- Pupil : isokor (kiri dan kanan).
- Konjungtiva dan sklera : konjungtiva anemis dan sklera
berwarna putih.
3. Hidung:
- Tulang hidung dan posisi septum nasal : simetris kiri dan
kanan.
- Lubang hidung : simetris kiri dan kanan dan bersih
4. Telinga:
- Bentuk telinga : simetris kiri dan kanan
- Ukuran telinga : simetris kiri dan kanan
- Lubang telinga : terdapat serumen tapi dalam batas normal
Mulut dan faring
5. Keadaan bibir : Mukosa bibir lembab dan tidak pucat.
6. Keadaan gusi dan gigi : tidak ada perdarahan, gigi putih dan
bersih, dan tidak lengkap.
7. Leher:
- Posisi trachea : Dalam keadaan simetris
- Thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
- Suara : klien mengeluarkan dengan kata-kata jelas
- Denyut nadi karotis : teraba dan Tidak Menonjol
8. Pemeriksaan integumen
a. Kebersihan : kulit pasien tampak bersih
b. Warna : kulit klien berwarna coklat sawo matang
c. Turgor : turgor kulit <2 detik
d. Kelembaban : kulit lembab
e. Warna luka : tidak ada luka
f. Kelainan pada kulit : tidak ditemukan adanya kelainan seperti
kemerahan atau bercak-bercak merah
9. Pemeriksaan payudara dan ketiak
Klien tidak bersedia diperiksa karena merasa malu.
10. Pemeriksaan thoraks/dada Inspeksi thoraks : Simetris (besar antara
kiri dan kanan sama dan tidak ada benjolan dan pernafasan teratur
- Pernafasan : 24x/menit
- Tanda kesulitan bernafas : tidak ada tanda kesulitan bernafas

21
11. Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara : suara paru terdengar dan teratur
- Perkusi : bunyi resonan
- Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan Pemeriksaan
jantung
- Inspeksi : tidak dilakukan pemeriksaan
- Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
- Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
- Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
12. Pemeriksaan muskouloskletal/Ekstremitas

a. Ekstremitas Atas : simetris kiri dan kanan kekuatan otot tidak


ada edema

b. Ekstremitas Bawah : pasien mengalami kelemahan pada


pergerakan ekstremitas bawah sehingga sulit untuk melakukan
aktivitasnya.

D. Pola kebiasaan sehari-hari


1. Pola makan dan minum

a. Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari


b. Nafsu/ selera makan : Kurang untuk selera makan
c. Nyeri ulu hati : tidak mengalami nyeri ulu hati
d. Alergi : Tidak ada alergi pada makanan
e. Masalah makan dan minum : Tidak ada masalah.
2. Perawatan diri/ personal hygiene
a. Kebersihan tubuh : Mandi 1 kali sehari
b. Kebersihan gigi dan mulut : Gigi pasien tampak kuning
dan kurang bersih.
3. Pola kegiatan/aktivitas
- Mandi : mandi dibantu putri sendiri dan terkadang klien
bisa melakukan sendiri.
- Makan : Pasien masih bisa untuk melakukan aktivitas
makannya.

22
- Eliminasi : pasien mampu untuk mengontrol perkemihan
secara mandiri dan mampu kekamar mandi sendiri
4. Pola eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : tidak tentu
- Karakteristik feses : keras dan bulat seperti kelereng
- Riwayat perdarahan : tidak ada riwayat perdarahan
- Diare : tidak ada mengalami diare
- Penggunaan laksatif : tidak ada menggunakan laksatif

2. BAK
- Pola BAK : 5 kali sehari
- Karakter urine : bening, tidak berbau
- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada
mengalami kesulitan
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada
- Penggunaan diuretik : tidak ada penggunaan diuretik

23
E. ANALISA DATA

24
A. Diagnosa Keperawaatan (Prioritas)
1. .Nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang ditandai dengan wajah
dengan klien menggunakan alat bantu.meringis dan skala nyeri 5.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan otot lemah ditandai.
3. Resiko tinggi cedera fisik berhubungan dengan mobilitas menurun ditandai
dengan klien tampak berhati-hati saat berjalan.

25
26
27
BAB III

ASAM URAT

1. Definisi
Asam urat merupakan kelainan metabolik yang disebabkan karena
penumpukan purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.

Asam urat merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia,


serangan artritis akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal
urat di dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbulkan
batu saluran kemih (Edu S. Tehupeiory, 2000)

Arthritis Gout adalah suatu proses inflamasi (pembengkakan yang


terjadi karena deposisi, deposit/timbunan kristal asam urat pada jaringan
sekitar sendi. Gout juga merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok
gangguan metabolik yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi asam
urat.

2. Etiologi
 Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam
urat.

 Jenis kelamin dan umur: Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih
beresiko terjadinya asam urat yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan
wanita terjadi pada usia menopouse (50-60 tahun).

 Berat badan: Kelebihan berat badan meningkatkan risiko


hiperurisemia dan gout berkembang karena ada jaringan yang tersedia
untuk omset atau kerusakan, yang menyebabkan kelebihan produksi
asam urat.

28
 Konsumsi alkohol: Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan
hiperurisemia, karena alkohol mengganggu dengan penghapusan asam
urat dari tubuh.

 Diet: Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau


memperburuk gout. Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-
kacangan, rempelo dll.

 Obat-Obatan Tertentan: Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada


risiko untuk mengembangkan hiperurisemia dan gout. Diantaranya
golongan obat jenis diuretik, salisilat, niasin, siklosporin, levodova.

3. Patofisiologi
1. Presipitasi kristal monosodium urat, dapat terjadi di jaringan jika
konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl.

2. Respon leukosit polimorfonuklear (PMN) dan selanjutnya akan terjadi


fagositosis kristal oleh leukosit.

3. Fagositosis, terbentuk fagolisosom dan akhirnya membran vakuol


disekeliling kristal bersatu dengan membran leukositik lisosom.

4. Kerusakan lisosom, terjadi robekan membram lisosom dan pelepasan


enzim dan oksida radikal ke dalam sitoplasma.

5. Kerusakan sel, terjadi respon inflamasi dan kerusakan jaringan.

Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap
metabolisme normal dihasilkan asam urat. Normalnya, asam urat ini akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi
karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada
menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh.

29
Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu
banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak purin.
Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian
sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.

4. Tanda dan Gejala


1) Stadium Arthritis Gout Akut
 Sangat akut, timbul sangat cepat dalam waktu singkat.
 Keluhan utama: nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala
sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah.

 Faktor pencetus: trauma lokal, diet tinggi purin (kacang-kacangan,


rempelo dll), kelelahan fisik, stres, diuretic.

 Penurunan asam urat secara mendadak dengan allopurinol atau obat


urikosurik dapat menyebabkan kekambuhan.

2) Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut dimana terjadi periode
interkritikal asimptomatik.
3) Stadium Arthritis Gout Menahun
Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobati sendiri sehingga
dalam waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Pada tahap ini
akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang
disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk
seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus
ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya.
Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan
penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.

5. Pemeriksaan Penunjang

30
 Pemeriksaan Laboraturium: LED , CRP analisis cairan sendi asam urat
darah dan urine 24 jam ureum, kreatinin.. Peningkatan kadar asam urat
serum (hyperuricemia), Peningkatan asam urat pada urine 24 jam,
Cairan sinovial sendi menunjukkan adanya kristal urat monosodium,
Peningkatan kecepatan waktu pengendapan

 Pemeriksaan X-Ray: Pada pemeriksaan x-ray, menampakkan


perkembangan jaringan lunak

6. Penatalaksanaan
1) Non farmakologi
 Pembatasan makanan tinggi purin (± 100-150 mg purin/hari.
 Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB n BB.

 Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi) disarankan


tidak kurang dari 100 g/hari.

 Rendah protein yang bersumber hewani.

 Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.

 Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman sebanyak 2,5


ltr atau sekitar 10 gelas sehari dapat berupa air putih masak, teh, sirop
atau kopi.

 Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari juga. Alkohol
dapat meningkatkan asam laktat plasma yang akan menghambat
pengeluaran asam urat

2) Farmakologi
- Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali normal.
Kadar normalnya adl Wanita (2,4 – 6 mg/dl & Pria (3,0–7 mg/dl )
- Diet rendah purin : Kontrol makanan yg dikonsumsi tdk byk
mengandung purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing,emping,bayam,lemak dll)

31
- Banyak minum air putih 2-3 liter/hari, karena dpt membantu
membuang purin dalam tubuh/ melarutkan asam urat.
1. Hindari minum alkohol

2. Bed rest / tirah baring minimal 24 jam setelah serangan. Gout akan
cepat kambuh jika terlalu cepat bergerak

3. Pengobatan jangka panjang hingga sembuh tuntas, bukan minum obat


ketika sakit

4. Terapi dengan pengobatan:

 Kolkisin →suatu agen anti radang yg biasanya dipakai utk mengobati


serangan gout akut&mencegah serangan gout akut kemudian hari.
Diberikan dg dosis 0,5 mg/jam.

 Fenilbutazon →suatu agen anti radang yg digunakan utk mengobati


artritis gout.

 Allopurinol →untuk mengurangi pembentukan asam urat. Dengan


dosis 100-400 mg/hari.

 Probenesid &sulfinpirazin →suatu agen yang dpt menghambat proses


reabsorpsi asam urat oleh tubulus ginjal&meningkatkan ekskresi asam
urat.

 Analgesik →bila nyeri bertambah berat.

5. Pembedahan dilakukan bila tofi besar dan mengganggu gerakan sendi

7. Komplikasi
1. Merusak tulang akibat tofi (timbunan asam urat pada jaringan lunak)
2. Kelumpuhan sendi
3. Terbrntuk batu uratt diginjal

32
ASUHAN KEPERAWATAN NY. A DENGAN ASAM URAT DI RUMAH SAKIT
B KOTA BANDUNG

a. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny A
Usia : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku :Melayu
Alamat : Dsn IX desa percut
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. T
Usia : 57 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : dsn IX desa percut

3. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi


a). Pekerjaan saat ini Klien mengatakan saat ini hanya
dirumah saja, kadang kadang kalau ada kemauan
klien pergi ke kebun yang ada di samping rumahnya.
b). Pekerjaan sebelumnya Klien mengatakan
pekerjaanya dulu adalah petani
c). Sumber pendapatan
Klien mengatakan sumber pendapatan dulu dari
hasil yang ada dikebunnya
d). Kecukupan pendapatan
Klien mengatakan pendapatannya %ukup untuk
makan sehari-hari.
4. lingkungan tempat tinggal kebersihan dan kerapian
a). RuanganTerkesan tidak rapi atau berantakan
b). Penerangan Kurang

33
c). sirkulasi udaraKurang karena hanya terdapat satu jendela didepan
rumah
d). Sumber air minum

PAM

e). Keadaan kamar mandi

Kecil dan lantai licin dan berlumut


f). Pembuangan sampah Ditumpuk didepan rumah
g). Resiko injury
Kamar mandi berlumut dan licin

5. Riwayat kesehatan
Tn. Y mengatakan sudah mengetahui bahwa dirinya terkena asam urat
sudah sekitar 7 tahunan, sudah pernah periksa beberapa kali didokter
praktek, RS, Mantri praktek. Terakhir sekitar 6 bulan yang lalu dicek
kadar asam uratnya 8,4 mg/dL. Tn Y mengatakan suka minum kopi
sehari bisa 5-8 gelas juga merokok. Pada tanggal 09 Oktober 2017 di
cek hasilnya 14 mg/dL.

6. Riwayat kesehatan dahulu


Tn Y mengatakan pernah mengalami asam urat.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Anak Tn Y mengatakan tidak mengetahui riwayat kesehatan anggota
keluarga terdahulu.

8. Pemeriksaan fisik

1 Keadaan Umum : Baik


A Tekanan darah : 110/80 mmHg
B Nadi : 80 x/menit
C RR : 20 x/menit
D Suhu : 36,7 C
2 Kulit dan kuku
Inspeksi
A Warna kulit : Coklat
Warna kuku tampak kecoklatan, tampak menebal

34
dan mengeras
B Lesi : tidak ada lesi
C Pigmentasi berlebih : tidak ada pigmentasi berlebih
D Jaringan parut : tidak ada jaringan parut
e Distribusi rambut : rambut tipis, beruban
f Kebersihan kuku : kuku terpotong pendek, rapi dan
bersih
g Kelainan pada kuku : tidak ada kelainan pada kuku
h Bulla (lepuh) : tidak terdapat bulla (lepuh)
i Ulkus : tidak terdapat ulkus
Palpasi
a Tekstur : tekstur kulit keriput
b Turgor : Elastis < 2 detik
c Pitting edema : tidak terdapat pitting edema
d Capilarry refill time : < 3 detik
3 Kepala
Inspeksi
a Bentuk kepala : Mesocepal
b Kebersihan : Bersih, tidak ada ketombe dan kotoran
c Warna rambut : Putih beruban
d Kulit kepala : Bersih, tidak terdapat ketombe, tidak
terdapat lesi.
e Distribusi rambut : Merata
f Kerontokan rambut : Tidak ada
g Benjolan dikepala : Tidak ada benjolan di kepala
h Temuan/keluhan lain : Tidak ada
Palpasi
a Nyeri kepala : Tidak ada nyeri kepala
b Temuan/keluhan lain : Tidak ada
4 Mata
Inspeksi
a Ptosis : Ya, ada kantung mata
b Iris : Warna kecoklatan
c Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis
d Sklera : Sklera tidak ikterik
e Kornea : Kornea jernih
f Pupil : Isokor
g Peradangan : Tidak ada peradangan
h Katarak : Tidak ada katarak
j Gerak bola mata : Gerakan bola mata simetris
k Alat bantu penglihatan : Tidak ada
Palpasi
a Kelopak mata : Tidak terdapat nyeri tekan pada
kelopak mata, terdapat kantung mata

35
5 Telinga
Inspeksi
a Bentuk telinga : Bentuk telinga simetris
b Lesi : Tidak terdapat lesi
c Peradangan : Tidak tampak adanya peradangan
pada telinga
d Kebersihan telinga luar : Telinga luar tampak bersih
e Kebersihan lubang telinga : Tampak adanya sedikit serumen pada
kedua telinga
f Membran timpani : Membran timpani utuh
g Fungsi pendengaran : Fungsi pendengaran ada penurunan
Palpasi
a Daun telinga : Tidak terdapat benjolan dan tidak ada
nyeri tekan pada daun telinga
6 Hidung dan sinus
Inspeksi
a Bentuk : Bentuk hidung simetris
b Peradangan : Tidak tampak adanya peradangan
pada hidung
c Penciuman : Fungsi penciuman baik, klien dapat
membedakan bau
Palpasi
a Sinusitis : Tidak tampak adanya sinusitis
b Temuan / keluhan lainnya : Tidak terdapat nyeri tekan pada
hidung

7 Mulut dan tenggorokan


Inspeksi
b Mukosa : Mukosa bibir lembab
c Bibir pecah-pecah : Tidak ada
d Kebersihan gigi : Gigi tampak bersih
e Gigi berlubang : Tidak ada
f Gusi berdarah : Tidak ada perdarahan pada gusi
g Kebersihan lidah : Bersih
h Pembesaran tonsil : Tidak tampak adanya pembesaran
tonsil
i Temuan yang lain : Tidak ada stomatitis, tidak ada
kesulitan menelan makanan

8 Leher
Inspeksi kesimetrisan leher : Leher tampak simetris
Palpasi
a Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

36
b Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
9 Dada dan tulang belakang
Inspeksi
a Bentuk dada : Bentuk dada simetris
b Kelainan bentuk dada : Tidak ada kelainan bentuk dada
c Kelainan tulang belakang : Tidak terdapat kelainan tulang
belakang
10 Pernafasan
Inspeksi
a Pengembangan dada : Pengembangan dada simetris
b Pernafasan : Irama nafas teratur
c Retraksi interkosta : Tidak ada retraksi interkosta
d Nafas cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
Palpasi
a Taktil fremitus : Taktil fremitus kanan = taktil fremitus
kiri
b Pengembangan dada : Pengembangan dada simetris
Perkusi : Perkusi sonor
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler
a Suara tambahan : Tidak ada suara nafas tambahan
seperti wheezing, ronchi dan
krekles
b Temuan / keluhan lainnya : Tidak teraba massa dan nyeri tekan
pada area dada
11 Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada IC V
midclavicula sinistra
a Iktus kordis : Tidak tampak
b Nadi radialis : 80 x/menit teraba teratur
Perkusi : Redup
Auskultasi
a Bunyi jantung : Bunyi jantung I, dan II murni. Tidak
terdengar suara tambahan
12 Gastrointestinal
Inspeksi : Bentuk abdomen datar
Auskultasi : Peristaltik usus 12 x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak teraba massa, tidak terdapat
nyeri tekan pada abdomen.
14 Perkemihan
a Warna urin : Warna urin kuning
b Jumlah urin : ± 1500 cc/hari

37
c Nyeri saat BAK : Tidak nyeri saat BAK
d Hematuria : Tidak ada hematuria
e Rasa terbakar saat BAK : Tidak ada rasa terbakar saat BAK
f Perasaan tidak lampias (anyang- : Tidak ada
anyangan)
g Mengompol : Tidak ada
h Tidak bisa BAK : Tidak ada
15 Muskuloskeletal
Inspeksi
a Lesi kulit : Tidak ada
b Tremor : Tidak ada
Palpasi
a Tonus otot ekstremitas atas : Baik
b Tonus otot ekstremitas bawah : Baik
c Kekuatan ekstremitas atas : Kuat (skor 5)
d Kekuatan ekstremitas bawah : Kuat (skor 5)
e Rentang gerak : Terbatas karena ada nyeri pada lutut
f Edema kaki : Tidak terdapat edema
g Refleks Bisep : Kanan (+) Kiri (+)
h Refleks Trisep : Kanan (+) Kiri (+)
j Refleks patella : Kanan (+) Kiri (+)
j Refleks Achilles : Kanan (+) Kiri (+)
k Deformitas sendi : Tidak ada
l Nyeri ekstremitas : Nyeri pada lutut
16. Sistem Endokrin
a Pembesaran tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
b Riwayat penyakit metabolik : Terdapat riwayat penyakit metabolik
seperti DM
17. Genetalia dan anal
a Kebersihan : Bersih
b Haemoroid : Tidak ada hemoroid
c Kesan (bau) : Tidak ada bau pesing atau bau tidak
enak

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Asam urat : 14 mg/dL
6. PROGRAM TERAPI
Tidak ada

38
7. ANALISA DATA
Hari/ Tgl/ Data Etiologi Problem
Jam
Senin, 09 Data subjektif : Agen cedera Nyeri akut (00132)
Oktober 1. Klien mengeluh kedua lututnya nyeri biologis
2017 jam terutama saat bangun tidur dan makan
16.00 WIB tahu.
P : nyeri dirasakan bertambah jika
terlalu banyak beraktifitas.
Q : nyeri terasa cenut-cenut.
R : nyeri pada kedua lutut.
S : skala 6.
T : nyeri dirasakan hilang timbul.
Data objektif :
1. Hasil cek Asam urat : 14 mg/dL
2. Hasil pengajian Rentang gerak :
terbatas
3. Hasil pengkajian Nyeri ekstremitas :
Nyeri pada lutut
Senin, 09 Data subjektif : Sumber daya tidak Ketidakefektifan
Oktober 1. Tn. Y mengeluh kedua lututnya nyeri cukup manajemen
2. Tn. Y mengatakan terkena asam urat
2017 jam (pengetahuan) kesehatan (00078)
sudah sekitar 7 tahun
16.00 WIB
3. Tn. Y mengatakan minum kopi 5-8
gelas/hari dan merokok
Data objektif :
Asam urat 14 mg/dL
Merokok
Hasil pengkajian Nyeri ekstremitas :
Nyeri pada lutut

11. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang program terapeutik

39
12. INTERVENSI KEPERAWATAN

40
No. Hari/Tgl/ Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan
Jam Keperawatan Hasil

1. Senin, 09 Nyeri akut Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri (1400)


Oktober berhubungan (1605) Lakukan pengkajian nyeri
2017 jam dengan agen Indikator : secara komprehensif.
b. Ajarkan prinsip-prinsip
16.10 injury biologis Menggunakan
manajemen nyeri.
WIB (00132). tindakan
Ajarkan penggunaan
pengurangan nyeri
teknik non farmakologi.
tanpa analgesik (4) d. Berikan informasi
Melaporkan nyeri
mengenai nyeri, penyebab
yang terkontrol (4)
nyeri dan antisipasi nyeri.
Mengenali apa yang
Evaluasi keefektifan dari
terkait dengan gejala
tindakan pengontrol nyeri.
nyeri (4)

Aplikasi Panas/Dingin
(1380)
Jelaskan penggunaan
aplikasi panas.
b. Gunakan metode
stimulasi dengan
kompreshangat pada lutut.
Evaluasi kondisi umum,
keamanan dan
kenyamanan klien.
d. Motivasi klien untuk
menggunakan aplikasi
panas secara konsisten.

2. Senin, 09 Ketidakefektifan Pengetahuan : Pengajaran : Proses


Oktober manajemen Manajemen Penyakit (5602)
2017 jam kesehatan Arthritis (1831) Kaji tingkat pengetahuan
16.10 berhubungan a. Faktor penyebab (4) klien tentang proses
b. Tanda dan gejala (4)
WIB dengan kurang penyakit.
c. Manfaat manajemen

41
pengetahuan penyakit (4) b. Berikan penyuluhan
d. Latihan rutin yang
tentang program tentang penyakit klien.
efektif (4) Jelaskan tentang program
terapeutik
e. Strategi mengelola
terapi.
(00078).
nyeri (4) d. Edukasi klien tentang
tindakan mencegah
komplikasi penyakit
dengan senam.
Diskusikan tentang
perubahan gaya hidup.

42
No Hari,
No
. Tanggal, Implementasi Respon pasien
Dx Kep.
Waktu
1. 2 Senin, 09 S :
Oktober Memberikan Tn. Y mengatakan sekarang sudah
2017 jam pendidikan paham mengenai asam urat.
16.15 WIB kesehatan O :
tentang asam Tn. Y terlihat menjawab
urat pertanyaan
1 Selasa, 10
1. Mengajarkan S :
Oktober 2017 kompres Tn Y mengatakan nyeri berkurang
jam 16.00 hangat sakal 3, rasanya nyaman.
WIB O :
-
3. 1 dan 2 Senin, 161. Mengajarkan S :
Oktober 2017 senam Tn. Y mengatakan rasanya
jam 09.30 ergonomis nyaman
2. Mengajarkan
WIB Tn. Y mengatakan badan rasanya
teknik
segar
relaksasi
O :
Tn. Y terlihat mengikuti gerakan
senam dengan baik
4. 2 Selasa, 171. Memberikan S :
Oktober 2017 pendidikan Tn. Y mengatakan sekarang sudah
jam 16.00 kesehatan paham mengenai asam urat.
WIB tentang diit O :
asam urat Tn. Y terlihat menjawab
pertanyaan
5. 2 Senin, 231. Melatih S :
Oktober 2017 senam Tn. Y mengatakan rasanya
jam 16.00 ergonomis nyaman
WIB Tn. Y mengatakan badan rasanya
segar
O :

43
Tn. Y terlihat mengikuti gerakan
senam dengan baik

6. 2 Selasa, 24
1. Melatih S :
Oktober 2017 senam Tn. Y mengatakan rasanya
jam 16.00 ergonomis nyaman
WIB Tn. Y mengatakan badan rasanya
segar
O :
Tn. Y terlihat mengikuti gerakan
senam dengan baik
7. 1 Rabu, 251. Melakukan S :
Oktober 2017 teknik relaksasi Tn Y mengatakan sudah tidak
jam 11.30 dan kompres terasa nyeri, rasanya nyaman.
WIB hangat O :
Tn. Y terlihat segar
8. 2 Senin, 30
1. Melatih S :
Oktober 2017 senam Tn. Y mengatakan rasanya
jam 16.00 ergonomis nyaman
WIB Tn. Y mengatakan badan rasanya
segar
O :
Tn. Y terlihat mengikuti gerakan
senam dengan baik
9. 2 Selasa, 01
1. Melatih S :
Oktober 2017 senam Tn. Y mengatakan rasanya
jam 16.00 ergonomis nyaman
WIB Tn. Y mengatakan badan rasanya
segar
O :
Tn. Y terlihat mengikuti gerakan
senam dengan baik

44
10. 1 dan 2 Rabu, 021. Mengevaluasi S :
Oktober 2017 keluhan Tn. Y Tn. Y mengatakan sudah tidak
2. Mengevaluasi
jam 16.00 nyeri
latihan yang
WIB Tn. Y mengatakan sudah
sudah diajarkan
mengerti tentang asam urat dan
3. Mengecek
diit asam urat
kadar asam
O :
urat
Tn. Y terlihat menyebutkan kadar
asam urat normal, tanda gejala
dan cara mengontrolnya serta
makanan atau minuman yang
dihindari.
Kadar asam urat 6,7 mg/Dl.

45
14. EVALUASI
Tanggal Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
Rabu, 02 Nyeri akut S:
Oktober berhubungan dengan Tn. Y mengatakan sudah paham
2017 jam agen injury biologis bahwa penyebab nyeri karena
16.30 WIB (00132). timbunan asam urat pada lutut..
Tn. Y mengatakan setelah
dikompres, lututnya terasa
nyaman dan nyeri sudah tidak
terasa lagi.
Tn. Y mengatakan merasa
nyaman saat dikompres hangat.
Tn. Y mengatakan sudah rutin
melakukan kompres hangat setiap
malam hari.
O:
Klien Tn. Y mampu
mengidentifikasi penyebab nyeri
yang saat ini dialami.
Klien Tn. Y tampak nyaman saat
diberi kompres hangat pada lutut.
Tidak tampak kemerahan pada
kulit dan luka pada area lutut,
ekspresi wajah Tn. Y tampak
nyaman.
A : Masalah nyeri akut teratasi.
P : Motivasi Tn. Y untu
melakukan kompres hangat jika
terjadi nyeri lutut.
Rabu, 02 Ketidakefektifan S:
Oktober manajemen kesehatan Tn. Y mengatakan kadar asam
2017 jam berhubungan dengan urat normal, tanda gejala dan cara
16.30 WIB kurang pengetahuan mengontrolnya serta makanan

46
tentang program atau minuman yang dihindari.
terapeutik (00078). Tn. Y mengatakan sudah
mengurangi minum kopi.
Tn. Y mengatakan akan rutin ikut
posyandu lansia untuk
memeriksakan kesehatannya.
O:
Tn. Y terlihat menyebutkan kadar
asam urat normal, tanda gejala
dan cara mengontrolnya serta
makanan atau minuman yang
dihindari.
Kadar asam urat 6,7 mg/Dl.
A : Masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan teratasi.
P : Motivasi Tn. Y untuk diit asam
urat dan latihan senam ergonomis
secara rutin.

BAB IV

KANKER TULANG

47
A. Definisi kanker tulang

Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang
menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai kebsisi yang jauh
dalam tubuh. (Wong 2003)

Carsinoma tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus


secara cepat dan pertimbangannnya tidak terkendali. Kanker dapat berasal
dari dalam tulang juga timbul dari jaringan atau dari sel-sel kartilago yang
berhubungan dengan epiphipisis atau dari unsur-unsur pembentuk darah yang
terdapat pada sumsum tulang.

B. Etiologi

Menurut Smeltzer (2001):

1. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi


2. Keturunan

3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget


(akibat pajanan radiasi)

4. Virus ankogenik

C. Patofisiologi

Keganasan sel pada mulanya berlokasi pada sumsum tulang


(myeloma) dari jaringan sel tulang (sarkoma) atau tumor tulang
(carsinomas). Ada tahap selanjutnya sel-sel tulang akan berada pada
nodul-nodul limpe, hati limpe dan ginjal. Akibat adanya pengaruh aktivitas
hematopoetik sumsum tulang yang cepat pada tulang sel-sel plasma yang
belum matang/tidak matang akan terus membelah. Akhirnya terjadi
penambahan jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.

Osteogeniksarcoma sering terdapat pada pria usia 10-25 tahun,


terutama pada pasien yang menderita penyakit pagets. hal ini

48
dimanifestasikan dengan nyeri bengkak, terbatasnya pergerakan serta
menurunnya berat badan. Gejala nyeri pada punggung ba/ah merupakan
gejala yang khasa, hal ini disebabkan karena adanya penekanan pada
vertebra oleh fraktur tulang patologik. Anemia dapat terjadi akibat adanya
penempatan sel-sel neoplasma. Pada sumsum tulang hal ini menyebabkan
terjadinya hiperkalsemia, hiperkalsuria dan hiperurisemia selama adanya
kerusakan tulang. Sel$sel plasma ganasakan membentuk sejumlah
immunoglobulin/ bence jones protein abnormal. Hal ini dapatdideteksi
dalam serum urin dengan teknik immunoelektrophoesis. Gejala gagal
ginjaldapat terjadi selama presitipasi immunoglobulin dalam tubulus (pada
pyelonephritis), hiperkalsemia, peningkatan asam urat, infiltrasi ginjal oleh
plasma sel (myeloma ginjal) dan thrombosis pada pena ginjal.

Kecederungan patologik perdarahan merupakan ciri$ciri myeloma


dengan dua alasanutama yaitu:

1. enurunan platelet (thrombositopenia) selama adanya kerusakan


megakaryosit, yang merupakan sel-sel induk dalam sel-sel tulang.
2. Tidak berfungsinya platelets, microglobin menghalangi elemen-elemen
dan turut serta dalam fungsi hemostatis.

D. Manesfistasi klinik
1. Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya
menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progresivitas penyakit).

2. Akibat riwayat trauma dan atau cedera yang berkaitan dengan


olahragayang tidak berhubungan.

3. Peningkatan kadar fosfate alkalis serum.

4. Keterbatasan gerak

5. Kehilangan berat badan.

6. Peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegn

49
7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang

8. Malaise.

E. Pemeriksaan penunjang

Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan


penunjang diagnosis seperti CT, mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan
pemeriksaan biokimia darah dan urine.Pemeriksaan foto toraks dilakukan
sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-
paru.Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma
osteogenik.Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari
payudara, paru, dan ginjal.Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot,
keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang dan
koma.Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera.Biopsi
bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan
untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi
setelah eksesi tumor.

F. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor


tersebut saat didiagnosis.Tujuan penatalaksanaan secara umum
meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika
memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari
anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit.Penatalaksanaan meliputi
pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.

Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan /


atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan
biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi
(siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan
leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam

50
kombinasi.Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi
dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan
obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid,
(Gale, 1999).

G. Tindakan keperawatan

1. Manajemen nyeri

Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas


dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi
( pemberian analgetika ).

2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan


mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga
untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

3. Memberikan nutrisi yang adekuat

Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek


samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi
yang adekuat.Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi
reaksi gastrointestinal.Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan
sesuai dengan indikasi dokter.

4. Pendidikan kesehatan

Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang


kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik
perawatan luka di rumah.(Smeltzer. 2001)

51
H. Konsep dasar asuhan keperawatan

a. Pengkajian

1. Data Biografi: Data biografi biasanya mencakup nama, umur,


alamat, pekerjaan, No. MR, agama dan lain-lain yang dianggap
perlu.

2. Riwayat Kesehatan

3. Riwayat kesehatan dahulu

a. Kemungkinan pernah tepapar dengan radiasi sinar radio


aktif dosis tinggi

b. Kemungkinan pernah mengalami fraktur

c. Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksis seperti:

d. makanan dengan zat pengawet, merokok dan lain-lain.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kemungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah


menderitakanker.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu atau persendian


serta adanya pelebaran vena.

b. Pembengkakan pada atau diatas tulang, atau persendian,


serta pergerakian yang terbatas.

c. Adanya tanda-tanda implamasi

d. Pemeriksaan ttv klien.

52
6. Pemeriksaan diagnostik

Lakukan pemeriksaan radiografi pemindaian tulang biopsi


tulang

b. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan degan obstruksi jaringan saraf atau


implamasi

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan


kerusukan muskuloskeletal

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan penanganan

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan


status kesehatan

5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor

c. Intervensi Keperawatan

1. Dx I : nyeri akut berhubungan degan obstruksi jaringan saraf atau


implamasi.

Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
Pasien dapat: a. Catat dan a. Untung
kaji lokasi mengetahui
- Meningkatkan
dan respon dan
kenyamanan
intensitas sejauhmana
- Dapat
nyeri. teingkat nyeri
menegndalikan
Selidiki pasien
nyeri.

53
perubahan b. Mencegah
- Dapat
karakteristik pergeseran
melaporkan
nyeri. tulang dan
karakteristik
penekanan
nyeri. b. Berikan
pada jaringan
tindakan
yang luka
kenyamanan
. c. Peningkatan
vena retun
c. Berikan
menurunkan
dukungan
edema dan
pada
mengurangi
ekstremitas
nyeri.
yang luka.
d. Agar pasien
d. Berikan
beristirahat
lingkungan
dan mencegah
yang
timbulnya
tenanng.
stres.

e. Kolaborasi
e. Untuk
dengan
mengurangi
dokter
rasa sakit atau
tentang
nyeri.
pemberian
analgetik,
kaji
efekektifitas
dari
tindakan
penurunan
rasa nyeri.
2. Dx II: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan
kerusukan muskuloskeletal

54
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Pasien dapat: 1. Berikan a. Meningkatkan
terapi sirkulasi darah
- Menunjukan
latihan muskuloskeletal,
mobilitas
fisik : mempertahankan
ambulasi, tonus otot,
- Melakukan
keseimbang mempertahankan
aktivitas
an, gerak sendi,
kehidupan
mobilitas mencegah
sehari hari
sendi kontraktur/ atrofi
secara mandiri.
dan mencegah
2. Bantu dan
reabsorbsi
dorong
kalsium karena
perawatan
imobilisasi.
diri
b. Meningkatkan
kemandirian klien
dalam perawatan
diri sesuai kondisi
keterbatasan
klien.
3. Dx III : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan
penanganan.

Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
Pasien dapat: 1. Bimbingan a. Dapat
antisipasi : membantu
- Menunjukan
persiapan pasien/orang
adaptasi
pasien terdekat
dengan
terhadap kritis memulai
ketidakberda

55
perkembangan proses
yaan fisik ,
atau kritis adaptasi pada
penyesuaian
situasional status baru
psikososial
dan
- Menunjukkan 2. Peningkatan
menyiapkan
citra tubuh citra tubuh :
beberapa
positif dan tingkatkan
untuk efek
harga diri persepsi sadar
samping.
positif dan tak sadar
pasien serta b. Membantu
- Menunjukkan
sikap terhadap mengartikan
kepuasaan
tubuh pasien. masalah
terhadap
sehubungan
penampilan 3. Peningkatan
dengan pola
dan fungsi koping : bantu
hidup
tubuh pasien
sebelumnya
beradaptasi
dan
- Menunjukkan
dengan
membantu
keinginan
persepsi
pemecahan
untuk
stresor
masalah.
menyentuh
perubahan
Contohnya ,
bagian tubuh
atau ancaman
takut
yang
kehilangan
mengalami
kemandirian,
gangguan
kemampuan
bekerja , dsb.

c. Meningkatkan
kemandirian
dan
meningkatkan
perasaan
harga diri.

56
4. Dx IV : Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan
perubahan status kesehatan

Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
Pasien dapat : 1. Penurunan a. Untuk
ansietas. meminima
- Menunjukkan
lkan
rasa aman yang 2. Teknik
kekhawatir
optimal menenangkan
an,
diri
ketakutan,
prasangka,
atau
perasaan
tidak
tenang
yang
berhubung
an dengan
sumber
bahaya
yang

57
diantisipas
i dan tidak
jelas

b. Untuk
meredakan
kecemasan
pada
pasien
yang
mengalami
distres
akut

3. Dx V : Resiko cedera berhubungan dengan tumor

Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
Paien dapat:  Menejemen a. Mencegah
lingkungan: potensi cidera
- Psien dan
pantau dan
keluarga
lingkungan memberikan
dapat
fisik keamanan
mempersiap
memfasilitasi lingkungan
kan
keamanan. sekitar pasien
lingkungan
terhadap
yang aman.  Berikan cedera.
- Pasien dan bimbingan dan
keluarga pengalaman b. Untuk
dapat belajar tentang meningkatkan
menghindari kesehatan pengetahuan
cedera fisik. individu yang kesehatan

58
kondusif. pasien dalam
- Dapat
mencegah
memodifikas  Identifikasi faktor resiko
i gaya hidup faktor resiko cidera.
untuk potensial
mengurangi terjadinya c. Untuk
resiko. cidera. mengetahui
dan mencegah
faktor resiko
potensial yang
dapat
mengakibatka
n cidera.

59
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. G DENGAN GANGGUAN
KANKER TULANG DI RUMAH SAKIT X KOTA BANDUNG

A. Pengumpulan Data

1) Identitas:

a) Identitas klien

Nama : Tn. H

Umur : 55thn

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh

Tanggal Masuk RS : 01-07-2019, Pukul 14.00 WIB

Tanggal Pengkajian : 01-07-2019, Pukul 14.30WIB

Nomor Rekam Medic : 04051

Diagnosa Medis : Osteosarcoma

Alamat : Jl. Jakarta, Antapani, Bandung, Jawa Barat

b) Identitas penanggung jawab

Nama : Agus Supono

Umur : 50thn

60
Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Hubungan Dengan Klien : Adik Kandung

Alamat : Jl. Puwrwakarta 9, Antapani, Bandung,


Jawa Barat

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri.
2. Riwayat Kesehatan sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit pada pukul 14.00 WIB, dengan
keluhan nyeri pada daerah kaki kiri. Nyeri dirasakan pada saat pasien
sedang berdiri terlalu lama serta saat jalan, nyeri dirasakan pasien seperti
tertekan beban yang berat, nyeri dirasakan pada bagian kaki kiri dan
menyebar keseluruh bagian kaki kiri, skala nyeri 6 (1-10). Nyeri
dirasakan pada saat pasien sedang diam maupun beraktivitas.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami riwayat penyakit sebelumnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama dan
tidak mempunyai riwayat penyakit genetic.
C. Keadaan Umum
1. Penampilan : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis E: 4 V:5 M:6
3. Berat badan dan tinggi badan
BB: 50kg
TB: 165cm
4. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 140/90mmHg
b. Pemeriksaan denyut nadi : 116x/menit
c. Pemeriksaan respirasi : 25x/menit
d. Pemeriksaan suhu : 38,0
5. Pemeriksaan Fisik:
a. Sistem pernafasan :Tidak ada cuping hidung, tidak
terdengar suara weezing dan ronchi, tidak terdapat secret.
b. Sistem kardiovaskuler:bentuk dada simetris.
c. Sistem pencernaan : Bising usus: 8x/menit
d. Sistem persyarafan :Reflek ekstermitas
e. Sistem penginderaan :bentuk simetris, tidak ada secret,
pendengaran baik.

61
f. Sistem musculoskeletal : Reflek aktivitas kaki kiri terganggu
karena adanya nyeri.
g. Sistem integumen :Turgor kulit elastis, terdapat
pembengkakan pada daerah kaki kiri.
h. istem endokrin :Tidak terdapat pembengkakan
i. kelenjar thyroid : tidak terdapat pembengkakan pada
daerah kandung kemih, bersih
6. Pola Aktivitas:
Pasien biasa makan sehari 3x dengan lauk dan sayuran dengan 1
porsi dan habis, pasien biasa minum air mineral sehari 7 gelas, pasien
sering makan gorengan juga minuman kemasan.
7. Data Penunjang
a. Data psikologi:
Pasien mengatakan ikhlas dengan keadaannya sekarang karena
merupakan dari Allah SWT.
b. Data social: Pasien berhubungan baik dengan keluarganya serta
tetangga disekitar rumahnya.
c. Data spiritual: Pasien mengatakan sering melakukan solat 5 waktu
d. Data ekonomi: Pasien mengatakan dirinya berekonomi sederhana
D. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS:
111. Pasien
1 mengatakan nyeri pada Carcinoma Nyeri akut
kaki kiri. Tulang
b.d obstruksi
P: Nyeri dirasakan saat pasien jarinagan
sedang beraktivitas
syaraf atau
Respon
Q: Nyeri dirasakan seperti ditekan Osteoeolitik inflamasi
benda yang berat dan
Osteoblastik
R: Nyeri dirasakan pada seluruh
bagian kaki kiri

S: Skala nyeri 6(1-10) Penimbunan


periosteum
T: Nyeri dirasa saat pasien sedang disekitar lesi
berjalan

DO:
Menekan sel
- pasien tampak meringis syaraf
kesakitan
- pasien tampak memegang

62
Inflamasi
lokal
kaki kirinya.

Nyeri

E. Intervensi Keperawatan
Nyeri akut b.d obstruksi jaringan atau inflamasi.

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Pasien dapat:
1. Meningkatkankenyam 1. Kaji lokasi dan skalanyeri
2. Berikan lingkungan yangtenang
anan
2. Dapat mengendalikan 3. Berikan support padaekstremitas p
nyeri ada bagianyang nyeri

3. Dapat melaporkankara 4. Kolaborasi pemberiananalgetik


kteristik nyeri
F. Implementasi Keperawatan

Tangga Jam N Implementasi Evaluasi


l O
01-07- 15.0 1. Mengkaji lokasi dan skala nyeri S: pasien
mengatakan nyeri
2019 0
Hasil: pada bagian kaki
WIB kiri
- Lokasi didaerah kaki kiri
- Skala nyeri 6(1-10) O:
- Mengkondisikan
lingkungan yang tenang - pasien
dan nyaman tampak
- Mengkondisikan kaki lemah
dalam posisi yang - kesadaran
nyaman dan memfiksasi compos
agar tidak banyak gerak mentis

A: maasalah belum
teratasi.

P. Intervensi

63
dilanjutkan, kaji
skala nyeri,
observasi ttv,
lakukan program
pengobatan

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan
inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi
(poliartritis) . penyebab penyakit RA belum diketahui pasti, namun faktor
genetik dan lingkungan menjadi salah satu hubungan kompleks yang
menyebabkan penyakit RA. Pada penderita penyakit RA akan mengalami
kekakuan sendi, bengkak dan nyeri, malaise. Masalah keperawatan yang sering
di temui pada penyakit ini adalah nyeri, gangguan mobilitasi fisik, gangguan
citra tubuh.

64
tumor tulang merupakan penyakit yang pertumbuhan sel baru, abnormal,
progresif dimana sel-selnya tidak pernah menjadi dewasa.dan juga dengan
Osteomilitis infeksi tulang yang penyebab terseringnya adalah : staphylococcus
aureus, dan tulang yang sering terkena adalah tulang panjang dan tersering
femur, tibia, humerus, radius, ulna dan fibula. Bagian tulang yang yang terkena
adalah metafisis. Masalah keperawatan yang dapat terjadi berupa nyeri akut,
hambatan mobilitasi fisik,gangguan citra tubuh serta resiko cidera .
Arthritis Gout adalah suatu proses inflamasi (pem¬bengkakan yang terjadi karena
de¬posisi, deposit/timbunan kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout
juga merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang
ditandai dengan me¬ningkatnya konsentrasi asam urat. Pada penderita asam urat
akan membuat penderita mengalami nyeri, bengkat, suhu menjadi lebih
hangat.masalah keperawatan yang kadang di temui pada penderita asam urat
diantaranya nyeri, dan hambatan mobilitas fisik.
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Tehlirian CV, Bathon Joan M. (2008) Rheumatoid Arthritis. In : Klippel JH,
CroffordLJ,White PH, eds. Primer on the rheumatic disiease, 13th ed. NewYork :
Springer.

Sigit Nian Prasetio (2010) Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri Edisi
1Yogyakarta.

Hardywinoto & Setiabudhi, T. Kriteria Hasil NOC Edisike7 Jakarta: EGC.

Doenges E Marylinn, 2000.,RencanaAsuhanKeperawatan, EGC, Jakarta.

HidayatA 2009 Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku1 Salemba Medika


Jakarta.

65
Hidayat, A. A. (2009). Pengantarkebutuhan dasarmanusia 2.Jakarta: Salemba
Medika; Hal 220-232

66

Anda mungkin juga menyukai