Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
DEFINISI

Sistem rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah
kesehatan masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik
secara vertikal maupun horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga
ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan
bahan pemeriksaan laboratorium. Rujukan pasien dapat dilakukan apabila kondisi
pasien layak untuk di rujuk. Prinsip dalam melakukan rujukan pasien adalah
memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani rujukan. Pelaksanaan
rujukan pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit.
A. Manfaat
Manfaat rujukan ditinjau pelayanan kesehatan sebagai berikut:
1. Mewujudkan efektifitas dan efisiensi dalam pemberian pelayanan kepada
pasien.
2. Memberikan rasa aman pada pasien dan keluarga
3. Menciptakan keselamatan pasien yang optimal melalui sistem pelayanan
rujukan pasien yang aman dan lancar sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
B. Tujuan
Tujuan dari rujukan pasien adalah:
1. Pasien memperoleh asuhan berkesinambungan
2. Memenuhi kebutuhan pasien atau konsultasi spesialistik dan tindakan, serta
penunjang diagnostik.
2

BAB II
RUANG LINGKUP

A. Lingkup Area Rujukan


1. Rujukan berdasarkan lingkup pelayanan terdiri dari:
a. Rujukan Medik
Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk
pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi,
diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah.
1) Transfer Of Patient
Penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang
kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih sempurna
atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut
2) Transfer Of Specimen
Pengiriman bahan-bahan pemeriksaan bahan laboratorium dari
strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih
mampu atau sebaliknya, untuk tindak lanjut.
3) Transfer Of Knowledge/ personel
Pengiriman dokter/ tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata
pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan
kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan diskusi atau
sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Beberapa rujukan spesifik terkait rujukan medis:
1) Rujukan Kasus Obstetrik
Rujukan ibu hamil dan neonatus yang beresiko tinggi
merupakan komponen yang penting dalam sistem pelayanan
kesehatan maternal. Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga
dan perlengkapan di suatu fasilitas kesehatan tidak mampu
menatalaksana komplikasi yang mungkin terjadi. Dalam pelayanan
kesehatan maternal dan perinatal terdapat dua alasan untuk merujuk
ibu hamil yaitu ibu dan/ atau janin yang dikandungnya.
Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dapat dibedakan menjadi:
a) Rujukan Kegawatdaruratan
Rujukan yang dilakukan sesegera mungkin karena
berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak.
3

b) Rujukan Berencana
Rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih
panjang ketika ibu masih dalam keadaan yang relative baik,
misalnya di masa antenatal atau awal persalinan ketika didapati
kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam
kondisi gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan
pilihan modalitas transportasi yang lebih beragam, aman dan
nyaman bagi pasien.
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:
a) Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
b) Kondisi janin tidak stabil dan terencana untuk terus memburuk
c) Persalinan sudah akan terjadi
d) Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
e) Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan
2) Rujukan Kasus HIV/AIDS
Suatu sistem rujukan yang memberikan suatu gambaran tata cara
pengiriman pasien suspek HIV/ AIDS dari tempat yang kurang
mampu dalam hal penatalaksanaannya secara menyeluruh ke tempat
yang lebih mampu. Adapun pasien yang akan dirujuk adalah bila
memenuhi salah satu dari:
a) Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu
diatasi.
b) Hasil pemeriksaan fisik dengan penunjang medis ternyata tidak
mampu diatasi.
c) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lengkap dan
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
d) Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan
yang lebih mampu.
3) Rujukan Kasus TB
Suatu sistem rujukan yang memberikan suatu gambaran tata cara
pengiriman pasien TB dari tempat yang kurang mampu dalam hal
penatalaksanaannya secara menyeluruh ke tempat yang lebih mampu.
Prosedur alih penangananpasien TB setelah mendapat pengobatan
4

dengan strategi Directly Observed Treatment Short-Course (DOTS)


agar mendapatkan pengawasan dan pengobatan berkelanjutan.
Rujukan dilakukan pada semua tersangka yang telah didiagnosis
menderita TB berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, radiologis, dan
mikrobiologis, dimana kondisi pasien memburuk/ tetap setelah
mendapat terapi obat anti tuberculosis (OAT) dengan strategi DOTS
dan TBC kebal obat (MDR).
b. Rujukan Kesehatan
Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya
berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan
pencegahan (preventif). Contohnya, pemberantasan penyakit atas
kejadian luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular, pasien dengan
masalah gizi ke klinik/ instalasi gizi.
2. Rujukan pasien menurut tata hubungannya, dapat dilakukan secara vertikal
atau horizontal:
a. Rujukan Ekternal
Rujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan
yang berbeda tingkatan. Rujukan vertikal dapat dilakukan dari tingkatan
pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi
atau sebaliknya. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih
rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi, misalnya dari puskesmas
ke rumah sakit, atau dari rumah sakit ke rumah sakit yang lebih tinggi
tipenya, dilakukan apabila:
1) Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau
subspesialistik;
2) Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/ atau
ketenagaan.
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke
tingkatan pelayanan yang lebih rendah, misalnya rujukan balik dari rumah
sakit ke puskesmas, dilakukan apabila :
1) Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi
dan kewenangannya.
5

2) Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua


lebih baik dalam menangani pasien tersebut.
3) Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan
kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang.
4) Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan
dan/ atau ketenagaan.
b. Rujukan internal
Rujukan Internal merupakan rujukan horizontal antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan atau rujukan antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk
tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/ atau ketenagaan yang
sifatnya sementara atau menetap.
c. Kriteria Pasien Diirujuk
Pasien akan dirujuk dari Rumah Sakit Umum Daerah Sumbawa ke
rumah sakit lain apabila memenuhi salah satu kriteria pasien dirujuk berikut
ini:
a. Pasien dengan kecurigaan perdarahan di otak yang membutuhkan
pemeriksaan penunjang berupa CT-Scan
b. Pasien dengan Chronic Kidney Disease stage terminal yang
membutuhkan Hemodialisa.
c. Pasien yang membutuhkan Pace Maker / Defibrillator Permanen.
d. Pasien ACS dengan chest pain refrakter yang tidak membaik dengan
obat-obatan medikamentosa optimal.
e. Pasien yang membutuhkan tindakan operatif segera namun dokter
spesialis yang bersangkutan sedang tidak berada di tempat.
f. Ruangan rawat inap atau ICU di Rumah Sakit Umum Daerah Sumbawa
penuh.
6

B. Prinsip Rujukan
Hal-hal yang penting untuk diperhatikan berkaitan dengan proses rujukan, baik
dari RSUD Sumbawa atau ke RSUD Sumbawa, yaitu:
1. Rujukan pasien dilakukan sebagai tanggapan atas kebutuhan pasien untuk
konsultasi dan pengobatan spesialis, pelayanan darurat atau pelayanan
intensif ringan seperti pelayanan sub akut atau rehabilitasi jangka panjang
2. Rujukan pasien dilakukan hanya bila sarana pelayanan kesehatan tujuan
dapat memenuhi kebutuhan pasien akan pelayanan lanjutan
3. Pengalihan tanggung jawab antar praktisi atau sarana pelayanan kesehatan
jelas.
4. Ada petugas dengan kompetensi yang sesuai yang ditunjuk untuk
bertanggung jawab memonitor kondisi pasien selama proses rujukan
5. Menyampaikan surat rujukan pasien dan resume pasien secara tertulis
kepada rumah sakit tujuan.
1. Identitas pasien
2. Hasil pemeriksaan: anamnesis, kondisi klinis pasien, prosedur dan
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.
3. Diagnosis kerja
4. Terapi dan / atau tindakan yang telah diberikan.
5. Tujuan rujukan akan kebutuhan pelayanan lanjutan apa yang diharapkan
6. Nama dan tanda tangan DPJP
6. Menggunakan alat transportasi dan peralatan medis yang memadai
7. Proses rujukan tepat sampai ke sarana pelayanan tujuan
8. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis, yang mencakup:
a. Nama rumah sakit tujuan dan nama staf yang menyetujui penerimaan
pasien.
b. Nama staf yang menerima pasien rujukan.
c. Nama tenaga medis yang memonitor pasien selama proses rujukan
d. Alasan rujukan
e. Kondisi pasien saat berangkat, segala perubahan kondisi pasien selama
proses rujukan termasuk pasien meninggal atau membutuhkan
resusitasi.
7

9. Kompetensi Pendamping Pasien Dan Peralatan Yang Harus Dibawa Selama


Rujukan
Semua pasien sakit berat/ kritis derajat 3 didampingi oleh 2 orang
selama rujukan. Satu orang adalah dokter spesialis atau dokter umum, yang
sudah terlatih dalam penanganan jalan napas. Satu orang lagi adalah
perawat. Terdapat standar keterampilan minimal untuk melakukan rujukan
pasien. Berikut adalah kompetensi yang diperlukan:
Pasien Petugas keterampilan yang Peralatan Utama dan
pendamping dibutuhkan Jenis Kendaraan
(minimal)
Derajat 0 petugas ambulan Bantuan hidup dasar Kendaraan High
(BHD) Dependency Service
(HDS)/ Ambulan
Derajat 0,5 petugas ambulan Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS/
(orang dan paramedis Ambulan
tua/delirium)
Derajat 1 Petugas 1. Bantuan hidup dasar 1. Kendaraan HDS/
ambulan dan 2. Pemberian oksigen Ambulan
perawat 3. Pemberian obat- 2. Oksigen
obatan 3. Suction
4. Kenal akan tanda 4. Tiang infus
deteriorasi portabel
5. Keterampilan 5. Infus pump dengan
perawatan baterai
trakeostomi dan 6. Oksimetri
suction
Derajat 2 Dokter, perawat, 1. Semua ketrampilan di 1. Ambulans transport
dan petugas atas, ditambah; 2. Semua peralatan di
ambulans 2. Penggunaan alat atas, ditambah;
pernapasan 3. Monitor EKG dan
3. Bantuan hidup lanjut tekanan darah
4. Penggunaan kantong 4. Defibrillator bila
pernapasan (bag- diperlukan
valve mask)
5. Penggunaan
defibrillator
6. Penggunaan monitor
intensif
Derajat 3 Dokter, perawat, Dokter: 1. Ambulans Gawat
dan petugas 1. Minimal 6 bulan Darurat
ambulan pengalaman 2. Monitor ICU
mengenai perawatan portabel yang
pasien intensif dan lengkap
bekerja di ICU 3. Ventilator dan
2. Keterampilan bantuan peralatan rujukan
hidup dasar dan lanjut yang memenuhi
3. Keterampilan standar minimal.
menangani
permasalahan jalan
napas dan
pernapasan, minimal
level ST 3 atau
sederajat.
8

4. Harus mengikuti
pelatihan untuk
rujukan pasien
dengan sakit berat /
kritis

Perawat:
1. Minimal 2 tahun
bekerja di ICU
2. Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
3. Harus mengikuti
pelatihan untuk
rujukan pasien
dengan sakit berat /
kritis
9

BAB III
TATA LAKSANA

A. Kewajiban dan Tanggung Jawab


Pelimpahan wewenang dalam sistem rujukan dibagi menjadi:
1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan
selama jangka waktu tersebut dokter tersebut tidak ikut menanganinya.
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka
waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi
rujukan tidak ikut campur.
5. Pasien dirujuk ke rumah sakit lain berdasarkan atas kondisi pasien dan
kebutuhan akan kontinuitas pelayanan, dapat berupa konsultasi dan
pengobatan spesialis, pelayanan darurat atau pelayanan intensif ringan
seperti pelayanan sub akut atau rehabilitasi jangka panjang.
6. Proses rujukan harus dilaksanakan sedini mungkin namun tetap harus
dipastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan pasien dan mempunyai kapasitas untuk menampung pasien
tersebut.
B. Prosedur Rujukan
Rujukan pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra
transportasi pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien,
menyiapkan peralatan yang disertakan saat rujukan dan monitoring pasien selama
rujukan. Rujukan pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf
keperawatan yang kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah
terlatih. Namun, bila rujukan yang dibutuhkan tidak dapat dilaksanakan, maka
pasien dan keluarga diberikan penjelasan.
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang
terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan.
10

Rumah Sakit Umum Daerah Sumbawa akan bertindak sebagai salah satu
pihak, dengan rincian sebagai berikut :
1. Prosedur standar merujuk pasien
a. Prosedur Klinis:
1) Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaa penunjang
medik menentukan diagnosa utama dan diagnose banding.
2) Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO).
3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis/
Paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui
kondisipasien.
5) Petugas dan ambulans tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai
ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan
b. Prosedur Administratif:
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan
2) Memastikan tujuan rujukan dapat menerima rujukan pasien
3) Memberikan Informed Consent (persetujuan/penolakan rujukan)
4) Membuat catatan rekam medis pasien.
5) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2, lembar pertama dikirim
ke tempat rujukan bersama pasien, lembar kedua disimpan sebagai
arsip.
6) Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
7) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat tujuan rujukan.
2. Prosedur standar menerima rujukan pasien
a. Prosedur Klinis:
1) Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan
sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).
2) Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk
perawatan selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang
lebih mampu untuk dirujuk lanjut.
3) Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.
11

b. Prosedur Administratif
1) Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang
telah diterima untuk ditempelkan di kartu status pasien.
2) Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda
terima pasien sesuai aturan masing-masing sarana.
3) Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada
kartu catatan medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya
sesuai kondisi pasien.
4) Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan
rawat inap atau pulang paksa).
5) Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan/
perawatan yang akan dilakukan kepada petugas/ keluarga
pasienyang mengantar
6) Apabila tidak sanggup menangani (sesuai perlengkapan Puskesmas/
RSUD yang bersangkutan), maka harus merujuk ke RSU yang
lebihmampu dengan membuat surat rujukan pasien rangkap 2
kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien, prosedur
selanjutnya sama seperti merujuk pasien.
7) Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan.
3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien
a. Prosedur Klinis:
1) Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan
pasien wajib mengembalikan pasien ke RS/ Puskesmas/ Polindes/
Poskesdes pengirim setelah dilakukan proses antara lain:
2) Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi
penyembuhan selanjutnya perlu di follow up oleh Rumah
Sakit/ Puskesmas/ Polindes/ Poskesdes pengirim.
3) Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan
klinis,tetapi pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat
dilakukandi Rumah Sakit/ Puskesmas/ Polindes/ Poskesdes
pengirim.
4) Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa
kondisipasien sudah memungkinkan untuk keluar dari perawatan.
12

5) Rumah Sakit/ Puskesmas tersebut dalam keadaan:


a) Sehat atau Sembuh.
b) Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan.
c) Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain.
d) Pasien sudah meninggal
6) Rumah Sakit/ Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus
memberikan laporan/ informasi medis/ balasan rujukan kepada
Rumah Sakit/ Puskesmas/ Polindes/ Poskesdes pengirim pasien
mengenai kondisi klinis terahir pasien apabila pasien keluar dari
Rumah Sakit/ Puskesmas.
b. Prosedur Administratif:
1) Rumah Sakit/ Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban
memberi surat balasan rujukan untuk setiap pasien rujukan yang
pernah diterimanya kepada Rumah Sakit/ Puskesmas/ Polindes/
Poskesdes yang mengirim pasien yang bersangkutan.
2) Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang
bersangkutan dan untuk memastikan informasi balik tersebut
diterima petugas kesehatan yang dituju, dianjurkan berkabar lagi
melalui sarana komunikasi yang memungkinkan seperti
telepon,handphone, faksimili dan sebagainya.
4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien
a. Prosedur Klinis:
1) Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan
pemeriksaanfisik.
2) Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh
RumahSakit/ Puskesmas yang terakhir merawat pasien tersebut.
3) Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan
masyarakatdan memantau (follow up) kondisi klinis pasien sampai
sembuh.
b. Prosedur Administratif:
1) Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebutdi
buku register
2) pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis
pasien yang bersangkutan dan memberi tandatanggal/jam telah
ditindaklanjuti.
13

3) Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan


rujukan telah diterima.
14

BAB IV
DOKUMENTASI

A. Sistem Pencatatan dan Pelaporan


Semua hasil rujukan dan proses rujukan dicatat dalam rekam medis pasien.
Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan
dicatat dalam surat rujukan pasien yang kemudian diberikan ke fasilitas
pelayanan kesehatan tujuan rujukan. Surat rujukan pasien dan resume pasien
secara tertulis kepada rumah sakit tujuan. yang mencakup:
1. Identitas pasien
2. Hasil pemeriksaan: anamnesis, kondisi klinis pasien, prosedur dan
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.
3. Diagnosis kerja
4. Terapi dan / atau tindakan yang telah diberikan.
5. Tujuan rujukan akan kebutuhan pelayanan lanjutan apa yang diharapkan
6. Nama dan tanda tangan perawat/ DPJP yang memberikan pelayanan.
7. Nama dan tanda tangan perawat/ dokter yang menerima pelayanan rujukan.
Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah menerima pasien
rujukan dan setelah selesai merawat pasien tersebut mencatat informasi balasan
rujukan di surat balasan rujukan yang dikirimkan kepada pengirim pasien
rujukan, yang berisikan antara lain:
1. Nomor surat dan tanggal
2. Status pembiayaan pasien : BPJS atau umum
3. Tujuan rujukan penerima
4. Nama dan identitas pasien
5. Hasil diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari perawatan dan
follow up yang dianjurkan kepada pihak pengirim pasien.
B. Revisi dan Audit
1. Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama rujukan.
2. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan data dasar dan sarana audit.
3. RSUD Sumbawa bertanggung jawab untuk menjaga berlangsungnya proses
pelaporan insidens yang terjadi dalam rujukan dengan menggunakan
protokol standar RSUD Sumbawa.
4. Data audit akan ditinjau ulang secara teratur oleh RSUD Sumbawa sebagai
dasar untuk dilakukan revisi terhadap panduan rujukan yang telah dibuat.
15

5. RSUD Sumbawa melakukan evaluasi terhadap mutu dan keamanan proses


rujukan untuk memastikan pasien telah ditransfer oleh staf yang kompeten
dengan peralatan medis yang memadai.
16

BAB V
PENUTUP

Prinsip dalam melakukan rujukan pasien adalah memastikan keselamatan dan


keamanan pasien saat menjalani rujukan. Pelayanan rujukan pasien dilaksanakan
secara profesional sesuai peraturan perudangan-undangan. Pelaksanaan rujukan
pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit.
Demikian panduan ini disusun, agar dapat menjadi panduan dalam
melakukan kontinuitas pelayanan bagi semua pihak yang bersangkutan. Dalam
perkembangannya ke depan, akan selalu dilakukan revisi-revisi yang diperlukan agar
selalu bisa dipergunakan sebagaimana mestinya.

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH SUMBAWA

DEDE HASAN BASRI


17

DAFTAR PUSTAKA

Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland (2009). AAGBI safety


guideline: interhospital rujukan. London.

North West London Cardiac & Stroke Network (2010). Web-based interhospital
rujukans: user guide. London: NHS.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 Tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan.

Warren J, Fromm RE, Orr RA, Rotello LC, Horst M. (2004). Guidelines for the
inter- and intrahospital transport of critically ill patients. American
College of Critical Care Medicine. Crit Care Med. 2004;1:256-62.

Welsh Assembly Government (2009). Designed for life: Welsh guidelines for the
rujukan of critically ill adul

Anda mungkin juga menyukai