BAB I
DEFINISI
Sistem rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah
kesehatan masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik
secara vertikal maupun horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga
ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan
bahan pemeriksaan laboratorium. Rujukan pasien dapat dilakukan apabila kondisi
pasien layak untuk di rujuk. Prinsip dalam melakukan rujukan pasien adalah
memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani rujukan. Pelaksanaan
rujukan pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit.
A. Manfaat
Manfaat rujukan ditinjau pelayanan kesehatan sebagai berikut:
1. Mewujudkan efektifitas dan efisiensi dalam pemberian pelayanan kepada
pasien.
2. Memberikan rasa aman pada pasien dan keluarga
3. Menciptakan keselamatan pasien yang optimal melalui sistem pelayanan
rujukan pasien yang aman dan lancar sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
B. Tujuan
Tujuan dari rujukan pasien adalah:
1. Pasien memperoleh asuhan berkesinambungan
2. Memenuhi kebutuhan pasien atau konsultasi spesialistik dan tindakan, serta
penunjang diagnostik.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
b) Rujukan Berencana
Rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih
panjang ketika ibu masih dalam keadaan yang relative baik,
misalnya di masa antenatal atau awal persalinan ketika didapati
kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam
kondisi gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan
pilihan modalitas transportasi yang lebih beragam, aman dan
nyaman bagi pasien.
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:
a) Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
b) Kondisi janin tidak stabil dan terencana untuk terus memburuk
c) Persalinan sudah akan terjadi
d) Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
e) Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan
2) Rujukan Kasus HIV/AIDS
Suatu sistem rujukan yang memberikan suatu gambaran tata cara
pengiriman pasien suspek HIV/ AIDS dari tempat yang kurang
mampu dalam hal penatalaksanaannya secara menyeluruh ke tempat
yang lebih mampu. Adapun pasien yang akan dirujuk adalah bila
memenuhi salah satu dari:
a) Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu
diatasi.
b) Hasil pemeriksaan fisik dengan penunjang medis ternyata tidak
mampu diatasi.
c) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lengkap dan
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
d) Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan
yang lebih mampu.
3) Rujukan Kasus TB
Suatu sistem rujukan yang memberikan suatu gambaran tata cara
pengiriman pasien TB dari tempat yang kurang mampu dalam hal
penatalaksanaannya secara menyeluruh ke tempat yang lebih mampu.
Prosedur alih penangananpasien TB setelah mendapat pengobatan
4
B. Prinsip Rujukan
Hal-hal yang penting untuk diperhatikan berkaitan dengan proses rujukan, baik
dari RSUD Sumbawa atau ke RSUD Sumbawa, yaitu:
1. Rujukan pasien dilakukan sebagai tanggapan atas kebutuhan pasien untuk
konsultasi dan pengobatan spesialis, pelayanan darurat atau pelayanan
intensif ringan seperti pelayanan sub akut atau rehabilitasi jangka panjang
2. Rujukan pasien dilakukan hanya bila sarana pelayanan kesehatan tujuan
dapat memenuhi kebutuhan pasien akan pelayanan lanjutan
3. Pengalihan tanggung jawab antar praktisi atau sarana pelayanan kesehatan
jelas.
4. Ada petugas dengan kompetensi yang sesuai yang ditunjuk untuk
bertanggung jawab memonitor kondisi pasien selama proses rujukan
5. Menyampaikan surat rujukan pasien dan resume pasien secara tertulis
kepada rumah sakit tujuan.
1. Identitas pasien
2. Hasil pemeriksaan: anamnesis, kondisi klinis pasien, prosedur dan
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.
3. Diagnosis kerja
4. Terapi dan / atau tindakan yang telah diberikan.
5. Tujuan rujukan akan kebutuhan pelayanan lanjutan apa yang diharapkan
6. Nama dan tanda tangan DPJP
6. Menggunakan alat transportasi dan peralatan medis yang memadai
7. Proses rujukan tepat sampai ke sarana pelayanan tujuan
8. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis, yang mencakup:
a. Nama rumah sakit tujuan dan nama staf yang menyetujui penerimaan
pasien.
b. Nama staf yang menerima pasien rujukan.
c. Nama tenaga medis yang memonitor pasien selama proses rujukan
d. Alasan rujukan
e. Kondisi pasien saat berangkat, segala perubahan kondisi pasien selama
proses rujukan termasuk pasien meninggal atau membutuhkan
resusitasi.
7
4. Harus mengikuti
pelatihan untuk
rujukan pasien
dengan sakit berat /
kritis
Perawat:
1. Minimal 2 tahun
bekerja di ICU
2. Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
3. Harus mengikuti
pelatihan untuk
rujukan pasien
dengan sakit berat /
kritis
9
BAB III
TATA LAKSANA
Rumah Sakit Umum Daerah Sumbawa akan bertindak sebagai salah satu
pihak, dengan rincian sebagai berikut :
1. Prosedur standar merujuk pasien
a. Prosedur Klinis:
1) Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaa penunjang
medik menentukan diagnosa utama dan diagnose banding.
2) Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO).
3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis/
Paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui
kondisipasien.
5) Petugas dan ambulans tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai
ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan
b. Prosedur Administratif:
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan
2) Memastikan tujuan rujukan dapat menerima rujukan pasien
3) Memberikan Informed Consent (persetujuan/penolakan rujukan)
4) Membuat catatan rekam medis pasien.
5) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2, lembar pertama dikirim
ke tempat rujukan bersama pasien, lembar kedua disimpan sebagai
arsip.
6) Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
7) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat tujuan rujukan.
2. Prosedur standar menerima rujukan pasien
a. Prosedur Klinis:
1) Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan
sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).
2) Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk
perawatan selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang
lebih mampu untuk dirujuk lanjut.
3) Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.
11
b. Prosedur Administratif
1) Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang
telah diterima untuk ditempelkan di kartu status pasien.
2) Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda
terima pasien sesuai aturan masing-masing sarana.
3) Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada
kartu catatan medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya
sesuai kondisi pasien.
4) Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan
rawat inap atau pulang paksa).
5) Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan/
perawatan yang akan dilakukan kepada petugas/ keluarga
pasienyang mengantar
6) Apabila tidak sanggup menangani (sesuai perlengkapan Puskesmas/
RSUD yang bersangkutan), maka harus merujuk ke RSU yang
lebihmampu dengan membuat surat rujukan pasien rangkap 2
kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien, prosedur
selanjutnya sama seperti merujuk pasien.
7) Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan.
3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien
a. Prosedur Klinis:
1) Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan
pasien wajib mengembalikan pasien ke RS/ Puskesmas/ Polindes/
Poskesdes pengirim setelah dilakukan proses antara lain:
2) Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi
penyembuhan selanjutnya perlu di follow up oleh Rumah
Sakit/ Puskesmas/ Polindes/ Poskesdes pengirim.
3) Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan
klinis,tetapi pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat
dilakukandi Rumah Sakit/ Puskesmas/ Polindes/ Poskesdes
pengirim.
4) Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa
kondisipasien sudah memungkinkan untuk keluar dari perawatan.
12
BAB IV
DOKUMENTASI
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
North West London Cardiac & Stroke Network (2010). Web-based interhospital
rujukans: user guide. London: NHS.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 Tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan.
Warren J, Fromm RE, Orr RA, Rotello LC, Horst M. (2004). Guidelines for the
inter- and intrahospital transport of critically ill patients. American
College of Critical Care Medicine. Crit Care Med. 2004;1:256-62.
Welsh Assembly Government (2009). Designed for life: Welsh guidelines for the
rujukan of critically ill adul