Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
Nyeri telinga (earache atau ear pain) yang dikenal dengan otalgia, adalah
keadaan timbulnya keluhan nyeri pada telinga. Rasa nyeri yang dirasakan tidak
selalu disebabkan dari penyakit telinga itu sendiri (primer), melainkan dapat juga
berasal dari tempat atau organ lain (sekunder) yang rasa nyerinya dihantarkan ke
telinga (nyeri alih atau referred pain).1,2,3,4,5
Nyeri telinga (earache atau ear pain) yang dikenal dengan sebutan otalgia,
adalah keadaan timbulnya keluhan nyeri pada telinga. Rasa nyeri yang dirasakan
tidak selalu disebabkan dari penyakit telinga itu sendiri, melainkan dapat juga
berasal dari tempat atau organ lain yang rasa nyerinya dihantarkan ke telinga
(nyeri alih atau referred pain) karena telinga dipersarafi nervus kranialis V, VII,
IX dan X dan nervus servikalis C2 dan C3.1,2,4
Dalam sebuah penelitian dari 100 orang pasien yang mengeluh dengan
otalgia, 31 orang diantaranya dirujuk ke spesialis THT. Di antara mereka 54,8%
adalah perempuan sedangkan 45,2% adalah laki-laki. Adapun penyebab paling
umum dari otalgia yang dirujuk adalah tonsilitis, lesi pada gigi, kelainan patologi
pada mulut, disfungsi sendi temporomandibular, limfadenitis akut, nyeri neuralgia
dan keganasan.8
Nyeri telinga ini sendiri dapat muncul dengan keluhan yang bervariasi.
Dapat berupa rasa sakit yang tajam seperti ditusuk-tusuk, rasa panas pada telinga,
atau nyeri tumpul seolah-olah telinga terasa penuh. Rasa nyeri telinga dapat hilang
timbul mengenai satu atau kedua telinga. Pada bayi dan anak yang mengalami
nyeri telinga dapat menjadi lebih rewel, sering menggaruk telinga atau menarik
telinganya. Pada keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar cairan dari
telinga yang biasanya didahului oleh batuk dan pilek.5

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI OTALGIA
Nyeri telinga (earache atau ear pain) yang dikenal dengan otalgia, adalah
keadaan timbulnya keluhan nyeri pada telinga. Rasa nyeri yang dirasakan tidak
selalu disebabkan dari penyakit telinga itu sendiri (primer), melainkan dapat juga
berasal dari tempat atau organ lain (sekunder) yang rasa nyerinya dihantarkan ke
telinga (nyeri alih atau referred pain).1,2,3,4,5
B. ANATOMI TELINGA
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara
dan juga berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Suara adalah bentuk
energi yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam sebuah
gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan
interpretasi dilakukan di otak dan sistem saraf pusat. Rangsangan suara
disampaikan ke otak melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak (nervus
vestibulokoklearis).6

Gambar 1. Bagian-bagian telinga6

2
Bagian-bagian telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga
tengah dan telinga dalam. 6

Gambar 2. Anatomi Bagian Telinga6


1. Telinga luar

Gambar 3. Auris Externa6

Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri
dari daun telinga, lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi
daun telinga atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan
gendang telinga atau membrana timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk

3
membantu mengarahkan gelombang suara ke dalam liang telinga dan akhirnya
menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar
berfungsi untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang telinga.
Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan rawan yang dilapisi kulit tipis.6
Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti
lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang
memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran
terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga dalam.6
2. Telinga tengah
Telinga tengah meliputi gendang telinga, 3 tulang pendengaran (malleus,
incus, dan stapes). Muara tuba Eustachi juga berada di telinga tengah. Getaran
suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang
pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran
ke tulang berikutnya. Tulang stapes yang merupakan tulang terkecil di tubuh
meneruskan getaran ke koklea atau rumah siput.6
Pada manusia dan hewan darat lainnya, telinga tengah dan saluran
pendengaran akan terisi udara dalam keadaan normal. Tidak seperti pada bagian
luar, udara pada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh.
Saluran Eustachi menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring.
Dalam keadaan biasa, hubungan saluran Eustachi dan telinga tengah tertutup
dan terbuka pada saat mengunyah dan menguap. Hal ini menjelaskan mengapa
penumpang pesawat terbang merasa 'tuli sementara' saat lepas landas. Rasa tuli
disebabkan adanya perbedaan tekanan antara udara sekitar. Tekanan udara di
sekitar telah turun, sedangkan di telinga tengah merupakan tekanan udara
daratan. Perbedaan ini dapat diatasi dengan mekanisme mengunyah sesuatu atau
menguap.6

4
Gambar 4. Anatomi Telinga Tengah6

Gambar 5. Anatomi Membran Timpani6


3. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian
rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe
& labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan
endolimfe.6
Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Penampang melintang
koklea trdiri atas tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala
timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang stapes
melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani
berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.6
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau
membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas
membran basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara

5
menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas
sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur,
sedangkan sel rambut akan di hubungkan dengan bagian otak dengan saraf
vestibulokoklearis.6
4. Vaskularisasi Telinga
Telinga dalam memperoleh pendarahan dari a.auditori interna
(a.labirintin) yang berasal dari a.serebelli anterior atau langsung dari
a.basilaris yang merupakan suatu end arteri dan tidak mempunyai
pembuluh darah anastomosis. Setelah memasuki meatus akustikus internus,
arteri ini bercabang tiga, yaitu :6
a) Arteri vestibularis anterior yang memperdarahi makula utrikuli,
sebagian makula sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis
superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus dan sakulus
b) Arteri vestibulokokhlearis yang memperdarahi makula sakuli,
kanalis semisirkularis posterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus
serta putaran berasal dari kokhlea
c) Arteri kokhlearis yang memasuki mediolus dan menjadi pembuluh-
pembuluh arteri spiral yang memperdarahi organ korti, skala vestibuli,
skala timpani sebelum berakhir pada stria vaskularis
Aliran vena pada telinga dalam melalui tiga jalur utama. Vena auditori
interna berasal dari putaran tengah dan apikal kokhlea. Vena aquaduktus
kokhlearis berasal dari putaran basiler kokhlea, sakulus, dan utrikulus dan
berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena akquaduktus vestibularis berasal
dari kanalis semisirkularis sampai utrikulus. Vena ini mengikuti duktus dan
masuk ke sinus sigmoid.6
5. Persarafan (inervasi) telinga
N.akustikus bersama n.fasialis masuk ke dalam porus dari meatus
akustikus internus dan bercabang dua sebagai n.vestibularis dan
n.kokhlearis. Pada dasar meatus akustikus internus terletak ganglion
vestibularis dan pada mediolus terletak ganglion spiralis.6

6
C. FISIOLOGI
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfe
pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang
mendorong endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.7

Gambar 6. Fisiologi Pendengaran7

D. EPIDEMIOLOGI
Dalam sebuah penelitian dari 100 orang pasien yang mengeluh dengan
otalgia, 31 orang diantaranya dirujuk ke spesialis THT. Di antara mereka 54,8%
adalah perempuan sedangkan 45,2% adalah laki-laki. Adapun penyebab paling

7
umum dari otalgia yang dirujuk adalah tonsilitis, lesi pada gigi, kelainan patologi
pada mulut, disfungsi sendi temporomandibular, limfadenitis akut, nyeri neuralgia
dan keganasan.8
Dari beberapa penyebab yang disebutkan diatas, dikelompokkan pula
dalam kelompok berdasarkan usia yaitu 0-9 tahun, 10-29 tahun, 30-49 tahun dan
50-75 tahun. Dan dari kelompok tersebut yang memiliki persentase tertinggi yaitu
pada kelompok dengan usia 10-29 tahun sebanyak 42% dan usia 50-75 tahun
sebanyak 32,2%.8
E. ETIOLOGI
Nyeri telinga sendiri dapat merupakan nyeri telinga primer atau yang
berasal dari telinga sendiri, primer dan sekunder yang merupakan nyeri alih.
Penyebab nyeri telinga dibagi menjadi penyebab primer dan sekunder, adalah:1,2,9
1. Penyebab Primer (Umum)
a) Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus eksterna
yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus serta
kelembapan ataupun trauma. Faktor yang mempermudah radang telinga
luar ialah perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau asam.
Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan
udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.
Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan ketika
mengorek telinga.9,10
Biasanya penyakit ini sering muncul saat musim panas karena
meningkatnya intensitas orang untuk pergi berenang, karena itulah
penyakit ini biasa disebut sebagai “telinga perenang”. Otitis eksterna lazim
terjadi dan selalu terasa nyeri yang sangat hebat. Tanda utama otitis
eksterna bahwa tarikan pada aurikula atau penekanan pada tragus dapat
memperhebat nyeri ini. Bila otitis eksterna karena jamur, sering nyeri
terlihat tidak sesuai dengan gambaran fisik kulit liang telinga berwarna
merah, tetapi biasanya edema lebih ringan dibandingkan dengan yang
terjadi pada infeksi bakteri dan mungkin terdapat eksudat jernih yang
minimum. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan debris atau eksudat

8
yang biasa ditemukan pada liang telinga dan tidak jarang juga menutupi
membran timpani.9,10
b) Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh
terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama
dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan
invasi kuman ke dalam telingan tengah juga terganggu, sehingga kuman
masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. OMA dapat
mengembangkan otalgia berat dan biasanya didahului oleh batuk pilek
yang berkepanjangan, demam, iritabilitas dan hilangnya pendengaran.
Organisme yang sering menyebabkan terjadinya OMA adalah
Streptococcus β Haemoliticus, Pneumococcus dan Haemophillas
influenzae. Pada anak dan orang dewasa gejala utamanya adalah nyeri
telinga. Mungkin juga terdapat sensasi penuh ditelinga dan gangguan
pendengaran, dapat juga timbul tinnitus.9,10
c) Barotrauma (Aerotitis) adalah keadaan dengan terjadinya perubahan
tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu pesawat terbang atau
menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Bila tuba
Eustachius tidak dapat terbuka maka nyeri cepat menghambat di dalam
telinga serta terjadi gangguan pendengaran. Kadang-kadang membran
timpani akan ruptur. Keluhan pasien berupa kurang dengar, otalgia,
autofoni, perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinitus dan
vertigo.9,10
d) Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis media
supuratif akut yang tidak adekuat. Kadang-kadang pasien otitis media
supuratif akut tidak mencari pertolongan medis karena nyeri terhenti
dengan mulainya otore. Tetapi, setelah beberapa hari otore, dapat terjadi
kekambuhan demam dan nyeri yang menunjukkan mulainya proses
mastoiditis akut. Biasanya pada pemeriksaan telinga menunjukkan banyak
sekret purulen dari performasi membran timpani dan “sagging” dinding
posterior superior bagian dalam meatus akustikus eksternus.9

9
e) Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung hemoragik
dikulit meatus akustikus eksterna dan pada membrana timpani. Penyakit
ini sembuh sendiri dengan nyeri yang mereda serta gelembung mengering
dan menghilang setelah beberapa hari. Tidak terdapat demam, eksudat
purulen atau tuli tanpa infeksi bakteri sekunder.9
2. Penyebab Sekunder (Referred Pain)
Seringkali, nyeri alih yang dirujuk disebabkan oleh saraf kompresi atau
iritasi. Dalam keadaan ini, sensasi rasa sakit umumnya akan terasa di wilayah
yang dipersarafi (yaitu, somatikdermatone) meskipun kerusakan berasal di
tempat lain (contohnya, jaringan visceral). Telinga memilki keunikan sendiri
karena tidak ada struktur lain dalam tubuh seperti telinga yang banyak disuplai
oleh inervasi nervus sensorik dari begitu banyak segmen saraf. Inervasi sensorik
telinga disuplai melalui kombinasi empat saraf kranial (N.V, N.VII, N.IX, dan
N.X) dan dua nervus dari plexus cervical superior (C2 dan C3).1,2,3,4
a) Nervus Trigeminus (N.V)

Gambar 7. Jalur otalgia primer dan referred otalgia dari saraf


mandibula (V3). N.V adalah jalur paling sering untuk keluhan otalgia
melalui cabang auriculotemporal dari saraf trigeminal (N.V)4

10
Melalui N.V, saraf cabang auriculotemporal (CN.V) Saraf
auriculotemporal berasal dari divisi mandibula dari saraf trigeminal bertemu
dengan arteri temporal anterior menuju ke telinga eksternal. Saraf
auriculotemporal mempersarafi sensorik aferen ke tragus, auricula anterior,
meatus akustikus externa, dan bagian anterior dari membran timpani lateral.
Karena panjang dan luasnya distribusi saraf auriculotemporal, maka saraf
inilah yang paling sering menyebabkan terjadinya nyeri alih (referred otalgia).
Penyakit sendi temporomandibular (TMJ) dan patologi gigi merupakan
keluhan tersering yang menyebabkan reffered otalgia yang dikaitkan melalui
saraf auriculotemporal.1
1. Penyakit gigi dimana nyeri telinga dari karies gigi, infeksi periapikal dari
gigi belakang dan infeksi subperiosteal rahang atas dan bawah,
2. Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus pada sinus paranasal
terutama sinus maksilla dapat menimbulkan nyeri alih pada telinga,
3. Lesi di rongga mulut,
4. Inflamasi, obstruksi glandula salivatori dan penyakit neoplasma dari
submandibula, sublingual dan kelenjar parotis,
5. Iritasi durameter oleh infeksi atau tumor durameter bagian tengah atau
posterior fossa cramial.9
b) Nervus Facialis (N.VII)

11
Gambar 8. Jalur otalgia primer dan referred otalgia dari nervus
facialis (N.VII). Saraf kranial VII menghasilkan otalgia dimaksud
melalui cabang aurikular dari saraf wajah. Bell palsy dapat muncul
sebagai nyeri telinga, yang mendahului kelumpuhan wajah.4

Telinga mendapatkan persarafan dari N.VII melalui cabang nervus


aurikularis posterior (CN.VII). Saraf aurikularis posterior, merupakan yang
pertama cabang ekstrakranial dari saraf wajah, mengirimkan aferen sensorik
yang menginervasi persarafan dinding meatus akustikus interna, permukaan
posterior membran timpani, dan auricula posterior. Nervus fasialis adalah
saraf motorik dari otot mimik tetapi ada serat sensoris dari saraf fasialis yang
mempersarafi kulit yang terletak pada bagian lateral dari konka dan antiheliks
dan juga pada lobus posterior dan kulit yang terletak pada daerah mastoid.
Penyebab paling sering nyeri alih oleh saraf fasialis adalah bell’s palsy
sebelum terjadinya paralysis pada wajah. Pasien dengan herpes zoster otikus
(Ramsay Hunt syndrome) juga dapat mengalami otalgia. Pada penyakit ini
dapat ditemukan vesikel sepanjang konka dan liang posterior.1,9
c) Nervus Glossopharyngeal (N.IX) memiliki cabang nervus yaitu tympanic
atau saraf jacobson (CN IX). Saraf Jacobson, turunan dari saraf
glossopharyngeal, bergabung dengan cabang karotisotimpani dari pleksus
simpatik untuk membentuk plexus timpani. Pleksus ini mempersarafi
daerah pada telinga tengah, tuba eustachius atas, dan membran timpani
medial. Yang dimaksud otalgia ditransmisikan oleh saraf glossopharyngeal
penyakit sekunder dari lesi dan/atau proses inflamasi nasofaring, tonsil
palatine, palatum lunak, atau sepertiga lidah bagian belakang. Pasien
biasanya mengeluh otalgia setelah melakukan tonsilektomi.1,9

12
Gambar 9. Jalur otalgia primer dan referred otalgia dari saraf
glossopharyngeal (IX). Saraf kranial IX memediasi otalgia melalui saraf
timpani Jacobson.4

d) Nervus Vagus (N.X) memiliki cabang yang disebut cabang auricular atau
Saraf Arnold (CN.X). Saraf Arnold, cabang auricular dari vagus, terbagi
menjadi cabang superior, yang mengirimkan cabang kecil ke selubung
saraf wajah, dan cabang yang lebih rendah, yang bergabung dengan
cabang kecil dari saraf wajah. Cabang inferior memberikan inervasi pada
meatus akustikus external, ke konkavitas concha, dan akhirnya ke
permukaan lateral membran timpani. Tiroiditis, tumor tiroid, karsinoma
laring, dan refluks gastroesofagus dapat terjadi sebagaimana dimaksud
otalgia sekunder akibat iritasi saraf laring, cabang dari saraf vagus. N.V
merupakan cabang utama dari saraf vagus mempersarafi mukosa laring,
hipofaring, fraken, esofagus dan kelenjar tiroid. Nyeri pada setiap bagian
ini dialihkan ke telinga. Laringitis Semua bentuk laringitis dapat
menyebabkan nyeri alih otalgia. Luka pada laring atau adanya benda asing
pada laring dapat menyebabkan adanya nyeri yang menjalar ke telinga.1,9
e) Nervus Cervical (C2 dan C3) menginervasi sebagian besar telinga
eksternal, termasuk auricula, lobulus, dan kulit di depan dan di belakang
telinga eksternal melalui saraf aurikularis besar dan saraf oksipital yang
lebih rendah. Selain itu, C2 dan C3 berfungsi untuk menginervasi area lain

13
di dalam kepala dan leher, terutama otot dan sendi dari tulang belakang
leher, termasuk sendi atlantoaksial dan sendi faset C2 dan C3. Mekanisme
bagaimana penyakit tulang belakang leher dirujuk ke telinga masih
kontroversial. Salah satu mekanisme yang mungkin adalah melalui
interkoneksi antara aferen servikal dengan saluran tulang belakang saraf
trigeminal, yang diperkirakan turun sejauh C4. Informasi sensorik dari
akar servikal atas kemudian diteruskan ke dermatoma trigeminal (yaitu
CN.V), yang pada gilirannya dapat diteruskan ke telinga. Penyebab otalgia
dari pleksus servikal adalah limfadenopati servikal yang biasanya terdapat
pada jaringan limfe di oksipital dan mastoid.4,9
f) Tumor daerah kepala, leher dan dada dapat menyebabkan sakit telinga.
Rasa sakit telinga mungkin satu-satunya awalnya keluhan. Jadi evaluasi
menyeluruh untuk tumor okultisme pada pasien dengan risiko tinggi untuk
kanker tersebut adalah langkah yang paling penting. Orang dianggap
beresiko tinggi adalah pengguna tembakau atau alkohol, mereka yang di
atas 50 tahun, dan mereka yang juga memiliki berat badan atau kesulitan
dalam menelan atau suara serak.
F. PATOFISIOLOGI
Nyeri bisa dari telinga bagian luar dan dalam. Nyeri telinga luar bisa
seperti lesi, serumen, otitis eksterna dan sebagainya. Intrinsik bisa tejadi karena
otitis media, spasme otot pada bagian dalam, dan masih banyak penyakit lain.
Referred otalgia mungkin disebabkan oleh berbagai mekanisme. Persarafan
sensorik kompleks aurikel dan telinga eksternal berasal dari berbagai macam
nervus cranial dan nervus medula spinalis. Kista optik terletak di antara pasangan
lengkung cabang, dengan lokasi kista yang mengakibatkan dominasi berbagai
saraf kranial. Organ-organ lain juga di bawah kendali saraf sensorik ini,
menghasilkan referred otalgia. Referred otalgia mungkin timbul dari
ketidakmampuan otak untuk membedakan asal nyeri karena neuron mulai dari
wilayah sensasi visceral dan somatik naik ke otak melalui jalur yang sama. Atau,
miskomunikasi dapat terjadi pada nukleus posterior ventral antara tingkat lateral

14
dan medial thalamus. Akhirnya, referred otalgia mungkin merupakan fenomena
tingkat tinggi yang terjadi di korteks serebral itu sendiri. 1,2,4
Referred otalgia dikaitkan dengan saraf yang terkena. Sebagai contoh,
saraf auriculotemporal (N.V) dipengaruhi oleh disfungsi sendi
temporomandibular, penyakit gigi, neuralgia trigeminal, dan osteomielitis/tumor
mandibula. Saraf aurikularis posterior (N.VII) dipengaruhi oleh neuroma akustik
dan infeksi herpes zoster. Saraf Jacobson (N.IX) dipengaruhi oleh
tonsilitis/faringitis, sinusitis, tumor faring, dan neuroma glossofaringeal. Saraf
Arnold (N.X) dipengaruhi oleh refluks laringofaringeal, spasme krikofaringeal,
dan stimulator vagal. Saraf auricular (C2) dan oksipital (C3) yang lebih besar
dipengaruhi oleh penyakit degeneratif tulang belakang leher, kista akar serviks,
tipe Arnold-Chiari, penyakit pembuluh darah, fibromyalgia, dan penyebab
psikogenik lainnya. Oleh karena itu, riwayat medis yang rinci dan pemeriksaan
fisik semua bagian kepala dan leher diperlukan untuk pasien dengan otalgia.1,2,4
G. GAMBARAN KLINIS
Sakit telinga itu sendiri merupakan suatu gejala atau keluhan, biasanya
disertai dengan gejala-gejala lain dan bisa dari berbagai penyebab. Bayi dan anak-
anak biasanya menjadi rewel, sering menggaruk-garuk telinga atau menarik-narik
telinga, bila penyakitnya di telinga biasanya disertai gangguan pendengaran. Pada
keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar cairan dari telinga. Sakit telinga
yang sering timbul pada anak-anak adalah akibat infeksi telinga tengah akut, yang
timbul secara tiba-tiba. Biasanya disertai dengan demam tinggi, kadang-kadang
sampai kejang dan muntah. Biasanya sebelumnya didahului oleh batuk dan pilek.5
Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan seperti anak yang agak
besar, remaja dan dewasa, yang sering dialami selain nyeri adalah adanya
perasaan penuh atau tekanan pada telinga, gangguan pendengaran, pusing dan
pada infeksi terdapat cairan yang keluar dari telinga atau demam. Sakit telinga
akibat infeksi telinga yang sudah menyebar kedaerah mastoid atau daerah
dibelakang telinga (mastoiditis), biasanya disertai dengan nyeri kepala. Pada
infeksi liang telinga (otitis eksterna) sering disertai nyeri ketika membuka mulut
atau menelan.5

15
H. DIAGNOSA
1. Anamnesis
Referred otalgia dapat didiagnosis dengan melakukan anamnesis dan
menyesuaikan gambaran klinis yang telah disebutkan diatas. Selain itu juga,
riwayat-riwayat pada pasien perlu untuk ditanyakan. Poin-poin penting dalam
riwayat termasuk usia pasien, lokasi nyeri (meminta pasien untuk menunjukkan
dengan satu jari lokasi yang nyeri), penjalaran dari rasa sakit, faktor yang
memberatkan (mis., mengunyah), gejala yang terkait (otologis dan sistemik),
dan faktor risiko untuk tumor (mis., usia lebih dari 50 tahun, penggunaan
tembakau atau alkohol). Gejala otologis yang mendukung penyebab utama
termasuk otorea, tinitus, gangguan pendengaran, dan vertigo. Keparahan rasa
sakit belum tentu berkorelasi dengan keseriusan penyebabnya. Contohnya, rasa
sakit dari tumor bisa ringan, sedangkan rasa sakit dari karies gigi dan otitis
media bisa lebih parah.5
2. Pemeriksaan Fisik
Komponen utama dari pemeriksaan fisik meliputi inspeksi aurikel dan daerah
periaurikular dan pemeriksaan otoskopik menyeluruh, yang mungkin
memerlukan pengangkatan serumen. Kelembutan itu terjadi dengan traksi pada
auricle atau tekanan pada tragus menunjukkan kondisi meatus akustikus
eksternus, biasanya otitis eksterna. Pada inspeksi telinga dapat tanpa kelainan
atau ditemukan adanya kemerahan, bengkak maupun serumen ditemukan pada
liang telinga dapat juga ditemukan membran timpani kemerahan dan bulging
dengan menggunakan otoskop dan lampu kepala. Palpasi telinga didapatkan
adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit ataupun nyeri tarik. Ketika
pemeriksaan telinga normal, dokter harus meraba TMJ untuk nyeri tekan dan
krepitasi pada saat pasien membuka dan menutup mulut. Selain itu, pemeriksaan
dasar harus mencakup pemeriksaan hidung dan orofaring, palpasi kepala dan
leher, dan pemeriksaan saraf kranial ginggiva harus diperiksa dan diraba serta
giginya diperiksa dan perkusi untuk menilai kelembutan. Serat optik
nasolaryngoscopy biasanya tidak diperlukan. Pasien mungkin memerlukan

16
prosedur ini jika mereka memiliki faktor risiko untuk tumor atau jika tindakan
konservatif tidak menyelesaikan gejala.5
3. Pemeriksaan Penunjang
Telinga akan diperiksa dengan seksama baik menggunakan otoskop atau
endoskopi jika perlu. Organ sekitarnya juga akan diperiksa untuk memastikan
etiologi rasa nyeri tersebut. Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan,
adalah :5,9
a) Tes fungsi
Tes Valsava dan Toynbee dilakukan untuk mengetahui fungsi tuba
eustachius. Valsava dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras dari
hidung sambil hidung dipencet serta mulut ditutup.Bila tuba terbuka maka
terasa udara masuk ke dalam rongga telinga tengah yang menekan membran
timpani kea rah lateral. Tes Toynbee dilakukan dengan cara menelan ludah
sambil hidung dipencet serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan
terasa membran timpani tertarik kea rah medial.9
b) Tes pendengaran
Tujuan dari tes pendengaran adalah :9
 Menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau tidak.
 Menentukan derajat kekurangan pendengaran.
 Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran.
1) Tes suara. Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 – 15 meter.
Tetapi biasa dipakai patokan 6 meter.
2) Tes garpu tala yang terdiri dari tes schwabach, tes rinne, dan tes webber.
c) CT-Scan kepala, Ketika penyakit terbukti pada pemeriksaan dan tujuannya
adalah untuk menentukan tingkat keterlibatan, misalnya trauma tulang
temporal harus dievaluasi dengan CT-scan.5,9
d) Audiogram9
e) Laringoskopi9
f) Otoskopi pneumatik atau tympanometry dapat membantu jika ada
kecurigaan penyakit telinga tengah.5,9

17
I. PENATALAKSANAAN
Pengobatan diberikan sesuai dengan penyebab. Jika rasa nyeri pada telinga
disebabkan oleh kotoran atau benda asing maka dibersihkan dengan
mengeluarkannya, pada infeksi diterapi dengan pemberian antibiotik dan
analgetik, apabila disebabkan oleh virus diberikan antivirus dan pada kasus
tertentu dapat dilakukan pembedahan.9
J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul dapat berupa kehilangan pendengaran yang dapat
dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Kehilangan Konduktif
Biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen,
atau kelainan telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan
seperti itu, hantaran suara efisien suara melalui udara ke telinga dalam terputus.9
b. Kehilangan Sensoris
Melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain
kehilangan konduksi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan
pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran fungsional. Pasien
dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik konduktif
maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi
tulang. Kehilangan suara fungsional bersifat inorganik dan tidak berhubungan
dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi
biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional.9

18
BAB III
KESIMPULAN
Telinga merupakan indera pendengaran dan memiliki fungsi ganda yaitu
pendengaran dan keseimbangan. Nyeri adalah mekanisme protektif untuk
menimbulkan kesadaran akan kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi
kerusakan jaringan, maka itu nyeri pada telinga merupakan suatu tanda perjalanan
dari sebuah penyakit. Nyeri telinga (earache atau ear pain) yang dikenal dengan
sebutan otalgia, adalah keadaan timbulnya keluhan nyeri pada telinga.
Rasa nyeri yang dirasakan tidak selalu disebabkan dari penyakit telinga itu
sendiri, melainkan dapat juga berasal dari tempat atau organ lain yang rasa
nyerinya dihantarkan ke telinga (nyeri alih atau referred pain) karena telinga
dipersarafi nervus kranialis V, VII, IX dan X dan nervus servikalis C2 dan C3.
Nyeri ini sendiri dapat muncul dengan keluhan yang bervariasi. Dapat berupa rasa
sakit yang tajam seperti ditusuk-tusuk, rasa panas pada telinga, atau nyeri tumpul
seolah-olah telinga terasa penuh.
Nyeri pada telinga merupakan suatu tanda perjalanan penyakit, karena itu
harus segera dicari penyebabnya dengan anamnesis dan pemeriksaan yang tepat
agar dapat ditangani dengan baik dan memperbaiki fungsi telinga yang terganggu.

19
DAFTAR PUSTAKA
1. Taboo, Zhraa; Buraa, Marwan F. 2013. The Iraqi Postgraduate Medical
Journal: Etiology of Referred Otalgia, vol.12. Visited online at March
12nd, 2019 https://www.iasj.net/iasj?func=fulltext&aId=76548
2. Kim, Sang Hoon; Kim, Tae Hyun; etc. 2015. Journal of Audiology &
Otology: Clinical Differences in Types of Otalgia, vol. 19. Korea: National
Research Foundation of Korea. Visited online at March 8th 2019
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC4491947/
3. Taziki, Moh.Hosein; Behnampour, Nasser. 2012. Iranian Journal of
Otorhinolaryngology: A Study of the Etiology of Referred Otalgia, vol. 24,
p.171-176. Iran: Golestan University of Medical Sciences, Gorgan Visited
online at March 2nd 2019 https://www.researchgate.net/publication/
259156272_A_Study_of_the_Etiology_of_Referred_Otalgia
4. Chen, R.C.; Khorsandi, A.S.; etc. 2009. American Journal of
Neuroradiology: The Radiology of Referred Otalgia, vol.30, p. 1817-1823.
Visited online at March 5th 2019 http://www.ajnr.org/content/30/10/1817
5. Ely, John W.; Hansen, Marlen R. 2008. American Family Physician:
Diagnosis of Ear Pain, vol.77, p.621-628. Iowa: University of Iowa Carver
College of Medicine Visited online at March 8th 2019
https://www.aafp.org/afp/2008/0301/p621.pdf
6. Moore, Keith L.; Dalley, Arthrur F. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis,
ed.5, jilid 3, h.138-148. Jakarta: Penerbit Erlangga
7. Sherwood L. 2011. Fisiologi manusia; dari sel ke sistem. 6th ed, p.207.
Jakarta: EGC.
8. Gandhi, Saurabh; Soni, Hiren. 2017. International Journal of
Otorhinolaryngology and Head and Neck Surgery: Referred Otalgia,
Epidemiological Profile, vol.3, p.250-252. India: Department of ENT,
GMERS medical college Visited online at March 12nd 2019
https://www.ijorl.com/index.php/ijorl/article/view/371/151
9. Neilan R. 2010. Otolaryngology-Head & Neck Surgery: Otalgia, vol.94,
p.961-971

20
10. Soepardi, Efiaty; etc. 2015. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher, ed.7. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

21

Anda mungkin juga menyukai