Anda di halaman 1dari 24

SYOK NEUROGENIK

Anna Volski and Daniel J. Ackerman

Presented By :
Niswatun Hasanah Sukardi
111 2017 2040
RSUD Kota Makassar

Clinical Management of Shock – The Science and Art of


Physiological Restoration
Definisi
Syok neurogenik adalah keadaan yang mengancam jiwa
disebabkan dengan hipotensi, bradikardia, dan bukti lain dari disfungsi
otonom. Penyebab paling umum adalah akut cedera tulang belakang
(SCI) akibat dari trauma.
Sejarah
Pemahaman tentang “syok
neurogenik” muncul pertama kali oleh
Alfred Blalock’s “klasifikasi kegagalan
sirkulasi perifer”, yang dicantumkan dalam
artikel antara tahun 1927 dan 1942.
Adapun syok neurogenik, Blalock menulis:
Pada saat itu, Blalock menyatakan sebab
“Penyebab utama adalah vasodilatasi tergantung
syok neurogenic berhubungan dengan
pada berkurangnya konstriktor sebagai akibat
cedera tulang belakang, anestesi spinal, dari pengaruh yang bekerja melalui system
saraf.”
dan sinkop vasovagal.
Syok Neurogenik vs Syok Spinal
Anatomi
Columna
Vertebralis
Aspek Internal corpus vertebra
dan canalis vertebralis
Medulla
spinalis
Medulla spinalis, Nervi spinalis
Epidemiologi
Berdasarkan jurnal ini, pasien yang terisolasi cedera tulang
belakang, mendefinisikan syok neurogenic sebagai BP <100 mmHg, HR
<80 x/menit atau keduanya.

Dari 490 kasus kejadian hipotensi terdapat 25,8% dan syok


neurogenik sebesar 19,3%. Cedera tulang belakang yang paling banyak
menyebabkan syok neurogenic yaitu cedera yang terkena diatas T6
(leher dan dada).
Etiologi :
■ Kecelakaan dalam berkendara
■ Jatuh
■ Tindakan kekerasana
■ Cedera pada saat olahraga
■ Alcohol
■ Penyakit pada medulla spinalis
Patofisiologi
Patofisiologi
Tanda dan Gejala
■ Nyeri tulang belakang hebat
■ Kelemahan, inkoordinasi dan kelumpuhan pada bagian tubuh manapun
■ Mati rasa, kesemutan atau hilangnya sensasi pada jari-jari tangan dan kaki
■ Kehilangan kontrol pada kandung kemih dan usus
■ Kesulitan dan keseimbangan terutama berjalan
■ Gangguan pernafasan setelah cedera
Initial evaluation and stabilization
■ Identifikasi Pasien
Pasien laki-laki 70 tahun masuk UGD dengan keluhan kecelakaan saat bersepeda, tidak
menggunakan helm. Pasien sempat diresusitasi ditempat kejadian karena Cardiac Arrest dan
diintubasi (GCS 3-T). Di UGD, tanda vital TD = 112/74 mmHg, N = 53 x/menit dan S = 35,7ºC.
Pasien menjadi lebih bradikardi dan tidak mempan dengan pemberian atropine sementara
dilakukannya resusitasi cardiopulmonary. Kadar Hb = 13,3 gr/dL, pasien telah ditransfusi 4 unit
darah Red Blood Cells. Hasil CT-Ssan kepala dan cervical spine menunjukkan fraktur kondilus
oksipital type III dens fracture 6 mm dan fraktur prosessus spinosus. (Gambar 1.). Selanjutnya
diberikan Norephinefrin untuk mengatasi bradikardi. Hari selanjutnya, dilakukan pemeriksaan
MRI didapatkan adanya edema pada intra-axial dan perdarahan (Gambar 2.). Pada hari 1,
didapatkan Hb = 17,5 gr/dL setelah transfusi. Namun, pasien masih terus mengalami bradikardi.
Dengan hasil penunjang yang menunjukkan adanya trauma tulang belakang didaerah cervical
yang menyebabkan tetraparesis dan komplikasi, pasien dipindahkan ke ruang Intesive Care Unit
pada hari ke 3.
Manajemen Pasien:

 Resusitasi cairan menjadi terapi lini pertama


untuk hipotensi dalam syok neurogenik
Manajemen Pasien:
 Pemberian agen vasopressor : Norepinefrin, epinefrin, dopamine, phenylephrine, serta atropin
pada pasien dengan bradikardi signifikan.
Manajemen Pasien:
 Terdapat beberapa studi pula yang mengatakan pengobatan syok neurogenic dapat diperpanjang
menggunakan agen non-intravenous seperti ropantheline, amino-phylline, theophylline, dan
ephedrine. Psuedoefedrin enteral juga telah berhasil digunakan sebagai terapi tambahan.
Manajemen Pasien:
 Dalam guidelines dikatakan MAP (Mean Arterial
Pressure) harus di maintaine di antara 85-90
mmHg selama 5-7 hari setelah terapi pertama.
 Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa
pemeliharaan tekanan perfusi sumsum tulang
belakang (MAP-Cerebral Spinal Fluid Pressure)
di atas 50 mmHg merupakan prediktor kuat dari
pemulihan neurologis daripada MAP sistemik
dan dapat pula menjadi petunjuk dalam
management selanjutnya.
Pemulihan dan Rehabilitasi:
 Rehabilitasi pada pasien dengan cedera tulang
belakang harus lengkap, interdisipliner, dan
berpusat pada pasien, dengan tujuan yang
individual dan realistis. Intervensi sebaiknya tidak
ditunda dan komplikasi perlu diantisipasi dan
segera diidentifikasi.

 Pendekatan komprehensif mengobati seluruh


individu memberikan pasien kesempatan yang
lebih baik untuk mencapai pemulihan fungsional
yang optimal.
Pemulihan dan Rehabilitasi:

 Komponen utama yang penting dalam


rehabilitasi cedera tulang belakang adalah usus
dan kandung kemih, perawatan pernapasan,
mobilisasi serta terapi fisik dan pekerjaan.

 Bukan hanya aspek medis perawatan pasien,


tapi dampak psikologis cedera tulang belakang
juga.
Kesimpulan
Syok neurogenik sangat ditakuti dan sulit untuk menghindari
komplikasi yang terjadi seperti gangguan dari system saraf simpatik.
Selain itu, anoksia serebral, serangan jantung dan yang lainnya.

Syok neurogenic yang disertai dengan komplikasi disrefleksia


otonom dapat mempersulit proses rehabilitasi. Diharapkan kedepannya
lebih banyak standar yang dapat memberikan solusi untuk mengurangi
terjadinya komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai