Presented By : Niswatun Hasanah Sukardi 111 2017 2040 RSUD Kota Makassar
Clinical Management of Shock – The Science and Art of
Physiological Restoration Definisi Syok neurogenik adalah keadaan yang mengancam jiwa disebabkan dengan hipotensi, bradikardia, dan bukti lain dari disfungsi otonom. Penyebab paling umum adalah akut cedera tulang belakang (SCI) akibat dari trauma. Sejarah Pemahaman tentang “syok neurogenik” muncul pertama kali oleh Alfred Blalock’s “klasifikasi kegagalan sirkulasi perifer”, yang dicantumkan dalam artikel antara tahun 1927 dan 1942. Adapun syok neurogenik, Blalock menulis: Pada saat itu, Blalock menyatakan sebab “Penyebab utama adalah vasodilatasi tergantung syok neurogenic berhubungan dengan pada berkurangnya konstriktor sebagai akibat cedera tulang belakang, anestesi spinal, dari pengaruh yang bekerja melalui system saraf.” dan sinkop vasovagal. Syok Neurogenik vs Syok Spinal Anatomi Columna Vertebralis Aspek Internal corpus vertebra dan canalis vertebralis Medulla spinalis Medulla spinalis, Nervi spinalis Epidemiologi Berdasarkan jurnal ini, pasien yang terisolasi cedera tulang belakang, mendefinisikan syok neurogenic sebagai BP <100 mmHg, HR <80 x/menit atau keduanya.
Dari 490 kasus kejadian hipotensi terdapat 25,8% dan syok
neurogenik sebesar 19,3%. Cedera tulang belakang yang paling banyak menyebabkan syok neurogenic yaitu cedera yang terkena diatas T6 (leher dan dada). Etiologi : ■ Kecelakaan dalam berkendara ■ Jatuh ■ Tindakan kekerasana ■ Cedera pada saat olahraga ■ Alcohol ■ Penyakit pada medulla spinalis Patofisiologi Patofisiologi Tanda dan Gejala ■ Nyeri tulang belakang hebat ■ Kelemahan, inkoordinasi dan kelumpuhan pada bagian tubuh manapun ■ Mati rasa, kesemutan atau hilangnya sensasi pada jari-jari tangan dan kaki ■ Kehilangan kontrol pada kandung kemih dan usus ■ Kesulitan dan keseimbangan terutama berjalan ■ Gangguan pernafasan setelah cedera Initial evaluation and stabilization ■ Identifikasi Pasien Pasien laki-laki 70 tahun masuk UGD dengan keluhan kecelakaan saat bersepeda, tidak menggunakan helm. Pasien sempat diresusitasi ditempat kejadian karena Cardiac Arrest dan diintubasi (GCS 3-T). Di UGD, tanda vital TD = 112/74 mmHg, N = 53 x/menit dan S = 35,7ºC. Pasien menjadi lebih bradikardi dan tidak mempan dengan pemberian atropine sementara dilakukannya resusitasi cardiopulmonary. Kadar Hb = 13,3 gr/dL, pasien telah ditransfusi 4 unit darah Red Blood Cells. Hasil CT-Ssan kepala dan cervical spine menunjukkan fraktur kondilus oksipital type III dens fracture 6 mm dan fraktur prosessus spinosus. (Gambar 1.). Selanjutnya diberikan Norephinefrin untuk mengatasi bradikardi. Hari selanjutnya, dilakukan pemeriksaan MRI didapatkan adanya edema pada intra-axial dan perdarahan (Gambar 2.). Pada hari 1, didapatkan Hb = 17,5 gr/dL setelah transfusi. Namun, pasien masih terus mengalami bradikardi. Dengan hasil penunjang yang menunjukkan adanya trauma tulang belakang didaerah cervical yang menyebabkan tetraparesis dan komplikasi, pasien dipindahkan ke ruang Intesive Care Unit pada hari ke 3. Manajemen Pasien:
Resusitasi cairan menjadi terapi lini pertama
untuk hipotensi dalam syok neurogenik Manajemen Pasien: Pemberian agen vasopressor : Norepinefrin, epinefrin, dopamine, phenylephrine, serta atropin pada pasien dengan bradikardi signifikan. Manajemen Pasien: Terdapat beberapa studi pula yang mengatakan pengobatan syok neurogenic dapat diperpanjang menggunakan agen non-intravenous seperti ropantheline, amino-phylline, theophylline, dan ephedrine. Psuedoefedrin enteral juga telah berhasil digunakan sebagai terapi tambahan. Manajemen Pasien: Dalam guidelines dikatakan MAP (Mean Arterial Pressure) harus di maintaine di antara 85-90 mmHg selama 5-7 hari setelah terapi pertama. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa pemeliharaan tekanan perfusi sumsum tulang belakang (MAP-Cerebral Spinal Fluid Pressure) di atas 50 mmHg merupakan prediktor kuat dari pemulihan neurologis daripada MAP sistemik dan dapat pula menjadi petunjuk dalam management selanjutnya. Pemulihan dan Rehabilitasi: Rehabilitasi pada pasien dengan cedera tulang belakang harus lengkap, interdisipliner, dan berpusat pada pasien, dengan tujuan yang individual dan realistis. Intervensi sebaiknya tidak ditunda dan komplikasi perlu diantisipasi dan segera diidentifikasi.
Pendekatan komprehensif mengobati seluruh
individu memberikan pasien kesempatan yang lebih baik untuk mencapai pemulihan fungsional yang optimal. Pemulihan dan Rehabilitasi:
Komponen utama yang penting dalam
rehabilitasi cedera tulang belakang adalah usus dan kandung kemih, perawatan pernapasan, mobilisasi serta terapi fisik dan pekerjaan.
Bukan hanya aspek medis perawatan pasien,
tapi dampak psikologis cedera tulang belakang juga. Kesimpulan Syok neurogenik sangat ditakuti dan sulit untuk menghindari komplikasi yang terjadi seperti gangguan dari system saraf simpatik. Selain itu, anoksia serebral, serangan jantung dan yang lainnya.
Syok neurogenic yang disertai dengan komplikasi disrefleksia
otonom dapat mempersulit proses rehabilitasi. Diharapkan kedepannya lebih banyak standar yang dapat memberikan solusi untuk mengurangi terjadinya komplikasi.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis