Anda di halaman 1dari 14

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

NO NAMA
1 MUHAMMAD ISROI ILHAM AROJAB
2 MARATU SOLIHAH
3 EMA AMBAR SARI
4 WANDA
5 RATIH PURBANING TYAS

S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA

I. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang
dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.

II. Keluhan Utama


Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada psien
effusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada,
nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir
terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.

III. Riwayat Kesehatan


1. Riwayat Penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan
adanya tanda tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat
pada dada, berat badan menurun.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit
seperti TBC paru, pneumonia, gagal jantung, trauma, asites, dsb. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti
Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.Meliputi perasaan pasien
terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana
perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
IV. Riwayat Keperawatan Klien
1. Pola nutrisi dan metabolism
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui
status nutrisi pasien.
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu
makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit,
Pasien effusi pleura keadaan umumnya lemah.

2. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS.

Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih


banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik
otot otot tractus degestivus.

3. Pola tidur dan istirahat


Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh
akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.
Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan
rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang
yang mondar mandir , berisik dan lain sebagainya.

4. Pola aktivitas dan latihan


Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang
terpenuhi. Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas
minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya
akibat adanya nyeri dada. Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya
sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
5. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
6. Riwayat Pola Fungsi
Pola presepsi dan tatalaksana hidup sehat Adanya tindakan medis dan
perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang
kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan
merokok, minum alkohol dan penggunaan obat obatan bisa menjadi
faktor predisposisi timbulnya penyakit.
V. Pemeriksaan Fisik
A. Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan
pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa,
sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien
untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
B. Sistem Respirasi
a. Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit
mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan,
pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax
kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus cordis. RR
cenderung meningkat dan pasien biasanya dispnea.
b. Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah
cairannya > 250cc. Disamping itu ada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yag tertinggal pada dada yang sakit.
c. Suara perkusi redup sampai pekak tergantung jumlah cairannya.
Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan
terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral
atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis
Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada,
kurang jelas di punggung.
d. Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi
duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi
atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda
tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.
C. Sistem Kardiovaskuler
a. Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada
pada ICS 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1cm.
pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pembesaran jantung.
b. Palpasi untuk menghitung frekuensi jntung (health rate) dan harus
diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu
juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis
c. Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung
terdengar pekak.hal ini untuk menentukan adanya pembesaran
jantung atau ventrikel kiri.
d. Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau
gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah
jantung serta adanya murmur yang menunjukkan adanya
peningkatan arus turbulensi darah.
D. Sistem pencernaan
a. Pada inspeksi perlu diperhatkan apakah abdomen membuncit atau
mendatar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjolatau
tidak, perlu juga di inspeksi perlu untuk mengetahui benjolan atau
masa.
b. Auskultasi untukmendengarkan peristaltic usus dimna nilai
normalnya 5-35x/menit.
c. Pada palpasi perlu diperhatikan nyeri tekan pada abdomen, adakah
masa (tumor, feces) turgor kulit perut untuk mengetahui drrajat
hidrasi pasien, apakah heper teraba.
d. Perkusi abdomen normal timpani, adanya masa padat atau cairan
akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaunarta, tumor).
E. Sistem neurologis
a. Padainspeksi tingkatkesadaran perlu dikaji disampin juga perlu
pemeriksaan GCS adakah composmentis, atau somnolen atau
comma.
b. Pemeriksaan reflek patologis atau reflek fisiologisnya
c. Selain itu fungsi fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti
pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, dan pengecapan
F. System musculoskeletal
a. Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial
b. Palpasi pada kedua estermitas untuk mengetahui tingkat perfusi
perifer serta dengan serta dengan pemeriksaan capitallary refiltime.
c. Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot
kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan
G. System integument
a. Inspeksi keadaan umum klien hygiene, warna ada tidaknya lesi pada
kulit, pada pasien efusi biasanya akan tampak sianosis akibat adanya
kegagalan system transport O2.
b. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin,
hangat, demam). Kemudian texture kulit (halus, lunak, keras) serta
turgor kulit untuk mengetahui derajat hiidrasi seseorang.
VI. Diagnosa Keperawatan, intervensi dan rasio
1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal
Kriteria hasil :
a. Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal.
b. Pada pemeriksaan sinar x dada tidak ditemukan adanya akumulasi
cairan.
c. Bunyi nafas terdengar jelas.
Intervensi Rasional
1. Identifikasi faktor Denga mengidentifikasikan
penyebab. penyebab, kita dapat menentukan
jenis effusi pleura sehingga dapat
mengambil tindakan yang tepat.

2. Observasi tanda- Peningkatan RR dan takikardi


tanda vital (suhu, merupakan indikasi adanya
nadi, tekanan darah, penurunan fungsi paru.
RR dan respon
pasien).
3. Kaji kualitas, Dengan mengkaji kualitas, frekuensi
frekuensi dan dan kedalaman pernafasan, kita dapat
kedalaman mengetahui sejauh mana perubahan
pernafasan, laporkan kondisi pasien.
setiap perubahan
yang terjadi.
4. Baringkan pasien Penurunan diafragma memperluas
dalam posisi yang daerah dada sehingga ekspansi paru
nyaman, dalam bisa maksimal.
posisi duduk, dengan
kepala tempat tidur
ditinggikan 60 – 90
derajat.
5. Lakukan auskultasi Auskultasi dapat menentukan
suara nafas tiap 2-4 kelainan suara nafas pada bagian
jam. paru-paru.
6. Bantu dan ajarkan Menekan daerah yang nyeri ketika
pasien untuk batuk batuk atau nafas dalam. Penekanan
dan nafas dalam otot-otot dada serta abdomen
yang efektif. membuat batuk lebih efektif.
7. Kolaborasi dengan Pemberian oksigen dapat
tim medis lain untuk menurunkan beban pernafasan dan
pemberian o2 dan mencegah terjadinya sianosis akibat
obat-obatan serta hiponia. Dengan foto thorax dapat
foto thorax. dimonitor kemajuan dari
berkurangnya cairan dan kembalinya
daya kembang paru

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran


alveolar-kapiler.
Tujuan : Setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pertukaran gas dalam alveoli adekuat
Kriteria hasil:
a. Tidak ada tanda sianosis dan hipoksia jaringan
b. Saturasi oksigen perifer 90%
c. Tidak ada gejala distress pernafasan
Intervensi Rasional
Kaji frekuensi, kedalaman, dan Manifestasi distress pernafasan
kemudahan bernafas. tergantung pada/indikasi derajat
keterlibatan paru dan status
kesehatan umum. Takikardi
biasanya ada sebagai akibat demam
tetapi dapat sebagai respons terhadap
hipoksemia.
Awasi frekuensi jantung/irama Sianosis kuku menunjukkan
Observasi warna kulit, membran vasokontriksi atau respon tubuh
mukosa, dan kuku, cacat adanya terhadap demam/menggigil. Namun
sianosis ferifer (kuku) atau sianosis daun telinga, membrane
sianosis sentral (sirkumoral) mukosa, dan kulit sekitar mulut
(membrane hangat) menunjukkan
hipoksemia sistemik.

Kaji status mental Gelisah, mudah terangsang,


bingung, dan somnolen dapat
menunjukkan
hipoksemia/penurunan oksigenasi
serebral.

Awasi suhu tubuh, sesuai Demam tinggi (umumnya pada


indikasi. Bantu tindakan pneumonia bacterial dan influenza)
kenyamanan untuk menurunkan sangat meningkatkan kebutuhan
demam dan menggigil. metabolik dan kebutuhan oksigen
dan menggagu oksigenasi metabolik.

Observasi penyimpangan kondisi, Syok dan edema paru adalah


cacat hipotensi, banyaknya penyebab umum kematian pada
jumlah sputum merah pneumonia dan membutuhkan
muda/berdarah, pucat, sianosis, intervensi medis segera
perubahan tingkat kesadran,
dipsnea berat, gelisah.

Awasi analisa gas darah, nadi Mengevaluasi proses penyakit dan


oksimetri. memudahkan terapi paru.
Berikan terapi oksigen dengan Tujuan terapi oksigen adalah
benar. mempertahankan pao2 diatas 60
mmhg. Oksigen diberikan dengan
metode yang memberikan
pengiriman tepat dalam toleransi
pasien.

3. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada rongga pleura, iskemia


jaringan
Tujuan: Setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan nyeri dada klien hilang.
Kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan nyeri berkurang , hilang, atau dapat dikontrol
serta tampak rileks
b. Tanda vital dalam batas normal.(s : 36–37,50c, n: 60–80 x/menit, t :
120/80mmhg, RR: 18–20 x/menit
Intervensi Rasional
Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi Untuk mengetahui berapa berat
nyeri yang dialami pasien. nyeri yang dialami pasien.

Jelaskan pada pasien tentang Pemahaman pasien tentang


sebab-sebab timbulnya nyeri penyebab nyeri yang terjadi akan
mengurangi ketegangan pasien dan
memudahkan pasien untuk diajak
bekerjasama dalam melakukan
tindakan
Ciptakan lingkungan yang tenang Rangasang yang berlebihan dari
lingkungan akan memperberat rasa
nyeri.

Ajarkan teknik distraksi dan Teknik distraksi dan relaksasi dapat


relaksasi. mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien.

Atur posisi pasien


senyaman Posisi yang nyaman akan
mungkin sesuai keinginan pasien. membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.

Massage dapat meningkatkan


Lakukan massage saat rawat luka.
vaskulerisasi dan pengeluaran pus.

Obat-obat analgesik dapat


Kolaborasi dengan dokter untuk
membantu mengurangi nyeri
pemberian analgesik
pasien.

4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuhberhubungan dengan anoreksia akibat sesak nafas sekunder
terhadappenekananstuktur abdomen.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Berat badan dan tinggi badan ideal.
b. Pasien mematuhi dietnya.
c. Kadar gula darah dalam batas normal
d. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Intervensi Rasional
Kaji status nutrisi dan kebiasaan Untuk mengetahui tentang keadaan
makan. dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga
dapat diberikan tindakan dan
pengaturan diet yang adekuat.

Identifikasi perubahan pola Mengetahui apakah pasien telah


makan melaksanakan program diet yang
ditetapkan.

Timbang berat badan setiap Mengetahui perkembangan berat


seminggu sekali. badan pasien ( berat badan merupakan
salah satu indikasi untuk menentukan
diet ).

Kepatuhan terhadap diet dapat


Anjurkan pasien untuk mematuhi
mencegah komplikasi terjadinya
diet yang telah diprogramkan.
hipoglikemia/hiperglikemia.

Pemberian insulin akan meningkatkan


Kerja sama dengan tim kesehatan pemasukan glukosa ke dalam jaringan
lain untuk pemberian insulin dan sehingga gula darah menurun,
diet diabetik. pemberian diet yang sesuai dapat
Komplikasi. mempercepat penurunan gula darah
dan mencegah komplikasi.
Woc efusi pleura
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer suzanne dan Brenda Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart Edisi 8. Jakarta : EGC
NURSING. 2011. Memahami Berbagai Macam Penyakit : Jurnal Nursing
Marilynn E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Syamsuhidayat R. & Jong W. D (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Mitchell, Kuman, Abbas & Fausto. Dasar Patologis Penyakit Edisi : 7. Jakarta :
EGC
NANDA Internasional. Diagnoas Keperawatan. Defenisi dan Klasifikasi. 2012-
2014

Anda mungkin juga menyukai