Anda di halaman 1dari 9

Bab II

Isi

II.1 Nilai-nilai Pancasila dalam Sejarah Pra Kemerdekaan


Berdirinya bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari sejarah zaman kerajaan dan
zaman penjajahan, kerajaan yang ada di Indonesia seperti kerajaan Kutai,
Sriwijaya, dan Majapahit, adapun negara yang menjajah indonesia terdiri dari
negara Belanda dan Jepang. Berikut sejarah kerajaan dan negara penjajah yang
tidak bisa dilepaskan dari negara Indonesia menurut Fokky Fuad W. (2018).
A. Kerajaan Kutai
Kerajaan kutai dibangun pada tahun 400 M, dengan raja yang pertama Kudungga
lalu digantikan oleh Mulawarman dan Aswawarman. Kerajaan kutai adalah
kerajaan pertama yang membuka sejarah bangsa Indonesia dengan mengenalkan
nilai sosial dan agama Buddha.
B. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan sriwijaya dibangun pada tahun 600-1400 M. didirikan oleh
Balaputradewa dari Wangsa Syailendra. Menurut Moh.Yamin berdiri negara
Indonesia tidak dapat dipisahkan oleh zaman kerajaan, negara kebangsaan
Indonesia tebentuk dari tiga tahap yaitu:
– Kerajaan Sriwijaya yang bercirikan Kesatuan
– Kerajaan Majapahit yang bercirikan keprabuan
– Negara kebangsaan modern yaitu indonesia yang merdeka tanggal 17
agustus 1945 menjadi sebuah negara.
Nilai-nilai yang bisa dipetik dari kerajaan sriwijaya:
a. Nilai nasionalisme yang berhubungan dengan kerajaan kesatuan
b. Kerajaan sriwijaya adalah kerajaan maritim yang mengandalkan laut
sebagai kekuatan berperangnya mulai dari selat sunda sampai selat malaka.
c. Sistem pemerintahannya sudah ada pengurus pajak, kerohanian dan harta
benda kerajaan.
d. Kerajaan sriwijaya memiliki cita-cita agar sejahtera bersama dalam suatu
negara.
C. Kerajaan Majapahit
Kerajaan majapahit dibangun pada tahun 1923, Rajanya yaitu Hayam Wuruk
dengan patihnya adalah Gajah Mada. kerajaan majapahit sudah telah mencapai
zaman keemasan, batas Wilayah kerajaanya dari semenanjung melayu sampai
Kalimantan utara. Terdapat dua penulis pada zaman kerajaan majapahit serta
istilah didalamnya.
– Mpu Prapanca menulis kitab Negarakertagama ditemukan istilah
pancasila.
– Mpu Tantular menulis buku Sutasoma yang didalamnya ditemukan seloka
persatuan nasional yaitu Bhineka Tunggal Ika yang berbunyi “ Bhineka Tunggal
Ika Tan Hana Dharma Mangrua “ artinya walapun berbeda namun satu jiwa”.
Patih Gajah Mada mempunyai cita-cita ingin mempersatukan Nusantara Raya
dengan sumpahnya (sumpah palapa ) “ saya tidak akan makan buah palapa
(kelapa) jikalau belum suluruh nusantara bertakluk dibawah kekuasaan negara,
jikalau gurun, seram, tanjung, haru, Pahang, dempo, bali, sunda, Palembang dan
tumasik belum dikalahkan.”
D. Zaman Penjajah
Awalnya bangsa asing (portugis dan belanda) datang di Indonesia hanya untuk
berdagang yang kemudian berubah menjadi praktek menjajah. Belanda
menghindari persaingan dengan mengadakan perkumpulan yang bernama VOC
(Verenigde Ost Indische Compagnie ) dikalangan rakyat dikenal dengan kompeni.
Praktek VOC sudah dengan paksaan-paksaan dalam bertindak bukan lagi
pedagang tapi sudah jadi penjajah, Indonesia dijajah oleh belanda selama 3,5 abad
sehingga rakyat indonesia menjadi sengsara. Banyak pemberontakan daribangsa
Indonesia betujuan untuk mengusir penjajah dari bumi nusantara. Belanda
menggunakan strategi politik adu domba, monopoli, penyempitan gerak dan
tanam paksa.
E. Kebangkitan Nasional
Gerakan nasional ditanah air dilatar belakangi adanya pergolakan kebangkitan di
dunia timur, yaitu munculnya kesadaran akan kekuatannya sendiri, antara lain :
– Filipina (1898) dipimpin oleh Jose Rizal
– Jepang (1905) kemenangan atas Rusia di Tunisia
– China (1911) dipimpin oleh Sun Yat Zen, china melawan jepang
– India yang dipelopori oleh Nehru dan mahatma Gandhi melawan inggris
– Indonesia 2 mei 1908 dipelopori oleh Dr. Soetomo dan Dr. Wahidin
Soediro Hoesodo (Boedi Oetomo), pergerakan bangsa nasional yang merupakan
kebangkitan akan kesadaran kebangsaan (nasional).
Mulanya pergerakan-pergerakan yang didirikan berasakan kooperatif, namun
perkembangan jaman berubah menjadi non kooperatif dan awalnya bertujuan
untuk perdagangan, sosial, agama, dan pendidikan namun meningkat menjadi
sebuah tuntutan politik yaitu Indonesia merdeka.
Tujuan merdeka kata-katanya dipelopori oleh kaum muda dari seluruh nusantara,
mulai dari :
– Jawa jong Java
– Sulawesi Jong Celebes
– Ambon Jong Ambon
– Sumatra Jong Sumatra
Sedangkan untuk tokoh-tokoh pemudanya antara lain :
– Moh. Yamin
– Wongsonegoro
– Kuncoro Probopranoto
Kongres ke II pada tanggal 28 Oktober 1928, ikrar tersebut diwujudkan dalam
sumpah pemuda “ berbangsa satu, bangsa Indonesia, berbahasa satu bahasa
Indonesia, dan bertanah air satu tanah air Indonesia “ bersamaan dikumandangkan
lagu Indonesia raya ciptaan W.R. Supratman.
F. Zaman Penjajahan Jepang
Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda tiga A, yaitu Nippon cahaya asia,
Nippon pelindung asia dan Nippon pelindung asia, dan mengaku sebagai saudara
dari Indonesia. Perang melawan sekutu (Amerika, Inggris, Rusia, Prancis, dan
Belanda ) karena jepang mulai terdesak maka dia mengambil simpatik bangsa
indonesia dengan menjanjikan kemerdekaan.
Realisasi janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, dibentuknya suatu badan
yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan indonesia diberi nama (BPUPKI)
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Penyelidikan Kemerdekaan Indonesia.
a) Sidang BPUPKI Pertama
Sidang BPUPKI dilaksanakan selama 4 hari berturut-turut mulai dari tanggal 29
juni sampai 1 juli 1945, agenda pertamanya adalah pemaparan rumusan calon
dasar negara.
Rumusan Moh. Yamin (29 juni 1945)
Berisikan lima dasar Negara Indonesia merdeka, yakni:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan
Selesai berpidato mengemukakan rumusan calon dasar negara indonesia merdeka
beliau juga mengusulkan rancangan UUD RI, dari rancangan UUD tersebut
tercantum rumusan lima asas dasar negara , sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusia Yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan atau perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat indonesia.
b) Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
Berbeda dengan Moh Yamin, beliau tidak mengemukakan rumusan calon dasar
negara, tetapi hanya mengemukakan teori-teori negara sebagai berikut:
c) Ir Soekarno (1 Juni 1945)
Dalam Pidatonya Ir Soekarno mengajukan calon dasar negra dengan lima asa
yang diberi nama PANCASILA adapun rumusanya sebagai berikut:
1. Nasionalisme atau Kebangsaan
2. Internasionalisme atau Perikamunisaan
3. Mufkat atau demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhunan Yang berkebudayaan
Sidang BPUPKI kedua (10 juli – 16 juli 1945)
Mengahsasilkan bebrapa keputusan-keputusan yang lain, adalah :
– Membentuk pantia perancangan UUD yang diketahui oleh Ir. Soekarno
– Membentuk panitia ekonomi dan keuangan yang diketahui oleh Drs. Moh.
Hatta
– Membentuk panitia pembelaan tanah air diketahui oleh Abikusno
Tjokrosoejoso
– Panitia perancangan UUD pada tangga 14 juli 1945 melaporkan bahwa
susunan UUD terdiri dari 3 bagian yaitu:
• Pernyataan indonesia merdeka, berupa dakwaan dimuka dunia atas
penjajahan belanda
• Pembukaan berisi dasar negara pancasila
• Pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945.
Sidang PPKI pada tanggal 18 agustus 1945 yang pertama kali dihadiri oleh 27
orang daan menghasilkan keputusan sebgai berikut.
– Mengesashkan berlakunya UUD 1945
– Memilih presiden dan wakil presidan
– Menetapkan berdirinya komite nasional indonesia pusat (KNIP) sebagai
badan musyawarah darurat.

II.2 Nilai-nilai Pancasila dalam Sejarah Kemerdekaan


17 Agustus 1945: jam 10.00 pagi proklamasi di bacakan oleh Ir.Soekarno
dihalaman tempat kediamannya, jalan. Pegangsaan Timur 56 Jakarta yang dihadiri
sekitar 500 orang yang terdiri dari : Para Pemuda, kaum pergerakan, Barisan
Keamanan,dan massa Rakyat Jakarta. (L.M. Sitorus, 1988)
(1945-1949) Pada masa Revolusi Nasional Para Pemuda, pelajar dan Intelektual
tergabung dalam Laskar Rakyat,Tentara Pelajar, Serikat Buruh dan Partai-Partai
politik (Parpol). Bahasa sama pada waktu itu;mempertahankan Dan
Menyelesaikan Revolusi Nasional. Karakter dari Pemuda, Pelajar adalah Anti
Imperialisme.
Dikeluarkannya Maklumat X oleh KNIP mendorong berdirinya partai-partai
politik. Hal ini sebenarnya sangat kontra revolusi karena dapat memecah belah
persatuan rakyat Indonesia yang di kotak-kotakan oleh partai-partai politik yang
tumbuh bak cendawan di musim hujan.
Gerakan yang ada pada saat itu (Berupa laskar-laskar, seperti laskar pemuda,
laskar pelajar, dan laskar lainnya) juga ikut terkotak-kotakan oleh partai politik.
Hal ini mengakibatkan seringnya terjadinya bentrokan-bentrokan antar laskar-
laskar bersenjata yang dimiliki oleh partai-partai tersebut. Seperti bentrokan
antara Laskar merah dari PKI dengan Front Hizbullah dari Masyumi, atau Laskar
Bambu Runcing/Laskar Rakyat Jakarta Raya sayap bersenjata dari Persatuan
Perjuangan dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pasukan pemerintah.
Strategi pokok yang dipakai pada waktu itu adalah Perjuangan diplomasi sambil
sedikit melalui perjuangan Bersenjata (Dalam Laskar Rakyat).

Setelah kemerdekaan bentuk negara Indonesia berganti menjadi RIS (negara


federasi) pasca perjanjian KMB dan UU yang berlaku adalah UUDS 1950 yang
membatasi kekuasaan presiden Soekarno dan menyerahkan kepengurusan
pemerintahan kepada Perdana Menteri. Sistem pemerintahan ini dinamakan
sistem Parlementer. Ternyata dalam perjalanannya tidak ada Perdana Menteri
beserta kabinetnya yang mampu bertahan lama karena antar partai politik yang
duduk di parlemen saling menjatuhkan.

Karena dengan alasan situasi yang tegang dimasyarakat, dengan Demokrasi


Parlementer yang goyang, jatuh bangunnya kabinet, adalah alasan yang tepat
mengeluarkan Dekrit Presiden kembali ke UU 45. Juga tidak hanya hasil sidang
konstituante yg di buang, DPR dan Badan Konstituante hasil pilihan rakyat 1955
turut di bubarkan.
Sebab dengan di berlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959: kembali ke UU 45
dengan sendirinya memberi peluang kepada Soekarno untuk memeperoleh
kekuasaan UU yang bersifat presidensil tersebut yang memberikan kekuasaan yg
sangat besar pd Soekarno, selama demokrasi parlementer yang memberikan
kekuasaan eksekutif pada perdana menteri.
II.3 Nilai-nilai Pancasila dalam Sejarah Reformasi
Inti reformasi adalah memelihara segala yang sudah baik dari kinerja
bangsa dan negara dimasa lampau, mengoreksi segala kekurangannya,sambil
merintis pembaharuan untuk menjawab tantangan yang akan terjadi di masa
depan. Pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara masa lalu
memerlukan identifikasi, mana yang masih perlu pertahankan dan mana yang
harus diperbaiki.

A. Gerakan Reformasi

Pancasila yang pada dasarnya sebagai sumber nilai, dasar moral etik bagi
negara dan aparat pelaksana negara di salah gunakan sebagai alat legitimasi
politik, semua tindakan dan kebijakan mengatasnamakan Pancasila, kenyataannya
tindakan dan kebijakan tersebut sangat bertentangan dengan Pancasila.

Klimaks dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional,


sehingga muncullah gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa,
cendekiawan dan masyarakat sebagai gerakan moral politik yang menuntut
adanya reformasi di segala bidang terutama bidang hukum, politik, ekonomi, dan
pembangunan.

Awal dari gerakan reformasi bangsa Indonesia, yakni dengan mundurnya


Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian digantikan oleh
Prof. Dr. B.J Habibie.
a. Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila
Dalam kenyataannya, bangsa Indonesia telah salah mengartikan makna dari
sebuah kata Reformasi, yang saat ini menimbulkan gerakan yang
mengatasnamakan reformasi, padahal gerakan tersebut tidak sesuai dengan
pengertian dari reformasi. Contohnya, saat masyarakat hanya bisa menuntut dan
melakukan aksi-aksi anarkis yang pada akhirnya terjadilah pengerusakan fasilitas
umum, sehingga menimbulkan korban yang tak bersalah. Oleh karena itu dalam
melakukan gerakan reformasi, masyarakat harus tahu dan paham akan pengertian
dari reformasi itu sendiri, agar proses menjalankan reformasi sesuai dengan tujuan
reformasi tersebut.

Secara harfiah reformasi memiliki makna yaitu suatu gerakan untuk memformat
ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk
dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang
dicita-citakan rakyat (Riswanda dalam Kaelan, 1998).

B. Pancasila sebagai Dasar Cita-cita Reformasi

Pancasila merupakan dasar filsafat negara Indonesia, sebagai pandangan hidup


bangsa Indonesia, namun nyatanya pancasila tidak diletakkan pada kedudukan
dan fungsinya. Pada masa orde lama pelaksanaan negara mengalami
penyimpangan dan bahkan bertentangan dengan Pancasila. Presiden seumur hidup
yang bersifat diktator. Pada masa orde baru, Pancasila digunakan sebagai alat
politik oleh penguasa. Setiap warga yang tidak mendukung atau menentang
kebijakan penguasa dianggap bertentangan dengan Pancasila.

Oleh karena itu, gerakan reformasi harus dijadikan sebagai bagian dalam
kerangka Pancasila, sebagai landasan cita-cita dan ideologi negara Indonesia, agar
tidak terjadi hal-hal yang dapat menyebabkan hancurnya bangsa dan negara
Indonesia.

C. Reformasi dengan paradigma pancasila


Setiap sila mempunyai nilai dalam paradigma reformasi, yaitu:
1. Reformasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya, gerakan reformasi
berdasarkan pada moralitas ketuhanan dan harus mengarah pada kehidupan yang
baik sebgai manusia makhluk tuhan.
2. Reformasi yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya, gerakan
reformasi berlandaskan pada moral kemanusiaan sebagai upaya penataan
kehidupan yang penuh penghargaan atas harkat dan martabat manusia
3. Reformasi yang berdasarkan nilai persatuan. Artinya, gerakan reformasi harus
menjamin tetap tegaknya negara dan bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan.
4. Reformasi yang berakar pada asas kerakyatan. Artinya, seluruh
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara harus dapat menempatkan
rakyat sebagai subjek dan pemegang kedaulatan.
5. Reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Artinya, gerakan reformasi harus memiliki visi yang jelas dalam kerangka
pancasila, demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Anda mungkin juga menyukai