Anda di halaman 1dari 17

7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Persalinan

2.1.1 Pengertian

Persalinan adalah serangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang fisiologis pada umumnya

dimulai dengan adanya kontraksi yang di tandai dengan perubahan progesif pada

serviks dan di akhiri dengan kelahiran placenta (Varney,2008). Persalinan adalah

proses dimana bayi, placenta dan selaput keluar dari rahim ibu, persalinan

dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah

37 mg) tanpa disertai penyulit.persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis ) dan berakhir

dengan lahirnya placenta secara lengkap (Depkes RI, 2008).

Persalinan juga diartikan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)

terjadi pada kala I persalinan, dilatasi atau pembukaan pada serviks juga bisa di

hasilkan oleh tekanan bagian presentasi pada serviks. Saat bayi menekan dasar

panggul mungkin ibu akan merasa nyeri. Pada kala I persalinan murni nyeri

dirasakan sebagi radiasi yang melintasi uterus dari daerah fundus ke punggung

(Varney, 2008).

2.1.2 Teori terjadinya persalinan

Ada beberapa teori tentang mulainya persalinan yaitu: Penurunan kadar

progesterone, teori oksitosin, pengaruh janin, teori prostaglandin, peregangan

otot-otot uterus yang berlebihan (destended uterus), sebab terjadinya persalinan

sampai kini masih merupakan teori-teori yang kompleks. Faktor-faktor yang


8

mengakibatkan persalinan mulai diantaranya adalah faktor-faktor hormonal,

pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan

nutrisi. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak

mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan hormone

progesterone dan estrogen. Seperti diketahui progesterone merupakan penenang

bagi otot-otot uterus. Menurunnya kadar kedua hormone ini terjadi kira-kira 1-2

minggu sebelum partus dimulai. Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari

minggu ke 15 hingga aterm meningkat, lebih-lebih sewaktu partus. Seperti telah

dikemukakan, “ plasenta menjadi tua” dengan tuanya kehamilan. Villi corealis

mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar progesterone dan estrogen

menurun.(Varney, 2008).

2.1.3 Fase Pada Persalinan

2.1.3.1 Kala I

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur

dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya)hingga serviks membuka lengkap

(10cm).Kala satu terdiri dari atas dua fase,yaitu:


1. Fase laten

Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka kurang

dari 4 cm. Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 4 jam.

2. Fase aktif

Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap

(kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam

waktu 10 menit,dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dari pembukaan 4


9

cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10cm, akan terjadi dengan

kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih

dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Nyeri punggung bawah yang dialami wanita disebabkan oleh tekanan kepala

janin terhadap tulang belakanng ibu, akibat penurunan janin, lokasi nyeri

punggung berpindah kebawah,ke tulang belakang bawah (Varney.2008).


2.1.3.2. Kala II
Kala dua persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks dan di akhiri

dengan kelahiran bayi. Tahap ini dikenal dengan kala ekspulsi. Pada primipara

kala II rata-rata berlangsung 30-35 menit dan dengan penyimpangan 5 %

berlangsung 120-200 menit. Pada multipara kala II rata-rata berlangsung 8-10

menit dan dengan penyimpangan 5% berlangsung 35 - 50 menit (Varney,2008).

2.1.3.3.Kala III

Kala tiga persalinan dimulai saat proses pelahiran bayi selesai dan berakhir

dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala

persalinan berlangsung rata-rata antara 5 dan 10 menit. Akan tetapi,kisaran normal

kala tiga sampai 30 menit. Resiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lebih

lama dari 30 menit, terutama antara 30 dan 60 menit (Varney,2008).

2.1.3.4 Kala IV
Segera setelah kelahiran plasenta,sejumlah perubahan maternal terjadi pada

saat stress fisik dan emosional akibat persalinan dan kelahiran mereda dan ibu

akan memasuki penyembuhan pasca partum dan bonding (ikatan).

Tanggung jawab bidan selama kala empat adalah:


1) Evaluasi kontraktilitas uterus dan perdarahan
2) Inspeksi dan evaluasi serviks,vagina,dan perineum
3) Inspeksi dan evaluasi placenta,membrane dan tali pusat
4) Pengkajian dan penjahitan tiap laserasi atau episiotomi
10

5) Evaluasi tanda-tanda vital dan perubahan fisiologis yang mengindikasikan

pemuliahan. (Varney,2008).

2.1.4_Tanda-tanda Persalinan

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita

memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut kala

pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai

berikut:

1. Lightening atau settling atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas

panggul terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.


2 Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3 Perasaan sering (susah kencing) atau poladisuria karena kandung kemih

tertekan oleh bagian terbawah janin.


4 Perasaan sakit di perut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah

dari uterus, kadang-kadang disebut “fase labourpains”.


5 Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa

bercampur darah (blody show).

2.1.4 Faktor Yang Berpengaruh Pada Persalinan

Faktor yang mempengaruhi persalinan terdiri dari yaitu power (tenaga ibu)

passage (jalan lahir) dan passager (fetus).

1. Power / tenaga yang mendorong Anak

Power atau tenaga yang mendorong anak adalah his, His yaitu kontraksi otot-

otot rahim pada persalinan

a) His persalinan yang menyebabkan pendataran dan pembukaan serviks

b) Terdiri dari : his pembukaan, his pengeluaran dan his pelepasan uri

c) His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap serviks


11

1) Tenaga mengejan :
a) Kontraksi otot-otot dinding perut
b) Kepala di dasar panggul merangsang mengejan
c) Paling efektif saat kontraksi / his

2 Passage/panggul

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang-tulang yang padat,

dasar panggul, vagina, dan introitus vagina. Meskipun jaringan lunak, khususnya

lapisan-lapisan otot dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul

ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil

menyesuaikan diri terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran

dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. Panggul

ginekoid adalah bentuk panggul yang paling sering ditemui, bentuk panggul

ginekoid dimiliki 59% wanita.

3. Passager / fetus

Passenger terdiri dari janin dan plasenta yang bergerak disepanjang jalan

lahir. Bergeraknya janin merupakan akibat interaksi beberapa faktor yaitu: ukuran

kepala janin, letak janin, sikap janin, dan posisi janin.

2.1.6 Mekanisme Persalinan


1. Turunnya Kepala

Pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada saat persalinan dimulai

kepala masuk lewat PAP, umumnya dengan presentasi biparietal ( diameter lebar

yang paling panjang berkisar 8,5 cm-9,5 cm) atau 70 % pada panggul ginekoid.

Masuknya kepala dalam pintu atas panggul


12

Masuknya kepala pada primi terjadi pada bulan terakhir kehamilan, pada multi

terjadi pada permulaan persalinan. Kepala masuk pintu atas panggul dengan

sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul

2.Majunya kepala

Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur pelvis dengan

hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga penurunan kepala

berlangsung lambat.Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : tekanan

langsung dari his dari daerah fundus kearah daerah bokong, tekanan dari cairan

amnion, kontraksi otot dinding perut dan diafragma ( mengejan ), dan badan janin

terjadi ekstensi dan menegang.

1 Fleksi

Pada umumnya terjadi fleksi penuh/sempurna sehingga sumbu panjang

kepala sejajar sumbu panggul dan dapat membantu penurunan kepala selanjutnya.

Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari

diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-

bregmatikus (belakang kepala). Dengan majunya kepala fleksi bertamba ukuran

kepala yang melalui jalan lahir lebih kecil ( diameter suboksipito bregmatika

menggantikan suboksipito frontalis ). Fleksi terjadi karena anak didorong maju,

sebaliknya juga mendapat tahanan dari PAP, serviks, dinding panggul/dasar

panggul.

3. Putar Paksi Dalam

Putar paksi dalam: selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun

kecil kearah depan (kebawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia

interspinarum dengan diameter biparietalis. Perputaran kepala (penunjuk) dari


13

samping ke depan atau kearah posterior (jarang) disebabkan , his selaku

tenaga/gaya pemutar, ada dasar panggul beserta otot-otot dasar panggul selaku

tahanan. Bila tidak terjadi putaran paksi dalam umumnya kepala tidak turun lagi

dan persalinan diakhiri dengan tindakan vakum ekstraksi.

Pemutaran bagian terendah memutar ke depan ke bawah simfisis

1) Mutlak terjadi, karena untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir


2) Terjadi dengan sendirinya, selalu bersamaan dengan majunya kepala
3) Tidak terjadi sebelum sampai station 0
4) Sebab-sebab putaran paksi dalam : Pada letak fleksi bagian belakang kepala

merupakan bagain terendah; Bagian terendah mencari tahanan paling sedikit,

yaitu di depan atas (terdapat hiatus genitalis); Ukuran

terbesar pada bidang tengah panggul diameter anteroposterior.

4. Ektensi

Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makin turun dan

menyebabkan perineum distensi. Pada saat ini puncak kepala berada di simfisis

dan dalam keadaan begini kontraksi perut ibu yang kuat mendorong kepala

ekspulsi dan melewati introitus vagina.

1) Defleksi dari kepala


2) Pada kepala bekerja 2 kekuatan, yaitu yang mendesak kepala ke bawah dan

tahanan dasar panggul yang menolak keatas resultannya kekuatan ke depan

atas.
3) Pusat pemutaran : hipomoklion
4) Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput

melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput,

bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.


5. Putar Paksi Luar
14

Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala ke posisi pada

saat engagement. Dengan demikian bahu depan dan belakang dilahirkan lebih

dahulu dan diikuti dada, perut, bokong dan seluruh tungkai

1) Setelah kepala lahir memutar kembali ke arah punggung untuk menghilangkan

torsi pada leher ( putaran restitusi )


2) Selanjutnnya putaran dilanjutkan sampai belakang kepala berhadapan dengan

tuber ischiadikum putaran paksi luar sebenarnya.


3) Putaran paksi luar disebabkan ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter

anteroposterior dari PAP.


4) Setelah putaran paksi luar bahu depan di bawah simfisis menjadi hipomoklion

kelahiran bahau belakang.


5) Bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak.
6 Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan di bawah simfisis menjadi

hipomoklion kelahiran bahu belakang, bahu depan menyusul lahir,diikuti seluruh

badan anak : ( toraks, abdomen) dan lengan , pinggul / trokanter depan dan

belakang, tungkai dan kaki.(Varney.Hallen,2008).

2.2 Konsep Nyeri

2.2.1 Pengertian Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual dan potensial. Definisi

menurut Internasional Association of The Study of Pain adalah suatu pengalaman

sensorial dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan

jaringan yang nyata atau berpotensi rusak atau tergambarkan seperti itu. Nyeri

pada proses persalinan merupakan keadaan yang sangat di khawatirkannpada ibu


15

yang akan menghadapi persalinan. Lebih dari 90% wanita mengalami nyeri

persalinan yang cukup berat.

2.2.2 Fisiologi Nyeri

Nyeri persalinan berbeda dari nyeri pada umumnya, hal tersebut

dikarenakan nyeri persalinan merupakan bagian dari proses yang normal. Pada

kala I persalinan,nyeri disebabkan oleh adanya kontraksi uterus yang

mengakibatkan dilatasi dan penipisan serviks dan iskemia pada uterus. Nyeri

akibat dilatasi serviks dan iskemia pada uterus ini adalah nyeri visceral yang

dirasakan oleh ibu pada bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar,

punggung dan dada.Nyeri yang dirasakan ibu terjadi karena adanya transmisi

impuls nyeri melalui saraf tertentu. Pada kala I persalinan, impuls saraf nyeri

berasal dari serviks dan corpus uteri. Impuls nyeri yang berasal dari serviks dan

korpus uteri ditransmisikan oleh serabut saraf aferen melalui pleksus uterus,

pleksus pelviks, pleksus hipogastrik inferior, middle, posterior, dan masuk ke

lumbal yang kemudian masuk ke spinal melalui L1, T12, T11, dan T10. (Yuliatun,

Laily. 2008).

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain:

Beberapa factor yang mempengaruhi nyeri antara lain:

1. Lingkungan

Nyeri dapat diperberat dengan adanya rangsangan dari lingkungan yang

berlebihan misalnya kebisingan, cahaya sangat terang dan kesendirian.


16

2. Umur

Semakin bertambah usia seseorang maka semakin bertambah pula

pemahaman terhadap nyeri dan cara mengatasinya.

3. Kelelahan

Kelelahan juga meningkatkan nyeri dan banyak orang merasa lebih nyaman

setelah tidur.

4. Pengalaman masa lalu

Adalah menarik untuk berharap dimana individu yang mengalami

pengalaman multiple dan berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit

gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibandingkan orang yang hanya

mengalami sedikit nyeri. Cara seseorang merespon nyeri adalah akibat dari

banyak kejadian nyeri selama rentang kehidupannya.

5. Kecemasan

Meskipun diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak

seluruhnya benar dalam semua keadaan. Riset tidak memperlihatkan suatu

hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri, namun ansietas yang

relevan berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan presepsi pasien

terhadap nyeri.

6. Budaya

Budaya dan etniksitas mempunyai pengetahuan pada bagaimana seorang

berespon terhadap nyeri (bagaimnana nyeri diuraikan atau seseorang

berprilaku dalam berespon terhadap nyeri). Harapan budaya tentang nyeri

yang individu pelajari sepanjang hidupnya jarang dipengaruhi oleh


17

pemanjaan terhadap nilai-nilai yang berlawanan dengan budaya lain.

Akibatnya, individu yakin bahwa presepsi reaksi mereka terhadap nyeri

adalah normal dapat diterima (Yuliatun, layli, 2008).

2.2.4 Tingkatan nyeri

Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup pernyataan verbal,

perilaku vocal ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang lain, atau

perubahan respon terhadap lingkungan. Individu yang mengalami nyeri akut dapat

menangis, merintih, merengut tidak menggerakan bagian tubuh, mengepal, atau

menarik diri. Orang dapat menjadi marah atau mudah tersinggung dan meminta

ma’af saat nyerinya hilang. Beberapa pasien tidak dapat melaporkan secara verbal

bahwa mereka mengalami nyeri. Untuk itu, perlu diketahui atau mengkaji

intensitas nyeri melalui skala nyeri sebagai berikut: apabila skala nyerinya

numeriknya 1-3 itu berate nyeri ringan, skala nyeri 4-6 adalah nyeri sedang, skala

7-9 berati nyeri berat sedangkan skala nyeri 10 berati sangat berat sebagaimana

ditunjukandalam gambar. Skala-skala ini dapat ditunjukan dengan skala intensitas

nyeri atau skala.

1. Skala nyeri menurut bourbanis

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri

Nyeri ringan sedang berat Sangat

Berat

Gambar 2.1 Skala Nyeri menurut Bourbanis 1-10


18

Keterangan:

Skala 0 : tidak nyeri

Skala 1-3 : Nyeri ringan

Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik

Skala 4-6 : Nyeri sedang

Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri,

dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

Skala 7-9 : Nyeri berat

Secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon

terhadap tindakan,dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan

distraksi.

Skala 10 : Nyeri sangat hebat

Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

2. Skala tingkat nyeri ekspresi wajah (Wong – baker FACES pain raring scala)
19

Gambar 2.2 Skala tingkat nyeri ekspresi wajah (Wong – baker FACES pain raring

scala).

Artinya :

1. Wajah pertama = Sangat senang karena tidak merasa sakit sama sekali

2. Wajah kedua = Sakit hanya sedikit

3. Wajah ketiga = Sedikit lebih sakit

4. Wajah keempat = Jauh lebih sakit

5. Wajah kelima = Jauh lebih sakit banget

6. Wajah keenam = Sangat sakit luar biasa sampai menangis

2.2.4. Metode Pengendalian Nyeri Farmakologis


Dengan cara pemberian obat-obatan analgesic untuk mengurangi nyeri seperti

analgesic inhalasi, analgesia opioid, analgesic epidural dan lain-lain.

2.2.5. Metode Pengendalian Nyeri Bukan Farmakologis

1. Relaksasi

Relaksasi adalah teknik untuk mencapai kondisi rileks. Maksudnya

ketika seluruh sistem saraf, organ tubuh, dan panca indra kita beristirahat

untuk melepaskan ketegangan yang ada, kita pada dasarnya tetap sadar salah

satu cara yang paling umum gunakan adalah control pernapasan. Dengan

menarik nafas dalam – dalam kita mengalirkan oksigen ke darah yang

kemudian dialirkan ke seluruh bagian tubuh. Hasilnya kita menjadi lebih

tenang dan stabil.

2. Hipnosis

Adalah suatu proses sederhana agar diri kita berada pada kondisi rileks,

tenang dan terfokus guna mencapai suatu hasil atau tujuan.


20

3. Imajinasi

Imajinasi terbimbing melibatkan wanita yang menggunakan imajinasi untuk

mengontrol dirinya. Hal ini dicapai dengan menciptakan bayangan yang

mengurangi keparahan nyeri.

4. Akupresur

Merupakan salah satu teknik nonfarmakologi yang paling efektif dalam

manajemen nyeri persalinan. Akupresur disebut juga akupunktur tanpa jarum,

atau pijat akupunktur. Teknik ini menggunakan tenik penekanan, pemijatan,

dan pengurutan sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energi. Teknik

akupresur ini dapat menurunkan nyeri dan mengefektifkan waktu

persalinan.Akupuntur klasik mendapat dasar teori dari pengobatan cina

tradisional. Konsep pentingnya adalah bahwa kesehatan bergantung pada

keseimbangan antara kekuatan energy yang berlawanan, sehingga sakit – sehat

atau penyakit diakibatkan oleh ketidakseimbangan energi.

5. Masasse

Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya

otot, atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi

sendi untuk meredakan nyeri ,menghasilkan relaksasi, dan / atau

memperbaiki sirkulasi. Masase adalah terapi nyeri yang paling primitif dan

menggunakan refleks lembut manusia untuk menahan, menggosok, atau

meremas bagian tubuh yang nyeri.

6. Kompres hangat

Kompres hangat yang merupakan salah satu metode nonfarmakologi

dianggap sangat efektif dalam menurunkan kasus-kasus nyeri. Kompres


21

panas adalah tindakan dengan memberikan kompres hangat yang bertujuan

memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,

mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat.

(Uliyah& Hidayat, 2006).

2.3. Kompres Hangat

2.3.1 Pengertian Kompres Hangat

Kompres hangat yang merupakan salah satu metode nonfarmakologi

dianggap sangat efektif dalam menurunkan kasus-kasus nyeri. Kompres panas

adalah tindakan dengan memberikan kompres hangat yang bertujuan memenuhi

kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mencegah

terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat (Uliyah& Hidayat, 2006).

Menurut Asmadi (2008) kompres hangat adalah metode pemeliharaan

suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat

atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Panas yang disalurkan melalui

kompres panas dapat meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk – produk

inflamasi, seperti bradikinin, histamine, dan prostaglandin yang akan

menimbulkan nyeri lokal.


Menurut pendapat Potter dan Price (2005) panas juga merangsang serat

saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi implus nyeri ke medulla spinalis

dan otak dapat dihambat. Pada umumnya panas cukup berguna untuk pengobatan

dan meningkatkan aliran darah kebagian yang cidera.

2.3.2 Cara Kompres Hangat

1. Mengukur tingkat nyeri awal ibu bersalin.


22

2. Mengisi kantong karet dengan air panas 1/3-1/2 bagian dengan suhu 46-

51,5ºC.
3. Udara dikeluarkan dari kantong kemudian ditutup.
4. Memeriksa kantong bocor atau tidak dengan cara mengangkat kantong dan

tutupnya diarahkan ke bawah.


5. Mengeringkan kantong dengan air bersih jika basah.
6. Memasukkan kantong karet dalam sarungnya.
7. Melakukan kompres hangat pada punggung bawah ibu selama10-15 menit

diberikan 3 kali kompresan.

(Uliyah& Hidayat, 2006).

2.4 Pengaruh Kompres Hangat terhadap Penurunan Nyeri Persalinan

Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa,

membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan

memperlancar pasokan aliran darah. Penggunaan kompres hangat untuk area yang

tegang dan nyeri dianggap mampu meredakan nyeri. Kompres hangat mengurangi

spasme otot yang disebabkan oleh iskemia yang merangsang neuron yang

memblok transmisi lanjut rangsang nyeri menyebabkan vasodilatasi dan

peningkatan aliran darah ke area yang dilakukan pengompresan (Nicholas dan

Zwelling, 1997; Simkin,1995, dalam Walsh, 2007)..

Menurut Brunner & Suddarth dalam Teti Solehati, 2015 . Dampak yang

terjadi akibat nyeri persalinan yang tidak teratasi secara adekuat akan memberikan

efek yang membahayakan, seperti mempengaruhi sistem pulmoner,

kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin dan immunoslogik. Rasa takut dan sakit

juga menimbulkan stress yang mengakibatkan pengeluaran adrenalin, hal ini


23

mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah yang

membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan kontraksi rahim yang

akan menyebabkan memanjangnya waktu persalinan. Hal ini kurang

menguntungkan bagi ibu maupun janin yang berada dalam rahim ibu. Pelepasan

hormon stress menghambat kontraksi uterus dan mengganggu aliran darah

placenta ( Padila, 2014 ).

Mengurangi -> Merangsang Neuron - Vasodilatasi

spasme otot Peningkatan


aliran darah
Kompres
Hangat

Mengurangi rasa nyeri


- Otot tubuh rileks Menurunkan rasa nyeri
Memperlancar pasokan
aliran darah

Gambar 2.3 Skema kompres hangat

Anda mungkin juga menyukai