Anda di halaman 1dari 17

Wanita Hamil Dengan Kelainan USG: Hydrops Fetalis et causa Thalasemia

Alfa Mayor
Jois Brigita Sombo (102013547), Sancia Nathania Legenie Banuang (102014169), Fallentino
Christman Leuhery (102015038), Fransiska Elviana Arly (102015063), Clemet Panduwinata
(102015081), Nydia Desideria Kuantama (102015094), Prima Felicia Alya (102015154),
Agustinus Prio Nugroho (102015185), Rahma Munawwarah Binti Mohamad Safir (102015224)
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jl. Arjuna Utara No 6 Jakarta 11510. Telephone: (021) 5694-2061, fax: (021) 563-1731

Abstrak
Anemia hemolitik adalah anemia yang terjadi karena meningkatnya penghancuran sel darah
merah. Dalam keadaan normal, sel darah merah mempunyai waktu hidup 120 hari. Jika suatu
penyakit menghancurkan sel darah merah sebelum waktunya (hemolisis). Talasemia adalah
gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi produk rantai globulin pada hemoglobin.
Penyakit genetik ini diakibatkan oleh ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang
dibutuhkan untuk memproduksi haemoglobin. Gejala awal yang muncul pada penderita talasemia
antara lain pucat, lemas, dan tidak nafsu makan. Pada kasus yang lebih berat pasien talasemia
menunjukkan gejala klinis berupa hepatomegali, kerapuhan, penipisan tulang dan anemia. Anemia
pada pasien talasemia terjadi akibat gangguan produksi haemoglobin. Terapi kelasi besi
dikombinasi dengan transfusi, terapi kelasi dapat menunda onset dari kelainan jantung dan pada
beberapa pasien, bahkan dapat mencegah kelainan jantung
Kata kunci: Anemia hemolitik, thalassemia, kelasi besi.

Abstract
Hemolytic anemia is anemia that occurs due to increased destruction of red blood cells. Under
normal circumstances, red blood cells have a life time of 120 days. If a disease destroys red blood
cells prematurely (hemolysis). Thalassemia is an inherited blood disorder characterized by a
deficiency of globulin chain products in hemoglobin. This genetic disease is caused by the inability
of the bone marrow to form the proteins needed to produce haemoglobin. Early symptoms that
appear in patients with thalassemia include pale, weak, and no appetite. In more severe cases
thalassemia patients show clinical symptoms of hepatomegaly, brittleness, bone thinning and
anemia. Anemia in thalassemia patients occurs due to haemoglobin production interruption.
Sailor iron therapy combined with transfusion, sailor therapy may delay the onset of cardiac
abnormalities and, in some patients, may even prevent cardiac abnormalities
Keywords: haemolytic anemia, thalassemia, iron chelation.

1 | BLOK 27
Pendahuluan

Talasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk ke dalam
kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin
akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin. Mutasi gen globin ini dapat menimbulkan dua
perubahan rantai globin yakni perubahan struktur rangkaian asam amino (amino acid sequence)
rantai globin tertentu, disebut hemoglobinopati struktural atau kemampuan produksi rantai globin
tertentu, disebut talasemia. Hemoglobinopati yang ditemukan secara klinis, baik pada anak-anak
atau orang dewasa, disebabkan oleh mutasi gen globin α atau β.1

Pada penderita talasemia, kelainan genetik terdapat pada pembentukan rantai globin yang
salah sehingga eritrosit lebih cepat lisis. Akibatnya penderita harus menjalani transfusi darah
seumur hidup. Selain transfusi darah rutin, juga dibutuhkan agent pengikat besi (Iron Chelating
Agent) yang harganya cukup mahal untuk membuang kelebihan besi dalam tubuh. Jika tindakan
ini tidak dilakukan maka besi akan menumpuk pada berbagai jaringan dan organ vital seperti
jantung, otak, hati dan ginjal yang merupakan komplikasi kematian dini.1 Talasemia penyakit
bawaan yang diturunkan dari orang tuanya secara autosomal resesive. Jika pasangan suami istri
adalah pembawa gen talasemia, maka kemungkinan anaknya akan menderita talasemia sebesar
25%, pembawa gen talasemia 50% dan normal 25%.1

Anamnesis

Penderita thalassemia sering sekali bergejala sebagai anemia, beberapa pertanyaan yang penting
kita tanyakan dalam keadaan pasien anemia adalah usia pasien, pada kasus anak terutama penting
untuk mengetahui bagaimana riwayat kehamilan, riwayat proses partus dan postpartum apakah
ada komplikasi atau ada masalah dalam proses tersebut. Nutrisi baik sesudah dilahirkan juga
penting untuk ditanyakan apakah mendapatkan nutrisi yang cukup. Riwayat penderita dan
keluarga sangat penting untuk ditanyakan juga dalam kasus anemia, hal ini lebih penting lagi
dalam kasus thalassemia, karena pada populasi dengan ras dan etnik tertentu terdapat frekuensi
yang tinggi untuk jenis abnormalitas gen thalassemia yang spesifik. Untuk orang dewasa atau anak
yang lebih besar juga penting untuk ditanyakan apakah menggunakan obat-obatan tertentu. Bila
terdapat riwayat aborsi spontan dapat pula ditanyakan. Penderita kelainan genetik dimulai dengan
riwayat keluarga.
2 | BLOK 27
Pada wanita hamil, dari anamnesis dapat ditanyakan adanya gejala anemia seperti pusing,
lemah, mudah lelah. Ada atau tidaknya riwayat splenomegali, batu empedu, trombosis,
kardiomiopati, penyakit hati kronis serta kelainan endokrin seperti diabetes melitus. Gejala
talasemia sering muncul pada usia >18-67 tahun (dapat terjadi pada usia 2-8 tahun). Pada beberapa
wanita gejala anemia akan bertambah berat karena ekspansi volume plasma yang disertai sedikit
peningkatan eritropoiesis. Dapat ditanyakan juga adanya riwayat transfusi, apakah sejak sebelum
atau setelah kehamilan, karena stress fisiologis kehamilan dapat mengeksaserbasi gejala
talasemia.2
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah keadaan umum dan tanda-tanda vital seperti suhu,
nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan. Selain itu pemeriksaan fisik yang mengarahkan ke
diagnosis thalasemia bila dijumpai gejala dan tanda pucat yang menunjukkan anemia, ikterus yang
menunjukkan hemolitik, splenomegali yang menunjukkan adanya penumpukan (pooling) sel
abnormal, dan deformitas skeletal, terutama pada thalasemia beta.3,4

1.Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah yang dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita talasemia
adalah :2
a. Darah rutin
Kunci mendiagnosis talasemia adalah anemia hipokromik mikrositik dengan mean
corpuscular volume (MCV) < 80 fl dan mean corpuscular haemoglobin (MCH) < 27 pg.
Pemeriksaan kombinasi MCV dan MCH ini lebih baik daripada hanya MCV saja atau
MCH saja. Anemia hipokromik mikrositik juga ditemukan pada anemia defisiensi besi
namun biasanya disertai penurunan kadar red blood cell (RBC) dan peningkatan red cell
distribution width (RDW). Dapat juga ditemukan penurunan jumlah eritrosit, peningkatan
jumlah lekosit dan ditemukan pula peningkatan dari sel PMN. Bila terjadi hipersplenisme
akan terjadi penurunan dari jumlah trombosit.2
b. Hitung retikulosit
Pada talassemia meningkat antara 2-8 %.2
c. Gambaran darah tepi

3 | BLOK 27
Anemia pada talasemia mayor mempunyai sifat mikrositik hipokrom. Pada
gambaran sediaan darah tepi akan ditemukan retikulosit, poikilositosis, basophilic
stippling, sel tear drops dan sel target.2
d.Feritin, Serum Iron (SI) dan Total Iron Binding Capacity (TIBC)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan anemia terjadi
karena defisiensi besi. Pada anemia defisiensi besi SI akan menurun, sedangkan TIBC akan
meningkat.2

2. Elektroforesis Hb
Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.
Pemeriksaan ini tidak hanya ditujukan pada penderita thalassemia saja, namun juga pada orang
tua,dan saudara sekandung jika ada. Pemeriksaan ini untuk melihat jenis hemoglobin dan kadar
Hb A2. Petunjuk adanya thalassemia α adalah ditemukannya Hb Barts dan Hb H. Pada thalassemia
β kadar Hb F bervariasi antara 10-90%, sedangkan dalam keadaan normal kadarnya tidak melebihi
1%.2
3. Pemeriksaan sumsum tulang
Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses eritropoesis yang sangat aktif sekali. Ratio rata-
rata antara myeloid dan eritroid adalah 0,8 sedangkan pada keadaan normal biasanya
memiliki nilai perbandingan 10 : 3.2
4. Diagnosis Prenatal
Bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin apakah janin yang dikandung menderita
talasemia mayor. Diagnosis ini terutama ditujukan pada janin dari pasangan baru yang sama-
pengemban sifat talasemia serta janin dari pasangan yang telah mendapat bayi talasemia
sebelumnya.1
Diagnosis prenatal meliputi:
1. Fetal sampling, dengan teknik
a. Chorionic Villus Sampling (CVS)
Teknik ini dapat dilakukan pada usia kehamilan 10-14 minggu. Korion frondosum dilihat
dengan USG kemudian diambil sedikit dengan forcep biopsy atau syringe berisi media
dengan tekanan negatif yang dihubungkan dengan jarum spinal secara steril. Korion ini

4 | BLOK 27
berasal dari zigot sehingga dianggap mewakili sel fetus. Setelah dibersihkan dari darah dan
desidua ibu kemudian dilakukan tes laboratorium. Hasilnya kemudian dibandingkan
dengan hasil analisa karakter dan mutasi DNA orangtua.CVS berisiko 0,5-1%
menimbulkan kematian janin.1
b. Amniosentesis
Teknik ini dapat dilakukan pada usia kehamilan 16-20 minggu. Dengan USG dilihat
kantong cairan amnion kemudian diambil dengan syringe yang dihubungkan dengan jarum
spinal dengan steril. Cairan amnion mengandungamniosit yang merupakan sel deskuamasi
dari kulit, saluran pernafasan, gastrointestinal dan genitourinaria janin. Ekstraksi dan
analisa DNA kemudian dapat dilakukan dari amniosit ini. Amniosentesis berisiko 0,5%
menimbulkan kematian janin.1
c.Fetal blood sampling atau kordosentesis atau percutaneous umbilical cord sampling
(PUBS)
Dapat dilakukan pada usia kehamilan 18-22 minggu. Dengan panduan USG dicari tali
pusat kemudian diambil 1-2 ml darah janin sehingga memungkinkan untuk dilakukan
hemoglobin typing dan analisa DNA. Prosedur ini lebih menguntungkan CVS dan
amniosentesis karena hemoglobin typing hanya memerlukan waktu singkat untuk
mendapatkan hasil tes. Kordosentesis berisiko 2-3% menimbulkan kematian janin.
Pemilihan teknik tergantung pada umur kehamilan, kesediaan orangtua dan kemampuan
operator untuk melakukan tindakan.Pada orangtua yang berisiko janinnya terkena Hb Bart’s
hydrops fetalis dapat ditawarkan terlebih dahulu fetal scanning untuk melihat kardiomegali janin
yang merupakan marker sensitif dan dapat dideteksi secara dini.1
2. Diagnosis laboratorium meliputi hemoglobin typing dan analisa DNA
3. Konseling
Seorang konselor harus dapat menyampaikan informasi sebanyak dan selengkap mungkin ada
pada keluarga yang dikonseling (klien). Informasi itu menyangkut 3 hal pokok, yaitu: Tentang
penyakit thalassemia itu sendiri, bagaimana cara penurunannya, dan masalah masalah yang akan
dihadapi oleh seorang penderita thalassemia mayor. Konselor juga terlebih dahulu harus
mengumpulkan data medis dari kliennya terutama riwayat keluarga sang klien sebelum memulai
konseling, agar informasi yang disampaikan tepat dan bersifat khusus untuk pasangan tersebut.
Memberi jalan keluar cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh sang klien dan

5 | BLOK 27
membiarkan mereka yang membuat keputusan sendiri sehubungan dengan tindakan yang akan
dilakukan. Seorang konselor tidak selayaknya memberikan jalan keluar yang kira kira tidak
mungkin terjangkau atau dapat dilakukan olenh sang klien. Membantu mereka agar keputusan
yang telah diambil dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.
Secara umum sasaran konseling genetic adalah pasangan pranikah, terutama yang berasal
dari populasi atau etnik yang berpotensial tinggi menderita thalassemia, atau kepada mereka yang
mempunyai anggota keluarga yang berpenyakit thalassemia. Kepada pasangan tersebut perlu
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan indeks hematologis (full blood count) terlebih dahulu
sebelum menikah untuk memastikan apakah mereka mengemban cacat genetic thalassemia. Pada
pasangan yang menderita talasemia yang sudah terlanjur menikah perlu dijelaskan semua resika
resiko yang mungkin terjadi dan informasi lain untuk membuat pasangan tersebut memiliki
wawasan tentang hal yang mungkin terjadi. Salah satu yang penting dijelaskan adalah
kemungkinan terjadinya talasemia pada keturunan mereka. Seperti pada kasus, Jika kedua
orangtua mendetita talasemia alfa minor (--/αα) maka resiko memiliki anak dengan HB Barts
Hydrop fetalis adalah 25%, talasemia minor 50%, dan normal 25%. Sedangkan jika satu dari
pasangan menderita talasemia minor sedangkan satunya karier (-α/αα) resiko keturunan dengan
HbH disease adalah 25 %..1

Working Diagnosa

Thalasemia Alfa, Kata thalasemia pertama kali digunakan pada anemia yang sering
ditemukan pada orang Itali dan Yunani, pada tepi pantai dan pulau sekitaran. Kata ini sekarang
mengarah pada sekelompok penyakit yang diturunkan karena kelaianan sintesis rantai globin.
Thalasemia termasuk dalam bentuk hemoglobinopati, yang dimana di klasifikasi berdasarkan
rantai globin spesifik (α atau β) yang dimana sintesisnya mengalami gangguan. Sehingga sesuai
namanya, thalasemia alfa dan beta adalah kelainan pembentukan rantai alfa dan beta secara
berurutan.5

Tipe penurunan sifat thalasemia adalah autosomal resesif. Pada thalasemia alfa, perlu
dimengerti bahwa sintesis rantai globin alfa diatur oleh 4 buah gen alfa yang terletak 2 pada setiap
kromosom 16. Yang terjadi pada thalasemia alfa adalah hilangnya gen alfa pada kromosom, bisa
satu ataupun lebih dari satu gen. Thalasemia alfa-2/silent carrier adalah hilangnya 1 buah gen

6 | BLOK 27
globin alfa, thalasemia alfa-1/trait adalah hilangnya 2 buah gen globin alfa, penyakit Hb H adalah
hilangnya 3 buah gen globin alfa, dan terakhir Hb Bart’s/ Hydrops Fetalis adalah hasil dari
hilangnya semua gen globin alfa.5
Pada thalasemia α homozigot (-/-) tidak ada rantai α yang diproduksi. Pasiennya hanya
memiliki Hb Bart’s yang tinggi dengan Hb embrionik. Meskipun kadar Hb nya tinggi tapi hampir
semuanya adalah HbBart’s sehingga sangat hipoksik yang menyebabkan sebagian besar pasien
lahir mati dengan tanda hipoksia intrauterin. Bentuk thalasemia α heterozigot (α0 dan -α+)
menghasilkan ketidakseimbangan jumlah rantainya tetapi pasiennya dapat mampu bertahan
dengan HbH dimana kelainan ini ditandai dengan adanya anemia hemolitik karena HbH tidak bisa
berfungsi sebagai pembawa oksigen.5
Klasifikasi Thalasemia Alfa

Talasemia diwariskan secara autosomal resesif, berdasarkan penurunan sifatnya genotif talasemia
dibedakan menjadi :
1. Talasemia homozigot, terjadi kerusakan pada kedua kromosom homolog sehingga
kehilangan rantai globin ganda. Pada talasemia β rantai β tidak diproduksi sama sekali
sehingga hemoglobin A tidak dapat diproduksi. Pada talasemia α rantai α sama sekali tidak
diproduksi sehingga terbentuk rantai globin γ4 yang disebut Hb Bart’s.
2. Talasemia heterozigot, kerusakan terjadi pada salah satu kromosom homolog.
Kelainan genetik pada talasemia-α Talasemia α dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu:1
1. Talasemia -α tipe delesi. Ditandai oleh delesi (kehilangan) gen α. Delesi gen α dapat terjadi
karena persilangan yang tak seimbang (unequal cross-over) yang dapat menghilangkan
satu atau bahkan dua gen α dengan halotip -/ dan --/. Gejala klinis yang timbul tergantung
pada jumlah gen α yang utuh (intact), mulai dari yang paling ringan (hampir normal) pada
α-Thal-2 sampai yang paling berat pada hydrops fetalis, dimana bayi lahir mati atau sesaat
sesudah lahir.1
2. Talasemia-α tipe nondelesi. Pada bentuk ini tidak dijumpai delesi gen α, namun terjadi
mutasi pada gen tersebut yang menyebabkan gangguan pada rantai globin α. Gen α
abnormal yang menyebabkan gangguan pada sinteis rantai globin α tersebut di tulis
sebagai: αT sehingga terdapat halotip αTαT/, αT-/, dan ααT/. Gangguan yang
menyebabkan timbulnya gen αT bervariasi, tetapi pada dasarnya dapat berupa gangguan
pada mRNA atau pada protein.1

7 | BLOK 27
Diagnosis Banding
Thalassemia Alfa (α) Thalassemia Beta (β)

 Delesi 1 gen atau lebih α- globin :  Mutasi titik pada 1-2 gen β- globin
 Delesi 1 gen : silent carier pada kromosom 11.
 Delesi 2 gen : trait  Faktor resiko mengenai orang asli dari
 Delesi 3 gen : Hb H disease Mediterania atau ancestry (Yunani,

 Delesi 4 gen : hydrops fetalis  Italia, Ketimuran Pertengahan) dan

tidak ada sintesis Hb A dan Hb F  orang dari Asia dan Afrika

meninggal in utero atau segera setelah Pendaratan.

lahir.
 Kebanyakan mengenai orang Asia
Tenggara, Orang India, Cina, atau
orang Philipina.

Etiologi
Talasemia merupakan penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif dimana
semua perubahan genetik yang terjadi diturunkan dari ibu maupun ayah. Talasemia terjadi bila
sintesis salah satu rantai polipeptida menurun.3 Sebagian besar kelainan hemoglobin dan jenis
talasemia merupakan hasil kelainan mutasi pada gamet yang terjadi pada replikasi DNA. Pada
replikasi DNA dapat terjadi pergantian urutan asam basa dalam DNA dan perubahan kode genetik
akan diteruskan pada penurunan gen berikutnya. Mutasi ini dapat memperpendek rantai asam
amino maupun memperpanjangnya. Kelainan mutasi dapat pula terjadi pada kesalahan
berpasangan kromosom pada proses meiosis yang mengakibatkan perubahan susunan material
genetik. Bila terjadi crossing over pada kesalahan berpasangan itu, sebagai hasil akhir peristiwa
tadi akan terjadi apa yang disebut duplikasi, delesi, translokasi dan inversi.2
Pada talasemia α, mutasi gen yang terjadi berbentuk:
1. Delesi, mencakup satu gen (-α) atau kedua (--) gen globin α. Pada talasemia -α°, terdapat
14 delesi yang mengenai gen α, sehingga produksi rantai α hilang sama sekali dari
kromosom abnormal. Bentuk umum –α+ yang paling umum (-α dan -α) mencakup delesi
satu atau duplikasi gen globin α lainnya.

8 | BLOK 27
2. Non delesi, kedua haplotip gen α utuh (αα).ekspresi gen– α2 lebih kuat 2-3 kali dari
ekspresi gen –α1 sehingga sebagian besar mutasi non delesi ditemukan predominasi pada
ekspresi gen -α2

Epidemiologi
Sebaran talasemia terentang lebar dari Mediterania, Timur Tengah, Afrika, Asia Selatan,
Asia Timur dan Asia Tenggara. Saat ini talasemia didapatkan hampir di semua belahan dunia,
akibat terjadinya migrasi populasi hingga ke Eropa, Amerika dan Australia.2 Talasemia α
ditemukan di Asia Timur, Asia Tenggara, Cyprus, Yunani, Turki dan Sardinia.7Sedangkan
talasemia β banyak ditemukan di Mediterania, Timur Tengah, India, Pakistan, Asia Tenggara,
Rusia Selatan dan Cina.2 Di Cyprus dan Yunani lebih banyak varian β+, sedangkan di Asia
Tenggara lebih banyak varian βo. Talasemia α sering dijumpai di Asia Tenggara, lebih sering
daripada talasemia β.
Frekuensi pembawa atau carrier penyakit ini (mempunyai gen terganggu tapi penyakitnya tidak
nampak) di masyarakat Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 5%. Penderita talasemia akan lahir
dari suami istri yang keduanya carrier talasemia, sehingga timbul ide pre-marital screening
(pemeriksaan sebelum nikah) untuk mendeteksi talasemia. Berdasarkan angka ini, diperkirakan
lebih 2000 penderita baru dilahirkan setiap tahunnya di Indonesia. Biasanya lebih dari 30%
penderita mengandung kadar HbF yang tinggi dan 45% juga mempunyai HbE. Kadang-kadang
ditemukan hemoglobin patologi.

Patofisiologi

Patofisiologi thalasemia-α umumnya sama dengan yang dijumpai pada thalasemia-β


kecuali beberapa perbedaan utama akibat delesi (-) atau mutasi (T) rantai globin-α. Hilangnya gen
globin-α tunggal (-α / αα atau αTα / αα) tidak berdampak pada fenotip. Sedangkan thalasemia-2a-
α homozigot (-α/-α) atau thalasemia-1a-α heterozigot (αα/- -) memberi fenotip seperti thalasemia-
β carrier. Kehilangan 3 dari 4 gen globin-α memberikan fenotip tingkat penyakit berat menengah
(moderat), yang dikatakan sebagai HbH disease. Sedangkan thalasemia-α0 homozigot (- - / - -)
tidak dapat bertahan hidup, disebut sebagai Hb-Bart’s hydrops syndrome.3,6

9 | BLOK 27
Kelainan dasar thalasemia alfa sama dengan thalasemia beta, yakni ketidakseimbangan
sintesis rantai globin. Namun ada perbedaan besar dalam hal patofisiologi kedua jenis thalasemia
ini, yaitu karena rantai-α dimiliki bersama oleh hemoglobin fetus ataupun dewasa (tidak seperti
thalasemia beta), maka thalasemia alfa bermanifestasi pada masa fetus dan sifat-sifat yang
ditimbulkan akibat produksi secara berlebihan rantai globin alfa dan beta yang disebabkan oleh
defek produksi rantai globin alfa sangat berbeda dibandingkan dengan akibat produksi berlebihan
rantai alfa pada talasemia beta. Bila kelebihan rantai alfa tersebut menyebabkan presipitasi pada
prekursel eritrosit, maka talasemia alfa menimbulkan tetramer yang larut.3

Pola Penurunan Penyakit

Talasemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif menurut
hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit talasemia meliputi suatu keadaan
penyakit dari gejala klinis yang paling ringan (bentuk heterozigot) yang disebut talasemia minor
atau talasemia trait (carrier/pengemban sifat) hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang
disebut talasemia mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang
mengidap penyakit talasemia, sedangkan bentuk homozigot diturunkan oleh kedua orang tuanya
yang mengidap penyakit talasemia.1
Permasalahan talasemia akan muncul jika talasemia trait kawin dengan sesamanya
sehingga kemungkinan yang bisa terjadi adalah 25% dari keturunannya menurunkan talasemia
mayor, 50% anak mereka menderita talasemi atrait dan hanya 25% anak mempunyai darah normal.
Umumnya penderita talasemia minor tidak merasakan gejala apapun. Hanya kadang-kadang
mengalami anemia kekurangan zat besi ringan. Berbeda dengan talasemia minor, anak yang
menderita talasemiamayor perlu mendapat perhatian juga perawatan khusus karena di dalam
tubuhnya tidak tersedia hemoglobin dalam jumlah cukup diakibatkan sumsum tulangnya tidak
dapat memproduksi sel darah merah dalam kadar yang dibutuhkan.1

10 | BLOK 27
Gambar.1. autosomal resesif pedigree1

Gejala Klinis

Thalassemia Alfa (α) Thalassemia Beta (β)

 Tidak adanya 1-2 rantai α  Anamnesis : pucat, gangguan


- Sering pertumbuhan, riwayat keluarga (+)
- Asimptomatik- anemia ringan  Pemeriksaan fisik :
- Tidak membutuhkan terapi - Tampak anemis/pucat, ikterik
 Tidak adanya 3 rantai α (Hb H - Abnormal facies
disease) - Hepatosplenomegali tanpa
- Anemia mikrostiki hipokrom limfadenopati
(Hb 7-10) - Gizi kurang/buruk
- Spelnomegali - Perawakan pendek
- Hiperpegmentasi kulit

11 | BLOK 27
- Terdeteksi Hb H (β4) dan Hb - Pubertas terlambar
Barts (δ4) 25%
 Tidak adanya 4 rantai α (Hydrops
Fetalis)
- Tidak ada sintesis Hb A dan
Hb F
- Non-vible
- Hb Barts (δ4) 80-100%

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada talasemia alfa tergantung dari tipe talasemia yang diderita pasien.
Pada talasemia alfa yang sifat, maka tidak perlu melakukan terapi apapun, hanya perlu
menghindari paparan dari obat yang yang bisa menginduksi terjadinya hemolisis sel darah merah.
Harus diperhatikan tatalaksana secara lebih dini untuk pencegahan infeksi yang terjadi setelah
operasi splenektomi.5

Bila pasien mengidap penyakit Hb H, maka harus diberikan suplemen folat 1 mg/hari
peroral, terapi transfusi jangka panjang dengan dosis PRC 15-20 ml/kg setiap 4-5 minggu, dan
perlu diperhatikan untuk disertai dengan melakukan iron-chelation therapy untuk menghindari
terjadinya kelebihan besi didalam darah, misalnya deferasiroks oral 20-30 mg/kgBB/hari. Perlu
dilakukan splenektomi pada kasus yang jarang berupa hipersplenisme. Mungkin perlu dilakukan
transplantasi sumsum tulang belakang yang tidak dilakukan pada semua pasien, hanya dilakukan
pada pasien yang sangat berat keadaanya. Bila seorang pasien mengkonsultasikan mengenai
kematian bayi dan terjadinya hydrops foetalis ditambah dengan riwayat keluarga dengan talasemia
maka kemungkinan bayi yang meninggal tersebut menderita Hb Bart (globin α) yang akan
meninggal in utero dan menunjukkan gambaran hidrops fetalis nonimmune. Hal ini dapat diatasi
dengan mentransfusi fetus pada kehamilan ke 25, 26, dan 32 minggu dan membalikkan keadaan
asitesnya.5

Perlunya dilakukan konsul kepada dokter spesialis penyakit dalam yang mengambil sub
spesalisasi dibidang hematologi pada kasus yang berat sekali. Semua pasien yang kita dapati

12 | BLOK 27
dengan anemia mikrositik yang tidak jelas harus di konsulkan untuk mengetahui diagnosa yang
pasti. Pasien dengan talasemia minor dan intermedia harus di konsulkan kepada dokter spesialis
genetika klinik untuk dilakukan konseling genetik dikarenakan anak atau keturunan mereka bisa
dalam risiko menurunkan talasemia mayor.7

Penatalaksaan talasemia ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:7

a. Transfusi darah teratur yang perlu dilakukan untuk mempertahankan Hb diatas 10


gr/dL tiap saat. Hal ini biasanya membutuhkan 2-3 unit tiap 4-6 minggu. Darah segar
yang telah disaring untuk memisahkan leukosit, menghasilkan eritrosit dengan
ketahanan yang terbaik dan reaksi paling sedikit. Pasien harus diperiksa genotipnya
pada permulaan program transfuse untuk mengantisipasi bila timbul antibody
eritrosit terhadap eritrosit yang ditransfusikan
b. Asam folat diberikan secara teratur (5 mg/hari) jika asupan diet buruk
c. Terapi kelasi besi digunakan untuk mengatasi kelebihan besi. Desferioksamin dapat
diberikan melalui kantung infuse terpisah sebanyak 1-2 gr untuk tiap unit darah yang
ditransfusikan dan melalui infuse subkutan 20-40 mg/kg dalam 8-12 jam, 5-7 hari
seminggu. Bila terapi dilanjutkan saat kehamilan berisiko kelainan tulang pada
janin.Sebaiknya kelasi besi dioptimalkan sebelum kehamilan kemudian saat
kehamilan tidak dilakukan terapi kelasi besi terutama pada trimester pertama
d. Vitamin C 200 mg perhari meningkatkan ekskresi besi yang disebabkan oleh
desferioksamin
e. Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur
sel darah merah.

Resiko apabila gagal dalam diagnosis, maka selain munculnya komplikasi yang lebih serius
pada pasien tersebut, apabila pasien sedang merencanakan kehamilannya maka dapat terjadi
keguguran dalam kandungan atau janin lahir mati karena hydrops fetalis yang berat.7

Penatalaksanaan thalasemia pada kehamilan:2

Sebelum persalinan:
- Tidak ada pengobatan untuk fetal hidrops (tidak dapat hidup)
- Saat kehamilan dan persalinan: kesulitan persalinan karena bayi besar

13 | BLOK 27
- Setelah persalinan : konseling mengenai kejadian saat ini dan perencanaan kehamilan
berikutnya
- Dapat dirujuk pada bagian obsgyn dengan subspesialis yaitu feto maternal dimana dokter
dengan subspesialis ini memiliki hak untuk memeriksa kandungan dan janin dengan lebih
spesifik. Salah satunya dengan screening 4D. pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya
kelainan pada janin misalnya pertumbuhan organ dalam yang tidak normal atau sempurna
dan berbagai kelainan genetik.

Komplikasi

Anemia yang berat dan lama sering mengakibatkan terjadinya gagal jantung. Transfusi
darah yang berulang-ulang dan adanya proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah
sangat tinggi, sehingga ditimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung,
dan lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi organ-organ tersebut
(hemokromatosis). Limpa yang besar mudah mengalami ruptur dengan trauma yang ringan.
Kadang-kadang talasemia disertai oleh tanda hipersplenisme seperti leucopenia dan trombopenia.
Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung.1

Prognosis

Prognosis bergantung kepada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia. Kondisi klinis
penderita sangat bervariasi dari ringan bahkan asimptomatik hingga berat dan mengancam jiwa.
Bayi dengan thalassemia α mayor kebanyakan lahir mati atau lahir hidup dan meninggal dalam
beberapa jam. Anak thalassemia dengan transfusi darah biasanya hanya bertahan sampai usia 20
tahun, biasanya meninggal karena penimbunan besi.8

Pencegahan

Dalam menangani pasien pasangan suami istri yang ingin mempunyai anak dengan riwayat
mereka menderita talasemia alfa minor membutuhkan penanganan dengan genetika konseling.
Dimana genetika konseling adalah proses dimana pasien atau keluarga yang berisiko kelainan
tertentu yang mungkin herediter menerima saran dan konsekuensi dari kelainan tersebut,

14 | BLOK 27
probabilitas perkembangan penyakit dan bagaimana kelainan tersebut diteruskan dalam keluarga
dan bagaimana prevensinya. Istilah konseling genetic pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Sheldon
Redd 1947 dari Dight Institute fo Human Genetics, University of Minnesota. Konseling genetic
diartikan sebagai memberi informasi atau pengertian kepada masyarakat tentang masalah genetika
yang ada dalam keluarganya. Kerja dalam konseling genetic ini dalam tim yang terdiri dari
spesialis ataupun konselor genetic yang handal, sehingga tim dapat menyampaikan informasi
sebanyak dan selengkap mungkin tentang penyakit yang diderita. Ada 3 hal pokok yang penting
ada dalam informasi tersebut, yaitu:8

1. Tentang penyakit talasemia itu sendiri, bagaimana cara penurunannya, dan masalah-masalah
yang akan dihadapi oleh seorang penderita talasemia mayor. Informasi dan riwayat keluarga
dari pasien juga harus dikumpulkan dengan baik agar informasinya disampaikan tepat dan
bersifat khusus untuk pasangan tersebut.
2. Memberi jalan keluar cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh sang klien dan
membiarkan mereka yang membuat keputusan sendiri sehubungan dengan tindakan yang
dilakukan.
3. Membantu mereka agar keputusan yang telah diambil dapat terlaksana dengan baik dan
lancar

Konseling genetic sasaran umumnya adalah pasangan pranikah yang berasal dari populasi
atau etnik dengan potensi tinggi menderita talasemia atau anggota keluarga yang menderita
talasemia. Pada pasangan yang salah satunya carrier atau ke duanya adalah carrier dari talasemia
minor. Konseling genetika sebagian besar dilakukan dengan anamnesis pada pasangan tersebut.
Indikasi dilakukannya konseling genetika adalah:8

- Kelainan genetic atau cacat bawaan dan keturunan keluarga


- Wanita hamil lebih dari 35 tahun
- Gangguan perkembangan pada anak
- Pernikahan di atau dengan suku atau ras tertentu
- Melahirkan janin mati
- Keguguran berulang tanpa diketahui penyebabnya
- Mental retardasi pada anak sebelumnya tanpa penyebab yang jelas
- Penggunaan obat-obatan atau bahan yang bersifat teratogen

15 | BLOK 27
Dan biasanya pasien bila ingin mempunyai anak, dapat dilakukan konseling prakonsepsi dan
apabila dalam sudah dalam proses kehamilan, dapat dipastikan diagnosa anak dalam kandungan
apakah membawa kelainan herediter atau tidak dengan prenatal diagnosis. Prenatal diagnosis
sendiri dapat dilakukan mulai dari USG, CVS, amniocentesis, dan cordocentesis. Apabila diagnosa
anak sudah diketahui, keputusan tindakan selanjutnya diserahkan kepada pasien dan dokter jangan
memberikan intervensi dalam pengambilan keputusan tersebut.2

Kesimpulan

Thalassemia adalah suatu masalah yang semakin meningkat dan harus diberi perhatian. Program
pendidikan tentang thalassemia perlu dilakukan. Karena melalui program pendidikan, kaunseling
perkawinan dan diagnosis pranatal, pencegahan penyakit ini dapat dicapai atau melakukan
konseling genetik.Thalassemia adalah kelainan genetik gen tunggal yang mengakibatkan
berkurang atau tidak adanya sintesis satu atau lebih rantai globin. Thalassemia tersebar dari
Mediterranean sampai ke Asia Tenggara melalui Timur Tengah dan Asia Tengah serta anak benua
India, membentuk “sabuk thalassemia”. Karena arus migrasi dan perkawinan pada saat ini
penyakit thalassemia banyak dijumpai di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Gejala klinis
penyakit thalassemia bervariasi mulai dari ringan sampai berat tergantung pada jumlah sintesis
gen globin yang berkurang.

Daftar Pustaka

1. Regar J. Aspek genetik talasemia. J Biomed. 2009 Nov 3;1(3):151-8


2. Wiradnyana A G G P. Skrining dan diagnosis thalsemia dalam kehamilan.
Denpasar:Fakultas Kedokteran Universitas Udayana;2013.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing; 2009.h.1379-93.
4. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan bates. Edisi 8. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.453-69.
5. Chen H. Atlas of genetic diagnosis and counseling. New Jersey: Humana Press;
2006.p.950-1.
6. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi pemeriksaan dan manajemen. Edisi 1. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.173-5.

16 | BLOK 27
7. Papadakis MA, McPhee SJ. Current medical diagnosis & treatment 2013. 52nd Edition.
Canada: The McGraw Hill Companies; 2013.p.494-5.
8. Meredante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson Ilmu Kesehatan Anak
Esensial. Edisi 6. Singapore: Saunders Elsevier; 2011.h.601-24

17 | BLOK 27

Anda mungkin juga menyukai