Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA NY. S (70 TAHUN) DENGAN DIABETES MELLITUS

KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5

1. AYUNADIA I. MUHAMMAD

2. ELEN A. MAKAPUAS

3. ANISA SUMAMPOW

4. BELA GUNARSO

5. TRIANDI A. AGHOGHO

NAMA DOSEN MATA KULIAH : Ns. CHRISTIANE SARAYAR S.Kep., M.Kep

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia (lansia) adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok usia diatas 65

tahun yang rentan terhadap kesehatan fisik dan mental.

Masalah kesehatan yang muncul pada lansia dapat berupa fisiologis maupun

psikologis. Berbagai macam penyakit atau masalah kesehatan yang dapat muncul pada

lansia akibat dari penurunan fungsi organ tubuh, yaitu secara fisiologis seperti hipertensi,

asam urat, rematik, kolesterol, diabetes melitus, stroke, kardiovaskuler dan penyakit

lainnya. Sedangkan secara psikologis yaitu seperti stress, kecemasan, demensia dan depresi

Diabetes merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM), yang saat ini

telah menjadi ancaman serius kesehatan global. Dan 90-95 % dari kasus Diabetes adalah

Diabetes tipe 2 yang sebagian besar dapat dicegah karena disebabkan oleh faktor-faktor

risiko. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu penyakit yang paling banyak

dtemukan pada lansia. Selain karena faktor keturunan, juga faktor lainnya ikut berperan

serta sehingga lanisa mudah memiliki penyakit tersebut seperti kurangnya aktivitas fisik,

usai dan pola makan yang tidak teratur.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa bahaya penyakit Diabetes Melitus pada Lansia

C. TUJUAN

Mahasiswa mampu untuk mengaplikasikan teori asuhan keperawatan gerontik

dalam proses pembelajaran.


BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR DIABETES MELITUS TIPE 2

1. Definisi Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis karena resistensi insulin. Penyakit ini

ditandai dengan gangguan metabolism karbohidrat, protein, dan lemak. Defisiensi

insulin mengganguu kemampuan jaringan tubuh untuk menerima zat gizi esensial

sebagai bahan bakar dan disimpan. (Robinson, 2014)

Diabetes Mellitus Tipe 2 dikenanl dengan istilah Non-Insuline Dependent Militus

(NIDDM) adalah keadaan dimana hormone insulin dalam tubuh tidak berfungsi dengan

baik, hal ini dikarenaka berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi

insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. (Nurul Wahda,

2011).

2. Anatomi fisiologi pancreas

a. Anatomi pancreas

Pancreas adalah organ pipih yang terletak di belakang dan sedikit di bawah

lambung dan abdomen yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah.

Panjang antara 20 -25 cm, ± 2,5 cm, dan beratnya sekitar 80 gram. Mulai duodenum

sampai limpa yang terdiri atas tiga bagian. (Kennenth , 2004) dan (Ernawati, 2013)

1) Kepala pancreas : merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah

kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum.

2) Badan pancreas : merupakan bagian utama dari organ pancreas, letaknya di

belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.


3) ekor pancreas : merupakan bagian runcing di sebelah kiri dan berdekatan

serta menyentuh limpa.

b. Fisiologi pancreas

Pancreas terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin yang berasal dari jaringan

berbeda selama perkembangannya dan hanya memiliki kesamaan lokasi.

(Sheerwood, 2012)

1) Fungsi eksokrin

Sekresi pancreas mengandung enzim untuk mencerna 3 jenis makanan utama :

Protein (tripsin, komotripsin, karbosipolipeptidase), karbohidrat (amilase

pankreas), dan lemak (lipase pancreas). Pancreas mengeluarkan getah pancreas

yang terdiri dari dua komponen :

a) Enzim pancreas : secara aktif disekresikan oleh sel asinus yang berbentuk

asinus, Sel-sel asinus mengeluarkan tiga jenis enzim pancreas yang mampu

mencerna makanan, yaitu :

(1) Enzim proteolitik untuk pencernaan protein.

(2) Amilase pancreas berperan dalam pencernaan karbohidrat, mengubah

polisakarda menjadi disakarida maltose.

(3) Lipase pancreas mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

b) Komponen alkalis/basa :enzim-enzim pancreas berfungsi optimal pada

lingkungan yang netral atau sedikit basa. Enzim pancreas berfungsi

mencegah kerusakan mukosa duodenum akibat asam. (Sheerwood, 2012)

2) Fungsi Endokrin
Sel endokrin terdapat pulau-pulau yang disebut pulau Langerhans. Sel endokrin

pancreas yang terbanyak adalah sel β (beta) yang berfungsi untuk sintesis dan

sekresi insulin. Sel α (alfa) yang menghasilkan glucagon, dan sel D (delta)

adalah tempat mensintesis somatostatin. Sel pulau Langerhans yang paling

jarang dalah sel PP yang mengeluarkan polipeptida pancreas yang berperan

dalam mengurangi napsu makan dan asupan makanan. Dalam fungsi endokrin

terdapat dua hormone yang membantu mengatur kadar gula darah (glukosa )

dalam tubuh (Sheerwood, 2012)

a) Hormone glucagon merupakan protein kecil yang mempunyai berat

molekul 3485 dan terdiri dari 29 asam amino. Tempat utama kerja glukogon

adalah hati. Glucagon mempunyai fungsi yang berlawanan dengan hormone

insulin yaitu meningkatkan kosentrasi glukosa. Hormone glucagon

menimbulkan berbagai efek pada metabolisme karbohidrat, protein, dan

lemak.

b) Hormone insulin Pengeluaran insulin oleh sel β dirangsang oleh kenaikan

glukosa dalam darah yang ditangkap oleh reseptor glukosa pada sitoplasma

permukaan sel β yang akan merangsang pengeluaran ion kalsium dalam sel.

Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein.

c) Somatostatin mempunyai efek inhibisi terhadap sekresi insulin dan

glukagon. Hormon ini juga mengurangi motilitas lambung, duodenum, dan

kandung empedu. Sekresi dan absorbsi saluran cerna juga dihambat. Selain
itu somatostatin menghambat sekresi hormon pertumbuhan yang dihasilkan

hipofisis anterior.

d) Pancreas polipeptida : Hormon ini sekresinya dipengaruhi oleh hormon

kolinergik, dimana konsentrasinya dalam plasma menurun setelah

pemberian atropin. Sekresi juga menurun pada pemberian somatostatin dan

glukosa intravena. Sekresinya meningkat pada pemberian protein, puasa,

dan latihan fisik.

3. Etiologi

Secara pasti penyebab DM tipe 2 belum diketahui, faktor genetic diperkirakan

memegang peranan dalam penting proses terjadinya resistensi insulin. Beberapa hal

yang juga dapat menjadi penyebab terjadinya DM tipe 2 yaitu : obesitas, diet tinggi

lemak dan rendah karbohidrat, stress, usia (resistensi indulin cenderung meningkat

pada usia diatas 65 tahun), kelompok etnik dan faktor – faktor resiko lainnya.

4. Manifestasi Klinis

a. Sering buang air kecil terutama pada malam hari (poliuria)

b. Banyak minum (polidipsi)

c. Banyak makan (polifagi)

Rasa lapar yang semakin besar timbul pada penderita karena mengalami

keseimbangan kalori negative, sehingga timbul rasa lapar.

d. Penurunan berat badan dan rasa lemah

Hal ini disebabkan glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel

kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Sumber tenaga diambil


dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehinggan

jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.

e. Gangguan saraf tepi / kesemutan

Penderita sering mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki waktu

malam hari.

f. Gangguan penglihatan

Pada fase awal diabetes dijumpai gangguan penglihatan.

g. Gatal dan bisul

Kelainan kulit berupa gatal terjadi di daerah kemaluan dan daerah lipatan kulit

seperti ketiak dan dibawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul

dan luka yang lama sembuhnya.

5. Patofisiologi

Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil insulin yang

terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk

seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta

yang mengeluarkan hormone insulin yang sangt berperan dalam mengatur kadar

glukosa darah.

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci

yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam

sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila isulin tidak ada, maka

glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa

dalam darah tidak dapat masuk ke dalams el dengan akibat kadar glukosa dalam darah

meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes mellitus tipe 1.


Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih

banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang. Reseptor

insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada

keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun anak kuncinya

(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang

masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar

glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan

DM tipe 1, bdanya adalah pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, kadar

insulin juga tinggi atau normal. Pada DM tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin

cukup atau lebih tetapi kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa

masuk ke dalam sel. Di samping penyebab di atas, DM juga bisa terjadi akibat

gangguan transport glukosa di dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar

untuk metabolism energy.

6. Komplikasi

Komplikasi yang berkaitan dengan diabetes mellitus.

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia yaitu kadar glukosa dalam darah yang abnormal rendah.

Hipoglikemia tejadi jika glukosa darah turun dibawah 50 sampai 60 mg/dl.

Hipoglikemia dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang

berebihan, konsumsi makanan terlalu sedikit atau aktivitas fisik yang berat. Gejala

seperti tremor, tatikardia, palpitasi, rasa lapar, perasaan ingin pingsan, penurunan

daya ingat, gelisah, kejang, kesadaran menurun dan koma.

b. Diabetes Ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya

jumlah insulin. Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki

sel akan berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak

terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemia. Terapi ketoasidosis

diabetik diarahkan pada perbaikan utama, yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan

asidosis (Brunner & Suddarth, 2002).

c. Komplikasi kronis

1) Penyakit makrovaskuler (pembuluh darah besar) : memengaruhi sirkulasi

koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak.

2) Penyakit mikrovaskuler (pembuluh darah kecil) : memengaruhi mata

(retinopati) dan ginjal (nefropati).

3) Penyakit neuropatik : memengaruhi saraf sensori motorik dan otonom serta

berperan memunculkan sejumlah masalah, seperti impotensi dan ulkus kaki

diabetik (Brunner & Suddarth, 2013).

7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Penatalaksanaan diabetes jangka pendek bertujuan untuk menghilangkan

keluhan/gejala diabetes. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah

komplikasi. Penatalaksanaan diabetes dititikberatkan pada 4 pilar penatalaksanaan

diabetes, yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis

a. Edukasi

Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang

memerlukan partisipasi efektif dari klien dan keluarga klien. Tujuan dari edukasi
diabetes adalah mendukung usaha klien penyandang diabetes mellitus untuk

mengerti perjalanan penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali masalah

kesehatan atau komplikasi yang mungkin timbul secara dini atau saat masih

reversibel, ketaatan perilaku pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri

dan perubahan perilaku kesehatan yang diperlukan. Edukasi pada penderita

diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki, ketaatan

penggunaan obat-obatan, meningkatkan aktivitas fisik, dan mengurangi asupan

kalori (Suzanna, 2014).

b. Terapi gizi medis

Prinsip diet diabetes adalah dapat dikenal dengan 3J, yaitu :

1) Jumlah sesuai kebutuhan

2) Jadwal diet ketat

3) Jenis : boleh dimakan/tidak

c. Latihan jasmani

Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing selama kurang

lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik seperti jalan

santai, bersepeda, dan berenang. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran

juga dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitifitas insulin

(Suzanna, 2014).

d. Intervensi farmakologi

1) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

a) Sulfonilurea

Obat sulfonilurea bekerja dengan cara :


(1) Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan

(2) Menurunkan ambang sekresi insulin

(3) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan berat badan

normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.

b) Biguanid/Metformin

Obat ini mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak

sampai dibawah normal. Obat ini dianjurkan untuk pasien dengan kelebihan

berat badan (IMT 27-30).

c) Inhibitor Alfa Glukosidase

Obat ini bekerja menghambat kerja enzim alfa glukosidase dalam saluran

cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan

hiperglikemia pascaprandial.

d) Insulin

Indikasi penggunaan insulin :

(1) Dibetes dengan berat badan menurun cepat/kurus

(2) Ketoasidosis, asidosis laktat, dan koma hyperosmolar

(3) Diabetes yang mengalami stress berat

(4) Diabetes dengan kehamilan / diabetes gestasional yang tidak terkendali

dengan perencanaan makan

(5) Diabetes yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral atau

ada kontraindikasi obat tertentu.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

1. Identitas

a. Nama : Ny. S

b. Tempat tgl/lahir :

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Status perkawinan : Janda

e. Agama : Islam

f. Suku : Jawa

2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

a. Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja

b. Pekerjaan sebelumnya : IRT

c. Sumber pendapatan :-

d. Kecukupan Pendapatan : -

3. Lingkungan Tempat Tinggal :

Kebersian dalam panti selalu dijaga. Dan Ny. S berkata “ saya selalu menjaga

kebersihan lingkungan sekitar, terutama lingkungan tempat tidur dan lemari

pakaian”.
4. Riyawat Kesehatan

a. Status Kesehatan Saat Ini :

1. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhr

Ny. S berkata “saya punya penyakit gula dan tekanan darah saya tinggi

sudah sejak lama ± 5 tahun yang lalu. Terakhir dicek gula darahnya hampir

400. Sekarang yang dirasakan badannya nggak enak semua, lemas, sendi-

sendinya kaya kaku terus buat digerakin sakit, sering pipis, dan sering

kesemutan kakinya“

2. Gejala yang dirasakan

Ny.S mengatakan “ saya merasa sakit di lutut mbak, kalo duduk dan mau

berdiri.

Ny. S berkata “ saya sering pusing, leher saya terkadang kaku selan itu juga

tangan saya kram dan kak saya kadang kesemutan. Tensi saya tinggi. Saya

tidak bisa tidur semalaman. Tidak tau kenapa sakit sekali “

P : Klien mengatakan nyeri lutut ketika bangun dari duduk dan akan berdiri

Q : Klien mengatakan nyeri lutut seperti ditusuk-tusuk

R : Nyer pada kedua lutut

S : Skala nyeri 5 dari 10, nyeri mengganggu aktivitas klien

T : Nyer terjadi 2-3 menit, mulai muncul saat bangun dari posisi duduk ke

posisi berdiri

3. Faktor pencetus : Tidak diketahui

4. Timbulnya keluhan : Mendadak

5. Upaya Mengatasi :
6. Pergi ke RS/klinik pengobatan/dokter prkatek/bidan/perawat

Ny. S berkata “ dari pihak panti selalu mengadakan pemeriksaan kesehatan

sebulan sekali dari petugas puskesmas dengan kegatan pengukuran tekanan

darah, tinggi badan, dan pengobatan. “

7. Mengonsumsi obat-obatan sendiri ?

Ny. S berkata “ saat in saya mengkonsum obat melfomin, kalk, vitamin B

complex, dan vitamin C “

8. Lain – lain …

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1) Penyakit yang perna di derita : Diabetes Melitus, Hipertensi, dan Katarak

2) Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, debu, dll) : -

3) Riwayat kecelakaan : -

4) Riwayat perna dirawat di RS : -

5) Riwayat pemakaian obat : -

5. Pola Fungsional

a. Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan

Ny. S mengatakan “ saya mempunyai penyakt gula dan tekanan darah sejak dan

saya suka makanan yang manis dan asin, kalua ngga gtu saya ngak napsu

makan.”

b. Nutrisi metabolic

Ny. S makan 3 kali sehari, hanya saja napsu makannya kurang.

c. Eliminas

 BAK : 3-6 kali dalam sehari, urin berwarna kuning.


Ny. S mengatakan tidak merasakan nyeri saat BAK. Tidak ada inkontinesnia

urine.

 BAB : 1 kali sehari, konsistensi padat kadang cair, warna kuning, dan bau khas

d. Aktivitas pola Latihan

 Rutinitas mandi : Ny. S mengatakan ia mandi 2 kali sehari

 Kebersihan sehari-hari : Ny. S mengatakan “ selalu menjaga kebersihan

lingkungan sekitarnya, terutama lingkungan tempat tidur “

 Aktivitas sehari-hari : Ny. S mengatakan “ setiap hari saya melakukan

gerakan ROM, yang tangannya digerakan seperti ini. Saya di ajari oleh

mbak”.

 Kemampuan kemandiri : Ny.S dapat melakukan aktivitas dengan mandiri.

e. Pola istrahat tidur

 Lama tidur malam : 7 jam

 Tidur siang : tidak perna tidur siang

 Keluhan yang berhubungan dengan tidur : sering susah tidur nyenyak

f. Pola kogntif persepsi

 Masalah dengan penglihatan ? Ny. S tidak dapat melihat

 Masalah pendengar ? tidak terganggu.

 Kesulitan dalam membuat keputusan : pengambilan keputusan dilakukan

oleh lansia dan pengasuh dan pengurus panti.

g. Persepsi diri – pola konsep diri

h. Pola peran – hubungan


 Peran ikatan : Ny. S mengatakan “ saya sudah tidak punya saudara, saudara

saya tidak peduli dengan saya. Tapi pengasuh panti disini baik”

 Kepuasan ?

 Pekerjaan/social/status perkawinan : Ny. S rutin mengikuti pengajian setiap

hari kamis, senam lansia setiap hari jumat, dan kerja bakti. Status perkawinan

: janda

i. Sexualitas

 Riwayat reproduksi, kepuasan sexsual, masalah ?

j. Koping – pola toleransi stress

 Apa yang menyebabkan stress ?

 Bagamana penanggan terhadap masalah ?

k. Nilai – pola keyakinan

Spirituality : Ny. S beragama Islam

Keyakinan Agama : Ny. S mengatakan “ sudah pasrah sama Allah SWT jika

dirinya harus tinggal di panti dan mengatakan sudah siap jika Allah SWT

memanggilnya.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum :

b. TTV : TD : 150/100

c. BB/TB : 40/150

d. Kepala

Rambut : berwarna putih

Mata : kedua mata klien sudah tidak dapat melihat


Telinga : kedua telinga simetris, telinga sedikit kotor

Mulut, gigi, dan bibir : bibir lembab, gigi masih lengkap, tidak ada sariawan

e. Dada : pengembangan dada simetris kanan dan kiri

f. Abdomen : cekung, tidak terdapat lesi, tidak ada nyeri tekan

g. Kulit : sedikit kering

h. Ekstermitas atas : kuku bersih, capillary refil kembali < 3 detik, kekuatan

otot 4/4

i. Ekstermitas bawah : kuku bersih, capilaris refil kembali < 3 detik, telapak kaki

pecah-pecah, kekuatan otot 4/4


7. Pengkajian Khusus

a. Status Fungsional (Katz Indeks) : Nilai A

Indeks Kemandirian Katz

No Aktivitas Mandiri Tergantung

1 Mandi X

Mandiri :

Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti punggung

atau ekstremitas yang tidak mampu ) atau mandi sendiri

sepenuhnya

Tergantung :

Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk

dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri

2 Berpakaian Mandiri : X

Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan

pakaian, mengancingi/mengikat pakaian.

Tergantung :

Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian

3 Ke Kamar Kecil X

Mandiri :

Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian

membersihkan genetalia sendiri


Tergantung :

Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan

menggunakan pispot

4 Berpindah X

Mandiri :

Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit

dari kursi sendiri

Tergantung :

Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi,

tidak melakukan satu, atau lebih perpindahan

5 Kontinen X

Mandiri :

BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri

Tergantung :

Inkontinensia parsial atau total; penggunaan

kateter,pispot, enema dan pembalut ( pampers )


6 Makan X

Mandiri :

Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri

Bergantung :

Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan

menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan

parenteral ( NGT )

b. Fungsi Kognitf

SHORT PORTABLE MENTAL STATE QUESIONNARE

Pertanyaan Jawaban

Betul Salah

1. Tanggal Berapa Hari ini ? √

2. Hari apakah hari ini? √

3. Apakah nama tempat ini? √

4. Berapa no. Telpon rumah anda? √

5. Berapa usia anda? √

6. Kapan anda lahir (Tgl/Bln/Thn)? √

7. Siapakah nama presiden sekarang? √

8. Siapakan nama presiden sebelumnya? √

9. Siapakah nama ibu anda? √

10. 5+6 adalah √


Keterangan : Berdasarkan hasil pengkajian dengan SPMSQ, Ny. S menjawab salah 2

pertanyaan. Dapat disimpulkan Ny. S mengalami gangguan ringan.

c. APGAR keluarga

NO ITEMS PENILAIAN SELALU KADANG- TIDAK

KADANG PERNAH

(2) (1) (0)

1 A : Adaptasi X

Saya puas bahwa saya dapat kembali pada

keluarga ( teman-teman ) saya untuk

membantu pada waktu sesuatu

menyusahkan saya

2 P : Partnership X

Saya puas dengan cara keluarga ( teman-

teman ) saya membicarakan sesuatu dengan

saya dan mengungkapkan masalah saya.

3 G : Growth X

Saya puas bahwa keluarga ( teman-teman )

saya menerima & mendukung keinginan

saya untuk melakukan aktifitas atau arah

baru.
4 A : Afek X

Saya puas dengan cara keluarga ( teman-

teman ) saya mengekspresikan afek dan

berespon terhadap emosi-emosi saya, seperti

marah, sedih atau mencintai.

5 R : Resolve X

Saya puas dengan cara teman-teman saya

dan saya menyediakan waktu bersamasama

mengekspresikan afek dan berespon

JUMLAH

Penilaian :

Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi

Nilai : 4-6 : Disfungsi keluarga sedang


d. Status Depresi

The Geriatric Depresion Scale

Kunci Jawaban
Pertanyaan
Jawaban Ny. S

1. Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan Tidak Ya

anda?

2. Sudahkah anda meninggalkan aktivitas dan minat Ya Ya

anda?

3. Apakah anda merasa hidup anda kosong? Ya Ya

4. Apakah anda sering bosan? Ya Ya

5. Apakah anda mempunyai semangat setiap waktu? Tidak Tidak

6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda? Ya Ya

7. Apakah anda merasa bahagia setiap waktu? Tidak Tidak

8. Apakah anda merasa jenuh? Ya Ya

9. Apakah anda merasa lebih suka tinggal di rumah pada Ya Ya

malam hari, dari pada pergi melakukan sesuatu yang

baru?

10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih banyak Ya Tidak

mengalami masalah dengan ingatan anda daripada

yang lainnya?

11. Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup Tidak Tidak

sekarang ini?

12. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini? Ya Ya

13. Apakah anda merasa penuh berenergi saat ini? Tidak Tidak

14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada harapan lagi? Ya Ya
15. Apakah anda berfikir banyak orang yang lebih baik Ya Ya

dari anda?

Keterangan : nilai ≥ 5 menandakan depresi

Hasil pengkajian menunjukkan skor depresi Ny. S yaitu 13, hal ini menunjukkan bahwa

Ny. S mengalami depresi

e. Screening Fall

Pengkajian Risiko Jatuh (Skala Morse)

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI

1 Riwayat jatuh: Tidak 0 25

Apakah pasien pernah jatuh? Ya 25

2 Diagnosa sekunder: Tidak 0 15

Apakah pasien memiliki Ya 15

lebih dari satu penyakit?

3 Alat Bantu jalan: 15

Bed rest/ dibantu perawat 0

Kruk/ tongkat/ walker 15

- Berpegangan pada benda-benda di sekitar 30

(kursi, lemari, meja)

4 Terapi Intravena: apakah saat ini pasien Ya 0 20

terpasang infus? Tidak 20

5 Gaya berjalan/ cara berpindah: 20

- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat 0

bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga) 10

- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20

6 Status Mental

- Pasien menyadari kondisi dirinya 0 0

- Pasien mengalami keterbatasan daya ingat 15

TOTAL NILAI 95 (resiko tinggi)

Keterangan :

0 – 24 : Tidak berisiko (Perawatan dasar)

25 – 50 : Risiko rendah (Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar)

> 51 : Risiko tinggi (Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh tinggi)

- Ny. S berkata, “Saya sudah sering jatuh mbak, kurang lebih 10 kali jatuh.”

- Ny. S berkata, “ini lho mbak sakit (menunjuk lutut), kalo duduk dan mau berdiri rasanya lutut

saya sakit sekali.”

- Ny. S berkata, “Lutut saya sakit sejak saya jatuh itu mbak.”
B. ANALISA DATA

Hari / DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN

tanggal

1. Data Subjektf : Ketidakefektifan manajemen kesehatan dri pada

Ny. S berhubungan dengan konsumsi makanan


- Ny. S mengatakan “ saya punya penyakit gula dan tekanan darah saya

tinggi ± 5 tahun. Terakhir dicek gula darahnya hampir 400. Sekarang berisiko meningkatkan gula darah dan kurang

yang dirasakan badan saya nggak enak semua, lemas, sendi-sendinya aktivitas

kaya kaku terus buat digerakin sakit, sering pipis, dan sering

kesemutan kakinya.

- Ny, S mengatakan “ saya sering pusing, leher saya kadang kaku dan

tangan saya kram.

- Ny. S mengatakan “ saya masih suka makan yang manis sama asin,

kalua ngak gitu saya nga napsu makan.

Data Objektif

- GDS 370 mg/dL

- TD 150/100 mmHg
- Klien tampak lemas

- Klien tidak menghabiskan makanan.

- Hasil pengkajian Short Portable Mental State Quessionare

menunjukan gangguan kognitif ringan.

2. Data Subjektif Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan

Ny.S mengatakan “ saya merasa sakit di lutut mbak, kalo duduk dan mau dengan gejala terkait penyakit

berdiri.

- Ny. S berkata “ saya sering pusing, leher saya terkadang kaku selan itu

juga tangan saya kram dan kak saya kadang kesemutan. Tensi saya tinggi.

Saya tidak bisa tidur semalaman. Tidak tau kenapa sakit sekali “

P : Klien mengatakan nyeri lutut ketika bangun dari duduk dan akan berdiri

Q : Klien mengatakan nyeri lutut seperti ditusuk-tusuk

R : Nyer pada kedua lutut

S : Skala nyeri 5 dari 10, nyeri mengganggu aktivitas klien

T : Nyer terjadi 2-3 menit, mulai muncul saat bangun dari posisi duduk ke posisi

berdiri

Data Objektif

- Klien tampak tidak nyaman


- Klien tampak meringis

3. Data Subjektif Resiko Jatuh berhubungan dengan riwayat jatuh

- Ny. S berkata, “Saya sudah sering jatuh mbak, kurang lebih 10 kali jatuh.”

- Ny. S berkata, “ini lho mbak sakit (menunjuk lutut), kalo duduk dan mau

berdiri rasanya lutut saya sakit sekali.”

- Ny. S berkata, “Lutut saya sakit sejak saya jatuh itu mbak.”

 Data Objektif :

- Skala jatuh Morse : 95 (resiko tinggi)

- Ny. S dapat berjalan sendiri dengan menggunakan tongkat.

- Klien berjalan sangat pelan dan berhati-hati

- Usia 70 tahun

- Ny. S mengalami jatuh sebanyak 10 kali.

4. Data Subjektif : Kepedihan Kronis berhubungan dengan


- Ny. S berkata, “ Saya tidak punya siapa-siapa, suami saya sudah meninggal,
kehilangan orang terdekat dan kehilangan
saudara saya sudah tidak peduli dengan saya mbak.”
dukungan keluarga
- Ny. S berkata, “ Ny. S berkata, “saya merasa takut jika nanti saya sakit tidak

ada yang merawat saya mbak, selain itu juga keluarga saya tidak ada yang

tahu saya tinggal disini.”


- Ny. S berkata,” Saya sudah pasrah sama Allah swt jika dirinya harus tinggal

dipanti dan Ny. S mengatakan sudah siap jika Allah swt memanggilnya.”

Data Objektif :

 Ny. S merasa takut jika saat sakit tidak ada yang merawat.

 Skor depresi Ny. S yaitu 13

 Ny. S terlihat sedih saat menceritakan saudaranya tidak ada yang peduli

 Ny. S terlihat sering tiduran dan jarang berkomunikasi dengan anggota panti

lainnya
C. PRIORITAS MASALAH

Dx. Keperawatan Prioritas Pembenaran

Kepedihan kronis berhubungan High priority Klien merasa tidak ada yang peduli dengan klien lagi sehingga klien lebih sering

dengan kehilangan orang terdekat menyendiri dikamar.. Apabila kepedihan tidak diatasi klien akan menjadi depresi.

dan kehilangan dukungan keluarga Sehingga menyebabkan klien berisiko untuk melakukan risiko bunuh diri.

Ketidakefektifan manajemen Medium Klien masih sering mengkonsumsi teh manis, terkadang cemilan yang manis-manis,

kesehatan diri berhubungan priority makanan yang asin. Sehingga jika pola makan klien tidak diatur maka akan

dengan konsumsi makanan menyebabkan gula klien naik dan tekanan darah klien tinggi

beresiko meningkatkan gula darah

dan kurang aktivitas fisik

Gangguan rasa nyaman: nyeri Medium Nyeri pada lutut yang di alami klien dapat menyebabkan terganggunya aktivitas

berhubungan dengan gejala terkait priority klien sehingga klien sering tiduran di kamar karena jika berakivitas klien merasakan

penyakit (nyeri pada lutut) sakit, pusing, dan lutut terasa nyeri.

Resiko jatuh berhubungan dengan Low priority Klien memiliki gangguan penglihatan, kedua mata klien sudah tidak dapat melihat

riwayat jatuh ± 10 kali, nyeri lutut oleh karena itu memiliki risiko tinggi jatuh. Apabila risiko jatuh tidak dapat

ditangani akan menyebabkan klien berisiko tinggi untuk cedera sepeti patah tulang.
D. INTERVENSI

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN /KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

HASIL

1. Kepedihan kronis berhubungan Setelah dilakukan 1. Bantu klien berfokus 1. Untuk klien lebih

dengan kehilangan orang terdekat tindakan keperawatan 2 x secara realisis terhadap realistis terhadap

dan kehilangan dukungan keluarga 24 jam diharapkan perubahan status keadaan

kepedihan klien berkurang kesehatan karena 2. Agar klien merasa

dengan Kriteria Hasil : kehilangan lebih nyaman dengan

2. Bantu klien untuk keadaannya


 Klien mampu
mengungkapkan perasaan, 3. Untuk dapat
menceritakan semua
ketakutan, dan persepsi memahami keadaan
hal yang menjadi
3. Dengarkan keluhan klien klien
kesedihanya
dengan penuh perhatian 4. Untuk membantu klien
 Klien tidak depresi
4. Anjurkan klien untuk bersosialisasi
(Nilai Geriatric
mengikuti TAK
Depression Scale , 5)
 Klien dapat mengikuti

kegiatan untuk

mengurangi kesedihan

 Klien dapat

mengekspresikan

perasaan

2. Ketidakefektifan manajemen Setelah dilakukan tidakan 1. Berikan pendidikan 1. Untuk membantu

kesehatan diri berhubungan keperawatan diharapkan 3 kesehatan tentang diabetes meningkatkan

dengan konsumsi makanan x 24 jam manajemen mellitus : definisi, pemahaman klien

beresiko meningkatkan gula darah kesehatan klien dapat penyebab, tanda gejala tentang penyakit DM

dan kurang aktivitas fisik efektif dengan kriteria dan komplikasi 2. Untuk mengetahui

hasil : 2. Monitor TTV : GDS dan kondisi klien

TTV 3. Untuk menjaga GDS


 Klien termotivasi
3. Motivasi klien untuk klien
untuk melakukan diet
mengurangi konsumsi
DM
makanan yang banyak
 Klien mampu mengandung gula dan

menerapkan diet DM garam

 GDS klien < 200

mg/dl

3. Gangguan rasa nyaman: nyeri Setelah melakukan 1. Kaji skala nyeri PQRST 1. Untuk mengetahui

berhubungan dengan gejala terkait tindakan keperawatan 3 x 2. Control lingkungan yang tingkat nyeri

penyakit (nyeri pada lutut) 24 jam diharapkan nyeri nyaman 2. Untuk meningkatkan

berkurang dengan Kriteria 3. Ajarkan teknik non – kenyamanan klien

hasil : farmakologi 3. Untuk mengurangi

rasa nyeri
 Nyeri hilang /

berkurang dengan

skala nyeri 0

 Klien tampak rileks

 Klien mampu

melakukan manajemen

nyeri secara mandiri


4. Resiko jatuh berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor resiko 1. Untuk dapat

riwayat jatuh ± 10 kali, nyeri lutut tindakan keperawatan jatuh mengetahui penyebab

selama 3 x 24 jam 2. Identifikasi faktor kemungkinan klien

diharapkan klien tidak lingkungan yang dapat jatuh

mengalami cedera dengan meningkatkan resiko jatuh 2. Untuk mengurangi

kriteria hasil : 3. Monitor kemampuan resiko klien terjatuh

berpindah dari tempat 3. Untuk mengetahui


 Klien tidak jatuh lagi
tidur ke tempat duduk kemapuan klien dalam
 Skor resiko jatuh
4. Anjurkan menggunakan berpindah
menjadi rendah
alat bantu berjalan 4. Untuk membantu

5. Anjurkan menggunakan menjaga

alas kaki tidak licin keseimbangan klien

5. Untuk mengurangi

resiko jatuh
E. IMPLEMENTASI

F. EVALUASI
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Diabetes mellitus tipe 2 dikenal dengan istilah Non-Insuline Dependent Melitus

(NIDDM) adalah keadaan dimana hormone insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi

dengan baik. Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan produksi insulin

atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang

ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.

Pada usia lanjut seseorang mudah terkena berbagai penyakit salah satunya adalah

Diabetes Melitus tipe 2 karena diabetes tipe ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor

seperti usai dan gaya hidup.

Anda mungkin juga menyukai