Anda di halaman 1dari 9

ALAT MUSIK MEMBRANOPHONE

1. Gendang
a. Nama
Gendang memiliki banyak nama dan dari asal yang berbeda beda. Ada
gendang melayu yang berasal dari kepulauan belitung,gendang panjang
berasal dari kepulauan Riau,ada gendang berasal dari Daerah Istimewa
Yogyakarta dan banten.
b. Sejarah & Asal
Setiap bangsa sejak Afrika sampai Asia Timur dan benua Amerika, dapat
dikatakan memiliki gendang dengan bentuk, bunyi, kegunaan, dan nama
tersendiri. Menurut sejarah, gendang sudah dimainkan di Cina sejak 3000
tahun yang lalu untuk ritual sembahyang atau dalam nyanyian, tarian, perang,
penggembalaan hewan, tanda waktu, dan alarm.
Pada suku-suku kuna gendang dipakai juga sebagai ritual tertentu atau untuk
membangkitkan kegembiraan. Di nusantara gendang sudah dikenal sejak abad
ke sembilan sebagai alat musik pokok untuk acara persilatan, rentak tari
menari, dan penyambutan raja atau tamu terhormat yang pada pokoknya untuk
memeriahkan suasana perayaan.
Dalam peri kehidupan Melayu, gendang dikaitkan pula dengan keinginan dan
kesenangan yang dicerminkan dalam pepatah atau perumpamaan. Bagaimana
bunyi gendang, begitulah tarinya, berarti sesuatu arahan akan dituruti
sebagaimana yang diinginkan.
c. Bahan
Bahan utama pembuatan tubuh gendang adalah kayu. Kayu terbaik yang dapat
bertahan lama dan kuat adalah kayu dari pohon nangka, cempedak atau
kelapa. Sebuah pohon akan di tumbangkan dan dipotong secara horisontal
sesuai ukuran panjang kendang yang akan dibuat, biasanya berkisar antara 30
cm hingga 45 cm. Pengrajin Gendang lalu akan melubangi bagian tengah kayu
yang sudah dipotong tersebut menggunakan pahat. Proses pelubangan ini
dilakukan secara hati hati, karena jika pengrajin tidak konsentrasi maka bagian
sisi Gendang dapat rusak dan harus mengulangi pelubangan dari awal
menggunakan kayu lain.
Setelah proses pelubangan bagian dalam Gendang selesai maka pengrajin akan
beralih ke bagian luar dan mengamplas hingga halus. Jika Gendang sudah
setengah jadi, maka proses selanjutnya adalah memasang kulit hewan di kedua
sisi Gendang, umumnya kulit yang digunakan adalah kulit sapi, kerbau, rusa
atau kambing. Penggunaan kulit kerbau biasanya bertujuan untuk
menghasilkan suara Bam (suara rendah), sedangkan penggunaan kulit
kambing bertujuan untuk menghasilkan suara Chang (suara tinggi). Kulit
hewan tersebut kemudian diikat di salah satu atau kedua sisi Gendang dengan
menggunakan tali rotan atau kawat.
d. Teknik pembunyian
Cara memainkannya adalah dengan dipukul menggunakan tangan. Untuk
mengubah tinggi rendahnya suara yang dihasilkan, pemain dapat
mengencangkan atau mengendurkan tarikan tali rotan yang mengikat kulit
Gendang. Semakin kencang ikatan maka semakin tinggi suara yang
dihasilkan, dan semakin kendur tali ikatan maka semakin rendah suara yang
dihasilkan. Penyesuaian tinggi rendahnya suara Gendang biasanya dilakukan
sebelum melakukan pertunjukan.

2. Tifa
a. Sejarah
Konon di suatu daerah di Biak hidup dua bersaudara laki-laki yang bernama
Fraimun dan Sarenbeyar. Nama mereka pun memiliki arti yang membuat
mereka sangat dekat, Fraimun yang atinya perangkat perang yang gagangnya
dapat membunuh. Sedangkan Saren artinya busur sedangkan Beyar adalah tari
busur yang bermakna anak panah yang terpasang pada busur.
Kedua Kakak Adik ini pergi dari desanya Maryendi karena desanya sudah
tenggelam. Mereka berpetualang dan menemukan daerah Wampember yang
berada di Biak Utara serta menetap di sana. Ketika mereka sedang berburu di
malam hari, mereka menemukan pohon opsur. Opsur sendiri artinya adalah
pohon atau kayu yang mengeluarkan suara di tengah hutan. Karena sudah
malam, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah dan kembali esok hari.
Keesokan harinya mereka kembali mendatangi pohon tersebut. Pohon itu
ditinggali oleh lebah madu, soa-soa serta biawak dan binatang-binatang kecil
lainnya. Mereka penasaran dengan pohon tersebut dan akhirnya memutuskan
untuk menebangnya. Setelah itu mereka mengeruk dan mengosongkan bagian
tengah kayu sehingga menyerupai pipa dengan peralatan seadanya yaitu
memakai nibong.
Nibong adalah sebuah besi panjang yang ujungnya sangat tajam. Tidak lupa
mereka membakar bagian tengah kayu tersebut agar lebih apik. Saat ingin
menutupi salah satu isinya mereka berniat untuk memakai kulit paha sang
Kakak. Setelah dipertimbangkan, rasanya akan sangat menyakitkan bagi sang
Kakak. Akhirnya setelah berunding, mereka memutuskan untuk memakai kulit
soa-soa.
Penangkapan soa-soa ini pun tidak sembarangan. Mereka memanggil hewan
tersebut “Hei, napiri Bo..” secara terus menerus menggunakan bahasa Biak ini.
Akhirnya soa-soa ini pun mengerti dan seolah-olah mau menyerahkan dirinya.
Akhirnya mereka menguliti soa-soa ini dan dipakai untuk menutupi salah satu
sisi kayu yang berbentuk pipa itu. Hasil yang mereka kerjakan tersebut adalah
alat musik seperti yang kita kenal sekarang sebagai alat musik tifa.
b. Asal
Tifa merupakan alat musik yang berasal dari Maluku dan Papua.
c. Bahan
Alat musik ini terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi isinya
dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya
digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang
bagus dan indah. Bentuknyapun biasanya dibuat dengan ukiran.
d. Teknik Pembunyian
Setiap suku di Maluku dan Papua memiliki tifa dengan ciri khas nya masing-
masing.cara membunyikannya adalah dengan dipukul/ditabuh.
3. Rebana
a. Sejarah
Pertama kali rebana dipakai dalam acara penyambutan Rasulullah ketika
hijrah ke Madinah dengan lantunan “Thola’al badru ‘alaina” sebagai
ucapan syukur atas kedatangan Rasulullah. Kemudian selang beberapa
waktu rebana ini dijadikan sebagai sarana dakwah untuk menyebarkan
ajaran Islam kepada masyarakat luas.
b. Asal
Rebana berasal dari daerah gorontalo.
c. Bahan
Rebana terbuat dari kayu yang dibubut dengan menggunakan mesin bubut
dan gaman sehingga membentuk kluwung, kemudian diperindah
bentuknya dengan mengunakan sugu. Setelah halus kluwung dijemur
selama beberapa hari sampai benar – benar kering supaya kalau diamplas
cepat halus dan memperindah rebana.
Lalu dipanaskan dibakar diatas kompor agar permukaan kluwung tampak
lebih halus. Kemudian kluwung diamplas dan dilapisi dengan oker tipis
sebagai dasarnya kemudian dijemur atau dikeringkan di bawah terik
matahari.Setelah dicat mengering kluwung dikuliti, diwangkis dengan
menggunakan wingkisan dan pancir, sebelum diwangkis kluwung diolesi
dengan lilin malam sehingga kulit mudah ditarik.
Kulit yang telah dibasahi air diletakkan pada kluwung dengan
menggunakan kawat dan dikaitkan erat – erat pada kawat yang terdapat
pada alat wingkisan. Setelah dikuatkan rebana dijemur bersama
wingkisan tersebut, setelah kering dikuatkan lagi dan akhirnya dipaku
dengan menggunakan ” prepetan ” kulit yang tidak terpakai dipotong
sehingga bentuk rebana menjadi rapi
Agar kelihatan halus rebana didempul dan diamplas setelah kering bagian
rebana dilapisi sengwit yang telah dicampur dengan bahan pengencer,
sedangkan untuk bagian luarnya di cat dengan dilapisi oker yang berbeda
dengan warna oker atas rebana.Setelah oker kering , rebana disirsakan atau
diplistur agar lebih mengkilap kemudian rebana dijemur sampai kering di
bawah terik matahari, lalu diberi warna. Untuk pinggiran rebana dipasang
potongan kulit yang yang dicat hitam dalam belanga dengan menggunakan
paku payung atau timbel dan paku. Untuk proses terakhir, kericik dipasang
pada lubang yang terdapat pada pinggiran rebana yang telah dibuat khusus,
masing – masing lubangdipasang 2 ( dua ) kericik.
d. Teknik pembunyian
Cara memainkan rebana adalah dengan dipukul/ditabuh.

4. Tuma
a. Sejarah
Kalimantan barat memiliki alat musik tradisional yang menjadi ciri khasnya,
seperti Sapek, Keledik, Tawaq, Tuma dan lain-lain. Tuma merupakan alat
musik tradisional Dayak Kanaytn. Alat musik tradisional ini sering dimainkan
sebagai pengiring tarian tradisional bersama dengan jenis alat musik
tradisional lainnya.
b. Asal
Tuma berasal dari Kalimantan Barat.
c. Bahan
Alat musik ini terbuat dari bahan dasar kayu yang berdiameter 25 centimeter
dengan panjang 1 meter sebagai rangkanya dan kulit lembu sebagai
membrannya.
d. Teknik pembunyian
Tuma ini dimainkan dengan cara ditepuk dengan menggunakan telapak tangan
sehingga alat musik ini tergolong ke dalam jenis alat musik membranophon
(alat musik yang menghasilkan dari getaran kulit yang dipukul). Penabuh tuma
akan memainkan ala musik ini dengan diletakkan di antara kakinya.

5. Dol
a. Sejarah
Dahulu dol biasanya dimainkan pada acara-acara khusus seperti perayaan tabot yang
dilakukan masyarakat Bengkulu yang masih keturunan tabot. Dol tidak bisa
dimainkan oleh sembarang orang, hanya orang-orang keturunan tabot saja yang boleh
memainkan alat musik ini. Keberadaan alat musik Doll ini selalu di kaitkan dengan
prosesi ritual tabot yang di lakukan pada tanggal 1- 10 muharam dalam kalender
islam. Seiring perkembangan, dol mulai banyak dimainkan di berbagai acara khusus.
Seniman-seniman di Bengkulu belakangan juga giat mengenalkan dol ke tengah-
tengah masyarakat umum.
b. Asal
Dol adalah gendang khas Bengkulu
c. Bahan
Dol terbuat dari kayu atau bonggol kelapa yang dikenal kuat namun ringan.
Bonggol pohon kelapa ini kemudian diberi lubang pada bagian atasnya, lalu
ditutup dengan kulit kambing atau kulit sapi. Untuk diameter dol, biasanya
yang memiliki ukuran yang besar mencapai 70 - 125 cm dengan tinggi
mencapai 80 cm. Sementara itu, untuk alat pemukul dol biasanya memiliki
diameter sekitar 5 cm dengan panjang sekitar 30 cm. Pembuatan dol biasanya
membutuhkan waktu sekitar 3 minggu tergantung dari kesediaan kayu yang
ada.

d. Teknik pembunyian
dalam permainan musik doll terdapat 3 pola rhytme (tokok) swena, sweri, tamatam.
Ketiga jenis teknik dimainkan berdasarkan situasi dan kondisi dimana dol dimainkan.
Teknik suwena umumnya dimainkan dengan tempo yang perlahan. Teknik suwena
biasanya dimainkan pada suasana dukacita. Teknik tamatam dimainkan dengan
suasana gembira. Pada teknik tamatam dol akan dipukul dengan tempo cepat dan
meriah. Teknik penabuhan terakhir adalah teknik suwari, teknik suwari dimainkan
dengan tabuhan satu-satu dan dimainkan saat mengiringi parade. Dalam pementasan
alat musik dol biasanya akan dimainkan bersama alat musik lainnya seperi tassa.
Tassa adalah rebana yang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan kayu rotan.
TUGAS PENDIDIKAN SENI

“ALAT MUSIK MEMBRANOPHONE”

Oleh

Cinta Tuuk

Sisilia Bata Putri

Marlev Labola

Chaterinne Tameno

Imanuel Ramba

Fhendy Nomleni

Salomo Kana Hau

Lubiana Dami

Ronan Hatumena

Laurencia Seong

Anda mungkin juga menyukai