Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya
peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan
menolong ibu yangmelahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati
karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta
menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik.
Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir yang berani
ambil resikomembela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang diperintahkan oleh
Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa
kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada dalam posisi yang lemah, yang pada
zaman modern ini, kita sebut peran bidan dalam praktiknya. Bidan sebagai pekerja profesional
dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut,
keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.
Di era globalisasi sekarang ini, keberadaan seorang bidan sangat diperlukan. Bidan diakui
sebagai profesional yang bertanggung jawab yang bekerja sebagai mitra perempuan dalam
memberikan dukungan yang diperlukan. Misalnya, asuhan dan nasihat selama kehamilan, periode
persalinan dan post partum, melakukan pertolongan persalinan di bawah tanggung jawabnya
sendiri, dan memberikan asuhan pada bayi baru lahir. Ruang lingkup asuhan yang diberikan oleh
seorang bidan dan telah ditetapkan sebagai wilayah kompetensi bidan di Indonesia.
Dalam hal ini diharapkan agar bidan tidak memandang pasiennya dari sudut biologis.Akan
tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki budaya tertentu dan di pengaruhi oleh kondisi
ekonomi serta lingkungan disekelilingnya.Sehingga nantinya dapat menurunkan angka mortalitas
dan morbiditas yang sudah dicanangkan oleh pemerintah.
Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam asuhan yang mandiri, kolaborasi dan
melakukan rujukan yang tepat. Oleh karena itu bidan dituntut untuk mampu mendeteksi dini tanda
dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan dan
perinatal dan merujuk kasus.
Praktik kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari focus terhadap ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, serta anak balita bergeser kepada upaya mengantisipasi
tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan
reproduksi sejak konsepsi hingga usia lanjut, meliputi konseling pre konsepsi, persalinan,
pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan post menopause, sehingga hal ini merupakan
suatu tantangan bagi bidan.
Berdasarkan penjelasan di atas, penyusun akan menjabarkan pembahasan tentang
“Refleksi Praktik.”
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dirumuskan masalah “Bagaimana Refleksi Praktik
dalam Pelayanan Kebidanan?”

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui Refleksi Praktik
dalam Pelayanan Kebidanan.

1.4. Manfaat Penulisan

1. Sebagai salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah konsep kebidanan lanjut.

2. Sebagai bahan masukan dan tambahan pengetahuan untuk penyusun dan teman kelas

mengenai Refleksi Praktik dalam Pelayanan Kebidanan

3. Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan atau pengetahuan para pembaca.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Praktik Kebidanan

1. Ruang Lingkup dalam Praktik Kebidanan

a. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Lulus dengan
persyaratan yang ditelah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi dnn memperoleh
izin untuk melaksanakan praktik kebidanan.
b. Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat otonom,
kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik bidan. Selain itu
diartikan juga sebagai serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada
pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya.
c. Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan
kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan,
klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi–fungsi reproduksi manusia serta
memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya.
d. Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan
data, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
e. Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan.
f. Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau
rujukan.
2. Praktik dalam Pelayanan Kebidanan

Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah
sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan yang
optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan
selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional,
ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka perlu adanya
pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada pasien.
Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga bidan
yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya berdasarkan
kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan,seperti memiliki berbagai pengetahuan yang luas
mengenai kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan
kebidanan kepada masyarakat.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan sosial
dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan yang dapat digunakan atau
diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat
misalnya paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut bertujuan untuk
memudahkan masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan oleh
petugas, bukanlah sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau benar adanya.

Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan lebih bersifat :

1. Promotif, bidan yang bersifat promotif berarti bidan berupaya menyebarluaskan informasi
melalui berbagai media Metode penyampaian, alat bantu, sasaran, media, waktu ideal,
frekuensi, pelaksana dan bahasa serta keterlibatan instansi terkait maupun informal leader
tidaklah sama di setiap daerah, bergantung kepada dinamika di masyarakat dan kejelian
kita untuk menyiasatinya agar informasi kesehatan bisa diterima dengan benar dan selamat.
Penting untuk diingat bahwa upaya promotif tidak selalu menggunakan dana negara,
adakalnya diperlukan adakalanya tidak. Selain itu, penyebaran informasi hendaknya
dilakukan secara berkesinambungan dengan memanfaatkan media yang ada dan sedapat
mungkin dikembangkan agar menarik dan mudah dicerna. Materi yang disampaikan
seyogyanya selalu diupdate seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan terkini.
2. Preventif berarti bidan berupaya pencegahan semisal imunisasi, penimbangan balita di
Posyandu dll. Kadang ada sekelompok masyarakat yang meyakini bahwa bayi berusia
kurang dari 35 hari (jawa: selapan) tidak boleh dibawa keluar rumah.
3. Kuratif berarti bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit terutama penyakit
berat.
4. Rehabilitatif berarti bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan, terutama bagi pasien
yang memerlukan perawatan atau pengobatan jangka panjang.

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan saat ini dihadapkan pada masyarakat yang
lebih terdidik,dan mampu memberi pelayanan kesehatan yang di tawarkan atau dibutuhkan oleh
masyarakat. Masyarakat mengiginkan pelayanan kesehatan yang murah, nyaman,sehingga
memberi kepuasan ( sembuh dengan cepat dengan pelayanan yang baik ). Rumah sakit perlu
mengembangkan suatu sistem pelayanan yang didasarkan pada pelayanan yang berkualitas baik,
biaya yang dapat dipertanggung jawabkan dan diberikan pada waktu yang cepat dan tepat. Rumah
sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan, dalam memproduksi jasa pelayanan kesehatan (
pelayanan medis dan pelayanan kebidanan), untuk masyarakat menggunakan berbagai sumber
daya seperti ketenanagaan, mesin, bahan, fasilitas, modal, energy dan waktu.
Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh bidan yaitu : memiliki wawasan dan
pengetahuan, telah menyelesaikan pendidikan kebidanan, memiliki sopan santun, tidak membeda-
bedakan miskin maupun kaya, tidak membuka privasi pasien, berbakti pada insani, mempunyai
etika dan moral, cepat dan cekatan, mampu melayani dengan ikhlas dan sabar, bersikap ramah dan
terampil, tidak mudah putus asa, serta dapat melakukan hak dan kewajibannya dengan baik.
Bidan memiliki banyak peran terutama dalam menjalankan praktek di masyarakat.peran
bidan yang harus dilaksanakan diantaranya adalah peran sebagai pendidik, sebagai pelaksana,
sebagai pengelola, sebagai peneliti, sebagai pemberdaya, sebagai pembela klien, sebagai
kolaborator,dan sebagai perencana.Dari peran-peran tersebut,bidan memiliki tugas dan wewenang
yang harus di laksanakan secara baik dan sesuai peraturan yang sudah ditetapkan.

2.2 Tinjauan Refleksi Praktik dalam pelayanan kebidanan


1. Refleksi Praktik Kebidanan
Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk pedoman/acuan
yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dipengaruhi
oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan) meliputi unsur-unsur yang terdapat
dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan & pelayanan kesehatan).
Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat
dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama
rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan juga ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan
melakukan konseling yang baik kepada klien.
Bidan merupakan ujung tombak memberikan pelayanan yang berkuliatas dan sebagai
tenaga kesehatan yang professional, bekerja sebagai mitra masyarakat, khususnya keluarga
sebagai unit terkecilnya, yang berarti bidan memiliki posisi strategis untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat holistik komprehensif (berkesinambungan, terpadu, dan paripurna), yang
mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam upaya mencapai terwujudnya
paradigma sehat. Jadi seorang bidan dituntut untuk menjadi individu yang professional dan handal
memberikan pelayanan yang berkualitas karena konsep kerjanya berhubungan dengan nyawa
manusia.
2. Praktik dalam Asuhan Kebidanan
a. Monitoring keadaan fisik, psikologis spiritual dan sosial perempuan dan keluarganya sepanjang
siklus reproduksinya
b. Menyediakan kebutuhan perempuan seperti pendidikan, konseling dan asuhan keahmilan;
pendamping asuhan berkesinambungan selama,kehamilan, persalinan dan periode post partum.
c. Meminimalkan intervensi
d. Mengidentifikasi dan merujuk perempuan yang memiliki tanda bahaya
Model Praktek Kebidanan di Indonesia
1) Primary Care
Bidan sebagai pemberi asuhan bertanggung jawab sendiri dalam memberikan asuhan yang
berkesinambungan sejak hamil, melahirkan dan post partum,sesuai kewenangan bidan.
2) Continuity of Care
Diselenggarakan oleh sekelompok bidan dengan standard praktik yang sama filosofi dan proses
pelayanannya adalah partneship dengan perempuan
Setiap bidan mempunyai komitmen sebagai berikut :
Mengembangkan hubungan yang baik dengan pasien sejak hamil
Mampu memberikan pealyanan yang aman secara individu
Memberikan dukungan pada pasien dalam persalinan
Memberikan perawatan yang komprehensif kepada ibu dan bayi
3) Collaborative Care
Bidan perlu berkolaborasi dengan professional lain untuk menjamin kliennya menerima pelayanan
yang baik bila terjadi sesuatu dalam asuhan. Kolaborasi dilaksanakan dengan informed choice
demi keuntungan ibu dan bayi.
Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan tindakan asuhan sesuai
dengan kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan, serta melaksanakan tindakan kegawat
daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada
kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Pelayanan kebidanan merupakan salah satu kegiatan dalam pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, hidup sehat dan mengambil bagian dalam
pelayanan kesehatan masyarakat, turut membantu menghasilkan generasi bangsa yang cerdas.
Pelayanan yang demikian karena pelayanan kebidanan ditujukan kepada perempuan sejak
masa sebelum konsepsi, masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan balita. Tentu saja
pelayanan kebidanan yang berkualitas akan member hasil yang berkualitas, yaitu kepuasan
pelanggan maupun provider dan pelayanan yang bermutu. Untuk pelayanan yang berkualitas
tersebut diperlukan seorang pemimpin yang dapat meningkatkan terus mutu pelayanan kebidanan
yang diberikan oleh organisasinya dan pelayanan yang diberikan harus berorientasi pada mutu.
Bidan adalah profesi yang benar-benar harus dijiwai karena sangat menuntut tanggung
jawab. Bidan juga nantinya akan menjadi pemberi asuhan di tengah masyarakat. Bidan adalah
orang yang berperan penting dalam terciptanya ibu dan anak yang sehat dan keluarga bahagia serta
generasi bangsa yang sehat.
3. Prinsip Bidan dalam Praktik Kebidanan.

Adapun tugas dan prinsip bidan dalam praktik kebidanan ketika melakukan tugasnya yaitu:
1) Cintai yang anda lakukan, lakukan yang anda cintai (love your do, do your love).
Profesi bidan harus dihayati. Banyak orang yang memilih bidan karena dorongan orangtua,
dengan harapan cepat bekerja dengan masa pendidikan yang singkat dan dapat membuka praktek
mandiri. Oleh karena itu terlepas dari apapun motivasi seseorang menjadi bidan, setiap bidan harus
mencintai pekerjaannya.
2) Jangan membuat kesalahan (don’t make mistake).
Dalam memberi asuhan, usahakan tidak ada kesalahan. Bidan harus bertindak sesuai
dengan standar profesinya. Untuk itu bidan harus terus menerus belajar dan meningkatkan
keterampilan. Kesalahan yang dilakukan memberi dampak sangat fatal. Jangan pernah berhenti
mengasah keterampilan yang telah dimiliki saat ini, terus meningkatkan diri, dan mau belajar
kaena ilmu selalu berubah. Keinginan untuk terus belajar dan kemauan untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan akan sangat membantu kita menghindari kesalahan.
3) Orientasi kepada pelanggan (customer oriented).
Apapun yang dilakukan harus tetap berfokus pada pelanggan. Siapa yang anda beri
pelayanan, bagaimana karakter pelanggan anda, bagaimana pelayanan yang anda berikan dapat
mereka terima dan dapat member kepuasan sehinga anda tetap dapat member pelayanan yang
sesuai engan harapan dan keinginan pelanggan.
4) Tingkatkan mutu pelayanan (improved your service quality).
Bidan harus terus menerus meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada kliennya.
Dalam member pelayanan, jangan pernah merasa puas. Oleh karena itu, bidan harus terus menerus
meningkatkan diri, mengembangkan kemampuan kognitif dengan mengikuti pelatihan,
mempelajari dan menguasai perkembangan ilmu yang ada saat ini, mau berubah ke arah yang lebih
baik, tentu saja juga mau menerima perubahan pelayanan di bidang kebidanan yang telah
dibuktikanlebih bermanfaat secara ilmiah.
Bidan yang terus berpraktek, keterampilannya akan terus bertambah dalam memberi
asuhan dan melakukan pertolongan persalinan, KB, maupun dalam hal member pelayanan
kebidanan lainnya. Dengan demikian diharapkan kualitas personal bidan meningkat sehingga akan
meningkatkan mutu pelayanan yag diberikannya.
5) Lakukan yang terbaik (do the best).
Jangan pernah memandang klien/pelanggan sebagai individu yang ‘tidak penting’ atau
mengklasifikasikan pelayanan yang anda berikan kepada pelanggan dengan memandang status
ekonomi, kondisi fisik, dan lain-lain. Ingat! Klien berhak memdapatkan pelayanan kesehatan
tanpa diskriminasi. Bidan harus member pelayanan, pemikiran, konseling, tenaga, dan juga
fasilitas yang terbaik bagi kliennya.
6) Bekerja dengan takut akan tuhan (work with reverence for the Lord).
Sebagai bangsa indonesia yang hidup majemuk dan beragama, bidan harus menghormati
setiap kliennya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Bidan juga harus percaya segala yang dilakukan
dipertanggungjawabkan kepada Sang pencipta. Oleh karena itu, bidan harus memperhatikan
kaidah/norma yang berlaku di masyarakat, menjunjung tinggi moral dan etika, taat dan sadar
hukum, menghargai pelanggan dan teman sejawat, bekerja sesuai dengan standar profesi.
7) Berterima kasih kepada setiap masalah (say thanks to the problem).
Bidan dalam menjalankan tugas, baik secara individual (mandiri) sebagai manajer maupun
dalam kelompok (rumah sakit, puskesmas, di desa) tentu saja menghadapi dan melihat banyak
masalah pada proses pelaksanaan pelayanan kebidanan. Setiap masalah yang dihadapi akan
menjadi pengalaman dan guru yang paling berharga. Bidan dapat juga belajar dari pengalaman
bidan lainnya dan masalah yang mereka hadapi serta bagaimana mereka mengatasinya. Setiap
masalah, baik masalah manajemen maupun asuhan yang diberikan, membuat kita dapat belajar
lebih baik lagi di waktu yang akan datang.
Selain itu masalah juga membuat seseorang mencapai kedewasaan dan kematangan. Oleh
karena itu, jangan pernah menyalahkan situasi dan masalah yang ada, justru kita bisa belajar dari
setiap situasi dan mencari strategi pemecahannya, yang terpenting adalah mengevaluasi segala
yang kita lakukan dan belajar dari kesukaran, masalah, dan kesalahan yang kita alami serta
berusaha menghindari kesalahan yang sama.
8) Perubahan perilaku (behavior change).
Mengubah perilaku sangat sulit dilakukan. H. L. Blum mengatakan bahwa ada empat
faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu tenaga kesehatan, lingkungan, keturunan, dan
perilaku. Hal yang paling sulit dilakukan adalah perubahan perilaku.
Akan tetapi, jika bidan sebagai tenaga kesehatan yang mengemban tanggung jawab moral
selalu meningkatkan diri, menerima perubahan yang positif dan baik untuk pelayanan kebidanan,
meninggalkan praktik yang tidak lagi didukung secara ilmiah, dan mengarahkan diri selalu pada
pencapaian kualitas pelayanan, berorientasi pada tugas dan pelanggan, turut serta ambil bagian
dalam peningkatan kualitas pelayanan kebidanan, mau memberi dan menerima saran/kritik dari
teman sejawat dan organisasi profesi untuk memperbaiki diri, menyadari batas-batas wewenang
dan tanggung jawabnya sebagai bidan, diharapkan angka kematian ibu dan anak dapat diturunkan.
Bidan juga harus terus melibatkan dirinya dalam perbaikan mutu pelayanan sehingga bidan selalu
berada dalam lingkaran mutu dan memberi pengaruh bagi perbaikan kualitas pelayanan kebidanan
masa depan
Upaya pembangunan keluarga sejahtera dan pemberdayaan bidan tidak bisa dipisahkan.
Bidan adalah ujung tombak pembangunan keluarga sejahtera dari sudut kesehatan dan
pemberdayaan lainnya. Bidan menempati posisi yang strategis karena biasanya di tingkat desa
merupakan kelompok profesional yang jarang ada tandingannya. Masyarakat dan keluarga
Indonesia di desa, dalam keadaan hampir tidak siap tempur, menghadapi ledakan generasi muda
yang sangat dahsyat. Bidan dapat mengambil peran yang sangat penting dalam membantu keluarga
Indonesia mengantar anak-anak dan remaja tumbuh kembang untuk berjuang membangun diri dan
nusa bangsanya.
Kesempatan hamil dan melahirkan bertambah jarang, pengalaman keluarga merawat ibu
hamil, ibu melahirkan, dan anak balita, atau anak usia tiga tahun, dalam suatu keluarga, juga
bertambah jarang. Kalau terjadi peristiwa kehamilan atau kelahiran dalam suatu keluarga, hampir
pasti kemampuan dan mutu anggota keluarga merawat anggotanya yang sedang hamil atau
melahirkan juga menjadi kurang cekatan dan mutunya rendah. Padahal keluarga masa kini, yang
bertambah modern dan urban, menuntut kualitas pelayanan yang bermutu tinggi.
Keluarga masa kini juga menuntut hidup tetap sehat dalam waktu yang sangat lama karena
usia harapan hidup yang bertambah tinggi. Karena itu, sebagai ujung tombak dalam bidang
kesehatan, bidan dituntut untuk berperan sebagai ahli detektor awal untuk apabila menemukan
suatu kondisi kesehatan yang mencurigakan dari anggota suatu keluarga, segera memberi
pertolongan dini, atau memberi petunjuk untuk rujukan.
Kalau seorang bidan tidak mampu memberikan petunjuk kepada suatu keluarga, karena
penyakit yang diderita seorang anggotanya berada diluar wewenangnya, seorang bidan segera bisa
mengirim anggota keluarga yang bersangkutan ke tingkat referal yang lebih tinggi. Dengan
demikian, para bidan, dalam jaman yang modern sekarang ini, memiliki peran luar biasa untuk
memelihara kesehatan keluarga di tingkat pedesaan dan rumah tangga. Para bidan bisa menjadi
detector dan sekaligus advokator yang ampuh.
Alasannya sederhana. Perubahan sosial budaya dan cirri kependudukan tersebut di atas
mengundang perubahan peran tenaga-tenaga pembangunan, seperti bidan, yang lebih tinggi dalam
mengantar anak-anak muda dan remaja membangun keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Kalau di masa lalu para bidan mempunyai peran yang relatif terbatas dalam melayani proses
reproduksi seseorang yang kondisinya kurang baik, dan berbahaya, di masa depan proses
reproduksi generasi muda dan pasangan muda lebih jarang terjadi.
Tetapi tidak kalah berbahayanya dan bahkan mungkin saja terjadi jauh sebelum seseorang
sesungguhnya siap dengan proses reproduksinya. Remaja tersebut perlu mendapat dukungan
dengan tuntutan kualitas yang sangat tinggi, sehingga peran bidan juga menjadi lebih sukar dan
perlu dukungan semua pihak dengan baik. Karena tuntutan yang demikian tinggi, bidan tidak bisa
santai menanggapinya. Anak muda dan remaja masa depan menuntut kualitas prima karena
penentuan pilihan pelayanan yang dikehendakinya tidak lagi pada unsur pelayanan, yaitu para
bidan, tetapi pada anak muda, remaja dan pasangan muda masing-masing.
Tuntutan atas peningkatan kualitas pelayanan itu mencuat pada akhir abad yang lalu karena
keluarga dan penduduk merasa bahwa kompetisi masa depan hanya bisa dimenangkan bukan
melalui “krubutan” dengan pasukan orang banyak, tetapi melalui pelayanan yang bermutu.
Keluarga dan penduduk masa depan menghendaki pelayanan dengan standard internasional yang
bermutu, tahan banting dan karena usia harapan hidup yang panjang, tuntutan atas pelayanan
bermutu itu akan berlangsung untuk masa yang sangat lama.
Ada delapan target dan sasaran yang harus dicapai secara terpadu. Indonesia yang ikut
menanda tangani deklarasi PBB pada akhir tahun 2000 itu ikut bertanggung jawab terhadap
pencapaian target-target tersebut. Untuk mencapai sasaran dan target-target tersebut Indonesia
harus menempatkan pembangunan dan pemberdayaan seperti bidan, tenaga kesehatan, tenaga
pendidikan dan tenaga pemberdayaan masyarakat pada posisi sangat penting di lapangan, di
pedesaan.
Peranan tenaga-tenaga pembangunan tersebut sangat tinggi dan mutlak. Peranan bidan
misalnya, sekaligus merupakan sumbangan yang sangat tinggi untuk meningkatkan mutu sumber
daya manusia, yaitu dalam rangka hidup sehat dan sejahtera. Lebih-lebih lagi nampak sekali bahwa
peranan bidan sangat penting dalam memberi dorongan agar keluarga yang isterinya sedang hamil
mendapat perhatian dalam bidang kesehatan pada umumnya dan kemampuan mengembangkan
ekonomi keluarga. Tujuannya adalah agar setiap keluarga mempunyai kemampuan memelihara
kesehatannya, terutama kesehatan isterinya.
Apabila kemampuan keluarga memadai, dan isteri atau ibu dalam rumah tangga sedang
hamil, akan mendapat masukan makanan dengan gizi yang cukup. Dengan gizi yang baik janin
yang dikandungnya akan tumbuh menjadi bayi yang sehat. Di kemudian hari, apabila janin sudah
dilahirkan berupa bayi, maka bayi tersebut akan tumbuh menjadi anak yang sehat. Kalau mendapat
dukungan keluarga yang sejahtera, maka anak itu akan tumbuh kembang dengan baik. Selanjutnya
keluarga yang lebih mampu secara ekonomis dapat mengirim anaknya ke sekolah dan akhirnya
menjadi putra bangsa yang dapat dibanggakan.
Karena itu dalam kehidupan keluarga yang sederhana, bersama dengan kekuatan
pembangunan lainnya di pedesaan, para bidan dapat mempengaruhi masyarakat dan pemimpin
sekelilingnya untuk memberi perhatian kepada keluarga kurang mampu dengan dukungan
pemberdayaan ekonomi.
Tujuannya adalah agar apabila isterinya mengandung dan melahirkan, keadaan rumah
tangganya lebih baik. Peranan sebagai ujung tombak dalam bidang kesehatan, sosial dan ekonomi
rumah tangga tersebut menjadi sangat penting dalam peningkatan mutu sumber daya manusia yang
sejak awal tahun 1990 menjadi acuan PBB, khususnya United Nations Development Programme
(UNDP).
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah

sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan

yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang

diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan

professional, ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik,

maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani pelayanannya

kepada pasien.

2. Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk pedoman/acuan


yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan,
dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan) meliputi unsur-
unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan &
pelayanan kesehatan).
3.2. Saran

Setelah membaca makalah refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan ini, diharapkan

pembaca mendapatkan pengetahuan tambahan dan dapat memahami isi materi makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

ASEAN, 1994. Menurunkan Angka Kematian Ibu. http://gash5.wordpress.com


Kartika, Sofia, 1994. Buku Saku Bidan Desa. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kartika, Sofia, 2004. Kerjasama Dukun dan Bidan Desa untuk Menekan AKI dan AKB.
http://www.jurnal perempuan.com
Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Meliono, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Nurmawati. 2011. Mutu Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.
Puji Wahyuni, Heni. 2009. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Anda mungkin juga menyukai