Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Malaria menjadi masalah kesehatan di banyak negara di seluruh dunia. Indonesia


merupakan salah satu daerah endemis malaria, walaupun telah dilakukan program
pelaksanaan dan pemberantasan penyakit malaria sejak tahun 1959, namun hingga saat
ini angka kesakitan dan kematian di Indonesia masih cukup tinggi (Zein, 2005).
Penyakit malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia,
Amerika (bagian selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan Caribia (Harijanto, 2009).
Di Indonesia penyakit malaria ditemukan tersebar diseluruh kepulauan Indonesia,
terutama di kawasan timur Indonesia (Sutanto et al, 2009). Di kawasan timur mulai dari
Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai ke Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua serta
dari Lombok sampai NTB merupakan daerah endemis malaria Plasmodium falciparum
dan Plasmodium vivax. Beberapa daerah di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi
dan Batam kasus malaria cenderung meningkat (Harijanto, 2009).
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dengan genus
Plasmodium. Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk jenis tertentu yaitu
nyamuk dari jenis Anopheles. Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan
oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual di dalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil,
anemia dan splenomegali (Harijanto, 2009). Gejala umumnya muncul 10 hingga 15 hari
setelah tergigit nyamuk Anopheles berupa demam ringan yang hilang-timbul, sakit
kepala, sakit otot dan menggigil bersamaan dengan perasaan tidak enak badan
(malaise). Parasit malaria ditemukan pada sel darah merah penderita yang terinfeksi
sehingga malaria dapat ditularkan melalui transfusi darah, penggunaan jarum suntik
bersama, ibu hamil kepada janinnya dan transplantasi organ (WHO, 2016)
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi
malaria di Indonesia pada tahun 2013 adalah 6,0%. Terdapat 5 provinsi yang mempunyai
insidensi dan prevalensi tertinggi yaitu Papua, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat,
Sulawesi Tengah dan Maluku. Beberapa provinsi di wilayah Kalimantan, Sulawesi,
Sumatera merupakan provinsi dengan kategori sedang sementara provinsi di Jawa dan
Bali masuk dalam kategori rendah (Riskesdas, 2013). Di wilayah tropis seperti Indonesia,
malaria merupakan penyakit yang cukup banyak diderita. Penyakit ini pada umumnya
menyerang penduduk yang tinggal di pedesaan yang merupakan sebagian besar
penduduk Indonesia. Pada daerah hiperendemis atau imunitas tinggi apabila dilakukan
pemeriksaan hapus darah sering dijumpai hasil positif tanpa gejala klinis pada
penduduknya (Doolanet al., 2009).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan)
nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
endemisitas tinggi. Parasit plasmodium hidup dan berkembang biak dalam sel darah
merah manusia dan penyakit ini secara alami di tularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina, penyakit malaria dapat menyerang semua kelompok umur dan semua
jenis kelamin (Depkes, 2003).
Di seluruh dunia terdapat sekitar 2.000 spesies Anopheles, 60 spesies diantaranya
di ketahui sebagai penular malaria. Di Indonesia ada sekitar 80 jenis Anopheles, 24
spesies di antaranya telah terbukti penular malaria. Sifat masing-masing spesies
berbeda-beda tergantung banyak faktor, seperti penyebaran geografis, iklim dan tempat
perindukannya.
Nyamuk Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisa hidup
di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang di temukan pada daerah dengan
ketinggian lebih dari 2.000 - 2.500 meter. Tempat perindukannya bervariasi tergantung
spesies, dan dapat di bagi menjadi 3 kawasan, yaitu pantai, pedalaman dan kaki gunung
(Depkes, 2008).

B. Etiologi

Ada 4 jenis plasmodium penyebab Malaria pada manusia yaitu:


1. Plasmodium Vivax menyebabkan Malaria Vivax / Tertian
2. Plasmodium Falciparum menyebabkan Malaria Falciparum / Tropika
3. Plasmodium Malariae menyebabkan Malariae / Quartana dan
4. Plasmodium Ovale menyebabkan Malaria Ovale
Ciri utama genus plasmodium adalah adanya dua siklus hidup yaitu siklus seksual
dan siklus aseksual.

2
Gambar 1. Siklus Hidup Plasmodium (CDC, 2018)

a. Siklus Seksual
Siklus ini di mulai saat nyamuk Anopheles betina menghisap darah manusia yang
mengandung parasit malaria, parasit berbentuk seksual kemudian masuk kedalam perut
nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi mikrogametosit dan
makrogametosit, yang kemudian terjadi pembuahan membentuk zygot (ookinet).
Selanjutnya, ookinet menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Jika
ookista pecah, ribuan sporozoit di lepaskan dan berimigrasi mencapai kelenjar air liur
nyamuk. Pada saat itu sporozoit siap menginfeksi ketika nyamuk mengigit manusia
(Depkes, 2008)
b. Siklus Aseksual
Siklus ini di mulai saat nyamuk Anopheles menghisap darah manusia,maka
sertamerta nyamuk mengeluarkan sporozoit yang berada pada kelenjar ludah ke dalam
tubuh manusia, sekitar 30 menit sporozoit masuk ke sel hati dan menjadi tropozoit hati,
kemudian berkembang menjadi skizon hati yang mengandung 10.000-30.000 merozoit,
hal ini di sebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung kurang lebih dua minggu
(Santjaka, 2013).

3
Penyakit malaria dapat ditularkan dengan dua cara, yaitu cara alamiah, contohnya
melaluiu gigitan nyamuk dan non alamiah, misalnya tranfusi darah maupun malaria dari
ibu ke bayinya. Sedangkan menurut Garcia dan Bruckner (1996) terdapat beberapa
penyebab yang mengakibatkan terjadinya infeksi Plasmodium.
1. Gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.
2. Transfusi darah dari donor penderita.
3. Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi.
4. Infeksi impor.
5. Infeksi kongenital.

C. Gejala dan Patofiologi

Gambaran khas dari penyakit malaria ialah adanya demam yang priodik,
pembesaran limpa (spletomegali), dan anemia (turunnya kadar haemoglobin dalam
darah).
1. Demam
Sebelum timbulnya demam biasa penderita malaria akan mengeluh lesu, sakit
kepala, nyeri tulang dan otot, kurang nafsu makan, rasa tidak enak di bagian perut, diare
ringan, dan kadang-kadang meraasa dingin di punggung. Umumnya keluhan ini muncul
pada penderita dengan malaria jenis P.vivax dan P.ovale, sedangkan pada malaria
karena P.falciparum dan P.malariae, keluhan-keluhan tersebut tidak jelas. Serangan
demam yang khas pada malaria terdiri dari tiga stadium yaitu:
a. Stadium Mengigil
Di mulai dengan perasaan kedinginan hingga menggigil. Pada saat menggigil seluruh
tubuh bergetar, denyut nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangan biru, serta kulit
pucat. Pada anak-anak seing di sertai kejang-kejang. Stadium ini berlangsung 15 menit
- 1 jam dan dengan meningkatnya suhu badan.
b. Stadium Puncak Demam
Penderita berubah menjadi panas tinggi. Wajah memerah, kulit kering dan terasa
panas seperti terbakar, frekuensi napas meningkat, nadi penuh dan berdenyut keras,
sakit kepala semakin hebat, muntah-muntah, kesadaran menurun, sampai timbul kejang
(pada anak-anak). Suhu badan bisa mencapai 41oC. Stadium ini berlangsung selama 2
jam atau lebih di ikuti dengan keadaan berkeringat.

4
c. Stadium Berkeringat
Seluruh tubuh berkeringat banyak, sehingga timpat tidur basah. Suhu badan turun
dengan cepat, penderita merasa sangat lelah, dan sering tertidur. Setelah bangun tidur
penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan tugas seperti biasa. Padahal,
sebenarnya penyakit ini masih bersarang dalam tubuhnya. Stadium ini berlangsung 2-4
jam.

2. Pembesaran Limpa
Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis. Limpa menjadi
bengkak dan terasa nyeri. Pembengkakan tersebut di akibatkan oleh adanya
penyumbatan sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria. Lama-lama
konsistensi limpa menjadi keras karena bertambahnya jaringan ikat. Dengan pengobatan
yang baik, limpa dapat berangsung normal kembali.
3. Anemia
Anemia atau penurunan kadar hemoglobin darah sampai di bawah normal di
sebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria. Selain
itu, anemia timbul akibat gangguan pembentukan sel darah merah di sum-sum tulang.
Gejala anemia berupa bandan lemas, pusing, pucat, penglihatan kabur, jantung
berdebar-debar, dan kurang nafsu makan (Depkes RI,2008).
D. Manifestasi Klinik

Gejala-gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita, jenis
plasmodium malaria, serta jumlah parasit yang menginfeksinya. Waktu terjadinya infeksi
pertama kali sampai timbulnya gejala penyakit disebut masa inkubasi, sedangkan waktu
antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit malaria di dalam darah disebut
periode prapaten. Masa inkubasi maupun periode prapaten ditentukan oleh jenis
plasmodiumnya. periode prapaten dan masa inkubasi plasmodium.

No. Jenis Plasmodium Periode Prapaten Prapaten Masa Inkubasi


1 P. Vivax 12,2 hari 12 – 17 hari
2 P. Falcifarum 11 hari 9 – 14 hari
3 P. Malariae 32,7 hari 18 – 40 hari
4 P. Ovale 12 hari 16 – 28 hari

Tabel 1. Periode Prapaten dan Masa Inkubasi Plasmodium (Depkes, 2008).

5
E. Epidemiologi

Malaria termasuk salah satu penyakit pembunuh terbesar sepanjang sejarah umat
Manusia. Setiap tahun ada satu juta manusia mati di seluruh dunia, 80% adalah anak-
anak. Potensi malaria sangat luar biasa, lebih dari 2,2 milyar manusia tinggal di wilayah
yang beresiko timbulnya malaria yaitu asia pasifik. tersebar di 10 negara di antara lain
India, Cina, Indonesia, Bangladesh, Vietnam, dan Filipinaa. Wilayah ini sama dengan
67% Negara di dunia yang beresiko terkena penyakit malaria (Depkes, 2008).
Di Indonesia, malaria merupakan masalah kesehatan yang penting, oleh karena
penyakit ini endemik di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di luar Jawa dan Bali.
Epidemi malaria seringkali dilaporkan dari berbagai wilayah dengan angka kematian yang
lebih tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun dibanding orang dewasa. Suatu daerah
dikatakan endemis malaria jika secara konstan angka kejadian malaria dapat diketahui
serta penularan secara alami berlangsung sepanjang tahun (Depkes, 2008).

F. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnosis malaria dapat dilakukan beberapa pemeriksaan,


antara lain: (Depkes, 2018).
1. Pemeriksaan Mikroskopis
 Darah
Terdapat dua sediaan untuk pemeriksaan mikroskopis darah, yaitu sediaan darah
hapus tebal dan sediaan darah hapus tipis. Pada pemeriksaan ini bisa melihat jenis
plasmodium dan stadiumstadiumnya. Pemeriksaan ini banyak dan sering dilakukan
karena dapat dilakukan puskesmas, lapangan maupun rumah sakit. Untuk melihat
kepadatan parasit, ada dua metode yang digunakan yaitu semi-kuantitatif dan kuantitatif.
Metode yang biasa digunakan adalah metode semi-kuantitatif dengan rincian sebagai
berikut :
(-) : SDr negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)

Sedangkan untuk metode kuantitatif, pada SDr tebal menghitung jumlah parasit/200
leukosit dan SDr tipis penghitungannya adalah jumlah parasit/1000 eritrosit.
6
 Pulasan Intradermal ( Intradermal Smears )
Penelitian di Cina belum lama ini, memperlihatkan bahwa pulasan dari darah
intradermal lebih banyak mengandung stadium matur/matang dari Plasmodium
falciparum daripada pulasan darah perifer. Penemuan ini bisa menjadi pertimbangan
untuk mendiagnosis malaria berat dengan lebih baik dan akurat. Pulasan ini hasilnya
dapat positif atau dapat juga terlihat pigmen yang mengandung leukosit setelah
dinyatakan negatif pada pulasan darah perifer. Untuk uji kesensitifitasannya, pulasan
intradermal sebanding dengan pulasan darah dari sumsum tulang yang lebih sensitif dari
pulasan darah perifer.

2. Tes Diagnostik Cepat ( Rapid Diagnostic Test )


Metode ini untuk mendeteksi adanya antigen malaria dengan cara
imunokromatografi. Tes ini dapat dengan cepat didapatkan hasilnya, namun lemah dalam
hal spesifitas dan sensitifitas. Tes ini biasanya digunakan pada KLB (Kejadian Luar
Biasa) yang membutuhkan hasil yang cepat di lapangan supaya cepat untuk
ditanggulangi. Selain pemeriksaan-pemeriksaan diatas juga terdapat pemeriksaan
penunjang lainnya. Pada malaria berat/malaria falciparum, terdapat beberapa indikator
laboratorium, antara lain : (Depkes, 2018).

 Biokimia
Hipoglokemia : < 2.2 mmol/L
Hiperlaktasemia : > 5 mmol/L
Asidosis : pH arteri < 7.3
Vena plasma : HCO3 < 15 mmol/L
Serum kreatinin : > 265 µmol/L
Total bilirubin : > 50 µmol/L
Enzim hati : SGOT > 3 diatas normal
SGPT > 3 diatas normal, 5-Nukleotidase ↑
Enzim otot : CPK ↑
Myoglobin ↑
Asam urat : > 600 µmol/L

7
 Hematologi
Leukosit : > 12000 /µL
Koagulopati : platelet < 50000/µL
Fibrinogen < 200 mg/dL
 Parasitologi
Hiperparasitemia : > 100000/µL – peningkatan mortalitas
> 500000/µL – mortalitas tinggi
> 20% parasit yang mengandung tropozoit dan skizon.

G. Tatalaksana Terapi

Berdasarkan atas aktivitasnya, obat anti malaria dapat dibagi menjadi :


 Gametosida : untuk membunuh bentuk seksual plasmodium (misalnya
klorokuin, kuinin dan primakuin).
 Sporontosida : untuk menghambat ookista (misalnya primakuin,
kloroguanid).
 Skozintisida : untuk memberantas bentuk skizon jaringan dan hipnozoit
(misalnya primakuin dan pirimetamin).
 Skizontisida darah : untuk membunuh skizon yang berada di dalam darah
(misalnya klorokuin, kuinin, meflokuin, halofantrin, pirimetamin, sulfadoksin, sulfon
dan tetrasiklin). (Depkes, 2018).

H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadi Infeksi Plasmodium


Selain faktor manusia dan vektor dari malaria, juga terdapat faktor lain, seperti :
 Faktor nutrisi
Apabila seorang penderita malaria juga mengalami malnutrisi, imunitas akan menurun,
sehingga malaria jadi lebih berat.
 Faktor lingkungan
Transmisi dipengaruhi oleh iklim :
a. Paling baik pada suhu 20-30oC.
b. Kelembapan udara yang lebih dari 60% (umur nyamuk > panjang).

8
c. Musim hujan (breeding site >, kelembapan >).
d. Pada keadaan hujan deras malaria berkurang, karena larva dan jumlahnya
berkurang karena terbawa oleh air (Depkes, 2018).

I. Komplikasi Penyakit Malaria


Penyakit malaria dapat mengakibatkan beberapa komplikasi, diantaranya adalah :
(Depkes, 2018).
 Rupture lienalis
 Malaria cerebral
 Anemia hemolitik
 Black water fever
 Algid malaria

J. Pencegahan Malaria

Pencegahan ditujukan untuk orang yang tinggal di daerah endemis maupun yang
ingin pergi ke daerah endemis : (Depkes, 2018). (Depkes, 2018).
1. Pengendalian vektor
 Bisa menggunakan larvasida untuk memberantas jentik-jentik.
 Semprot insektisida untuk membasmi nyamuk dewasa.
 Penggunaan pembunuh serangga yang mengandung DEET (10-35%) atau
picaridin 7%.
2. Proteksi Personal / Personal Protection
Adalah suatu tindakan yang dapat melindungi orang terhadap infeksi, seperti :
 Menghindari gigitan nyamuk pada waktu puncak nyamuk mengisap (petang dan
matahari terbenam).
 Penggunaan jala bed (kelambu) yang direndam insektisida sebelumnya, kawat
nyamuk, penolak serangga.
 Memakai baju yang cocok dan tertutup.
 Penggunaan obat-obat profilaksis jika ingin bepergian ke daerah endemis.
3. Vaksin Malaria
Parasit malaria mempunyai siklus hidup yang komplek, sehingga vaksin berbeda-
beda untuk setiap stadium, seperti

9
 Stadium aseksual eksoeritrositik
Cara kerjanya menghambat terjadinya gejala klinis maupun transmisi penyakit di
daerah endemis. Contohnya, circumsporozoite protein (CSP), Thrombospondin-related
adhesion protein (TRAP), Liver stage antigen (LSA).
 Stadium aseksual eritrositik
Cara kerjanya menghambat terjadinya infeksi parasit terhadap eritrosit,
mengeliminasi parasit dalam eritrosit dan mencegah terjadinya sekuesterasi parasit di
kapiler organ dalam sehingga dapat mencegah terjadinya malaria berat. Contohnya,
merozoite surface protein (MSP), ring infected erythrocyte surface antigen (RESA), apical
membrane antigen-1 (AMA-1).
 Stadium seksual
Cara kerjanya menghambat atau mengurangi transmisi malaria di suatu daerah.
Contohnya, Pfs 28 dan Pfs 25.

K. Prognosis Malaria

Pada serangan primer dengan Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan


Plasmodium malariae akan terjadi penyembuhan sempurna pada pemberian terapi yang
adekuat dan prognosisnya baik. (Depkes, 2018).
Pada Plasmodium falciparum prognosis berhubungan dengan tingginya parasitemia,
jika parasit dalam darah > 100.000/mm3 dan jika hematokrit < 30% maka prognosisnya
buruk. Apabila cepat diobati maka prognosis bisa lebih baik, namun apabila lambat
pengobatan akan menyebabkan angka kematian meningkat. (Depkes, 2018).

10
BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Tanggal Lahir : 1 Desember 1988
Agama : Katholik
Alamat : Sorong
Tanggal masuk : 04 April 2018
No. RM : AL.18.0872

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Demam

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan utama demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengeluhkan lesu, sakit kepala dan pegal - pegal. Pasien mengeluhkan sempat
menggigil sebelumnya dan kemudian berkeringat pada malam hari.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit yang sama sebelumnya : disangkal
Riwayat HT : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat berpergian ke daerah endemis : ini merupakan pertama kalinya pasien
pergi ke Papua

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit yang sama : disangkal

L. Riwayat Makan Minum Anak


1. Usia 0-6 bulan : ASI eksklusif, frekuensi minum ASI tiap kali bayi menangis dan
tampak kehausan, sehari biasanya lebih dari 8 kali dan lama menyusui 10 menit,
bergantian kiri kanan.
2. Usia 6-8 bulan : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil, dengan diselingi
dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang/pepaya sekali sehari satu potong.
3. Usia 8-12 bulan : nasi tim 3 kali sehari satu mangkok kecil dengan sayur hijau/wortel,
lauk ikan/tempe, dengan diselingi dengan ASI jika bayi masih lapar. Buah pepaya/pisang
sehari 2 potong.

11
4. Usia 1 tahun - sekarang : diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan sayur
bervariasi dan lauk ikan, ayam /tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali sehari. ASI digantikan
dengan susu formula. Buah pepaya/pisang jumlah menyesuaikan.
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup

M. Riwayat Keluarga Berencana :


Ibu penderita tidak mengikuti program KB.

N. Genogram

Pasien merupakan anak pertama. Ayah dan ibu menikah satu kali. Riwayat keluarga
dengan riwayat kejang demam (+) pada ayah pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Derajat kesadaran : kompos mentis
Status gizi : kesan gizi baik
Tanda vital
BB : 11 kg
TB : 76 cm
Nadi : 120 x/menit, reguler, isi cukup
Pernafasan : 32x/menit, tipe thorakoabdominal
Suhu : 39,0º C
Kulit : warna sawo matang, kelembaban cukup, kelainan kulit (-)
Kepala : bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut, UUB menutup
Mata :konjungtiva anemis (-/-),sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor (3mm/3mm), reflek
cahaya (+/+)
Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa basah (+), perdarahan jusi (-), lidah beslag (-), gigi
caries (-)
Telinga : Bentuk normal, sekret(-).
Tenggorok : Uvula letak tengah, tonsilT1-T1hiperemis (-), faring hiperemis (+)
Leher : Trakea letak tengah, pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
Thorax : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan = kiri
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

12
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas kiri : linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : linea parasternalis dextra
Batas atas : ICS II-III
Batas jantung kesan tidak membesar
Auskultasi : BJ I-II normal, reguler, bising (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris, pengembangan dada kanan =kiri, retraksi tidak ada
Palpasi : stem fremitus kanan =kiri
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar : ICS V kanan
Batas paru-lambung : ICS VI kiri
Redup relatif di : ICS V kanan
Redup absolut : ICS VI kanan (hepar)
Auskultasi : bronkovesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : datar, kelainan kulit tidak ada
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : tympani
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
turgor kembali cepat.
Urogenital : dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat, oedem tidak ada, sianosis tidak ada, CRT ≤ 2”

Pemeriksaan Neurologis
Motorik : Koordinasi baik, kekuatan
Sensorik : Belum dapat dinilai
Reflek Fisiologis :R. Biseps : (+)
R. Triseps : (+)
R. Patella : (+)
R. Archilles : (+)
Reflek Patologis : R. Babinsky : (-)
R. Chaddock : (-)
R. Oppeinheim : (-)
Meningeal Sign : Kaku kuduk : (-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Kernig sign : (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium darah tanggal 4 april 2017
Indeks Eritrosit Hitung Jenis
MCV : 72,3fL Eosinofil : 1,00%

13
MCH : 26,1pg Basofil : 0,10%
MCHC: 36,1g/dl Netrofil : 63,5%
RDW : 42,9fL Limfosit : 19,2%
MPV : 10,2 fL
PDW : 17,2 fL

Hematologi Rutin
Hb : 11,7 g/dL
Hct : 32,4 %
Leu : 7.500 /mm3
Eri : 4.480.000 /mm3
Trom : 328.000 /mm3

Rapid test malaria : negatif

V. RESUME
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien panas, panas mendadak tinggi. Panas
disertai batuk, batuk tidak berlendir, tidak ada pilek, tidak ada sesak.Kurang lebih 1 jam
sebelum masuk rumah sakit, pasien kejang, kejang terjadi seluruh tubuh. Tangan dan
kaki pasien kaku, mata melirik ke atas. Kejang berlangsung 1 kali selama ± 3 menit.
Setelah kejang berhenti, pasien menangis. Kemudian, oleh keluarga, pasien dibawa ke
RSUD banggai.
Riwayat kejang dalam keluarga ada (ayah pasien). Riwayat imunisasi dasar lengkap.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan baik. Riwayat prenatal baik. Riwayat kelahiran,
lahir spontan dengan usia kehamilan 38 minggu, riwayat postnatal baik.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umumsedang, komposmentis dan gizi kesan
baik. Pemeriksaan tenggorok didapat faring hiperemis. Tanda vital N = 120x/menit, RR =
32x/menit, Sb = 39,0oC, pemeriksaan neurologi dalam batas normal. Pemeriksaan
laboratorium tanggal 10 Oktober 2012 didapatkan, Hb =11,7 g/dL, Hct =32,4 %, Leukosit
= 7.500 /mm3, Eritrosit =4.480.000 /mm3, Trombosit =328.000 /mm3.

VI. DAFTAR MASALAH


1. Demam
2. Kejang (1 kali, kejang ± 3 menit, setelah kejang, pasien menangis)
3. Faring hiperemis

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Kejang Demam Sederhana
dd : Infeksi Intrakranial
Gangguan Elektrolit
2. Faringitis Akut

14
VIII. DIAGNOSIS KERJA
1.) Kejang Demam Sederhana
2.) Faringitis Akut

IX. PENATALAKSANAAN
Terapi
1. O2 via nasal canul = 2 lpm
2. IVFD RL 14-15 tpm (mikrodrips)
Koreksi suhu badan → 38˚C = 15-16 tpm
→ 39˚C = 17-18 tpm
→ 40˚C = 19-20 tpm
3. Paracetamol drips 110 mg/ 4 Jam
4. Diazepam supp 10 mg (jika kejang)

Monitoring
1. KU dan VS per 4 jam
2. Awasi timbulnya kejang

Edukasi
Kompres hangat jika panas dan menerangkan kondisi pasien terhadap orang tua pasien

X. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam : dubia

15
PEMBAHASAN

Diagnosis kejang demam sederhana pada kasus ini didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang. Pada anamnesis di temukan adanya kejang pada
pasien ini. Kejang terjadi pertama kali, tidak berulang kurang dari 24 jam, lama kejang ±
3 menit, setelah kejang pasien menangis. Pada pasien ini juga didapati adanya panas
yang mendadak tinggi. Sebelumnya pasien juga batuk kering.Serangan kejang pada
kejang demam biasanya berkaitan dengan peningkatan suhu pusat (core temperature)
yang tinggi (39°C atau lebih) dan cepat.1 Umumnya serangan kejang terjadi dalam 24
jam pertama timbulnya demam.3 Kejang demam sederhana berlangsung singkat (kurang
dari 15 menit) dengan sifat bangkitan kejang berbentuk umum.3 Umumnya kejang tidak
berulang dalam 24 jam.3Pada anamnesis riwayat penyakit keluarga didapatkan ayah
pasien mempunyai riwayat kejang demam. Faktor resiko genetik telah lama diketahui
berkontribusi terhadap kejang demam. Kejang demam cenderung terjadi dalam keluarga,
dengan resiko terbesar pada keluarga tingkat pertama (orang tua dan saudara kandung).
Namun, pola turunan dari kejang demam tidak diketahui. Sebagian besar penelitian

16
mendukung pola pewarisan poligenik atau multifaktorial. Jarang ditemukan pola
pewarisan monogenik pada kejang demam.4
Pada saat kejang, tangan dan kaki pasien kaku, mata melirik ke atas. Bangkitan kejang
demam sederhana dapat berupa postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh),
gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama), ataupun kejang
fokal.3 Saat kejanganak tidak sadar.3 Selain itu, mata dapat berputar-putar (sehingga
hanya sklera yang terlihat), mulut berbusa, lidah atau pipinya dapat tergigit, gigi atau
rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar
kesadarannya), gangguan pernafasan, apneaatau henti nafas, dan kulitnya menjadi
kebiruan.3 Pada fase setelah kejang (fase post-iktal), anak sadar kembali, namun
biasanya tampak kelelahan atau tertidur. Hal ini dapat terjadi hingga 15 menit atau lebih.7
Pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39,0oC per axiler dan faring hiperemis.Infeksi
merupakan penyebab tersering dari kejang demam.8 Peranan infeksi pada sebagian
besar kejang demam tidak spesifik, serangan kejang terutama didasarkan atas reaksi
demam yang terjadi.3,9Bangkitan kejang yang terjadi pada bayi dan anak kebanyakan
bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh
infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya faringitis, tonsilitis, otitis media akut,
bronkitis, furunkulosis dan lain-lain.1Pada anak dengan kejang demam penting untuk
dilakukan pemeriksaan neurologis, pemeriksaan laboratorium elekrolit darah dan kadar
gula darah. Pemeriksaan neurologi yang dapat dilakukan antara lain: tanda rangsang
meningeal: kaku kuduk, kernig, laseque, brudzinsky I dan brudzinsky II; Pemeriksaan
nervus kranialis I-XII; Tanda peningkatan tekanan intrakranial: ubun-ubun membonjol,
papilledema; Pemeriksaan motorik: massa, tonus, kekuatan, dan refleks (fisiologis dan
patologis); Pemeriksaan sensorik: sensibilitias eksteroseptif, propioseptif, dan
diskriminatif; Pemeriksaan autonom. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menyingkirkan
penyebab infeksi intrakranial, electrolit imbalanceserta hipoglikemia yang juga dapat
menyebabkan kejang pada anak.7Pada pasien ini tidak didapatkan reflek patologis
maupun meningeal sign. Pemeriksaan penunjang laboratorium elektrolit darah dan GDS
dalam batas normal.
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu diberikan cairan parenteral ringer laktat 14-15
tetes per menit mikrodrips dan juga dilakukan koreksi suhu badan. Parasetamol drips 110
mg intravena yang diberikan setiap 4 jam untuk menurunkan panas. Kemudian
disediakan juga diazepam suppositoria 10 mg diberikan jika terjadi kejang.Biasanya
kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah
berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam
intravena adalah 0.3-0.5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/ menit atau
dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.5,6,17
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam
rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0.5-0.75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk
anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan berat badan
lebih dari 10 kg. Diazepam rektal juga dapat diberikan dengan dosis 5 mg untuk anak
dibawah usia 3 tahun atau dosis 7.5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. 5,6,17

17
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan
cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.Bila setelah 2 kali pemeberian
diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat
diberikan diazepam intravena dengan dosis 0.3-0.5 mg/kg.5,6,17
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal
10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila
kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis
awal.Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang
intensif.Bila kejang telah berhenti, pemeberian obat selanjutnya tergantung dari jenis
kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.
5,6,17
Edukasi yang diberikan kepada keluarga mengenai penyakit ini adalah bahwa kejang
dapat timbul kembali jika pasien panas. Oleh karena itu, keluarga pasien harus sedia
obat penurun panas, termometer, dan kompres hangat jika pasien panas.

18

Anda mungkin juga menyukai