PENDAHULUAN
Gangguan sirkulasi yang paling dijumpai di Unit Gawat Darurat adalah shock,
aritmia jantung, dan henti jantung. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat ditegakkan
dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis, pasien tampak pucat,
perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat serta memanjangnnya waktu
pengisian kapiler (capillary refill time > 2 detik). Syok merupakan salah satu penyebab
utama meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas di Instalasi gawat darurat (IGD)
maupun Intensive Care Unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% Jutaan
penderita tersebar diseluruh dunia dan rata-rata sebanyak 1.400 klien meninggal setiap
hari. Diperkirakan 6-20 juta kematian bayi dan anak – anak setiap tahun di seluruh dunia
atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan vaskuler sistemik
terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat
kecilnya curah jantung (George et al., 2009; Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012;
Schwarz et al., 2014). Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi
oksigen dan nutrisi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga
menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya
kematian penderita.
tindakan yang penting untuk menyelamatkan jiwa penderita. Syok bukanlah merupakan
suatu diagnosis. Syok merupakan suatu sindrom klinis kompleks yang mencakup
1
jaringan tidak terpenuhi, sel-sel akan kekurangan oksigen dan substrat, produksi energi
secara aerobik tidak bisa dipertahakan, akibatnya sel harus memasuki jalur metabolisme
Tanpa adanya energi yang cukup, fungsi sel normal tidak dapat dipertahankan,
dan permeabilitas membran sel meningkat. Aktivitas mitokondria menjadi turun dan
membran lisosom menjadi rusak, sel akan rusak dan selanjutnya terjadi kematian sel.
Kematian seluler akan meluas di seluruh tubuh sehingga terjadi nekrosis jaringan yang
memengaruhi fungsi organ. Akhirnya terjadi kerusakan di semua sistem organ dan
kematian pada pasien syok. (Barkman dan Pooler, 2009; Guyton dan Hall, 2010;
Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat sebab penderita
berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat
darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan
waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap. Oleh
syok.
2
1.2 Tujuan
dengan syok.
kegawatdaruratan syok.
Ruang lingkup dalam makalah ini adalah konsep dasar syok dan Asuhan
Dengan makalah ini diharapkan agar para pembaca bisa memahami konsep
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
adekuat organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan
(BPPPKMN, 2010). Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah
kedalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
Syok adalah sindroma yang ditandai dengan keadaan umum yang lemah, pucat,
kulit yang dingin dan basah, denyut nadi meningkat, vena perifer yang tak tampak,
tekanan darah menurun, produksi urine menurun dan kesadaran menurun. Tekanan
darah sistolik lazimnya kurang dari 90 mmHg atau menurun dari 50 mmHg dibawah
tekanan darah semula. Masalah utama adalah penurunan perfusi (aliran darah) yang
bahwa mekanisme hemodinamik dan transport oksigen lumpuh. Jaringan menjadi rusak
karena tidak mendapat oksigen yang cukup untuk metabolism aerobic. Jika sel
melakukan metabolism aerobic maka akan dihasilkan asam laktat yang merugikan.
menyebabkan syok kardiogenik sekunder. Pada tahap lanjut, terjadi gagal fungsi ginjal,
hati, paru, otak dan jantung. Angka kematian meningkat seiring dengan jumlah organ
yang mengalami gagal fungsi (MOF – Multiple Organ Failure). Kematian pada gagal 2
4
2.2 Macam-macam Syok
Dalam kepustakaan dikenal beberapa jenis kualifikasi syok, antara lain: syok
1) Syok Hipovolemik
cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat
perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah
1. Penyebab
peritonitis)
2. Diagnosa
b. Tachikardia
3. Tindakan
Pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan berikan infus cairan
hilang.
5
Syok Hipovolemik (Dehidrasi, Muntah, Diare, Peritonitis)
BB Asetat
BB - Oliguria Asetat
- Status mental
Kehilangan cairan cepat, kecil, sulit diraba yang hilang dengan cairan
- Anuria Asetat
- Selaput lendir
pecah-pecah
- Kesadaran
menurun
6
2) Syok Hemoragik
Makin banyak perdarahan, makin berat kerusakan yang terjadi, maka makin
Makin berat syok yang terjadi dan makin lama syok berlangsung, makin besar
risiko mati. Satu jam pertama masa syok sering disebut “The Golden Hour”.
Dalam periode ini time Saving Is Life Saving. Pertolongan harus cepat diberikan,
kematian sel jaringan. Jika sel mati mencapai jumlah kritis (Critical Mass Of
1. Perdarahan Menyebabkan :
1) Nadi meningkat
2. Prinsip Penanganan:
7
perdarahan dengan syok kelas III-IV diberikan infus kristaloid sebaiknya
disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan dan dapat diberikan
Kelas II : - Takikardia
30 cc/jam)
8
produksi urine (5-15
cc/jam)
>40% (>140x/menit)
- Perfusi pucat,
dingin, basah
- Perubahan
mental
3) Syok Anafilaktik
1. Definisi
2. Penyebab
Syock anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang sebelumnya
sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami reaksi
3. Diagnosa
Tanda – tanda syok (penurunan perfusi perifer dan penurunan tekanan darah
yang tiba - tiba) dengan riwayat adanya alergi (makanan atau hal – hal lain) atau
9
4. Tindakan
sesuai dengan gejala klinis yang tampak (0.25 mg, 0.5 mg atau 1 mg = 1
4) Syok Septik
1. Definisi
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributif dan disebabkan oleh
infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan
secara menyeluruh.
2. Penyebab
kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok. Peningkatan
perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40% pasien sepsis disebabkan
10
oleh mikroorganisme gram-positive dan 60% disebabkan mikroorganisme gram-
negative. Pada orang dewasa infeksi saluran kencing merupakan sumber utama
terjadinya infeksi. Di rumah sakit kemungkinan sumber infeksi adalah luka dan
kateter atau kateter intravena. Organisme yang paling sering menyebabkan sepsis
a. Demam
b. Berkeringat
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
4. Diagnosis
5. Tindakan
Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 – 100 mmHg (Mean Arterial Pressure 60
mmHg)
a. Tindakan awal
(pembedahan)
b. Tindakan lanjut
11
5) Syock Kardiogenik
1. Definisi
yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat, seperti pada infark
hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan.
2. Penyebab
Penyebab syok kardiogenik Dapat terjadi pada keadaan – keadaan antara lain:
lain pembagian jenis syok, ada yang membagi bahwa syock kardiogenik hanya
untuk gangguan yang disebabkan karena gangguan pada fungsi myocard. Missal
3. Diagnose
4. Tindakan
12
d. Pemasangan jarum torakostomi pada Tension Pneumothoraks di ICS II-
(dekompresi).
`Syok merupakan keadaan kekurangan suplai oksigen dan nutrisi Keadaan ini
berhubungan dengan Asidosis Lactate Acid, dimana kadar lactat tubuh merupakan
darah perifer menyebabkan perfusi jaringan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sel
adanya syok itu sendiri melalui gejala syok atau tanda-tanda klinis terjadinya syok,
Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok dengan segera. Diagnosa dibuat
berdasarkan pemahaman klinik tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Diagnosis awal di dasarkan pada adanya gangguan perfusi organ dan oksigenasi
jaringan.
Langkah kedua adalah menentukan sebab dari syok. Pada penderita trauma,
semua jenis syok mungkin ditemukan. Kebanyakan penderita dalam hemoragik syok,
namun kardiogenik syok atau syok karena tension pneumotoraks harus dipertimbangkan
pada perlukaan diatas diafragma. Syok neurogenic dapat diakibatkan perlukaan luas
pada SSP atau medulla spinalis. Pada umumnya trauma kapitis tidak menyebabkan syok.
Penderita dengan trauma medulla spinalis pada keadaan awal dapat dalam keadaan syok
baik karena vasodilatasi (neurogenic) maupun karena hemoragik. Syok septik jarang
ditemukan, namun harus dipertimbangkan pada penderita yang datang pada keadaan
lebih lanjut. Dengan demikian langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan
penilaian terhadap penderita sehingga dengan cepat syok dapat diketahui. Terapi syok
13
dimulai sambil mencari sebab syok. Respon terhadap terapi awal, digabung dengan
penyebab syok. Perdarahan adalah sebab tersering dari syok pada penderita trauma.
Setiap keadaan syok pada penderita trauma memerlukan konsultasi bedah. Syok lanjut
yang ditandai oleh perfusi yang kurang ke kulit, ginjal dan SSP yang dengan mudah di
kenal.
menjaga tekanan darah sampai penderita kehilangan 30% volume darah. Perhatian harus
di arahkan pada nadi, laju pernafasan, sirkulasi kulit, dan tekanan nadi (perbedaan antara
tekanan sistolik dan diastolic). Gejala paling dini adalah tachikardia dan vaso-kontriksi
perifer. Dengan demikian setiap penderita trauma yang dalam keadaan tachikardia dan
kehilangan darah ataupun diagnosis syok. Kadar hematokirt yang rendah menunjukkan
kehilangan darah dalam jumlah cukup besar (anemia yang sebelum trauma sudah ada),
sedangkan hematocrit normal dapat saja terjadi walaupun sudah ada kehilangan darah
14
LANGKAH- LANGKAH PERTAMA MENANGANI SYOK
1. Posisi Tubuh
a. Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka. Secara umum posisi
organ-organ vital.
b. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita jangan
terjadinya luka yang lebih parah atau untuk memberikan pertolongan pertama
c. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau penderita
tidak sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh (berbaring miring)
untuk memudahkan cairan keluar dari rongga mulut dan untuk menghindari
sumbatan jalan nafas oleh muntah atau darah. Penanganan yang sangat penting
terjadinya asfiksia.
d. Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar atau kepala
agak ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih rendah dari bagian tubuh
lainnya.
e. Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya penderita dibaringkan
15
f. Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita telentang
dengan kaki ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar
dan tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar
2. Pertahankan Respirasi
a. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau muntah.
b. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas
(Gudel/oropharingeal airway).
3. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi, tekanan darah,
Penatalaksanaan syok anafilaktik menurut Haupt MT and Carlson RW (1989, hal 993-
1002) adalah
Kalau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat kimia, baik
a. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari
kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha memperbaiki
• Airway (membuka jalan napas). Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak
16
ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala
dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas,
buka mulut.
• Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada
obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen. Penderita dengan
sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih aktif,
• Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.
Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan hidup dasar yang
Thijs L G. (1996 ; 1 – 4)
atau 0.01 mk/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular. Pemberian ini dapat
b. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi
respons, dapat ditambahkan aminofilin 5–6 mg/kgBB intravena dosis awal yang
17
lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang membandel.
d. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena untuk
meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat.
Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan
memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3–4 kali dari perkiraan
Biasanya, pada syok anafilaktik berat diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20– 40%
dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan
jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume plasma. Tetapi, perlu dipikirkan
juga bahwa larutan koloid plasma protein atau dextran juga bisa melepaskan histamin.
a. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik
penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam
b. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan, tetapi harus
telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2–3 kali suntikan, harus dirawat di
18
2. Penatalaksanaan Syok Hipovolemik
b. Pemberian Cairan
muntah, atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
b. Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau dibius dan
c. Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada indikasi
kontra. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau
muntah.
volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna
e. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan
jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama
dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar.
Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa
air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian volume intra
jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah diketahui
19
f. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan
yang berlebihan.
h. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat, mengingat
pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ majemuk (Multiple Organ
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif seperti
fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitan sfingter
prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar darah yang berkumpul ditempat
a. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi
Trendelenburg).
menggunakan masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi yang
terjadi distres respirasi yang berulang. Ventilator mekanik jug dapat menolong
otot respirasi.
20
c. Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi
cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya
diberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang
cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk menilai
d. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat
vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan
takikardi.
21
2.4 Evaluasi
A. Umum
untuk diagnosis syok, dapat juga digunakan untuk menentukan respon penderita.
Pulihnya tekanan darah ke normal, tekanan nadi dan denyut nadi merupakan tanda
positif yang menandakan bahwa perfusi swdang kembali ke normal. Walaupun begitu,
pengamatan tersebut tidak memberi informasi tentang perfusi organ. Perbaikan pada
status sitem saraf dan peredaran kulit adalah bukti penting mengenai peningkatan
Jumlah produksi urin merupakan indikator yang cukup senditif untuk perfusi
ginjal. Produksi urin yang normal pada umumnya menandakan aliran darah ginjal yang
cukup, bila tidak dimodifikasi oleh pemberian obat diuretik. Sebab itu, keluaran urin
merupakan salah satu dari dari pemantauan utama resusitasi dan respon penderita.
Perubahan pada tekanan vena sentral dapat memberikan informasi yanng berguna. Bila
diperlukan indeks tekanan pengisian jantung, maka pengukuran tekanan vena sentral
B. Produksi Urin
Dalam batas tertentu, produksi urin dapat digunakan sebagai pemantau aliran
darah ginjal. Penggatian volume yang memadai seharusnya menghasilkan keluaran urin
sekitar 0,5 ml/kg/jam orang dewasa, 1 ml/kg/jam pada anak-anak dan 2 ml/kg/jam.
22
C. Keseimbagan Asam Basa
dalam tahap syok dini dan tidak perlu diterapi. Asidosis metabolik yang berat dapat
terjadi pada syok yang sudah lama, atau akibat syok berat. Asidosis metabolik terjadi
karena metabolisme anaerobik akibat perfusi jaringan yang kurang dan produksi asam
laktat. Asiodosis yang persisten biasanya akibat resutasi yang tidak adekuat atau
kehilangan darah terus menerus dan pada penderita syok normthermik harus diobati
perdarahan. Defisit basa yang diperoleh dari analisa gas darah arteri dapat beruna dalam
memperkirakan beratnya defisit perfusi yang akut. Jangan gunakan sodium bikarbonat
secara rutin untuk mengabati asidosis metabolik sekunder pada syok hipovolemik.
23
BAB III
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
b. Breathing
dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara
napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang cukup
besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka eksternal biasanya dapat
dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah luka, seperti di kepala,
leher dan ekstremitas. Perdarahan internal dalam rongga toraks dan abdomen
pada fase pra RS biasanya tidak banyak yang dapat dilakukan. PSAG (gurita)
dapat dipakai mengontrol perdaran pelvis dan ekstermitas inferior, tetapi alat ini
24
d. Disability – Pemeriksaan Neurologis
kesadaran, pergerakkan bola mata dan reaksi pupil, fungsi motorik dan
2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga riwayat sakit
kejadiannya
b. Keluhan utama
Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas, mengeluh muntah dan mual,
kejang-kejang.
Apakah kelarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama seperti klien
sebelumnya.
25
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit: suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat sementara,
(kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok kardiogenik dan syok
hemoragi terminal)dan Basah pada fase lanjut syok (sering kering pada
syok septik).
2) Tekanan darah: Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg (lebih tinggi
kondisi menjelek)
26
9) Keseimbangan Asam Basa : Pada awal syok pO2 dan pCO2 menurun
pintas di paru)
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum,
3) EKG
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien syok antara lain (Santosa,
2005):
a. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume, preload
27
4. Intervensi Keperawatan
Kolaborasi Hasil
volume, pre load - Circulation Status - Catat adanya tanda dan gejala
- Distensi vena jugularis- Tanda Vital dalam fatigue, tekipneu dan ortopneu
28
- Oliguria, kaplari refill aktivitas, tidak -
ada Monitor TD, nadi, RR,
- -
Tidak ada distensi vena Monitor sianosis
peningkatan sistolik
29
Diagnosa Rencana keperawatan
Masalah Hasil
Kolaborasi
30
- Kapilare refill > -3 CVP dalam batas normal kafein, sodium, kolesterol
asites diuretik.
- - Tingkatkan
Denyut jantung, AGD, istirahat (batasi
ejeksi pengunjung)
normal
tidak ada
tidak
ada
31
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Kolaborasi Hasil
32
- Perubahan status mental- - Berikan
Tidak ada tanda tanda penggantian
- Kelemahan dan
tempat baik
pernapasan
batas
normal
normal
adekuat
33
5. Implementasi
Implementasi dilakukan pada klien dengan Syok adalah dengan tindakan sesuai
kerja sama antara perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan, tim kesehatan,
6. Evaluasi
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada menit-menit pertama pasien
mengalami syok. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak
teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis, pasien tampak pucat, perabaan pada
ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat serta memanjangnnya waktu pengisian
jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan vaskuler
dan sangat kecilnya curah jantung (George et al., 2009; Guyton dan Hall, 2010;
Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014). Seseorang dikatakan syok bila terdapat
ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki
perfusi sehingga menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ
penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan alat bantu
resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita
35
berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh
menetap.
4.2 SARAN
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang akan menjadi seorang
perawat mampu mengenali tanda dan gejala syok ketika menemukan klien yang
36
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Critical
https://www.academia.edu/9746397/Syok. syifana.aqullia.2010.laporanpendahuluan
syok.
http://www.riyawan.com/p/bab-ii-tinjauan-teori syok-a.html
37