INTERFEROMETER MICHELSON
LAPORAN PRAKTIKUM
oleh:
Imam Tantowi
130322615540
INTERFEROMETER MICHELSON
A. Tujuan
1. Memahami cara kerja interferometer Michelson.
2. Mengukur panjang gelombang sinar laser He-Ne.
B. Dasar Teori
Pengantar
Untuk mempelajari interferensi dari berkas cahaya koheren dapat
dilihat pada percobaan interferometer Michelson. Percobaan ini merupakan
salah satu cara yang teliti untuk mengukur panjang gelombang cahaya. Telah
diketahui bahwa terjadi pola gelap dan terang pada gejala interferensi berkas
cahaya disebabkan adanya perbedaan lintasan perjalanan dua berkas cahaya.
Dengan mengubah posisi cermin pantul atau secara teori mengubah perbedaan
lintasan cahaya akan tampak pola gelap dan terang yang berubah-ubah. Oleh
sebab itu dalam percobaan ini juga akan dipelajari hubungan antara
perubahaan posisi cermin pantul dalam hal ini perubahan lintasan yang
ditunjukkan adanya perubahan frinji-frinji (cincin lingkaran gelap dan terang
yang terjadi.
C. Metode Pelaksanaan
Alat Lengkap
Set alat lengkap seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.
1. Set up interferometer Michelson
2. Laser He-Ne
3. Layar putih (kertas)
Prosedur Percobaan
1. Meletakkan laser pada posisi yang aman (tidak mudah goyang) dan
arahkan cahaya laser pada set up percobaan interferometer Michelson.
2. Menyalakan laser, kemudian mengatur posisi cermin setengah mengkilat
sampai berkas laser terbelah menjadi dua bagian yang salin tegak lurus.
3. Mengatur cermin M2 sampai terjadi bayangan di layar berbentuk cincin
lingkaran.
4. Mencatat posisi M2, kemudian menggerakkan perlahan-lahan vernier dan
hitung banyaknya perubahan pergeseran terang-gelap-terang (n = 1) pada
pusat frinji. Serta catat posisi M2’ (berdasarkan pergeseran pembacaan
skala pada vernier). Demikian seterusnya sampa mendapatkan beberapa
data.
D. Analisis Data
Data Pengamatan
Tabel 1. Data Pengamatan
No. Posisi M2 Posisi M2’ n
1. 0 1 2
2. 0 2 3
3. 0 3 4
4. 0 4 4.5
5. 0 5 5.5
6. 0 6 6.5
7. 0 7 7
8. 0 8 8
Analisis Data
Sebelum menganalisis hubungan antara perubahan skala yang diputar
dengan pergeseran pola interferensi yang terbentuk, terlebih dahulu dihitung
pergeseran movable mirror dalam orde mikrometer setiap perubahan skala
vernier. Movable mirror bergeser sebesar 1 mikrometer setiap perubahan 25
skala pada vernier.
No. x y x2 y2 xy
1 2 0,00000008 4 6,4.10-15 0,00000016
2 3 0,00000016 9 2,56.10-14 0,00000048
3 4 0,00000024 16 5,76.10-14 0,00000096
4 4,5 0,00000032 20,25 1,024.10-13 0,00000144
5 5,5 0,0000004 30,25 1,6.10-13 0,0000022
6 6,5 0,00000048 42,25 2,304.10-13 0,00000312
7 7 0,00000056 49 3,136.10-13 0,00000392
8 8 0,00000064 64 4,096.10-13 0,00000512
Σ 40,5 0,00000288 234,75 1,3056.10-12 0,0000174
[ ]
−10
2 1 −12 3,10118. 10
Sy = 1,306.10 −
8−2 237,75
2 −16
S y =2,01893. 10
S y =1,42089. 10−8
Diperoleh simpangan baku dari kemiringan garis dengan metode kuadrat
terkecil adalah sebesar 1,42089.10-8.
Linierisasi Grafik
E. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, laser yang digunakan adalah laser He-Ne yang
berarna merah dengan jangkauan panjang gelombang 630-760 nm. Metode
yang digunakan adalah interferometer Michelson. Untuk mendapatkan nilai
panjang gelombang (λ) laser He-Ne, dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (2) yaitu dengan menghitung perubahan pola terang-gelap akibat
adanya pergeseran lintasan optis pada berkas laser yang berinterferensi oleh
perubahan posisi M2.
Dengan mengetahui perubahan pola frinji untuk setiap pergeseran
skala vernier, maka dapat diperoleh grafik hubungan jumlah pergeseran pola
gelap-terang terhadap pergeseran skala seperti pada gambar berikut.
F. Kesimpulan
1. Gambar berikut merupakan diagram skematik interferometer Michelson.
Oleh permukaan beam splitter (pembagi berkas) cahaya laser, sebagian
dipantulkan ke kanan dan sisanya ditransmisikan ke atas. Bagian yang
dipantulkan ke kanan oleh suatu cermin datar (cermin 1) akan dipantulkan
kembali ke beam splitter yang kemudian menuju ke layar. Adapun bagian
yang ditransmisikan ke atas oleh cermin datar (cermin 2) juga akan
dipantulkan kembali ke beam splitter, kemudian bersatu dengan cahaya
dari cermin 1 menuju layar, sehingga kedua sinar akan berinterferensi
yang ditunjukkan dengan adanya pola-pola cincin gelap terang (frinji).
G. Daftar Pustaka
Setyaningsih, Agustina. 2008. Penentuan Panjang Koherensi Laser
Menggunakan Interferometer Michelson. Jurusan Fisika Fakultas MIPA
Universitas Diponegoro.
Suprayitno. 1997. Penentuan Panjang Gelombang dan Indeks Bias Udara
Dengan Metode Interferometer Michelson. Jurusan Fisika Fakultas MIPA
Universitas Diponegoro.
Falah, Masroatul. 2006. Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer
Michelson untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya.
Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Diponegoro.
Modern, Fisika Tim. 2015. Petunjuk Praktikum Fisika Modern. Malang:
Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang.
H. Lampiran
Pola Interferensi