Anda di halaman 1dari 13

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK PKMRS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN OKTOBER 2019

PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT RUMAH SAKIT


MALARIA

Oleh:
Ayu Sofeya binti Hishamudin
C014 182 223

Residen Pembimbing:
dr. Faisal Ambar
dr. Endarwati Nurdin

Supervisor Pembimbing:
dr. Maryam, Sp. A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Ayu Sofeya binti Hishamudin

NIM : C014 182 223

Judul : Malaria

Universitas : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Telah menyelesaikan tugas PKMRS dalam rangka kepaniteraan klinik


pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar.

Makassar, Oktober 2019

Pembimbing

dr. Faisal Ambar

Supervisor

dr. Maryam, Sp.A


DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ............................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3

2.1 DEFINISI ................................................................................................. 3

2.2 EPIDEMIOLOGI ..................................................................................... 3

2.3 PATOGENESIS ....................................................................................... 4

2.4 MANIFESTASI KLINIS ......................................................................... 4

2.5 DIAGNOSIS ........................................................................................... 5

2.6 PENATALAKSANAAN ......................................................................... 6

2.7 PENCEGAHAN ....................................................................................... 7

BAB 3 KESIMPULAN ........................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10


BAB 1
PENDAHULUAN

Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang cukup tinggi
di dunia yaitu peringkat ke-3 teratas dalam jumlah kematian. Pada negara maju
sudah tidak dijumpai lagi infeksi malaria, namun lebih dari 106 negara didunia
masih menangani infeksi malaria seperti di daerah tropik maupun negara- negara
yang sedang berkembang yaitu di Afrika, sebagian besar Asia, sebagian besar
benua Amerika (Amerika Latin).1

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat


menyebabkan kematian terutama pada kelompok yang risiko tinggi iaitu bayi,
anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia
dan dapat menurunkan produktivitas kerja.

Menurut data WHO dalam tahun 2009, masih terdapat 225 juta penderita
malaria dengan angka kematian 781.000. Di Indonesia sendiri, malaria masih
menjadi penyakit infeksi yang menjadi perhatian utama Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia untuk dilakukan eliminasi disamping infeksi tuberkulosis dan
infeksi HIV/AIDS.1

Data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan penyakit


malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia dimana setelah
dilakukan stratifikasi wilayah, didapati Indonesia bagian Timur masuk dalam
stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah di Kalimantan,
Sulawesi dan Sumatera sedangkan di Jawa-Bali masuk dalam stratifikasi rendah,
meskipun masih terdapat desa/fokus malaria tinggi. Di Indonesia daerah yang
endemis malaria adalah di daerah Papua dan Kalimantan, namun dalam 10 tahun
terakhir, sudah terjadi penurunan. 1,2 Namun, perhatian dan kewaspadaan terhadap
infeksi penyakit malaria tetap ditingkatkan karena saat ini mobilisasi masyarakat
yang tinggi serta transportasi yang semakin cepat memungkinkan dapat
ditemukannya kasus malaria di semua daerah, sekalipun daerah yang sudah
eliminasi terhadap penyakit malaria.2

Semua golongan umur dapat terinfeksi penyakit malaria, namun


berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, terjadi pergeseran prevalensi
tertinggi malaria pada kelompok umur. Sebelumnnya prevalensi malaria tertinggi
adalah pada kelompok umur dewasa, namun saat ini kelompok usia beresiko
tinggi terkena malaria adalah anak- anak usia 1-4 tahun(10,7%).

Tingginya resiko penyakit malaria pada anak merupakan salah satu fokus
yang dapat diperhatikan untuk menjadi target pencegahan agar terjadi penurunan
kasus malaria secara umum dan secara khusus paa anak- anak. Oleh karena itu
melalui Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKM-RS) merupakan
salah satu upaya edukasi kepada masyarakat untuk menambah ilmu pengetahuan
serta kewaspadaan terhadap penyakit malaria.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Dikenal
lima macam spesies yaitu Plasmodium malariae yang menyebabkan malaria
kuartana, Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale, Plasmodium vivax
yang menyebabkan malaria tertiana ataupun Plasmodium falciparum yang
meyebabkan malaria tropikana, Plasmodium knowlesi yang belum banyak
dilaporkan di Indonesia. 1

2.2 Epidemiologi
Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia.
Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2010, dilakukan stratifikasi wilayah
dimana Indonesia bagian Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi,
stratifikasi sedang di beberapa wilayah di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera
sedangkan di Jawa-Bali masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat
desa/fokus malaria tinggi.2

Sedangkan, menurut karakteristik umur, point prevalence paling tingg di


Indonesia dengan resiko tinggi terkena malaria adalah pada anak usia 1-4 tahun.
Pola yang sama juga ditunjukkan oleh data WHO dimana tahun 2000- 2012 angka
kematian akibat malaria sebesar 45% pada semua kelompok umur dan 51% pada
anak dibawah lima tahun. Sekitar tiga juta (90%) kematian akibat malaria di tahun
2001 hingga tahun 2012 berasal dari anak-anak di bawah lima tahun.3

Tingginya prevalensi malaria terutama pada anak serta angka kematian anak
menjadi salah satu fokus agar dapat diturunkan.
2.3 Patogenesis

Infeksi parasit malaria pada manusia dimulai saat nyamuk anopheles


betina menggigit manusia dan nyamuk akan melepaskan sporozoit ke dalam
pembuluh darah dimana sebagian besar akan menuju ke hati dan yang lain akan
mati di dalam darah.

Di dalam sel parekim hati terjadi perkembangan bentuk yaitu skizon.


Setelah sel parenkim hati terinfeksi, terbentuk skizon yang apabila oecah akan
mengeluarkan merozoit ke sirkulasi darah. Setelah berada dalam sirkulasi darah,
merozoit akan masuk melalui reseptor permukaan eritrosit. Di dalam darah,
sebagian parasit akan membentuk gamet jantan dan betina. Jika nyamuk
menghisap darah manusia yang akan sakit terjadi siklus seksual dalam tubuh
nyamuk sehingga akan terbentuk zigot yang lebih bergerak menjadi ookinet yang
menembus dinding perut nyamuk dan akhirnya menjadi bentuk oocyst yang akan
menjadi masak dan mengeluarkan sporozoit yang akan bermigrasi ke kelenjar
ludah nyamuk dan siap menginfeksi manusia.1,4
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala yang klasik pada penyakit malaria adalah “Trias Malaria” secara berurutan
yaitu

1. Periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, penderita sering


membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil
sering seluruh badan bergetar dan gigi- geligi saling terantuk yang diikuti
dengan meningkatnya temperatur
2. Periode panas : Suhu badan tetap tinggi beberapa jam, muka merah, nadi
cepat di ikuti keadaan berkeringan
3. Periode berkeringat : Penderita berkeringat banyak dan temperatur tubuh
turun dan penderita merasa sehat.

Temuan lainnya termasuk kelemahan umum, sakit punggung, mialgia, muntah


dan pucat. Anemia merupakan salah satu gejala yang sering dijumpai karena
adanya pengrusakan eritrosit oleh parasit sehingga terjadi hambatan sementara
eritropoiesis, hemoliisis karena kompleks imun diperantarai komplemen,
eritrogagositosis dan penghambatan retikulosit dan pengaruh sitokin. Pembesaran
limpa terjadi karena limpa merupakan organ penting dalam pertahanan tubuh
terhadap infeksi malaria.5,6

2.5 Diagnosis10,11.
Manifestasi klinis malaria dapat bervariasi dari ringan sampai membahayakan
jiwa. Penegakkan diagnosis malaria yaitu berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium.

Anamnesis :

Adanya keluhan demam yang didahului dengan menggigil kemudian


berkeringat , demam yang bersifat hilang timbul disertai \, sakit kepala, nyeri otot
dan persendian, nafsu makan menurun, sakit perut, mual muntah dan diare.
Identifikasi daerah riwayat tinggal di daerah endemis malaria, riwayat bepergian
ke daerah endemis malaria, riwayat keluarga menderita malaria, riwayat penyakit
yang sama sebelumnya, dan riwayat mendapat transfusi darah sebelumnya.
Pemeriksaan fisis :

 Malaria Ringan

Demam (pengukuran dengan termometer ≤ 37,5°C), Konjungtiva atau


telapaktangan pucat, Pembesaran limpa (splenomegali), dan Pembesaran hati
(hepatomegali).

 Malaria Berat

Mortalitas: Hampir 100% tanpa pengobatan, Tatalaksana adekuat: 20%,


Infeksi olehP. falciparum disertai dengan salah satu atau lebih kelainan yaitu
Malaria serebral, Gangguan status mental, Kejang multipel, Koma,
Hipoglikemia: gula darah < 50 mg/dL, Distress pernafasan, Temperatur >
40oC, tidak responsif dengan asetaminofen, Hipotensi, Oliguria atau anuria,
Anemia dengan nilai hematokrit <20% atau menurun dengan cepat, Kreatinin
> 1,5 mg/dL, Parasitemia > 5%, Bentuk Lanjut (tropozoit lanjut atau schizont)
P. falciparum pada apusan darah tepi, Hemoglobinuria, Perdarahan spontan,
dan Kuning.

Pemeriksaan Laboratorium:

 Pemeriksaan dengan mikroskop

Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/Iapangan/rumah


sakit untuk menentukan Ada tidaknya parasit malaria (positif atau
negatif),Spesies dan stadium plasmodium, Kepadatan parasite.

Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai


berikut:

1. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang


setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut.
2. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak
ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.
 Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstik Tes ini sangat
bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di
daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survey tertentu.

Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari
es tetapi tidak dalam freezer pendingin.

 Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:

Pemeriksaan peninjang meliputi; darah rutin, kimia darah lain (gula darah,
serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase, albumin/globulin, ureum,
kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis gas darah, EKG, Foto toraks,Analisis
cairan serebrospinalis, Biakan darah dan uji serologi, dan Urinalisis.

2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan malaria pada anak yaitu berdasarkan jenis parasit yang menginfeksi,
yaitu :

Pada infeksi Plasmodium Falciparum

Pilihan pertama : Chloroquine dengan dosis 10 mg/ kgBB (dosis maksimal


600 mg)pada hari pertama dan kedua, 5 mg / kgBB pada hari ketiga

Alternatif : Kina dihidroklorid intravena 1 mg/kgBB/hari dalam 10


cc/kgBB larutan dextrose 5 % atau larutan NaCl 0,9 % diberikan per infus dalam
4 jam, diulangi tiap 8 jam dengan dosis yang sama sampai terapi oral dapat
dimulai, pemberian selama 7 hari.

Pada infeksi Plasmodium Falciparum Resisten

First line : Kuinin sulfat oral 10 mg/kgBB/hari, 3 kali sehari selama 7 hari.
Dosis bayi 10 mg/umur dalam bulan dibagi 3 bagian selama 7 hari.
Pilihan kedua : Ditambah tetrasiklin oral 5 mg/kgBB/ kali, 4 kali sehari
selama 7 hari.

Pilihan lain : Artesunat : 4 mg/kgBB/ hari selama 3 hari

Pada infeksi Plasmodium ovale atau Plasmodium vivax :Penggunaan chloroquine


diikuti primaquine dengan dosis 0,3 mg/kgBB/ hari selama 14 hari.

Pada infeksi Plasmodium malariae : Chloroquine dengan dosis 10 mg/ kgBB


(dosis maksimal 600 mg), 5 mg / kgBB pada jam ke 6, kemudian 5 mg/kgBB
pada jam ke 24 dan 48. 7

2.7 Pencegahan
1. Melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai penyakit malaria agar
masyarakat dapat mengetahui cara pencegahan dan segera mengetahui gejala
gejala umum malaria agar segera dibawa ke layanan kesehatan

2. Melakukan skrining malaria atau deteksi dini malaria pada kehamilan tanpa
melihat gejala agar dapat ditemukan penderita malaria sesegera mungkin untuk
secepatnya mendapat penanganan.

3. Penggunaan obat kemoprofilaksis sebagai pencegahan jika akan bepergian ke


daerah yang endemis malaria

4. penggunaan kelambu berinsektisida atau kelambu yang diresapi permetrin


terutama bagi anak- anak2,3,5
BAB 3
KESIMPULAN

Penyakit malaria merupakan salah satu masalah yang masih belum dapat
dituntaskan, hal ini dilihat dari data tahun 2009 masih terdapat 225 juta penderita
malaria di dunia dengan angka kematian mencapai 781.000. Tingginya prevalensi
penyakit malaria di negara beriklim tropis juga dapat dijumpai di Indonesia
dimana beberapa wilayah di Indonesia merupakan wilayah endemis malaria
seperti Indonesia bagian Timur dikategorikan stratifikasi malaria tinggi,
stratifikasi sedang di beberapa wilayah di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera
sedangkan di Jawa-Bali masuk dalam stratifikasi rendah.

Selain tingginya angka kejadian malaria di Indonesia, hal yang perlu


menjadi perhatian adalah di Indonesia anak- anak berusia 1-4 tahun adalah
kelompok umur dengan resiko tinggi terkena malaria. Pola yang sama juga
ditunjukkan oleh data WHO dimana dari 45% angka kematian pasien malaria,
51% diantaranya adalah anak usia di bawah 5 tahun.

Perlu adanya pendekatan kepada masyarakat melalui edukasi penyakit


malaria adalah salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan dan dapat
meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit malaria. Pengenalan
terhadap gejala klinis malaria pada umumnya seperti demam periodik yang
diawali fase menggigil, kemudian suhu badan yang naik, berkeringat dan
kemudian suhu badan yang perlahan- lahan menurun merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan kewaspadaan dan cepat tanggap orang tua untuk segera
membawa anaknya diperiksakan di pusat pelayanan kesehatan terdekat agar
pasien mendapatkan penanganan yang segera dan untuk mencegah komplikasi
penyakit.

Selain itu edukasi mengenai upaya pencegahan adalah salah satu cara
untuk mengajak masyarakat agar dapat memutus mata rantai penularan penyakit
malaria.
DAFTAR PUSTAKA

1. Paul, Harijanto. Malaria. P595-p612. Ilmu Penyakit Dalam. Interna


Publishing.Jakarta;2014
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Buku Saku Penatalaksanaan
Kasus Malaria . 2017
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Epidemiologi Malaria di
Indonesia, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta;2011.
4. Bule Sopi, Ira Indriaty. Patanduk, Yona. Malaria pada Anak di Bawah
Umur Lima Tahun. Jurnal Vektor Penyakit, Vol 9 No.2. Nusa Tenggara
Timur.2015
5. Kuhn, Susan M. McCarthy, Anne. Paediatric malaria: What do
paediatricians need to know?. Paediatric Child Health Journal . Vol 11 No
6 July/August 2006
6. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2014
7. Rampengan, Novi. Terapi Malaria Pada Anak.Jurnal Biomedik.
Manado2015
8. Stauffer, William. Fischer, Philip. Diagnosis and Treatment of Malaria in
Children. Infectious Diseases Society of America. 2003.
9. Pudjaji, Antonius. dkk .2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
10. Mansyor A dkk. Malaria. Dalam: kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga,
Jilid I, Jakarta, Fakultas Kedokteran UI, Hal: 409-16, 2001.
11. Setiahadi Bambang. Alwi Idrus. Setiati Siti. Dll. Ilmu Penyaki Dalam.
Jakarta: Interna Publishing, Hal: 595- 611.

Anda mungkin juga menyukai