Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ALIFIA AINUSH SHOLIHAH

NIM : 201808043

KELAS : S1 FARMASI 2B

TUGAS BAHASA INDONESIA

LATAR BELAKANG
Pemerintahan Jokowi-JK sudah menaikkan harga BBM pada kisaran Rp.8.500/liter
untuk premium dan solar kisaran Rp.7.500/liter. Alasan utamanya adalah untuk mengurangi
beban subsidi yang dikatakan sudah sangat besar. Dalam APBN-P 2014, memang disebutkan
bahwa program pengendalian subsidi telah ditetapkan sebesar Rp 403 triliun, terdiri dari atas
subsidi energi Rp 350,3 triliun, yaitu subsidi BBM Rp 246,5 triliun dan subsidi listrik Rp 103,8
triliun, serta subsidi non energi Rp 52,7 triliun. Pemerintah menilai angka subsidi itu harus
dikurangi mengingat besarnya subsidi itu telah mengurangi kemampuan pembiayaan
kebutuhan lain yang dianggap lebih penting, misalnya anggaran untuk infrastruktur 2014 yang
hanya sekitar Rp 200 triliun, atau untuk sektor kesehatan yang hanya sekitar Rp 70 triliun.
Benar bahwa secara nominal subsidi BBM naik pesat dari hanya sebesar Rp 90 triliun tahun
2005, menjadi Rp 246 triliun pada tahun 2014. Bahkan bila memasukkan energi listrik, yang di
dalamnya juga ada subsidi untuk BBM, total akan mencapai Rp 350,3 triliun. Meski secara
nominal subsidi terus meningkat, tapi secara prosentase, porsi subsidi BBM terhadap APBN
hampir tetap. Menurut pemerintah, dengan menaikan BBM menjadi Rp 8.500/liter akan dihemat
APBN sebesar Rp 100 trilyun. Pertanyaannya, apakah sedemikian gentingnya kondisi APBN
kita sehingga subsidi harus segera dikurangi mengingat selama ini APBN tidak pernah terserap
semua. Tahun 2013 saja ada sisa lebih dariRp 20 trilyun. Jadi, dari sisa anggaran tahun 2013
itu, tambahan subsidi BBM bisa ditutupi sebagiannya. Hasil Sensus Ekonomi Nasional
(SUSENAS 2010) menunjukkan bahwa pengguna BBM 65% adalah rakyat kelas bawah dan
miskin, 27% menengah, 6% menengah ke atas, dan hanya 2% orang kaya. Dan dari total
jumlah kendaraan di Indonesia yang mencapai 53,4 juta (2010), sebanyak 82% diantaranya
merupakan kendaraan roda dua yang nota bene kebanyakan dimiliki oleh kelas menengah
bawah. Ini menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM akan menyengsarakan rakyat.
TEMA : PEMERINTAHAN

TOPIK : KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK MENAIKKAN HARGA

SUB TOPIK : DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK MENAIKKAN HARGA


BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP INFLASI PEREKONOMIAN INDONESIA.

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK MENAIKKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK


TERHADAP INFLASI PEREKONOMIAN INDONESIA

Kebijakan pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri
menyebabkan perubahan perekonomian secara drastis. Kenaikan BBM ini akan diikuti oleh
naiknya harga barang-barang dan jasa-jasa di masyarakat. Kenaikan harga barang dan jasa ini
menyebabkan tingkat inflasi di Indonesia mengalami kenaikan dan mempersulit perekonomian
masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap. Jika terjadi kenaikan harga BBM
di negara ini, akan sangat berpengaruh terhadap permintaan (demand) dan penawaran
(supply). Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk
membeli barang yang bersangkutan. Sementara penawaran adalah banyaknya jumlah barang
dan jasa yang ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga dan waktu tertentu.

Permintaan dari masyarakat akan berkurang karena harga barang dan jasa yang ditawarkan
mengalami kenaikan. Begitu juga dengan penawaran, akan berkurang akibat permintaan dari
masyarakat menurun. Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi melonjak akibat dari naiknya
biaya produksi dari barang dan jasa. Ini adalah imbas dari kenaikan harga BBM. Hal ini sesuai
dengan hukum permintaan, “Jika harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta
akan turun, dan sebaliknyajika harga barang turun, jumlah barang yang diminta akan
bertambah.” Inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga BBM tidak dapat atau sulit untuk
dihindari, karena BBM adalah unsur vital dalam proses produksi dan distribusi barang. Disisi
lain, kenaikan harga BBM juga tidak dapat dihindari, karena membebani APBN. Sehingga
Indonesia sulit untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, baik itu tingkat investasi, maupun
pembangunan-pembangunan lain yang dapat memajukan kondisi ekonomi nasional

Jika terjadi kenaikan harga BBM, maka akan terjadi inflasi. Terjadinya inflasi ini tidak dapat
dihindari karena bahan bakar, dalam hal ini premium, merupakan kebutuhan vital bagi
masyarakat, dan merupakan jenis barang komplementer. Meskipun ada berbagai cara untuk
mengganti penggunaan BBM, tapi BBM tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat
sehari-hari. Inflasi akan terjadi karena apabila subsidi BBM dicabut, harga BBM akan naik.
Masyarakat mengurangi pembelian BBM. Uang tidak tersalurkan ke pemerintah tapi tetap
banyak beredar di masyarakat. Jika harga BBM naik, harga barang dan jasa akan mengalami
kenaikan pula. Terutama dalam biaya produksi. Inflasi yang terjadi dalam kasus ini adalah “Cost
Push Inflation”. Karena inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya produksi. Ini jika
inflasi dilihat berdasarkan penyebabnya. Sementara jika dilihat berdasarkan sumbernya, yang
akan terjadi adalah “Domestic Inflation”, sehingga akan berpengaruh terhadap perekonomian
dalam negeri.

Kenaikan harga BBM akan membawa pengaruh terhadap kehidupan iklim berinvestasi.
Biasanya kenaikan BBM akan mengakibatkan naiknya biaya produksi, naiknya biaya distribusi
dan menaikan juga inflasi. Harga barang-barang menjadi lebih mahal, daya beli merosot,
kerena penghasilan masyarakat yang tetap. Ujungnya perekonomian akan stagnan dan tingkat
kesejahteraan terganggu. Di sisi lain, kredit macet semakin kembali meningkat, yang paling
parah adalah semakin sempitnya lapangan kerja karena dunia usaha menyesuaikan
produksinya sesuai dengan kenaikan harga serta penurunan permintaan barang. Hal-hal di atas
terjadi jika harga BBM dinaikkan, Bagaimana jika tidak? Subsidi pemerintah terhadap BBM
akan semakin meningkat juga. Meskipun negara kita merupakan penghasil minyak, dalam
kenyataannya untuk memproduksi BBM kita masih membutuhkan impor bahan baku minyak
juga.

Dengan tidak adanya kenaikan BBM, subsidi yang harus disediakan pemerintah juga semakin
besar. Untuk menutupi sumber subsidi, salah satunya adalah kenaikan pendapatan ekspor.
Karena kenaikan harga minyak dunia juga mendorong naiknya harga ekspor komoditas
tertentu. Seperti kelapa sawit, karena minyak sawit mentah (CPO) merupakan subsidi minyak
bumi. Income dari naiknya harga CPO tidak akan sebanding dengan besarnya biaya yang
harus dikeluarkan untuk subsidi minyak.

Ada beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat diambil pemerintah dalam upaya:
Sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak, pemerintah
seharusnya berupaya untuk meningkatkan produksi minyak nasional dengan perbaikan iklim
investasi di sektor pertambangan minyak.

Upaya untuk menolong dunia usaha yang kian terpuruk akibat kenaikan BBM, maka pemerintah
dapat melakukan: penghapusan ekonomi biaya tinggi, penghapusan berbagai pungutan resmi
maupun tidak resmi, penyederhanaan rantai perijinan.

Pemerintah harus bersikap dan bertindak tegas terhadap pengusaha yang menggeser kenaikan
harga BBM dengan menaikkan harga secara tidak wajar dan tidak didukung data yang kuat.

Walaupun pencabutan subsidi BBM secara teori ekonomi memiliki argumentasi yang kuat,
pemerintah juga harus memperhatikan faktor sosial dan politik akibat pencabutan subsidi BBM.

Bahan kutipan :
 https://www.academia.edu/10029426/Makalah_Kebijakan_Pemerintah_Tentang_Menaikkan_H
arga_BBM_Berdasarkan_Nilai-Nilai_Pancasila

Anda mungkin juga menyukai