Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

TEORI DASAR LABORATORIUM FARMAKOLOGI


Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Yardi, PhD, Apt.
Marvel, S.Farm, Apt.
Suci Ahda Novitri, M.Si., Apt
Dimas Agung Waskito W, S.Far., MM
Via Rifkia, S.Farm., M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Farmasi B 2017
Raniya Farha (11171020000027)
Siti Nazilatur Rahmah (11171020000029)
Muzaik Zuhuuriyah Kamas (11171020000037)
Nur Isra Kautsari (11171020000038)
Ika Septi Indahyani (11171020000042)
Nisa Faikhotus Safira (11171020000046)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
MARET/2019

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Mencit (Mus musculus) 3
2.2. Bobot Badan, Luas Permukaan Badan, dan Dosis Obat 5
2.3. Volume Administrasi Obat 5
2.4. Konversi Dosis pada Spesies Lain 6

BAB III METODE 8

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum8


3.2 Alat dan Bahan 8
3.2 Prosedur Kerja 8

3.2.1 Cara Memperlakukan Mencit dan Menyonde8


3.2.2 Bobot Badan, Luas Permukaan Badan, dan Dosis Obat 9
3.2.3 Volume Administrasi Obat 9
3.2.4 Konversi Dosis Pada Spesies Lain 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 11

4.1 Hasil 11

4.2 Pembahasan 13
4.2.1 Hewan percobaan yang dilakukan di laboratorium 13
4.2.2 Bobot badan luas permukaan badan dan dosis obat 14
4.2.3 Volume Administrasi Obat 15
BAB V PENUTUP 17
1.1 Kesimpulan 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 19

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmakologi dapat didefnisikan sebagai ilmu tentang bahan-bahan
yang berinteraksi dengan makhluk hidup melaliu proses kimia, khususnya
melalui ikatan dengan molekul-molekul pengatur (regulatory molekules)
serta mengaktifkan atau menghambat proses-proses normal tubuh
(Katzung, Bertram G, 2012). Bahan-bahan yang dimaksud yaitu berupa
bahan kimia yang disebut dengan obat. Obat didefinisikan sebagai
senyawa yang digunakanuntuk mencegah, mengobati, mendiagnosis
penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu (Sulistia Gan
Gunawan, 2016). Untuk mengetahui interaksi/reaksi suatu obat, maka
haruslah dilakukan pengujian pre-klinis terlebih dahulu, lalu kemudian
barulah dilakukan pengujian klinis.
Pada mata kuliah praktikum farmakologi kali ini, digunakanlah
hewan uji sebagai subjek pengujian pre-klinis. Percobaan biasanya
dilakukan pada hewan hidup, seperti mencit, tikus, kelinci, marmot, dan
katak. Melalu percobaan dengan hewan uji ini, kita bisa melihat gambaran
langsung bagaimana interaksi dan reaksi dari obat, sebelum nantinya
diujikan secara klinis kepada manusia. Perlulah kita memperhatikan
bagaimana memperlakukan hewan uji layaknya manusia. Jika kita bisa
memperlakukan hewan tersebut dengan rasa kemanusiaan yang baik dan
benar sesuai prosedur, maka kita bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa dapat terampil bekerja dengan beberapa hewan percobaan,
yaitu mencit, tikus, dan kelinci.
2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan prinsip farmakologi yang diperoleh
secara teoritis.
3. Mahasiswa mampu menerapkan dan memodifikasi metode-metode
farmakologi untuk penilaian efek obat.
4. Mahasiswa mampu memberikan penilaian terhadap hasil-hasil
eksperimen yang diperoleh.

1
5. Mahasiswa mampu memberikan tafsiran mengenai implikasi praktis
dari hasil-hasil eksperimen.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mencit (Mus musculus)

Hewan uji coba atau sering disebut dengan hewan


laboratorium adalah hewan yang khusus dibudidayakan
untuk keperluan penelitian biologik. Hewan laboratorium
tersebut digunakan sebagai model untuk penelitian
pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Beberapa
jenis hewan dari ukurannya terkecil dan sederhana sampai
ukuran yang terbesar dan lebih komlpleks digunakan untuk
keperluan penelitian, salah satunya adalah hewan mencit
(Nichols, 2003).

Mencit laboratorium merupakan turunan dari mencit


liar yang telah mengalami pembiakan secara selektif.
Mencit dikelompokkan ke dalam kingdom animalia, phylum
chordata. Hewan ini termasuk hewan yang bertulang
belakang dan menyusui sehingga dimasukkan ke dalam
subphylum vertebrata dan kelas mamalia. Selain itu hewan
ini juga memiliki kebiasaan mengerat (ordo rodentia), dan
merupakan famili muridae, dengan nama genus Mus serta
memilki nama spesies Mus musculus L (Priyambodo, 2003).
Mencit secara biologis memiliki ciri umum, yaitu berupa
rambut berwarna putih atau keabu-abuan dengan warna
perut sedikit lebih pucat. Mencit merupakan hewan
nokturnal yang sering melakukan aktivitasnya pada malam
hari. Perilaku mencit dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya faktor internal seperti seks, perbedaan umur,
hormon, kehamilan, dan penyakit; faktor eksternal seperti
makanan, minuman, dan lingkungan disekitarnya (Smith
dan Mangkoewidjojo, 1998). Mencit memiliki berat badan

3
yang bervariasi. Berat badan ketika lahir berkisar antara 2-
4 gram, berat badan mencit dewasa berkisar antara 20-40
gram untuk mencit jantan dan 25-40 gram untuk mencit
betina dewasa. Sebagai hewan pengerat mencit memilki
gigi seri yang kuat dan terbuka. Susunan gigi mencit
adalah indicisivus ½, caninus 0/0, premolar 0/0, dan molar
3/3 (Setijono,1985).

Mencit dapat bertahan hidup selama 1-2 tahun dan


dapat juga mencapai umur 3 tahun. Lama bunting 19-21
hari sedangkan umur untuk siap dikawinkan 8 minggu.
Perkawinan mencit terjadi pada saat mencit betina
mengalami estrus. Satu induk dapat menghasilkan 6-15
ekor anak (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Cara memperlakukan mencit:

 Mencit diangkat dengan memegangnya pada ujung


ekornya dengan tangan kanan, dan dibiarkan
menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya.
 Selanjutnya dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit
diantara telunjuk dan ibu jari.
 Kemudian ekornya dipindahkan dari tangan kanan ke
antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri,
sehingga mencit cukup erat dipegang pemberian obat
kini dapat dimulai.

Cara pemberian obat:

a. Oral, diberikan dengan alat suntik, dilengkapi dengan


jarum oral. Kanulla ini dimasukkan ke dalam mulut,
kemudian perlahan-lahan dimasukkan melalui tepi
langit-langit ke belakang sampai esofagus.
b. Subkutan, diberikan di bawah kulit pada daerah
tengkuk.

4
c. Intravena, penyuntikan dilakukan pada daerah vena
ekor.
d. Intramuskular, penyuntikan dilakukan pada otot paha
posterior dan jangan terlalu dalam.
e. Intra peritoneal, hewan dipegang pada punggungnya
sehingga kulit abdomennya menjadi tegang. Pada saat
penyuntikan, posisi kepala mencit lebih rendah dari
abdomennya. Jarum disuntikkan dengan membentuk
sudut 10o dengan abdomen, agak menepi dari garis
tengah, untuk menghindari terkenanya kandung
kencing. Jangan pula terlalu tinggi agar tidak mengenai
hati.

Volume penyuntikkan untuk mencit umumnya adalah: 1


ml/100g bobot badan. Kepekatan larutan obat yang
disuntikkan disesuaikan dengan volume yang dapat
disuntikkan tersebut. (Yardi, dkk., 2019)

2.2. Bobot Badan, Luas Permukaan Badan, dan Dosis


Obat

Dosis obat yang harus diberikan pada pasien untuk


meghasilkan efek yang diharapkan tergantung dari banyak
faktor, antara lain usia, bobot badan, jenis kelamin,
besarna permukaan badan, beratnya penyakit dan keadaan
daya tangkis penderita. (Hoan, 2002)

Takaran farmakope yang dimuat dalam farmakope


Indonesia dan farmakope negara-negara lain hanya
dimaksudkan sebagai pedoman saja. Begitu pula dosis
maksimal (DM) yang bila dilampaui dapat mengakibatkan
efek toksik bukan merupakan batas yang mutlak harus
dibatasi (Hoan, 1999).

Dosis maksimal (DM) adalah dosis maksimum untuk


dewasa untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan

5
dan rectal. Penyerahan obat melebihi DM harus dibelakang
jumlah obat pada resep diberi tanda seru dan paraf dokter
penulis resep. Dosis lazim untuk dewasa, anak, dan bayi
merupakan petunjuk bukan pengikat. (Anief, 1987).

Bodu Surface Area (BSA) merupakan turunan dari


rumus Du Bois dan Du Bois:

tingi ( cm ) X bobot (kg)


luas permukaan tubuh ( m2 )=√
3600

2.3. Volume Administrasi Obat

Batas volume maksimum pemberian obat pada hewan


percobaan:

Hewan Batas Volume Maksimum (ml) per Ekor Untuk


percoba Cara Pemberian
iv Im Ip Sc Oral
an
Mencit 0,5 0,05 1 0,5 1
Tikus 1 0,1 3 2 5
Marmot 2 0,2 3 3 10
Kelinci 3-10 0,5 10 3 20

Jumlah obat yang diberikan pada hewan percobaan


dihitung berdasarkan rumus:

Keterangan:

VAO : Volume Administrasi Obat (ml)

C : konsentrasi (mg/ml)

BB : berat badan pada hewan (kg)

6
2.4. Konversi Dosis pada Spesies Lain

HED dihitung menggunakan nilai km standar seperti


yang ditunjukkan pada tabel tidak akan bervariasi lebih
dari ± 20 persen dari HED dihitung menggunakan nilai km,
berdasarkan berat hewan yang tepat dalam kisaran berat
kerja. Berat manusia akan sangat bervariasi, bukan
biasanya perlu diperhatikan efeknya dari variasi bobot
hewan dalam suatu spesies pada perhitungan HED. HED
dapat dihitung dari rumus berikut:

The Journal of Korean Oriental Medicine 2010;31(3)

fak tor konversi hewan(km)


faktor konversi manusia( km)
mg
HED=dosis hewan ( )¿
kg

Atau

HED = dosis hewan (mg/kg) x [berat hewan (kg) : berat


manusia (kg)]0,33

7
BAB III

METODE

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum


Tempat : Laboratorium Farmakologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tanggal : Selasa, 12 Maret 2019
Waktu : 07.30-09.30 WIB

3.2 Alat dan Bahan


Hewan Percobaan : Mencit 1 ekor
Alat yang diperlukan : Sarung tangan, masker, koran, timbangan berat
badan, dan alat ukur tinggi badan
Bahan yang diperlukan : Aquadest dan sabun cuci tangan.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Cara Memperlakukan Mencit dan Menyonde

1. Mencit diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan


tangan kanan, dan dibiarkan menjangkau kawat kandang dengan
kaki depannya.

2. Selanjutnya dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara


telunjuk dan ibu jari.

3. Kemudian ekornya dipindahkan dari tangan kanan ke antara jari


manis dan jari kelingking dengan tangan kiri hingga mencit cukup
erat dipegang. Pemberian obat kini dapat dimulai.

4. Latihan menyonde dilakukan lewat oral dengan cara memberikan


obat pada praktikum kali ini menggunakan aquadest dengan alat
suntik yang dilengkapi dengan jarum oral. Kemudian dimasukkan
kedalam mulut dan perlahan-lahan dimasukkan melalui tepi langit-
langit ke belakang sampai esophagus.

3.3.2 Bobot Badan, Luas Permukaan Badan, dan Dosis Obat

8
Timbanglah bobot badan dan ukurlah tinggi badan tiap anggota
kelompok

1. Catat datanya dan buatlah sebuah tabel yang mengandung data


sebagai berikut: bobot badan, umur, jenis kelamin, luas permukaan
tubuh menurut perhitungan, luas permukaan tubuh menurut kutipan
(pustaka).

2. Hitung luas permukaan badan rata-rata untuk: seluruh kelas, wanita


saja, pria saja, pengelompokan lain yang saudara anggap relevan
(misalnya umur sama dsb).

3. Bahas hasil percoobaan saudara

3.3.3 Volume Administrasi Obat

Setiap kelompok menjawab pertanyaan tentang volume


administrasi obat dengan menggunakan rumus:
mg
berat ( Kg ) x dosis( BB)
kg
VAO =
mg
konsentrasi( )
ml
Soal:

1. Obat Metformin dengan dosis 500 mg (dosis oral manusia)


memiliki volume administrasi obat 1 ml (oral) dan berat badan
mencit 20 gram. Tentukan konsentrasi sediaan yang akan dibuat.

2. Obat diazepam dengan dosis 10 mg (oral) memiliki konsentrasi


10 mg/2 ml dan berat badan mencit 30 gram. Tentukan volume
administrasi obat.

3.3.4 Konversi Dosis Pada Spesies Lain

Setiap kelompok menjawab pertanyaan tentang konversi dosis pada


spesies lain berdasarkan rumus:

9
HED = Dosis h ewan ( mgkg ) x [h ewan ( km ) ÷ manusia ( km ) ]
Atau

HED =
0,33
mg
Dosis hewan ( )
kg
x [berat hewan ( kg ) ÷ berat manusia ( kg ) ]

Soal:
Hitung dosis untuk mencit jika diketahui dosis manusia adalah 500
mg dan berat mencit 30 gram.

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Bobot badan, luas permukaan tubuh menurut perhitungan dan luas


permukaan tubuh menurut kutipan (pustaka)

LPT
Umur TB BB LPT pustaka
Nama (th) (cm) (kg) (m2)* (m2)**
Dea Yulia Fitris 19 157 47,4 1,44 1,44
Ika Septi Handayani 19 164 69 1,77 1,78
Hanny Aldila Putri 19 150 50 1,44 1,45
Nur Isra Kautsari 20 161 66 1,72 1,71
Indah Asa Anjaliya 17 152 46 1,39 1,40
Rahmawati 20 155 41 1,33 1,34
Muzaik Zuhuuriyah
Kamas 19 164 50 1,51 1,50
Siti Meluria 20 156 50 1,47 1,48
Wulan Maharani 19 160 75 1,83 1,88
Siti Nazilatur Rahmah 18 151 39 1,28 1,29
Putri Mulyansari 18 156 50 1,47 1,48
Nadhia Putri Karimah 20 160 58 1,61 1,60
Sakinah Ramadhani
Fardiani 19 154 68 1,71 1,71
Eki Sa'adah Apriliana 19 148 43 1,33 1,34
Maghfira Deswita 21 159 58 1,60 1,60
Rifha Lutvika
Ayunungtya 19 158 53 1,53 1,53
Raniya Farha 19 155 49 1,45 1,45
Tifany Putri Sahara 19 150 38 1,26 1,26
Anjas Apriadi 19 175 72 1,87 1,89
Shanifa 19 155 50 1,47 1,47
Laiyinatul Afidah 19 152 58 1,56 1,58
Nisa Faikhotus Sarifa 19 160 52 1,52 1,52
Alfiyah Az zahra 19 168 69 1,79 1,80
Annisa Larasati 19 158 48 1,45 1,45
Jumlah 36,80 36,95
Rata-rata 1,53 1,54

11
*Rumus DuBois :

LPT (m2) =
√ BB ( kg ) x TB( cm)
3600

** menggunakan nomogram DuBois

Perbandingan Rata-rata LPT rumus DuBois dan LPT pustaka :

Rata-rata LPT rumus Rata-rata LPT Pustaka


DuBois
Wanita = 1,52 m2 Wanita = 1,52 m2
Pria = 1,87 m2 Pria = 1,89 m2
Umur 17 tahun = 1,39 m2 Umur 17 tahun = 1,40 m2
Umur 18 tahun = 1,38 m2 Umur 18 tahun = 1,39 m2
Umur 19 tahun = 1,56 m2 Umur 19 tahun = 1,57 m2
Umur 20 tahun = 1,53 m2 Umur 20 tahun = 1,54 m2
Umur 21 tahun = 1,60 m2 Umur 21 tahun = 1,60 m2

Berat mencit :

Kelompok 1 = 18 g

Kelompok 2 = 16 g

Kelompok 3 = 17 g

Kelompok 4 = 16 g

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hewan percobaan yang dilakukan di laboratorium

Praktikum kali ini mempelajari tentang penanganan dan cara


pemberian obat pada hewan percobaan. Penggunaan hewan percobaan
dalam penelitian ilmiah dibidang kedokteran atau biomedis telah berjalan
puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi pesyaratan-persyaratan tertentu, antara lain
persyaratan genetis atau keturunan dan lingkungan yang memadai dalam
pengelolaannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh,

12
serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada
manusia (Katzung, 1989).

Pada praktikum kali ini, kelompok kami menggunakan hewan


mencit. Praktikum kali ini mempelajari tentang penanganan dan cara
pemberian obat pada mencit. Mencit adalah hewan yang mudah ditangani,
bersifat penakut dan fotofobik,cenderung sembunyi dan berkumpul
bersama sesamanya, lebih aktif pada malam hari,suhu normal badan 37,5
°C, dan laju respirasi normal 163/menit. Kali ini hewan yang dipakai
adalah mencit, karena merupakan mamalia yang memiliki waktu
pertumbuhan yang relatif cepat. Selain itu, mencit juga memiliki
komponen darah yang dapat mewakili mamalia lainnya khususnya
manusia. Mencit juga memilki organ terlengkap sebagai mamalia.
Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu
pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan
adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar
atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat
menyebabkan hips ataupun rasa sakit bagi hewan dan juga bagi orang yang
memegangnya (Katzung, 1989)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi mencit diantaranya


adalah kebisingan suara di dalam laboratorium, frekuensi perlakuan
terhadap mencit, dan lain-lain. Dalam menangani mencit, semua kondisi
yang menjadi faktor internal dan eksternal dalam penanganan hewan
percobaan harus optimal, untuk menjaga kondisi mencit tersebut tetap
dalam keadaan normal. Apabila kondisinya terganggu, maka mencit
tersebut akan mengalami stress. Kondisi stress yang terjadi pada mencit
akan mempengaruhi hasil percobaan yang dilakukan.

Pada praktikum yang telah kami lakukan, ada beberapa metode


penanganan hewan mencit yang kita pelajari, yaitu :

1. Handing

13
Ekor mencit dipegang pada daerah ujung ekor dengan tangan kanan,
lalu leher dipegang dengan tangan kiri. Setelah itu telunjuk dan ibu jari
memegang kulit leher,angkat mencit lalu pindahkan ke tangan kiri lalu
jari kelingking menjepit ekor.

2. Oral

Mencit diletakkan diatas kawat kandang, ambil mencit sesuai dengan


metode handing. Jarum suntik yang sudah disolder dimasukkan ke
dalam mulut mencit perlahan-lahan agar tidak melukai organ dalam
pada mencit. Apabila jarum sudah terasa masuk sampai kedalam, tarik
keluar kembali jarum tersebut perlahan-lahan.

Rute pemberian obat dengan sonde oral harus dipastikan sudah


mencapai rahang mencit, karena jika tidak, obat yang diinjeksikan akan
dimuntahkan kembali oleh mencit tersebut. Oleh karena itu, batang sonde
oral dimasukkan kurang lebih ¾ bagian hingga terbenam kedalam mulut
atau rahang mencit.

4.2.2 Bobot badan, luas permukaan badan dan dosis obat

Pada praktikum kali ini, didapatkan data berat badan dan tinggi
bedan kelas B sebanyak 24 orang dimana diantaranya 23 orang wanita dan
1 orang pria. Untuk menghitung luas permukaan badan, maka digunakan
persamaan DuBois dan DuBois, yaitu :
S=
√W ×H
3600

Ket :
S = luas permukaan (m2)
W = berat badan (kg)
H = tinggi badan (cm)

Berat badan sehat adalah berat badan tubuh yang memiliki proporsi
setimbang dengan tinggi badan tubuh sehat dan ideal secara fisik dapat di
lihat dari penampilan luar. (Ganiswara, 1995). Berat badan digunakan
untuk menghitung dosis yang dinyatakan dalam mg/kg. Akan tetapi,

14
perhitungan dosis anak dari dosis dewasa berdasarkan berat badan saja.
Seringkali menghasilkan dosis anak yang terlalu kecil karena anak
mempunyai laju metabolisme yang lebih tinggi sehingga per kg berat
badannya seringkali membutuhkan dosis yang lebih tinggi dari pada orang
yang dewasa (kecuali pada neonatus). (Ganiswara,1995).
Pada percobaan ini di lakukan pengukuran berat badan dengan
menggunakan timbangan berat badan dengan skala (kg) sedangkan untuk
mengukur tinggi badan dan luas permukaan tubuh kami menggunakan alat
berskala (cm).

Dari hasil semua data yang sudah dikumpulkan, didapatkan jumlah


rata-rata LPT kelas B yaitu 1,53 artinya kurang dari rata-rata LPT orang
dewasa pada umumnya yaitu 1,73. Salah satu faktor yang mempengaruhi
karena mayoritas kelas B adalah wanita, hal ini dikarenakan tinggi badan
dan berat badan wanita lebih rendah daripada pria. Luas permukaan tubuh
diakibatkan karena peningkatan bobot badan tubuh sejalan dendan
peningkatan permukaan tubuh.

4.2.3 Volume Administrasi Obat

Volume cairan yang diberikan pada hewan percobaan dapat


didasarkan pada jenis hewan percobaan dan cara pemberiannya. Batas
volume maksimum pemberian obat pada hewan percobaan dapat dilihat
pada tabel berikut:

Hewan Batas Volume Maksimum (ml) per Ekor Untuk Cara


percobaa Pemberian
iv Im Ip Sc Oral
n
Mencit 0,5 0,05 1 0,5 1
Tikus 1 0,1 3 2 5
Marmot 2 0,2 3 3 10
Kelinci 3-10 0,5 10 3 20

15
Pada praktikum yang kami lakukan, kami menjawab pertanyaan mengenai
volume cairan yang diberikan pada hewan percobaan atau volume
administrasi obat dengan menggunakan rumus:

Pertanyaan mengenai volume administrasi obat menanyakan tentang


konsentrasi sediaan yang akan dibuat dan volume cairan yang akan
diberikan pada hewan percobaan. Untuk hewan percobaan yang digunakan
pada pertanyaan adalah mencit dan dimana batas volume maksimumnya,
iv: 0,5; im: 0,05; ip: 1; sc: 0,5; dan oral: 1. Jawaban volume cairan yang
akan diberikan pada mencit tidak melebihi batas volume cairan pada
mencit itu sendiri yaitu 0,001 ml dan untuk jawaban konsentrasi sediaan
yang diberikan kepada mencit melalui oral adalah 0,166 mg/ml.

16
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan pada praktikum ini, praktikan


menyimpulkan bahwa:

1. Mencit adalah hewan yang mudah ditangani, bersifat


penakut dan fotofobik,cenderung sembunyi dan berkumpul
bersama sesamanya. Mencit yang digunakan oleh
praktikan memiliki bobot sebesar 17 g.
2. Alasan memakai mencit karena mencit merupakan
mamalia yang memiliki waktu pertumbuhan yang relatif
cepat dan memiliki komponen darah yang dapat mewakili
mamalia lainnya khususnya manusia.
3. Metode penanganan hewan mencit ada dua, yaitu Handing
dan oral.
4. Persamaan yang digunakan untuk mengukur luas
permukaan tubuh menggunakan rumus DuBois dan DuBois
dan untuk luas permukaan tubuh pustaka menggunakan
nomogram DuBois.
5. Dari praktikum ini didapatkan jumlah rata-rata LPT kelas B
yaitu 1,53 artinya kurang dari rata-rata LPT orang dewasa
pada umumnya, yaitu 1,73 yang di sebabkan mayoritas
kelas B adalah wanita dimana tinggi badan dan berat
badan wanita lebih rendah daripada pria.
6. Pada praktikum ini juga praktikan menghitung volume
cairan yang diberikan pada hewan percobaan berdasarkan
jenis hewan percobaan dan cara pemberiannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anief moh.19887. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek.UGM Press:


Yogyakarta

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2016. Farmakologi dan


Terapi Edisi 6. Jakarta: Bagian Farmakologi FK UI.

Ganiswara S dkk.1995.Farmakologi dan Terapi. EGC : Jakarta

Genong w. 2002. Fisiologi Kedokteran. EGC:Jakarta

Hoan tan. 2002. Obat Obat Penting Edisi 5. PT ELEX Mediakompotindo:


Jakarta

Jas, A., 2009. Perihal Resep & Dosis Serta Latihan Menulis Resep. 2nd ed.
Medan, Indonesia: Universitas Sumatera Utara Press, 1-15.

Katzung, Bertram G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 12.


Jakarta: EGC.

Priyambodo, S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu Seri Agrikat.


Penebar Swadaya. Jakarta. Vol : 6.

Setijono, M. M. 1985. Mencit (Mus musculus) Sebagai Hewan Percobaan.


Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Smith, J.B dan Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, pembiakan dan


penggunaan hewan percobaan di daerah tropis. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.

Shin, Jang-Woo, In-Chan Seol, dan Chang-Gue Son. 2010. Interpretation of


Animal Dose and Human Equivalent Dose for Drug
Development dalam The Journal of Korean Oriental Medicine
Vol.31. No.3. 1-7. Korea: Institute of Traditional Medicine
and Bioscience of Daejeon University.

Yardi, dkk. 2019. Penuntun Praktikum Farmakologi. Jakarta. UIN Syarif


Hidayatullah.

18
Lampiran 1. Soal latihan dan Jawaban

1. Obat = Metformin

Dosis = 500mg (dosis oral manusia)

VAO = 1 ml (oral)

Tentukan konsentrasi sediaan yang akan dibuat jika berat mencit 20 gram?

Jawab :

VAO =
berat ( Kg ) x dosis ( kgmgBB )
mg
konsentrasi( )
ml

500 mg
0,02kg x
1 ml = 60 kg
konsentrasi

Konsentrasi = 0,166 mg/ml

2. Hitung dosis untuk mencit metformin jika dosis manusia 500 mg dan berat
mencit 30 gram.
Jawab :
HED = dosis hewan (mg/kg) x (berat hewan (kg) : berat manusia (kg))0,33

500 mg 0,03 kg 0,03


= dosis hewan x ( )
60 kg 60 kg

8,33 mg/kg = dosis hewan x 0,0814

8,33mg
Dosis hewan =
0,0814 kg

Dosis hewan = 102,37 mg/kg

3. Diazepam = dosis manusia 10 mg (oral)

Konsentrasi = 10 mg/2ml

Berat mencit = 30 gram

Ditanya : VAO?

19
Jawab :

VAO =
berat ( Kg ) x dosis ( kgmgBB )
mg
konsentrasi( )
ml

10 mg
0,03 kg x
VAO = 60 kg
10 mg/2 ml

0,005mg
VAO = 10 mg
2 ml

VAO = 0,001 ml

20
Lampiran 2. Soal dan jawaban Modul halaman

1. Apakah ada perbedaan nyata antara luas permukaan tubuh pria dan wanita?
Jawab:

Ada. Luas permukaan tubuh dipengaruhi oleh tinggi dan berat badan. Secara
fisik tinggi dan berat badan pria dan wanita umumnya berbeda. Tinggi dan
berat badan pria lebih besar daripada wanita. Luas permukaan tubuh bisa

√ BB ( kg ) xTB (cm )
dihitung dengan rumus LP= . Oleh karena itu luas
3600
permukaan tubuh pria berbeda dengan wanita.

2. Apakah luas permukaan badan untuk tiap anggota kelompok seusai dengan
kutipan/ pustaka?
Jawab:

Tidak, karena umur, berat badan dan tinggi badan masing-masing anggota
kelompok berbeda dan dalam mencari luas permukaan tubuh pustaka
menggunakan cara yang berbeda dengan perhitungan, sehingga hasilnya pun
sedikit berbeda.

3. Jika dianggap bahwa dosis yang diberikan farmakope untuk orang dewasa
adalah berdasarkan bobot badan 60 kg, berapa besar penyimpangan untuk
kelompok-kelompok kelas, jika tidak dilakukan penyesuaian?
Jawab:

Tidak terdapat penyimpangan jika dianggap dosis orang dewasa


berdasarkan bobot badan 60 kg. Karena peningkatan bobot tubuh sejalan
dengan peningkatan-peningkatan luas permukaan tubuh, dengan
bertambahnya luas permukaan tubuh, maka penyerapan yang dilakukan oleh
tubuh terhadap suatu senyawa obat lebih besar, maka memerlukan jumlah
obat yang lebih besar. Jadi, dosis berbanding lurus dengan luas permukaan
tubuh. Semakin luas permukaan tubuh maka tempat-tempat penyerapan
semakin luas, sehingga membutuhkan obat relative banyak.

4. Kesimpulan yang saudara kemukakan dari pengamatan ini (dalam konteks


dosis).
Jawab:

21
Dosis obat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu bobot badan, tinggi
badan, luas permukaan tubuh dan usia. Perhitungan dosis yang paling baik
yaitu menggunakan luas permukaan tubuh karena sudah mengandung bobot
badan dan tinggi badan. Luas permukaan tubuh dan usia berbanding lurus
dengan dosis obat.
5. Turunkan sebuah rumus yang menyatakan dosis anak sebagai persentase
dosis orang dewasa
Jawab:

Rumus perhitungan dosis menurut formula Pincus Catzell merupakan


persentase dosis anak dengan dosis dewasa:

Bayi baru lahir 12%

1-12 bulan 15-25%

1-5 tahun 25-40%

5-12 tahun 50-75%

6. Bagaimana pendapat saudara mengenai dosis untuk usia lanjut?

Jawab:

Dosis untuk usia lanjut tentu sudah berbeda dengan dosis dewasa, karena
pada usia lanjut (lansia) sudah mengalami perubahan-perubahan, yaitu
perubahan biologis dan perubahan fisiologis yang mempengaruhi perubahan
yang terjadi pada sel seorang lansia, yang mengakibatkan terganggunya
metabolisme protein sehingga mengganggu metabolisme DNA serta
berkurangnya hormon, sehingga diperlukan konversi dosis usia lanjut
dengan dosis dewasa untuk mempermudah dalam menentukan dosisnya.

Dosis untuk usia lanjut:

– 60 – 70 tahun : 4/5 dosis dewasa

– 70 – 80 tahun : 3/4 dosis dewasa

– 80 – 90 tahun : 2/3 dosis dewasa

– 90 tahun ke atas : 1/2 dosis dewasa

22
7. Apakah yang dimaksud dengan : dosis, dosis terapi, dosis maksimum, dosis
letalis, dosis toksik, dan dosis efektif.

 Dosis adalah jumlah atau takaran obat yang diberikan kepada pasien
dalam satuan berat, isi (volume) atau unit. Dosis obat merupakan salah
satu faktor yangmempengaruhi efek farmakologi obat (Jas, 2009)
 Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan pasien.
 Dosis maksimum adalah takaran dosis tertinggi yang masih boleh
diberikan kepada pasien dan tidak menimbulkan keracunan.
 Dosis letalis adalah takaran obat yang apabila diberikan dalam keadaan
biasa dapat menimbulkan kematian pada pasien, dosis letal dibagi
menjadi 2 :
Dosis letal 50 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 50%
hewan percobaan
Dosis letal 100 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 100%
hewan percobaan
 Dosis toksik adalah takaran dosis yang apabila diberikan dalam keadaan
biasa dapat menimbulkan keracunan pada pasien. (takaran melebihi dosis
maksimum)
 Dosis efektif (HE) : Effective dose (HE) : Besaran dosis yang khusus
digunakan dalam proteksi radiasi yang nilainya adalah jumlah perkalian
dosis ekivalen yang diterima organ (HT) dengan faktor bobot-organ
(WT).

23
Lampiran 3. Dokumentasi
Laboratorium Farmakologi Laboratorium Farmakologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Teknik memegang mencit Teknik memegang mencit

Laboratorium Farmakologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menyonde

24

Anda mungkin juga menyukai