Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

SANITASI INDUSTRI DAN PENGOLAHAN LIMBAH

Disusun Oleh
Kelompok 05:
1. Ammar Fakhri (H3113010)
2. Atin Jilli (H3113022)
3. Danang Dwi P (H3113027)
4. Devi Cita Amalia (H3113029)
5. Endang Hastorini (H3113036)
6. Gea Puspa Adiyana (H3113045)

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
ACARA I
ANALISIS KUALITAS AIR

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa
diganti perannya bagi makhluk hidup. Kualitas air merupakan penentu
kelangsungan hidup makhluk hidup, terutama manusia. Pencemaran air
memiliki pengertian bahwa adanya penyimpangan sifat-sifat air dari
keadaan normal, bukan dari kemurnian air tersebut.
Air yang tersebar di bumi ini tidak pernah terdapat dalam bentuk
murni. Namun bukan berarti bahwa semua sudah tercemar. Sebagai
contoh, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan
udara yang bebas dan bersih dari pencemaran, air hujan yang turun di
atasnya selalu mengandung bahan-bahan terlarut, seperti CO​2​, O​2​, dan N​2​,
serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel–partikel lainnya
yang terbawa air hujan dari atmosfer. Secara umum, air tersebut
mengandung zat-zat kimia dalam kadar tertentu, baik zat-zat kimia
anorganik maupun zat-zat kimia organik. Apabila kandungan zat-zat kimia
tersebut dalam jumlah yang banyak di dalam air, air tersebut dapat
menjadi sumber bencana yang dapat merugikan kelangsungan hidup
semua makhluk sekitarnya.
Sekarang ini, dengan adanya pencemaran-pencemaran air oleh
pabrik maupun rumah tangga, kandungan zat-zat kimia di dalam air
semakin meningkat dan pada akhirnya kualitas air tersebut menurun. Oleh
karena itu, perlu dilakukan analisa air untuk menentukan dan menghitung
zat-zat kimia yang terkandung di dalam air sehingga dapat diketahui
kelayakan air tersebut untuk dikonsumsi dan sudah tercemar atau belum.
Analisa air termasuk ke dalam kimia analisa kuantitatif karena
menentukan kadar suatu zat dalam campuran zat-zat lain. Prinsip analisa
air yang digunakan adalah prinsip titrasi dan metode yang digunakan
adalah metode indikator warna dan secara umum termasuk ke dalam
analisa volumetrik.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang akan diteliti adalah “Bagaimana kualitas air ditinjau dari aspek sifat
fisik dan kimia?”.
3. Tujuan
Tujuan praktikum Sanitasi Industri dan Pengolahan Limbah Acara I
Analisis Kualitas Air adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui kualitas air menggunakan parameter pengukuran
suhu.
b. Untuk menghitung besarnya nilai zat padat tersuspensi.
c. Untuk mengetahui dan memahami sifat kimia air khususnya kesadahan
air.
B. Tinjauan Pustaka
Air sangat penting bagi kehidupan, baik manusia, hewan maupun
tumbuhan. Seluruh proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup
berlangsung dalam media air. Air dalam kehidupan sehari-hari digunakan
untuk berbagai keperluan seperti keperluan rumah tangga, pertanian,
transportasi bahkan sampai industri. Air sebagai pelarut universal, memiliki
kemampuan untuk melarutkan berbagai zat, mulai fasa gas dari udara, fasa cair
dari berbagai larutan, fasa padat dan juga mikroorganisme. Oleh karena itu air
banyak sekali mengandung berbagai zat terlarut maupun tidak terlarut,
sehingga air sangat sukar diperoleh dalam keadaan murni. Apabila kandungan
berbagai zat tersebut tidak mengganggu kesehatan manusia, maka air dianggap
bersih. Air dikatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kualitas air,
dimana kandungan berbagai zat sudah melebihi ambang batas. Ambang batas
kadar zat dalam air berbeda-beda untuk jenis air sesuai peruntukannya.
Misalnya kadar zat untuk air minum berbeda ambang batasnya dengan kadar
suatu zat untuk industri. Hal ini telah diatur oleh pemerintah atau pihak
berwenang yang telah dibakukan dalam sebuah surat keputusan
(Hendrawati, 2007).
Suhu merupakan karakteristik air secara fisik. Suhu sangat berpengaruh
terhadap proses-proses yang terjadi dalam badan air. Suhu air buangan
kebanyakan lebih tinggi daripada suhu badan air. Hal ini erat hubungannya
dengan proses biodegradasi. Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi perairan dan interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan
biota air lainnya. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat
sebagai berikut: jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun, kecepatan reaksi
kimia meningkat dan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. Padatan
tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut,
dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-
partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada sedimen, misalnya
tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan
sebagainya. Sebagai contoh, air permukaan mengandung tanah liat dalam
bentuk suspensi yang dapat tahan sampai berbulan-bulan, kecuali jika
keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain sehingga mengakibatkan terjadi
penggumpalan, kemudian diikuti dengan pengendapan (Fardiaz, 1992).
Total Suspended Solid (TSS) suatu contoh air adalah jumlah bobot
bahan yang tersuspensi dalam suatu volume air tertentu, dengan satuan mg per
liter. Padatan tersuspensi terdiri dari komponen terendapkan, bahan melayang
dan komponen tersuspensi koloid. Padatan tersuspensi mengandung bahan
anorganik dan bahan organik. Bahan anorganik antara lain berupa liat dan
butiran pasir, sedangkan bahan organik berupa sisa-sisa tumbuhan dan padatan
biologi lainnya seperti sel alga, bakteri dan sebagainya. Selain itu, dapat pula
berasal dari kotoran hewan, kotoran manusia, lumpur dan limbah industri
(Pujiastuti, 2013).
Padatan tersuspensi total adalah bahan-bahan tersuspensi yang tertahan

pada saringan ​millipore dengan diameter pori 0,45 m. TSS terdiri atas
lumpur dan pasir halus serta jasad- jasad renik, yang terutama disebabkan oleh
kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. ​Settleable solid
adalah jumlah padatan tersuspensi yang dapat diendapkan selama periode
waktu tertentu dalam wadah yang berbentuk kerucut terbalik (Effendi, 2003).
Kandungan TSS memiliki hubungan yang erat dengan kecerahan perairan.
Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan menghalangi penetrasi cahaya
yang masuk ke perairan sehingga hubungan antara TSS dan kecerahan akan
menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik (Gazali, 2013).
Untuk mengetahui kualitas fisik, kimia dan mikrobiologis air limbah
rumah tangga setelah melalui proses bioremediasi. Kualitas fisik yang diukur
meliputi suhu, kekeruhan dan padatan tersuspensi. Kualitas kimia meliputi, pH,
DO, BOD dan COD, sedangkan kualitas mikrobiologis meliputi kandungan
bakteri ​Coliform dan ​Escherichia coli​. Efek bioremediasi terhadap suhu limbah
menunjukkan bahwa penurunan suhu terjadi mulai pada komposisi dua sampai
komposisi empat. Suhu 22–25 ͦC adalah suhu normal perairan yang
memungkinkan berlangsungnya kehidupan secara normal di dalamnya, baik
kehidupan hewan maupun nabati. Padatan teruspensi yang dibolehkan untuk
suatu perairan adalah tidak lebih dari 100 mg/l (Yusuf, 2008).
Air sadah biasanya didefinisikan sebagai air yang mengandung
konsentrasi tinggi kalsium dan ion magnesium. Namun, kesadahan dapat
disebabkan oleh beberapa logam terlarut lainnya, yang membentuk kation
divalen atau multivalen, termasuk aluminium, barium, strontium, besi, seng,
dan mangan. Biasanya, ion monovalen seperti natrium dan kalium tidak
menimbulkan kesadahan. Kation divalen ini memiliki kecenderungan untuk
bereaksi bersamaan dengan anion di dalam air untuk membentuk garam yang
stabil. Kesadahan karbonat disebabkan oleh logam dikombinasikan dengan
bentuk alkalinitas. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan asam dan
dikaitkan dengan senyawa seperti karbonat, bikarbonat, hidroksida, dan
kadang-kadang borat, silikat, dan fosfat. Sebaliknya, kesadahan non-karbonat
terbentuk ketika logam menggabungkan dengan apa pun selain alkalinitas.
Kesadahan karbonat kadang-kadang disebut kesadahan sementara karena dapat
dihilangkan dengan air mendidih. Kesadahan non-karbonat tidak dapat dipecah
dengan merebus air, sehingga juga dikenal sebagai kekerasan permanen
(Sengupta, 2013).
Kesadahan air ditentukan oleh konsentrasi total magnesium dan
kalsium. Metode titrasi adalah cara yang paling umum untuk penentuan
kesadahan air, namun investigasi teknik berperan dapat meningkatkan efisiensi.
Saat ini, titrasi EDTA adalah salah satu teknik yang paling umum digunakan
untuk mengukur kesadahan air. Metode ini didasarkan pada pengukuran
volumetrik tepat dan banyak campur tangan manusia, yang memperlambat
prosedur dan efisiensi batas. Sampel air sungai ditemukan mengandung hampir
tiga kali konsentrasi setiap elemen dibandingkan dengan baik keran dan air
minum. Kesadahan air dari air minum tampaknya tidak secara signifikan
berbeda daripada air keran. Absorbansi atom adalah yang cepat, cara yang
efisien untuk menentukan kesadahan air dan merupakan alternatif yang efektif
untuk metode titrasi tradisional (Campbell, 2010).
Kesadahan merupakan salah satu parameter tentang kualitas air bersih,
karena kesadahan menunjukkan ukuran pencemaran air oleh mineral-mineral
terlarut seperti Ca​2+ dan Mg​2+​. Salah satu upaya dalam mengurangi tingkat
kesadahan dalam air tanah dengan memanfaatkan limbah material alam dengan
cara adsorpsi. Sekam padi sebagai limbah pertanian masih memungkinkan
untuk dimanfaatkan dengan adanya kandungan bahan-bahan organiknya.
Senyawa utama dinding sel sekam padi adalah polisakarida yaitu serat kasar
atau selulosa, lignin, dan hemiselulosa yang memiliki gugus hidroksil (OH)
yang dapat berperan dalam proses adsorpsi (Bahtiar, 2010).
Sumber utama air yang mendukung kehidupan di bumi ini adalah laut
dan semua air akhirnya akan kembali ke laut yang bertindak sebagai ​reservoir
atau penampung. Air dapat mengalami daur hidrologi. Selama menjalani daur
hidrologi air selalu menyerap zat-zat yang menyebabkan air itu tidak lagi
murni. Zeloit mempunyai rongga yang dapat diisi oleh berbagai macam bahan
sesuai dengan yang diinginkan, dan zeloit juga memiliki struktur kristal berpori
dan luas permukaan yang besar. Zeolit sebagai adsorben dapat menghilangkan
ion Ca​2+ dan Mg​2+ ​yang menyebab kessadahan air sehingga dapat digunakan
untuk penjernihan air dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
sebagai air bersih yang bebas dari ion Ca​2+​ dan Mg​2+ ​(Suprihatin, 2010).
Kesadahan air minum tidak berpengaruh terhadap kadar kalsium pada
urin (r​s = 0,004 dan p = 0,967) maupun sedimen kalsium oksalat (r​s = -0,007
dan p = 0,937). Fenomena ini dimungkinkan oleh kesadahan air di daerah
penelitian merupakan kesadahan sementara (batu kapur). Air minum jika
dipanaskan akan terjadi interaksi unsur kalsium dan magnesium menjadi garam
karbonat CaCO​3 (tidak
​ larut dan mengendap). Hal ini karena garam karbonat
yang meningkatkan absorbsi sitrat dan fosfat di ​lumen intestinal.​ Kesadahan air
ini merupakan kesadahan sementara yang dapat dikurangi (pengedapan) dan
bahkan dihilangkan dengan cara pemanasan yang mengakibatkan terbentuknya
garam kalsium karbonat yang tidak larut dan mengendap (Izhar, 2007).
Limbah cair yang dihasilkan industri perminyakan mengandung garam,
minyak, venol, sulfida, zat organik seperti benzena, toluen, ​naphtalene serta zat
organik lainnya yang merupakan limbah beracun dan berbahaya. Apabila
dianalisa limbah cair tersebut umumnya memiliki kadar ​total solid (TS)
melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan. ​Total solid (TS) atau padatan
total merupakan total dari zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi baik yang
bersifat organik maupun anorganik. Zat padat tersuspensi apabila berlebih akan
meningkatkan kekeruhan air, sehingga menghambat penetrasi sinar matahari
kedalam air dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis
(Rohmah, 2008).
Air akan menjadi sadah apabila mengandung mineral kalsium,
magnesium, dan besi yang berlebih. Mineral-mineral ini dapat membentuk
kerak pada peralatan dan perpipaan sehingga dapat menghambat aliran air.
Selain itu, kesadahan juga menghambat terbentuknya busa pada sabun dan
detergen. Sedangakn kekeruhan diakibatkan oleh adanya partikel-partikel padat
tersuspensi dalam air, sehingga air terlihat keruh. Partikel-pertikel ini biasanya
berupa partikel besar berupa butiran yang dapat terlihat oleh mata maupun
partikel kecil yang tidak terlihat (Husaini, 2006).
Air banyak mengalami kontak dengan batu-batuan. Oleh karena itu, air
banyak mengandung mineral batu-batuan terutama CaCO​3​, MgCO​3​, CaSO​4​,
MgSO​4​, dan sebagainya. Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan
magnesium dikenal sebagai air sadah. Salah satu metode yang digunakan untuk
menurunkan kesadahan adalah dengan filtrasi dengan media zeolit. Di alam
banyak terdapat zeolit tetapi kemampuan menyerap zeolit di alam kurang baik
sehingga perlu diaktivasi. Sifat sebagai penukar ion dari zeolit antara lain
tergantung dari sifat kation, suhu, dan jenis anion (Nurhayati, 2011).
Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal
sebagai "air sadah". Air sadah yang telah melebihi batas maksimum (± 500
mg/l) dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan. Dampak yang
ditimbulkan air sadah bagi kesehatan antara lain adalah dapat menyebabkan
cardiovasculer deseasae (penyumbatan pembuluh darah jantung) dan
urolithiasis (batu ginjal). Air sadah bukan merupakan air yang berbahaya
karena memang ion-ion tersebut dapat larut dalam air. Akan tetapi dengan
kadar Ca​2+ yang tinggi akan menyebabkan air menjadi keruh. Air sadah juga
tidak baik untuk mencuci, karena ion-ion Ca​2+ dan Mg​2+ akan berikatan dengan
sisa asam karbohidrat pada sabun dan membentuk endapan sehingga sabun
tidak berbuih. Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis
anion yang diikat oleh kation (Ca​2+ atau Mg​2+​), yaitu air sadah sementara dan
air sadah tetap (Nurullita, 2010).
Kesadahan (​hardness​) merupakan petunjuk kemampuan air untuk
membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan
rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun,
sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Kesadahan
sangat penting artinya bagi pembudi daya karena kesadahan merupakan salah
satu petunjuk kualitas air yang diperlukan bagi lobster air tawar. Kesadahan
menggambarkan kandungan ion Ca dan Mg serta ion logam polivalen lainnya.
Kesadahan perairan berasal dari kontak antara air, tanah, dan bebatuan
(Lukito, 2007).
Kesadahan merupakan sifat air yang mengandung ion-ion logam valensi
dua dan ion penyebab utama kesadahan Ca dan Mg. Air sadah banyak dijumpai
pada daerah yang lapisan tanah atas tebal dan ada pembentukan batu kapur.
Untuk mendapatkan air minum yang bersih dan sehat harus memenuhi
beberapa persyaratan yaitu syarat fisik (suhu, warna, bau, rasa, dan kekeruhan),
syarat bakteriologis yaitu air yang dikonsumsi manusia harus bebas dari segala
virus, bakteri patogen, dan syarat kimia yaitu air yang dikonsumsi harus
mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah tertentu pula. Kesadahan adalah
sifat air yang disebabkan oleh ion-ion logam bervalensi 2 dan terutama ion
kalsium dan magnesium. Dampak yang ditimbulkan dari kadar kesadahan yang
tinggi adalah meningkatkan pemakaian sabun, tertutupnya pori-pori kulit,
merubah warna porselin dan dapat membahayakan bagi kesehatan manusia. Air
yang mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi menyebabkan timbulnya kerak
pada peralatan masak, menimbulkan endapan berwarna putih, menyebabkan
sabun kurang membusa sehingga meningkatkan konsumsi sabun, menimbulkan
korosi pada peralatan yang terbuat dari besi (Ristiana, 2009).
C. Metodologi
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Praktikum Sanitasi Industri dan Pengolahan Limbah Acara I Analisis
Kualitas Air ini dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Desember 2014 pada
pukul 13.00-15.00 WIB dan bertempat di Laboratorium Rekayasa
Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
2. Bahan dan Alat
a. Air kran
b. Air PDAM
c. Air danau
d. Air limbah rumah tangga
e. Air sungai
f. Air selokan
g. Indikator EBT
h. Larutan buffer pH 10
i. Larutan Na​2​EDTA 0,1 N
j. Termometer
k. Kertas saring Whatmann
l. Gelas ukur 100 ml
m. Timbangan analitik
n. Pipet volume 10 ml
o. Propipet
p. Loyang
q. Gelas kimia 300 ml
r. Pipet tetes
s. Buret dan statis
t. Oven
u. Desikator
v. Corong gelas
w. Penjepit ​stainless steel
3. Cara Kerja
a. Pengukuran Suhu

b. Analisis Zat Padat Tersuspensi (TSS)


1) Preparasi Kertas Saring

2) Perlakuan Sampel
c. Kesadahan Air
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1.1​ Hasil Pengamatan Pengukuran Suhu
Kel Bahan Suhu
1 Air kran 29
2 Ar PDAM 33
3 Air danau 28
4 Air Limbah RT 33
5 Air sungai 31
6 Air selokan 27
7 Air kran 30
8 Ar PDAM 33
9 Air danau 27
10 Air Limbah RT 32
11 Air sungai 32
12 Air selokan 32
Sumber: Laporan Sementara
Suhu merupakan karakteristik air secara fisik. Suhu sangat berpengaruh
terhadap proses-proses yang terjadi dalam badan air. Suhu air buangan
kebanyakan lebih tinggi daripada suhu badan air. Hal ini erat hubungannya
dengan proses biodegradasi. Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi perairan dan interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan
biota air lainnya. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat
sebagai berikut: jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun, kecepatan reaksi
kimia meningkat dan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. Apabila
batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya akan mati
(Fardiaz, 1992).
Pada praktikum pengukuran suhu kali ini, menggunakan 6 jenis sampel
air yaitu air kran, air PDAM, air danau, air limbah rumah tangga, air sungai,
dan air selokan. Pertama, dimasukkan air sampel ke dalam gelas ukur sebanyak
100 ml. Kemudian dicelupkan termometer dan dibiarkan beberapa saat. Setelah
itu, dibaca suhu air sampel yang tertera pada termometer.
Pada ​Tabel 1.1 ​di atas, dapat dilihat percobaan shift I pada kelompok 1
dengan sampel air kran memiliki suhu sebesar 29​o​C. Pada kelompok 2 dengan
sampel air PDAM memiliki suhu sebesar 33​o​C. Pada kelompok 3 dengan
sampel air danau, memiliki suhu sebesar 28​o​C. Pada kelompok 4 dengan
sampel air limbah rumah tangga, memiliki suhu 33​o​C. Pada kelompok 5
dengan sampel air sungai, memiliki suhu sebesar 31​o​C. Pada kelompok 6
dengan sampel air sungai, memiliki suhu sebesar 27​o​C.
Sedangkan pada percobaan shift II pada kelompok 7 dengan sampel air
kran, memiliki suhu sebesar 30​o​C. Pada kelompok 8 dengan menggunakan
sampel air PDAM, memiliki suhu sebesar 33​o​C. Pada kelompok 9 dengna
menggunakan sampel air danau, memiliki suhu sebesar 27​o​C. Pada kelompok
10 dengan sampel air limbah rumah tangga, memiliki suhu sebesar 32​o​C. Pada
kelompok 11 dengan sampel air sungai, memiliki suhu sebesar 32​o​C. Pada
kelompok 12 dengan sampel air selokan, memiliki suhu sebesar 32​o​C.
Dari data tersebut, dapat dilihat urutan suhu setiap sampel dari yang
tertinggi yaitu pada kelompok 4 dengan air limbah rumah tangga 33​o​C,
kelompok 2 dengan air PDAM 33​o​C, kelompok 8 dengan air PDAM 33​o​C,
kelompok 10 dengan air limbah rumah tangga 32​o​C, kelompok 11 dengan air
sungai 32​o​C, kelompok 12 dengan air selokan 32​o​C, kelompok 5 dengan air
sungai 31​o​C, kelompok 7 dengan air kran 30​o​C, kelompok 1 dengan air kran
29​o​C, kelompok 3 dengan air danau 29​o​C, kelompok 9 dengan air danau 28​o​C,
dan kelompok 6 dengan air selokan 27​o​C. Dari data tersebut, terlihat bahwa
suhu yang paling tinggi terdapat pada sampel air limbah rumah tangga dan air
PDAM. Hal ini berarti, air limbah rumah tangga dan air PDAM mempunyai
kualitas air yang rendah dimana semakin tinggi suhu, maka semakin rendah
kualitas air tersebut. Menurut Alfian (2004), suhu air buangan kebanyakan
lebih tinggi daripada suhu badan air. Hal ini erat hubungannya dengan proses
biodegradasi yang terdapat di dalam air. Air limbah rumah tangga memiliki
suhu yang tinggi akibat kandungan molekul sabun, surfaktan dan deterjen yang
larut dalam air. Dari data hasil percobaan praktikum yang telah dilakukan,
sudah sesuai dengan teori referensi (Alfian, 2004), dimana air limbah rumah
tangga memiliki suhu yang paling tinggi.
Suhu 22-25​o​C merupakan suhu normal perairan yang memungkinkan
berlangsungnya kehidupan secara normal di dalamnya, baik kehidupan hewan
maupun nabati. Kondisi air yang memiliki suhu tinggi atau diatas suhu normal
akan berakibat pada kehidupan biotik pertanian yang hidupnya tergantung oleh
air. Suhu air yang tinggi akan mengganggu proses fotosintesis pada tumbuhan,
terganggunya kehidupan tumbuhan air seperti rumput laut, enceng gondok,
algae, dan lain-lain. Sehingga hal tersebut menyebabkan kerugian bagi biotik
pertanian maupun lingkungan sekitarnya (Yusuf, 2008).
Tabel 1.2​ Hasil Pengamatan Analisis Zat Padat Tersuspensi
Berat kertas Berat kertas saring TSS
Kel Bahan b-a (g)
saring (a) + sampel (b) (g/ ml)
1 Air kran 0,689 0,792 0,103 1,030
2 Ar PDAM 0,581 0,785 0,004 0,040
3 Air danau 0,759 0,994 0,235 2,350
4 Air Limbah RT 0,736 0,841 0,105 1,050
5 Air sungai 0,783 0,793 0,010 0,100
6 Air selokan 0,786 0,788 0,002 0,020
7 Air kran 0,713 0,799 0,086 1,720
8 Ar PDAM 0,685 0,793 0,108 2,160
9 Air danau 0,844 0,809 -0,035 -0,700
10 Air Limbah RT 0,611 0,848 0,237 4,740
11 Air sungai 0,772 0,831 0,059 1,180
12 Air selokan 0,686 0,810 0,124 2,480
Sumber: Laporan Sementara
Zat padat tersuspensi (​Total Suspended Solid)​ adalah semua zat padat
(pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air
dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton,
bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan
partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi merupakan tempat
berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai
bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi
kemampuan produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan, 2003).
Pengukuran TSS dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui berat atau jumlah
zat-zat tersuspensi di dalam 1000 ml air sampel dengan cara menimbang berat
zat-zat tersuspensi dalam air yang tertinggal pada kertas saring. Metode yang
digunakan pada pengukuran TSS adalah gravimetri (Setiari, 2012).
Pada praktikum analisis zat padat tersuspensi kali ini, menggunakan 6
jenis sampel air yaitu air kran, air PDAM, air danau, air limbah rumah tangga,
air sungai, dan air selokan. Pertama, kertas saring Whatman dioven selama 1
jam pada suhu 103-105​o​C dan kemudian didesikator selama 15 menit. Setelah
itu, ditimbang berat kertas saring, dimana berat tersebut sebagai a. Selanjutnya
diambil 100 ml air sampel untuk dan disaring dengan kertas saring Whatman.
Setelah itu, kertas saring + sampel dimasukkan ke dalam oven dengan suhu
103-105​o​C selama 1 jam dan didesikator selama 15 menit. Kemudian
ditimbang berat kertas saring + sampel, dimana berat tersebut sebagai b.
Setelah itu dilakukan perhitungan jumlah zat tersuspensi dengan rumus:

.
Pada ​Tabel 1.2 ​di atas, dapat dilihat percobaan shift I pada kelompok 1
dengan sampel air kran, dimana berat kertas saring 0,689 gram, berat kertas
saring + sampel 0,792 gram, dan b-a sebesar 0,103 gram, sehingga didapatkan
nilai TSS dengan rumus yaitu sebesar 1,030 g/ ml. Pada kelompok 2 dengan
sampel air PDAM, dimana berat kertas saring 0,581 gram, berat kertas saring +
sampel 0,785 gram, dan b-a sebesar 0,004 gram, sehingga didapatkan nilai TSS
pada sampel dengan rumus yaitu 0,040 g/ ml. Pada kelompok 3 dengan sampel
air danau, dimana berat kertas saring 0,759 gram, berat kertas saring + sampel
0,994 gram, dan b-a sebesar 0,235 gram, sehingga didapatkan nilai TSS pada
sampel dengan rumus yaitu 2,350 g/ ml. Pada kelompok 4 dengan sampel air
limbah rumah tangga, dimana berat kertas saring 0,736 gram, berat kertas
saring + sampel 0,841 gram, dan b-a sebesar 0,105 gram, sehingga dapat
dihitung nilai TSS pada sampel dengan rumus yaitu 1,050 g/ ml. Pada
kelompok 5 dengan sampel air sungai, dimana berat kertas saring 0,783 gram,
berat kertas saring + sampel 0,793 gram, dan b-a sebesar 0,010 gram, sehingga
didapatkan nilai TSS dengan rumus yaitu 0,100 g/ ml. Pada kelompok 6
dengan sampel air selokan, dimana berat kertas saring 0,786 gram, berat kertas
saring + sampel 0,788 gram, dan b-a sebesar 0,002 gram, sehingga dapat
dihitung nilai TSS pada sampel dengan rumus yaitu 0,020 g/ ml.
Pada percobaan shift II pada kelompok 7 dengan menggunakan sampel
air kran, dimana berat kertas saring 0,713 gram, berat kertas saring + sampel
0,799 gram, dan b-a sebesar 0,086 gram, sehingga didapatkan nilai TSS pada
sampel dengan rumus yaitu 0,860 g/ ml. Pada kelompok 8 dengan sampel air
PDAM, dimana berat kertas saring 0,685 gram, berat kertas saring + sampel
0,793 gram, dan b-a sebesar 0,108 gram, sehingga didapatkan nilai TSS dengan
rumus yaitu 1,080 g/ ml. Pada kelompok 9 dengan sampel air danau, dimana
berat kertas saring 0,844 gram, berat kertas saring + sampel 0,809 gram, dan
b-a sebesar -0,035 gram, sehingga didapatkan nilai TSS pada sampel dengan
rumus yaitu -0,350 g/ ml. Pada kelompok 10 dengan sampel air limbah rumah
tangga, dimana berat kertas saring 0,611 gram, berat kertas saring + sampel
0,848 gram, dan b-a sebesar 0,237 gram, sehingga didapatkan nilai TSS pada
sampel dengan rumus yaitu 2,370 g/ ml. Pada kelompok 11 dengan
menggunkan sampel air sungai, dimana berat kertas saring 0,772 gram, berat
kertas saring + sampel 0,831 gram, dan b-a sebesar 0,059 gram, sehingga
didapatkan nilai TSS pada sampel dengan rumus yaitu 0,590 g/ ml. Pada
kelompok 12 dengan menggunakan sampel air selokan, dimana berat kertas
saring 0,686 gram, berat kertas saring + sampel 0,810 gram, dan b-a sebesar
0,124 gram, sehingga didapatkan nilai TSS dengan rumus yaitu 1,240 g/ ml.
Dari data tersebut, terlihat bahwa hasil pada percobaan shift I dan shift
II berbeda. Urutan nilai TSS pada sampel dari yang tertinggi adalah kelompok
10 dengan air limbah rumah tangga 2,370 g/ ml, kelompok 3 dengan air danau
2,350 g/ ml, kelompok 12 dengan air selokan 1,240 g/ ml, kelompok 8 dengan
air PDAM 1,080 g/ ml, kelompok 4 dengan air limbah rumah tangga 1,050 g/
ml, kelompok 1 dengan air kran 1,030 g/ ml, kelompok 7 dengan air kran 0,860
g/ ml, kelompok 11 dengan air sungai 0,590 g/ ml, kelompok 5 dengan air
sungai 0,100 g/ ml, kelompok 2 dengan air PDAM 0,040 g/ ml, kelompok 6
dengan air selokan 0,020 g/ ml, dan kelompok 9 dengan air danau -0,350 g/ ml.
Pada air limbah rumah tangga menghasilkan nilai TSS yang paling tinggi. Hal
ini disebabkan oleh adanya kandungan zat-zat di dalam air yang dibuang. Zat
tersebut bisa berbahaya dalam lingkungan sekitar dan ekosistem. Penyebab
yang lainnya adalah kurangnya kandungan oksigen terlarut dalam air limbah
rumah tangga yang berasal dari limbah organik dan pencemaran bahan kimia
anorganik (asam, garam, dan toksik logam) serta bahan kimia organik (minyak,
plastik, peptisida, deterjen, dan lain-lain).
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal
dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada
umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan
bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain
mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair
yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri,
bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin
ada. Dapat disimpulkan air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan
manusia, baik kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya. Sesuai
dengan kandungan zat-zat yang terkandung dalam air limbah ini, maka air
limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Pencemaran akibat air limbah dapat menyebabkan kerugian besar,
karena umumnya air buangan/ limbah mengandung zat beracun antara lain
raksa (Hg), kadmium (Cd), krom (Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu).
Logam-logam ini akan membentuk senyawa organik dan anorganik yang
berperan dalam merusak kehidupan makhluk hidup yang ada di dalam perairan.
Logam berat masuk ke dalam tubuh organisme laut sebagian besar melalui
rantai makanan fitoplankton merupakan awal dari rantai makanan yang akan
dimangsa oleh zooplankton, sedangkan zooplankton dimangsa oleh ikan-ikan
kecil, dan ikan kecil dimangsa oleh ikan-ikan besar serta akhirnya ikan
dikonsumsi oleh manusia. Proses ini berlangsung secara terus-menerus maka
jumlah dari logam yang terkonsumsi juga semakin banyak dan termasuk
terakumulasi dalam tubuh manusia. Logam berat jika sudah terserap ke dalam
tubuh maka tidak dapat dihancurkan, bersifat toksik dan mengganggu
kehidupan mikroorganisme. Pada manusia logam berat dapat menimbulkan
efek kesehatan tergantung pada bagian mana logam berat tersebut terikat di
dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja
enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Logam berat dapat juga
sebagai penyebab alergi, karsinogen bagi manusia dan dalam konsentrasi yang
tinggi akan menyebabkan kematian (Arifin, 2012).
Menurut Tarigan (2003), total padatan tersuspensi berpengaruh pada
kecerahan dan warna air, dimana merupakan parameter-parameter kualitas air
yang saling terkait. Kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh keberadaan
padatan tersuspensi, cat-cat terlarut, partikel-partikel dan warna air. Pengaruh
kandungan lumpur yang dibawa oleh air dapat mengakibatkan tingkat
kecerahan air menjadi rendah, sehingga menurunkan nilau produktivitas
perairan. Jumlah TTS yang besar mempengaruhi tingkat kecerahan air
sehingga kecerahan air agak sedikit dangkal.
Pada praktikum nilai TSS kali ini, terdapat kesalahan pada percobaan
kelompok 9 dengan sampel air danau karena nilai TSS yang dihasilkan adalah
negatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai TSS g/ ml antara lain yaitu
jenis dan sifat limbah yang digunakan, suhu dan lamanya pengovenan. Selain
itu, juga dipengaruhi oleh penimbangan, banyaknya kandungan kadar air dalam
kertas saring, dan lama penyimpanan dalam desikator.
Tabel 1.3​ Hasil Pengamatan Kesadahan Air
Vol M Vol
Jenis Kesadahan
Kel sampel Na​2​EDTA Na​2​EDTA Perubahan warna
sampel air
(ml) (N) (ml)
1 Air kran 25 0,10 23,50 Sangat keras Ungu tua-ungu muda
2 Air PDAM 25 0,10 50,00 Sangat keras Ungu-ungu bening
Putih sedikit
3 Air danau 25 0,10 43,00 Sangat keras
ungu-putih bening
Air Limbah Merah anggur-biru
4 25 0,10 0,09 Agak keras
RT tua
Coklat keruh-coklat
5 Air sungai 25 0,10 44,00 Sangat keras
pudar
6 Air selokan 25 0,10 60,00 Sangat keras Ungu – ungu bening
7 Air kran 25 0,15 - - -
8 Air PDAM 25 0,15 48,50 Sangat keras Bening kebiruan
Sangat
9 Air danau 25 0,15 0,20 Biru
lunak
Air Limbah
10 25 0,15 0,80 Agak keras Biru
RT
11 Air sungai 25 0,15 0,50 Agak keras Biru
12 Air selokan 25 0,15 42,50 Sangat keras Ungu muda
Sumber: Laporan Sementara
Kesadahan merupakan salah satu parameter tentang kualitas air sehat,
dimana kesadahan menunjukkan ukuran pencemaran air oleh mineral-mineral
terlarut seperti Ca​++ dan Mg​++ (Sulistyani, 2012). Secara lebih rinci, kesadahan
dibagi dalam 2 tipe yaitu kesadahan umu (​general hardness)​ dan kesadahan
karbonat (​carbonate hardness)​ . Di samping 2 tipe kesadahan tersebut, ada juga
tipe kesadahan total (​total hardness)​ . Kesadahan total merupakan penjumlahan
dari kesadahan umum dan kesadahan karbonat. Kesadahan umum merupakan
ukuran yang menunjukkan kadungan ion Ca​2+ atau Mg​2+​. Sedangkan kesadahan
karbonat merupakan besaran yang menunjukkan kandungan ion bikarbonat dan
karbonat dalam air (Lukito, 2007).
Berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca​2+ atau Mg​2+​), air
sadah digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu air sadah sementara dan air sadah
tetap. Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat
(HCO​3​-​), khususnya senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO​3​)​2​) dan atau
magnesium bikarbonat (Mg(HCO​3​)​2​). Disebut air sadah sementara karena
kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air membebaskan ion Ca​2+
dan atau Mg​2+​, dimana selanjutnya senyawa-senyawa tersebut akan mengendap
pada dasar ketel. Air sadah tetap adalah air sadah yang mengandung anion
selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl​-​, NO​3​-​, dan SO​4​2-​. Berarti
senyawa yang terlarut dapat berupa kalsium klorida (CaCl​2​), kalsium nitrat
(Ca(NO​3​)​2​), kalsium sulfat (CaSO​4​), magnesium klorida (MgCl​2​), magnesium
nitrat (Mg(NO​3​)​2​), dan magnesium sulfat (MgSO​4​). Air yang mengandung
senyawa-senyawa tersebut, kesadahannya tidak dapat dihilangkan hanya
dengan cara pemanasan. Kesadahan tetap dapat dihilangkan dengan
mereaksikan air tersebut dengan zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan
adalah larutan karbonat Na​2​CO​3 atau K​2​CO​3​. Penambahan larutan karbonat
dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca​2+​ dan atau Mg​2+​ (Sulistyani, 2012).
Sedangkan berdasarkan ion logam, kesadahan dibedakan menjadi 2
yaitu kesadahan kalsium dan kesadahan magnesium, karena pada perairan
alami kesadahan banyak disebabkan oleh kation kalsium dan magnesium.
Kesadahan kalsium dan magnesium perlu diketahui untuk mennetukan jumlah
kapur dan soda abu yang dibutuhkan dalam proses pelunakan air (​lime-soda
ash softening)​ . Apabila nilai kesadahan kalsium diketahui, maka kesadahan
magnesium dapat ditentukan melalui persamaan yaitu kesadahan magnesium =
kesadahan total – kesadahan kalsium. Pada penentuan nilai kesadahan baik
kesadahan total, kesadahan kalsium, maupun kesadahan magnesium,
keberadaan besi dan mangan dianggap sebagai pengganggu karena dapat
berekasi dengan pereaksi yang digunakan. Oleh karena itu, kesadahan kalsium
dianggap lebih besar dari kadar ion kalsium, dan sebaliknya. Untuk
menentukan kadar ion kalsium dan ion magnesium dari nilai kesadahan dapat
digunakan rumus yaitu kadar Ca​2+ (mg/ L) = 0,4 x kesadahan kalsium dan
kadar Mg​2+​ (mg/ L) = 0,243 x kalsium magnesium (Aritonang, 2008).
Pelunakan kesadahan air adalah suatu proses untuk menghilangkan atau
mengurangi kandungan kation Ca​2+ dan Mg​2+ dari dalam air. Kation penyebab
kesadahan dapat dikurangi atau dihilangkan dengan proses-proses yaitu
pemanasan, pengendapan atau kapur soda, pertukaran ion, kimia, pengenceran,
reverse osmosis (RO) atau deioniser (DI), penggunaan asam-asam organik, dan
zeolit. Proses kapur soda bertujuan untuk membentuk garam-garam kalsium
dan magnesium menjadi bentuk garam-garam yang tidak larut, sehingga dapat
diendapkan dan dipisahkan dari air. Pada proses pertukaran ion, ion kalsium
dan magnesium ditukar dengan ion sodium dengan cara melewatkan air sadah
ke dalam unggun butiran yang terbuat dari bahan yang mempunyai
kemampuan menukarkan ion. Pengenceran dilakukan dengan menggunakan air
destilasi (air suling/ aquades). Penggunaan asam-asam organik berfungsi untuk
menangkap ion-ion dari air pada gugus-gugus karbonil yang terdapat pada pada
asam organik. Sedangkan zeolit digunakan untuk memisahkan campuran lewat
penyerapan terpilih (selektif) (Marsidi, 2001).
Pada praktikum kesadahan air kali ini, dilakukan dengan metode titrasi
EDTA dan menggunakan 6 jenis sampel air yaitu sampel air kran, air PDAM,
air danau, air limbah rumah tangga, air sungai, dan air selokan. Prinsip
penentuan kesadahan air pada praktikum yaitu terbentuknya senyawa komplek
antara Ca/ Mg dengan komplekson III yang akan memberi warna biru pada
indikator EBT. Pertama, diambil 25 ml sampel air dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 2,5 ml larutan buffer pH 10 dan dikocok
sampai homogen. Setelah itu, ditambahkan 2 tetes indikator EBT, dimana
berfungsi untuk mengetahui titik akhir titrasi dan sebagi indikator akan
terbentuknya senyawa kompleks seluruhnya dengan EDTA yang ditambahkan
serta menghasilkan perubahan warna dari merah menjadi biru (Lukito, 2007).
Kemudian dilakukan proses titrasi dengan Na​2​EDTA 0,10 N pada shift I dan
Na​2​EDTA 0,15 N pada shift II. EDTA merupakan suatu kompleks kelat yang
larut ketika ditambahkan ke dalam suatu larutan yang mengandung kation
logam tertentu seperti Ca​2+ dan Mg​2+​, dimana akan membentuk kompleks
dengan logam-logam tersebut. Fungsi Na​2​EDTA 0,1 N adalah sebagai agen
titrasi yang meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menonaktifkan mineral penyebab kesadahan (Marsidi, 2001). Setelah itu,
dilihat volume Na​2​EDTA 0,1 N yang digunakan dalam proses titrasi sampai
menghasilkan warna biru dan dihitung kesadahan air dengan rumus sebagai

berikut:

.
Pada ​Tabel 1.3 ​di atas, dapat dilihat percobaan shift I pada kelompok 1
dengan menggunakan sampel air kran, dimana terjadi perubahan warna dari
ungu tua menjadi ungu muda dengan volume Na​2​EDTA yang digunakan 23,50
ml, didapatkan kesadahan air yaitu sangat keras. Pada kelompok 2 dengan
menggunakan sampel air PDAM, terjadi perubahan warna dari ungu menjadi
ungu bening dengan volume Na​2​EDTA yang digunakan 50,00 ml, sehingga
didapatkan kesadahan air sangat keras. Pada kelompok 3 dengan menggunakan
sampel air danau, terjadi perubahan warna dari putih sedikit ungu menjadi
putih bening dengan volume Na​2​EDTA yang digunakan 43,00 ml, sehingga
didapatkan kesadahan air sangat keras. Pada kelompok 4 dengan sampel air
limbah rumah tangga, terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru
tua dengan volume Na​2​EDTA yang digunakan 0,89 ml, sehingga didapatkan
kesadahan air agak keras. Pada kelompok 5 dengan sampel air sungai, dimana
terjadi perubahan warna dari coklat keruh menjadi coklat pudar dengan volume
Na​2​EDTA yang digunakan 44,00 ml, sehingga didapatkan kesadahan air sangat
keras. Pada kelompok 6 dengan menggunakan sampel air selokan, dimana
terjadi perubahan warna dari ungu menjadi ungu bening dengan volume
Na​2​EDTA yang digunakan 60 ml, sehingga didapatkan kesadahan air sangat
keras.
Pada percobaan shift II pada kelompok 8 dengan sampel air PDAM,
dimana terjadi perubahan warna menajdi bening kebiruan dengan volume
Na​2​EDTA yang digunakan 48,50 ml, sehingga didapatkan kesadahan air sangat
keras. Pada kelompok 9 dengan sampel air danau, dimana terjadi perubahan
warna menjadi biru dengan volume Na​2​EDTA yang digunakan 0,20 ml,
dehingga didapatkan kesadahan air sangat lunak. Pada kelompok 10 dengan
sampel air limbah rumah tangga, dimana terjadi perubahan warna menjadi biru
dengan volume Na​2​EDTA yang digunakan 0,80 ml, sehingga didapatkan
kesadahan air agak keras. Pada kelompok 11 dengan sampel air sungai, dimana
terjadi perubahan warna menjadi biru dengan volume Na​2​EDTA yang
digunakan 0,50 ml, sehingga didapatkan kesadahan air agak keras. Pada
kelompok 12 dengan sampel air selokan, dimana terjadi perubahan warna
menjdi ungu muda dengan volume Na​2​EDTA yang digunakan 42,50 ml,
sehingga didapatkan kesadahan air sangat keras.
Dari data tersebut, terlihat bahwa hasil pada percobaan shift I dan shift
II berbeda. Pada shift I, hanya sampel air limbah rumah tangga yang berubah
warna menjadi biru ketika dilakukan proses titrasi dengan Na​2​EDTA 0,10 N.
Sedangkan pada shift II, hampir secara keseluruhan pada sampel yang
digunakan terjadi perubahan warna menjadi biru ketika dititrasi dengan
Na​2​EDTA 0,15 N. Perbedaan pada praktikum kali ini, disebabkan oleh
konsentrasi Na​2​EDTA, dimana pada shift I menggunakan konsentrasi 0,10 N
sedangkan pada shift II 0,15 N. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi Na​2​EDTA yang digunakan, maka kemampuannya dalam
menonaktifkan ion-ion logam kalsium dan magnesium membetuk senyawa
kompleks serta menghasilkan warna biru. Penggunaan volume Na​2​EDTA yang
tidak tepat dapat terjadi kelebihan atau kekurangan Na​2​EDTA sehingga
berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Selain itu, ketelitian praktikan dalam
melakukan percobaan terutama proses titrasi juga dapat mempengaruhi data
percobaan dan hasil perhitungan.
Dari data percobaan menunjukkan bahwa air kran dan air PDAM
memiliki tingkat kesadahan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh lingkungan
sumber air tersebut. Pada air kran yang bersumber pada tanah kapur, akan
memiliki tingkat kesadahan yang tinggi dibandingan dengan air kran yang
bersumber dari pegunungan. Sedangkan pada air PDAM, dilakukan proses
penjernihan dengan kaporit atau tawas yang dapat meningkatkan nilai
kesadahan air. Pada sampel air danau, pada shift I tingkat kesadahan sangat
keras sedangkan pada shift II sangat lunak. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi
Na​2​EDTA yang digunakan. Pada air danau, terjadi bioremediasi oleh hewan air
seperti plankton dan alga yang dapat menguraikan senyawa kimia yang
terdapat dalam air danau sehingga tingkat kesadahan air danau sangat lunak.
Pada air limbah rumah tangga agak keras, dimana disebabkan oleh penggunaan
bahan sabun yang cukup banyak karena tingkat kesadahan pada sumber air
yang keras. Pada air sungai shift I sangat keras dan shift II agak keras. Hal ini
disebabkan oleh rendahnya biota air di dalam sungai sehingga tidak adanya
proses bioremediasi. Selain itu, disebabkan oleh aktivitas indutsri yang
membuang limbah industri dan warga di sekitar sungai yang sering membuang
limbah rumah tangga terutama yang mengandung sabun ke dalam sungai. Pada
air selokan, memiliki tingkat kesadahan sangat keras. Hal ini disebabkan oleh
biasanya selokan menjadi tempat pembuangan limbah industri dan tidak
adanaya mikroorganisme yang melakukan dekomposisi.
Pada praktikum kesadahan air ini, dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut adalah adanya kandungan ion-ion logam seperti
magnesium, kalium, strontium, dan barium. Garam-garam ini terdapat dalam
bentuk karbonat, sulfat, klorida, nitrat, fospat. Selain itu, kesadahan dapat juga
dipengaruhi oleh adanya ion-ion lain dari ​polyvalent metal (logam bervalensi
banyak) seperti Al, Fe, Mn, dan Zn dalam bentuk logam sulfat, klorida dan
bikarbonat dalam jumlah kecil. Semakin banyak kandungan ion magnesium
dan ion kalsium maka kesadahan air semakin tinggi. Dampak yang dihasilkan
oleh kesadahan air adalah terbentuknya kerak atau endapan yang timbul pada
wadah setelah pemanasan. Akan tetapi terdapat beberapa manfaat kesadahan
air yaitu dapat mengikat minyak pada wadah yang digunakan untuk kegiatan
yang berhubungan dengan pangan karena sabun pada air sadah akan
mengendap beserta minyak yang diikat.
E. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Sanitasi Industri dan Pengolahan Limbah Acara I
Analisis Kualitas Air yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sampel air yang memiliki suhu tinggi adalah air limbah rumah tangga
33​o​C dan air PDAM 33​o​C, dimana menunjukkan bahwa air limbah dan air
PDAM mempunyai kualitas air yang rendah karena semakin tinggi suhu,
maka semakin rendah kualitas air tersebut.
2. Urutan nilai TSS pada sampel dari yang tertinggi adalah kelompok 10
dengan air limbah rumah tangga 2,370 g/ ml, kelompok 3 dengan air
danau 2,350 g/ ml, kelompok 12 dengan air selokan 1,240 g/ ml, kelompok
8 dengan air PDAM 1,080 g/ ml, kelompok 4 dengan air limbah rumah
tangga 1,050 g/ ml, kelompok 1 dengan air kran 1,030 g/ ml, kelompok 7
dengan air kran 0,860 g/ ml, kelompok 11 dengan air sungai 0,590 g/ ml,
kelompok 5 dengan air sungai 0,100 g/ ml, kelompok 2 dengan air PDAM
0,040 g/ ml, kelompok 6 dengan air selokan 0,020 g/ ml, dan kelompok 9
dengan air danau -0,350 g/ ml.
3. Kesadahan merupakan salah satu parameter tentang kualitas air sehat,
dimana kesadahan menunjukkan ukuran pencemaran air oleh
mineral-mineral terlarut seperti Ca​++​ dan Mg​++​.
4. Prinsip penentuan kesadahan air pada praktikum yaitu terbentuknya
senyawa komplek antara Ca/ Mg dengan komplekson III yang akan
memberi warna biru pada indikator EBT.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadahan air adalah adanya
kandungan ion-ion logam (magnesium, kalium, strontium, dan barium),
ion-ion lain dari ​polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti Al,
Fe, Mn, dan Zn dalam bentuk logam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam
jumlah kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Zul. 2004. ​Analisis pH dan Kesadahan Total pada Air Umpan Boiler di Pabrik
Kelapa Sawit PTP Nusantara II Padang Brahrang.​ Jurnal Sains Kimia 8
(2): 53-55.
Aritonang, Clara Derlismawan. 2008. ​Kesadahan: Analisa dan Permasalahannya untuk
Air Industri​. Karya Ilmiah Kimia Analisis Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Bahtiar, Agung Rizal. 2008. ​Penurunan Kesadahan Air Menggunakan Serbuk Sekam
Padi Perlakuan dengan NaOH.​ Tugas Akhir Kimia FMIPA Universitas
Diponegoro. Semarang.
Campbell, Jarryd and Dan Peterson. 2010. ​Determination of Water Hardness from
Common Water Sources Using Flame Atomic Absorbance Spectrometry.​
Concordia College Journal of Analytical Chemistry 1 (1): 4-8.
Effendi, Hefni. 2003. ​Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan.​ Kanisius. Yogyakarta.
Fardiaz, Srikandi. 1992. ​Polusi Air dan Udara.​ Kanisius. Yogyakarta.
Gazali, Imam, Bambang Rahadi Widiatmono, dan Ruslan Wirosoedarmo. 2013. Evaluasi
Dampak Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas terhadap Kualitas Air
Sungai Klinter Kabupaten Nganjuk.​ Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis
dan Biosistem 1 (2): 1-8.
Herdrawati. 2007. ​Analisis Beberapa Parameter Kimia dan Kandungan Logam pada
Sumber Air Tanah dis ekitar Pemukiman Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.​ Skripsi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Husaini dan Trisna Soenara. 2006. ​Pengurangan Kesadahan Ca, Mg, dan Logam Berat
Fe, Mn, Zn dalam Bahan Baku Air Minum dengan Menggunakan Zeolit
Asal Cikalong, Tasikmalaya.​ Jurnal Zeolit Indonesia 5 (1).
Izhar, M. Dody, Haripurnomo K., dan Suhardi Darmoatmodjo. 2007. ​Hubungan antara
Kesadahan Air Minum, Kadar Kalsium, dan Sedimen Kalsium Oksalat
Urin pada Anak Usia Sekolah Dasar​. Berita Kedokteran Masyarakat 23
(4).
Lukito, Agung dan Surip Payugo. 2007. ​Panduan Lengkap Lobster Air Tawar.​ Penebar
Swadaya. Jakarta.
Marsidi, Ruliasih. 2001. ​Zeolit untuk Mengurangi Kesadahan Air​. Jurnal Teknologi
Lingkungan 2 (1): 1-10.
Nurhayati, Indah. 2011. ​Filtrasi dengan Media Zeolit Terkativitasi untuk Menurunkan
Kesadahan.​ Jurnal Wahana 57 (2).
Nurullita, Ulfa, Rahayu Astuti, dan Mohammad Zaenal Arifin. 2010. ​Pengaruh Lama
Kontak Karbon Aktif sebagai Media Filter terhadap Persentase
Penurunan Kesadahan CaCO3​ Air Sumur Artetis.​ Jurnal Kesehatan
Masyarakat Indonesia 6 (1).
Pujiastuti, Peni, Bagus Ismail, dan Pranoto. 2013. ​Kualitas dan Beban Pencemaran
Perairan Waduk Gajah Mungkur​. Jurnal Ekosains V (1).
Ristiana, Nana, Dwi Astuti, dan Tri Puji Kurniawan. 2009. ​Keefektifan Ketebalan
Kombinasi Zeolit dengan Arang Aktif dalam Menurunkan Kadar
Kesadahan Air Sumur di Karangtengah Weru Kabupaten Sukoharjo.​
Jurnal Kesehatan 2 (1): 91-102.
Rohmah, Nur dan Anto Tri Sugiarto. 2008. ​Penurunan TS (Total Solid) pada Limbah
Cair Industri Perminyakan dengan Teknologi AOP.​ Prosiding Seminar
Nasional Teknoin Bidang Teknik Kimia dan Tekstil.
Sengupta, Pallav. 2013. ​Potential Health Impacts of Hard Water​. International Journal of
Preventive Medicine 4 (8).
Setiari, Ni Made. 2012. ​Identifikasi Sumber Pencemar dan Analisis Kualitas Air Tukad
Yeh Sungi di Kabupaten Tabanan dengan Metode Indeks Pencemaran.​
Tesis Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar.
Sulistyani, Sunarto, dan Annisa Fillaeli. 2012. ​Uji Kesadahan Air Tanah di Daerah
Sekitar Pantai Kecamatan Rembang Propinsi Jawa Tengah​. Jurnal Sains
Dasar 1 (1): 33-39.
Suprihatin dan Luluk Endahwati. 2010. ​Penurunan Kesadahan Air Laut dengan Zeloit
Alam. J​ urnal Rekayasa Perencanaan 6 (1).
Tarigan, M.S. dan Edward. 2003. ​Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara.​ Jurnal Makara
Sains 7 (3).
Yusuf, Guntur. 2008. ​Bioremediasi Limbah Rumah Tangga dengan Sistem Simulasi
Tanaman Air.​ Jurnal Bumi Lestari 8 (2): 136-144.

LAMPIRAN PERHITUNGAN
ACARA I
ANALISI KUALITAS AIR

1. Perhitungan​ ​TSS Kelompok 5


Diketahui : b = 0,793 gram
a = 0,783 gram
Ditanya : TSS?

Jawab : TSS =

=
= 0,100 g/ ml

2. Perhitungan Kesadahan air Kelompok 5


Diketahui : Vol sampel = 25 ml
Vol Na​2​EDTA = 44 ml
M Na​2​EDTA = 0,10 N
Ditanya : Kesadahan air?
Jawab :

Kesadahan =

=
= 492,8 DH (sangat keras)
Sifat Soviet Jerman
Sangat lunak 0-1,5 mgrek 0-4 DH
Lunak 1,5-3 mgrek 4-8 DH
Agak keras 3-6 mgrek 8-18 DH
Keras 6-9 mgrek 18-30 DH
Sangat keras >9 mgrek >30 DH

Anda mungkin juga menyukai