Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Status gizi merupakan ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi
untuk ibu hamil. Gizi ibu hamil merupakan nutrisi yang diperlukan dalam jumlah
yang banyak untuk pemenuhan gizi ibu sendiri dan perkembangan janin yang
dikandungnya. Kebutuhan makanan dilihat bukan hanya dalam porsi yang
dimakan tetapi harus ditentukan pada mutu zat-zat gizi yang terkandung dalam
makanan yang dikonsumsi (Pangemanan dkk, 2013).

Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur
status gizi masyarakat. Jika asupan gizi untuk ibu hamil dari makanan tidak
seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi.
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi. Karena itu,
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan
energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, pertambahan besarnya organ kandungan, serta perubahan komposisi dan
metabolisme tubuh ibu (Rahmaniar dkk, 2011). Masalah gizi yang sering
dihadapi ibu hamil yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK). Menurut Depkes RI
tahun 2013, prevalensi ibu hamil KEK yaitu 24,2% (Depkes, 2013).

Kekurangan energi kronik (KEK) merupakan kondisi yang disebabkan


karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi antara energi dan protein,
sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Ibu hamil yang
menderita KEK mempunyai resiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal
atau resiko melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR). Berdasarkan
data Departemen Kesehatan RI tahun 2013, sekitar 146.000 bayi usia 0 – 1 tahun
dan 86.000 bayi baru lahir (0 – 28 hari) meninggal setiap tahun di Indonesia
(Depkes, 2013).Ibu Hamil yang mengalami KEK mempunyai risiko melahirkan
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 5 kali lebih besar dibandingkan
ibu hamil yang tidak KEK (Hidayanti, 2004). Prevalensi ibu hamil KEK
mengalami kenaikan selama krisis ekonomi yaitu mencapai 24,9%. Meski
mengalami penurunan yang cukup signifikan dengan adanya perbaikan ekonomi
Indonesia pasca krisis, sampai dengan saat ini prevalensi ibuhamil KEK masih
cukup tinggi yaitu 24,2% (Depkes, 2013). Tingginya angka kurang gizi pada ibu
hamil ini mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka BBLR di Indonesia
yang mencapaoi 10,2% pada tahun 2013 (Depkes, 20013).

1
Dengan demikian, penyusunan makalah ini diharapkan dapat menjadi
acuan untuk mengetahui Kekurangan Energi Kronis pada ibu hamil, sehingga
dapat dilakukan pencegahan sejak dini yang nantinya dapat menurunkan angka
kematian ibu secara mendadak dan mencegah terjadinya kelahiran bayi dengan
berat badan rendah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian KEK?
2. Apa akibat kurangnya KEK pada ibu hamil?
3. Apa penyebab terjadinya KEK pada ibu hamil?
4. Bagaimana cara pencegahan KEK pada ibu hamil?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian KEK.
2. Mengetahui akibat kurangnya KEK pada ibu hamil.
3. Mengetahui penyebab terjadinya KEK pada ibu hamil.
4. Mengetahui cara pencegahan KEK pada ibu hamil.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
1. Pengertian KEK
Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam namun
banyak terjadi kasus Kekurangan Energi Kronis (KEK). Hal tersebut disebabkan
oleh ketidakseimbangan asupan zat gizi sehingga dapat mengakibatkan
ketidaksempurnan pertumbuhan tubuh baik fisik maupun mental (Chinue, 2009).

Kurang Energi Kronik (KEK) adalah “keadaan menetap” (steady state)


dimana seseorang berada dalam keseimbangan energi, yaitu asupan energi dan
pengeluaran energi dalam keadaan seimbang atau sama, meskipun berat badan
rendah dan persediaan energi tubuh rendah. Kondisi tubuh pada penderita KEK
berada dalam keadaan peningkatan risiko terhadap gangguan fungsi dan
kesehatan (James, Ferro-Luzzi, dan Waterlow, 1998).

Kurang Energi Kronik sering menyerang pada wanita usia subur


(Arisman, 2009). Asupan energi dan protein yang tidak adekuat pada WUS dapat
menyebabkan KEK (KemenkesRI, 2016). Wanita Usia Subur (WUS) adalah
wanita dengan rentang usia 15-49 tahun. Ibu hamil yang berisiko KEK dapat
diukur melalui Indeks Masa Tubuh (IMT) dan ukuran lingkar lengan atasnya
(LILA).

IMT adalah cara alternatif untuk menentukan kesesuaian berat rasio berat
badan dan tinggi badan untuk melihat keseimbangan antara asupan makanan
dengan kebutuhan gizi seseorang. IMT yang menunjukkan hasil < 17,0 dan LILA
yang menunjukkan hasil < 23,5 cm maka dapat dikatakan berisiko KEK. Berikut
rumus untuk menghitung IMT :

IMT = Berat Badan

Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

Dengan kategori sebagai berikut :

 IMT < 17 : berisiko KEK


 IMT < 18,5 : underweight
 IMT = 18,5 – 22,9 : normal
 IMT = 23,0 – 24,9 : overweight
 IMT = 25,0 – 29,9 : obese I

3
 IMT ≥ 30 : obese II

LILA merupakan salah satu pilihan untuk menentukan status gizi seseorang
karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh. Tujuan
dilakukannya pengukuran LILA pada wanita usia subur dan ibu hamil antara lain :

a. Mengetahui risiko kekurangan energi kronik pada wanita usia subur, ibu hamil
maupun calon ibu untuk menapis wanita yang berisiko mempunyai bayi berat
lahir rendah.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih peduli dan berperan serta
dalam pencegahan dan penanggulangan kejadian kekurangan energi kronik.
c. Mengembangkan gagasan atau ide-ide baru di masyarakat dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
d. Meningkatkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran wanita yang
menderita kekurangan energi kronik.
e. Meningkatkan upaya perbaikan gizi.

2. Akibat Kurangnya KEK pada Ibu Hamil


Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil yang ditandai dengan lingkar lengan
atas <23,5cm. Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai resiko kematian ibu
mendadak pada masa perinatal atau resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan,
sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak (Cakrawati & Mustika,
2012).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan Kementrian
Kesehatan memperlihatkan bahwa sekitar 45–50% ibu hamil di Indonesia tidak
mendapatkan asupan energi dan protein yang cukup. Sebanyak 49,5% perempuan
hamil mengkonsumsi protein dibawah 80% dari yang dibutuhkannya semasa
kehamilan dan 44,8% perempuan hamil itu juga kurang mendapatkan asupan energi
secara total yakni masih dibawah 70% dari yang dibutuhkan (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2013).
Kekurangan energi kronis (KEK) menyebabkan keluar masuknya energi tidak
seimbang di dalam tubuh. sehingga, banyak gangguan yang akan terjadi jika seorang
ibu mengalami KEK. Gangguan ini mengganggu kesehatan ibumaupun janin yang
dikandungnya.

Seorang ibu hamil yang kekurangan energi kronis (KEK) akan mengalami:
 Merasa kelelahan terus-menerus
 Merasa kesemutan

4
 Muka pucat dan tidak bugar
 Mengalami kesulitan ketika melahirkan
 Ketika menyusui nanti, ASI ibu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayi, sehingga bayi akan kekurangan ASI.
Sementara, akibat KEK yang bisa terjadi pada janin yang dikandung:
 Keguguran
 Pertumbuhan janin tidak maksimal menyebabkan bayi lahir dengan berat
badan lahir rendah
 Perkembangan semua organ janin terganggu, hal ini mempengaruhi
kemampuan belajar, kognitif, serta anak berisiko mengalami kecacatan
 Kematian bayi saat lahir

3. Penyebab Terjadinya KEK pada Ibu Hamil


a. Jumlah dan Jenis Asupan Protein
Menurut penelitian Andi Rahmaniar 2011, faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil yaitu pengetahuan, pola
makan, makanan pantangan, dan status anemia. Sedangkan pada penelitian
lain menunjukkan kejadian kekurangan energi kronik pada ibu hamil
dipengaruhi oleh jumlah dan pola konsumsi asupan protein, sedangkan
konsumsi lemak dalam makanan tidak mempunyai hubungan dengan
kekurangan energi kronik.
Menurut penelitian Efrinta Nur Agustian tahun 2010, menunjukkan
hasil uji regresi logistik menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari
jumlah asupan protein terhadap KEK, sedangkan untuk frekuensi tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap KEK. Pemilahan konsumsi
makanan dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan praktek tentang nutrisi
yang dapat melandasi dalam pemilihan makanan. Dalam penelitian lain
disimpulkan bahwa pola makan, konsumsi makanan, status ekonomi, status
kesehatan, dan faktor internal yang meliputi pekerjaan dan pengetahuan
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perbaikan status gizi ibu hamil
yang mengalami kekurangan energi kronik (KEK). Sedangkan dari penelitian
Simarmata M, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara pola konsumsi,
ketersediaan pangan, pengetahuan gizi dan status kesehatan dengan kejadian
KEK pada ibu hamil.
b. Umur
Umur merupakan faktor penting dalam proses kehamilan sampai
persalinan, karena kehamilan ibu yang berumur muda menyebabkan
terjadinya kompetisi makanan antara janin dengan ibu yang masih dalam masa
pertumbuhan. Dalam penelitian disebutkan bahwa ibu 19 hamil yang berumur

5
kurang dair 20 tahun memiliki risiko KEK yang lebih tinggi. Semakin muda
dan tua umur ibu yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan
gizi yang diperlukan. Pada umur muda diperlukan tambahan gizi yang banyak
karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri,
juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandungnya. Sedangkan pada
umur tua diperlukan energi yang besar pula karena fungsi organ yang
melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal, maka perlu adanya
tambahan energi yang cukup sebagai pendukung kehamilan yang sedang
berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun
sampai dengan 35 tahun.
c. Pekerjaan
Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian KEK yaitu pekerjaan
ibu hamil, tuntutan pekerjaan membuat ibu memiliki beban kerja yang berat
sehingga waktu sehari-hari yang seharusnya ibu gunakan untuk menyiapkan
hal-hal terkait kehamilannya menjadi tersita karena pekerjaannya, terlebih jika
pekerjaan ibu termasuk dalam kategori beban kerja yang berat sampai timbul
kelelahan. Hal tersebut berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan asupan gizi
pada ibu hamil. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan didapatkan
bahwa ibu hamil yang bekerja mempunyai waktu lebih sedikit dalam
menyiapkan makanan yang berpengaruh pada jumlah makanan yang
dikonsumsi sehingga mempengaruhi status gizi ibu hamil.
d. Pendidikan
Latar belakang pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang
dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatan seseorang, karena seringkali
masalah tersebut timbul akibat kurangnya pengetahuan dan informasi
mengenai gizi dan kesehatan yang memadai, tingkat pendidikan yang lebih
tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi mengenai gizi yang dimiliki
lebih baik sehingga dapat memenuhi pola asupan gizi sehari-hari. Seperti hasil
dari penelitian sebelumnya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal
maka secara tidak langsung meningkatkan kesadaran untuk hidup lebih sehat
sehingga menurunkan risiko gangguan kesehatan.
e. Umur Kehamilan
Berdasarkan hasil penelitian dari Vita Kartika Mahirawati
menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya KEK pada ibu
hamil adalah umur kehamilan. Kebutuhan gizi pada tiap-tiap trimester berbeda
karena fungsinya juga berbeda. Pada trimester pertama, kebutuhan energi
yang dibutuhkan sangat kecil. Pada trimester dua, energi digunakan untuk
penambahan darah, pertumbuhan jaringan mamae, dan penimbunan lemak.
Sedangkan trimester akhir energi digunakan untuk pertumbuhan janin dan

6
plasenta khususnya. Kebutuhan asupan gizi ibu hamil meningkat 21 pada
trimester ketiga sehingga harus ada peningkatan jumlah konsumsi makanan
setiap harinya, jika kebutuhan gizi tidak terpenuhi maka akan trjadi malnutrisi.
Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur
kehamilan ibu dengan kejadian KEK pada ibu hamil, hal ini disebabkan
karena pada tiap-tiap trimester kehamilan berpengaruh terhadap pertumbuhan
janin.
f. Status Gizi Sebelum Hamil
Status gizi ibu sebelum hamil cukup berperan dalam pencapaian gizi
saat ibu hamil. Dalam penelitian Rosmeri disebutkan bahwa status gizi
sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian KEK.
Ibu dengan status gizi kurang sebelum hamil mempunyai risiko 4,72 kali
untuk melahirkan bayi BBLR dibanding dengan ibu yang mempunyai status
gizi baik.

4. Cara Pencegahan KEK pada Ibu Hamil


Cara yang bisa dilakukan untuk mencegah Kekurangan Energi Kronis
pada ibu hamil adalah dengan cara makan makanan yang bervariasi dan cukup
mengandung kalori dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan
kentang setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging,
ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali.
Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk
meningkatkan pasokan kalori. Kurang gizi juga dapat dicegah secara bertahap
dengan mencegah cacingan, infeksi, dan muntaber melalui sanitasi yang baik
dan perawatan kesehatan, terutama mencegah cacingan. Pemberian makanan
tambahan dan zat besi pada ibu hamil yang menderita KEK dan berasal dari
Gakin dapat meningkatkan konsentrasi Hb walaupun besar peningkatannya
tidak sebanyak ibu hamil dengan status gizi baik. Pada ibu hamil yang
menderita KEK dan dari Gakin kemungkinan masih membutuhkan intervensi
tambahan agar dapat menurunkan prevalensi anemia sampai ke tingkat yang
paling rendah.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu merupakan suatu keadaan
seorang ibu hamil yang mengalami kekurangan nutrisi ataupun asupan
makanan yang berlangsung menahun yang mengakibatkan timbulnya

7
gangguan kesehatan yang terjadi pada ibu. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu Jumlah dan Jenis Asupan
Protein, umur, pendidikan, pekerjaan, umur kehamilan, status gizi sebelum
hamil. Seorang ibu dapat mencegahnya dengan mengkonsumsi makanan
bergizi yang banyak mengandung kalori dan protein dengan pola makan yang
sehat. Sehingga bayi yang dilahirkan nanti tidak mengalami berat badan lahir
rendah (BBLR), dan bisa mengurangi angka kejadian ibu meninggal yang
disebabkan oleh KEK.

B. Saran
Disarankan kepada ibu hamil harus mempersiapkan diri dengan baik
akan kesehatan tubuhnya, harus memperhatikan pola makan, asupan gizi
seimbang dan nutrisi yang cukup, sehingga tidak menimbulkan efek buruk
kepada bayi yang dikandung. Caranya bisa dengan meningkatkan konsumsi
makanan yang mengandung sumber zat besi seperti sayuran hijau, potein
hewani (susu, daging, telur) dan penambahan suplemen zat besi serta makanan
yang banyak mengandung kalori dan protein. Selain itu, untuk petugas
kesehatan disarankan untuk meningkatkan program penyuluhan tentang gizi
seimbang pada masyarakat, khususnya pada ibu hamil. Sehingga, bisa
mengurangi resiko Kekurangan Energi Kronis pada ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA

Cakrawati, D., & Mustika, N. 2012. Bahan Pangan, Gizi dan Kesehatan. Bandung:
Alfabeta.

Depkes RI. 2009. Program Perbaikan Gizi Menuju Indonesia Sehat 2010. Direktorat
Bina Gizi Masyarakat. Jakarta.

8
Depkes RI. 2013. Program Perbaikan Gizi Menuju Indonesia Sehat 2010. Direktorat
Bina Gizi Masyarakat. Jakarta.

Goni, A. P., Laoh, J. M., & Pangemanan, D. H. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Hamil Dengan Status Gizi Selama Kehamilan Di Puskesmas Bahu
Kota Manado. Jurnal Keperawatan, 1(1).

James WPT, Ferro-Luzzi A, Waterlow JC. 1988. Definition of chronic energy


deficiency in adults: report of a working party of the International Dietary
Energy Consultative Group. European Journal of Clinical Nutrition. 42:969–
81.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 dalam
http://www.depkes.go.id/resurces/download/pusdatin/profilkesehatanindonesi
a/profilkesehatan-Indonesia2015. pdf diakses tanggal 19 Oktober 2017 Pukul
10.45 WIB.

Rahmaniar, Andi. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekurangan energi


kronis pada ibu hamil di Tampa Padang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi
Barat. Tesis: Universitas Hasanuddin Makasar.

Anda mungkin juga menyukai