Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH DIABETES MELITUS GESTASIONAL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Gangguan Medis Maternal


Dosen Pembimbing : Lilik Indahwati, SST, M.Keb

Oleh :

KEBIDANAN A

1. Yulia Afwinda Saputri (185070600111035)


2. Berliana Salsabila A. (185070600111036)
3. Intan Salsa Cahyani (185070600111037)

S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Gangguan
Medis Maternal Blok Kehamilan Patologis yang berjudul “Diabetes Melitus Gestasional” ini
dengan baik. Semoga hasil diskusi kami ini dapat berguna bagi penulis dan para pembaca.

Makalah tugas mata kuliah Komplikasi Kehamilan Blok Kehamilan Patologis ini
dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang kami hormati Ibu Lilik Indahwatu, SST., M.Keb. Selaku dosen
pembimbing dan teman-teman yang sudah ikut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami pun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan untuk
perbaikan ke depannya.

Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Malang, 31 Januari 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulis...............................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi........................................................................................................4
2.2 Klasifikasi....................................................................................................5
2.3 Etiologi........................................................................................................5
2.4 Patofisiologi.................................................................................................6
2.5 Pengaruh penyakit pada ibu dan janin..............................................................7
2.6 Manifestasi klinis...........................................................................................7
2.7 Komplikasi....................................................................................................8
2.8 Penatalaksanaan sesuai kewenangan bidan........................................................8
2.9 Pathway......................................................................................................14
BAB III.PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………….......................................................15
3.2 Saran………………………………………………..........................................15
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Transisi epidemiologi berjalan secara bersamaan dengan transisi demografis
dan transisi teknologi di negara-negara berkembang. Transisi epidemiologi
mengalami perubahan pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak
menular. Perubahan ini terjadi disebabkan oleh perubahan pada host (manusia) dan
perubahan pada environment (lingkungan) (Heryana, 2016).
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular. DM
adalah penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (atau
gula darah) dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin atau tidak dapat
menggunakan insulin secara efektif (WHO, 2017). Di negara berkembang telah terjadi
perubahan penyebab kematian utama dikarenakan gaya hidup masyarakat tradisional
yang berubah menjadi gaya hidup yang modern, aktifitas fisik yang kurang
menyebabkan resistensi insulin sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Ernawati, 2013). Berdasarkan
Kementerian Kesehatan, Diabetes Melitus menduduki peringkat ke-6 sebagai
penyebab kematian dengan prevalensi kasus sebesar 21,0%. Penyakit diabetes melitus
terjadi karena ketidakmampuan individu dalam menghindari atau tidak dilakukannya
pengendalian terhadap faktor risiko (Meivera, 2017). Prevalensi diabetes melitus
berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2013)tertinggi terdapat di Daerah
Istimewa Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan
Kalimantan Timur (2,3%). Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat
selama beberapa dekade terakhir. (WHO Global Report, 2016). Diabetes Melitus
Gestasional (DMG) adalah gangguan toleransi glukosa yang muncul pertama kali saat
masa kehamilan. DMG dapat membuat berbagai macam komplikasi obstetrik dan
perinatal pada ibu hamil dan janinnya. Prevalensi DMG di kota Surabaya yang
digambarkan melalui RSU dr Soetomo tahun 2015 sebesar 2,29%. Jenis diabetes
melitus yang lebih banyak menyertai kehamilan adalah diabetes melitus gestasional
sebesar 1,65%, sedangkan diabetes melitus pregestasional sebesar 0,62% (Marcherya,
dkk. 2018).

1
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) merupakan suatu gangguan toleransi
karbohidrat yang terjadi pada saat kehamilan. DMG terjadi saat 24 minggu usia
kehamilan dan sebagian penderita kembali normal setelah melahirkan. Diabetes
Melitus Gestasional terjadi 7% pada kehamilan setiap tahunnya namun pada ibu hamil
dengan riwayat keluarga diabetes melitus, prevalensi diabetes gestasional sebesar
5,1% (Perkeni, 2015).

GDM merupakan intoleransi glukosa yang dimulai atau diidentifikasikan


pertama kali saat kehamilan berlangsung. GDM di Indonesia sebesar 1,9%-3,6% pada
kehamilan umumnya, tetapi seringkali sukar ditemukan karena rendahnya
kemampuan deteksi kasus.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa bidan menyatakan bahwa skrining


GDM jarang dilakukan jika tidak ada indikasi atau keluhan dari pasien, walaupun ada
riwayat DM pada keluarga (Marcherya, dkk. 2018).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah yang dapat dianggap pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Diabetes Melitus ?
2. Apa klasifikasi dari Diabetes Melitus ?
3. Apa etilogi dari Diabetes Melitus ?
4. Apa patofisiologi dari Diabetes Melitus ?
5. Apa saja pengaruh dari Diabetes Melitus pada ibu dan janin ?
6. Apa saja manifestasi klinis dari Diabetes Melitus ?
7. Apa saja komplikasi yang harus dilakukan pada Diabetes Melitus ?
8. Bagaimana penatalaksanaan sesuai kewenangan bidan dari Diabetes Melitus?

1.3 TUJUAN PENULIS


1. Untuk dapat mengerti dan mengetahui mengenai pengertian dari Diabetes Melitus.
2. Untuk dapat mengerti dan mengetahui mengenai klasifikasi dari Diabetes Melitus.
3. Untuk dapat mengerti dan mengetahui mengenai etiologi dari Diabetes Melitus.
4. Untuk dapat mengerti dan mengetahui mengenai patofisiologi dari Diabetes
Melitus.
5. Untuk dapat mengerti dan mengetahui mengenai pengaruh penyakit pada ibu dan
janin dari Diabetes Melitus.

2
6. Untuk dapat mengerti dan mengetahui mengenai manifestasi klinis dari Diabetes
Melitus.
7. Untuk dapat mengerti dan mengetahui mengenai komplikasi dari Diabetes
Melitus.
8. Untuk dapat mengerti dan mengetahui mengenai penatalaksanaan sesuai
kewenangan bidan dari Diabetes Melitus.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatarbelakangi oleh resistensi
insulin.

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau
ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya.
Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari
empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para
pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama
beberapa dekade terakhir. (WHO Global Report, 2016).

Diabetes Melitus Gestational (DMG), merupakan diabetes mellitus yang


terdeteksi pertama kali saat masa kehamilan tanpa riwayat diabetes melitus
sebelumnya. Wanita yang menderita diabetes gestational lebih memiliki risiko
komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko
berkembangnya diabetes tipe 2.

DM sering tidak terdeteksi sebelum diagnosis dilakukan, sehingga morbiditas


dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi maka sangat diperlukan
program pengendalian Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus bisa dicegah, ditunda
kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan faktor resiko. Faktor risiko
diabetes melitus adalah umur, jenis kelamin, riwayat DM orang tua, dan pekerjaan
merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi, sedangkan obesitas, aktifitas fisik,
prilaku asupan zat gizi, hipertensi, dan merokok merupakan faktor risiko DM yang
dapat dimodifikasi (Depkes RI, 2013).

4
2.2 KLASIFIKASI

Klasifikasi DM dalam kehamilan menurut Pyke adalah sebagai berikut :


1. Diabetes Pregestasional
Diabetes yang terjadi sebelum konsepsi dan berlanjut setelah kehamilan
(Padayachee, 2015).
2. Diabetes Gestasional
Diabetes mellitus yang terdeteksi pertama kali saat masa kehamilan tanpa
riwayat diabetes melitus sebelumnya.
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi menurut Perkeni (2015) adalah sebagai
berikut :
1. Diabetes melitus (DM) tipe 1
DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di pankreas.
kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara
absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.
2. Diabetes melitus (DM) tipe 2
Penyebab DM tipe 2 seperti yang diketahui adalah resistensi insulin.
Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal
sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi insulin
juga dapat terjadi secara relatif pada penderita DM tipe 2 dan sangat mungkin
untuk menjadi defisiensi insulin absolut.
3. Diabetes melitus (DM ) tipe lain
Penyebab DM tipe lain sangat bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan
oleh defek el beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
endokrinopati pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom
genetik lain yang berkaitan dengan DM.

2.3 ETIOLOGI

Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat dalam plasenta


(organ yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke rahim) nutrisi membantu
pergeseran dari ibu ke janin. Hormon lain yang diproduksi oleh plasenta untuk
membantu mencegah ibu dari mengembangkan gula darah rendah. Selama kehamilan,
hormon ini menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa progresif (kadar gula
darah yang lebih tinggi). Untuk mencoba menurunkan kadar gula darah, tubuh

5
membuat insulin lebih banyak supaya sel mendapat glukosa bagi memproduksi
sumber energi. Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar tiga
kali jumlah normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada tingkat gula darah.
Namun, jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi
efek dari peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan naik,
mengakibatkan DMG (Ganathipan, 2014)

2.4 PATOFISIOLOGI

Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang lambung.


Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau dalam peta,
sehingga disebut dengan pulau-pulau Langerhans pankreas. Pulau-pulau ini berisi sel
alpha yang menghasilkan hormon glukagon dan sel beta yang menghasilkan hormon
insulin. Kedua hormon ini bekerja secara berlawanan, glukagon meningkatkan
glukosa darah sedangkan insulin bekerja menurunkan kadar glukosa darah. Insulin
yang dihasilkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang
dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel. Dengan bantuan GLUT 4 yang
ada pada membran sel maka insulin dapat menghantarkan glukosa masuk ke dalam
sel. Kemudian di dalam sel tersebut glukosa di metabolisasikan menjadi ATP atau
tenaga. Jika insulin tidak ada atau berjumlah sedikit, maka glukosa tidak akan masuk
ke dalam sel dan akan terus berada di aliran darah yang akan mengakibatkan keadaan
hiperglikemia (Sugondo, 2013).

Pada DM tipe 2 jumlah insulin berkurang atau dapat normal, namun reseptor
di permukaan sel berkurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan lubang kunci
masuk pintu ke dalam sel. Meskipun anak kuncinya (insulin) cukup banyak, namun
karena jumlah lubangnya (reseptornya) berkurang maka jumlah glukosa yang masuk
ke dalam sel akan berkurang juga (resistensi insulin). Sementara produksi glukosa
oleh hati terus meningkat, kondisi ini menyebabkan kadar glukosa meningkat.

Penderita diabetes mellitus sebaiknya melaksanakan 4 pilar pengelolaan


diabetes mellitus yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi
farmakologis. Latihan jasmani secara teratur dapat menurunkan kadar gula darah.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan
dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa
darah (Vitahealth, 2014). Sebagian kehamilan ditandai dengan adanya resistensi

6
insulin dan hiperinsulinemia, yang pada beberapa perempuan akan menjadi faktor
predisposisi untuk terjadinya Diabetes Mellitus selama kehamilan

2.5 PENGARUH PENYAKIT PADA IBU DAN JANIN

Pengaruh Diabetes Mellitus Gestasional pada ibu :

 Preeklamsia/Eklamsia
 Komplikasi proses persalinan
 Resiko Diabetes Mellitus tipe 2 dikemudian hari

Pengaruh Diabetes Mellitus Gestasional pada janin :

 Makrosomia (ukuran bayi besar)


 Distosia bahu
 Stillbirth
 Kelainan kongenital
 Lahir prematur
 Pertumbuhan janin terhambat
 Hipoglikemia ( GD rendah saat lahir)
 Hiperbilirubinemia ( kuning setelah lahir )
 Hipokalsemia

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Diabetes mellitus gestasional adalah bentuk sementara (dalam banyak kasus)


diabetes dimana tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup untuk
menangani gula selama kehamilan. Hal ini juga bisa disebut intoleransi glukosa atau
intoleransi karbohidrat. Gambaran gejala Diabetes Mellitus Gestasional secara klinis
sebagai berikut :

a) Gula dalam urin


b) Sentiasa rasa haus
c) Sering buang air kecil
d) Kelelahan
e) Mual
f) Sering infeksi kandung kemih, vagina dan kulit
g) Penglihatan kabur (Vitahealth, 2014).

7
2.7 KOMPLIKASI

Komplikasi akibat Diabetes Melitus Gestasional bisa berlaku pada janin dan
juga pada ibu. Komplikasi janin termasuk makrosomia, hipoglikemia neonatal,
kematian perinatal, kelainan bawaan, hiperbilirubinemia, polisitemia, hypocalcemia,
dan sindrom gangguan pernapasan. Makrosomia, yang didefinisikan sebagai berat
lahir> 4.000 g, terjadi pada 20-30% bayi yang ibunya menderita GDM. Faktorfaktor
lain yang dapat diperlihat pada ibu yang memicukan peningkatan insiden kelahiran
janin makrosomia termasuk hiperglikemia, Body Mass Index (BMI) tinggi, usia yang
lebih tua, multiparitas.

Dengan ini, kasus makrosomia dapat menyebabkan untuk morbiditas janin


meningkat sewaktu dilahirkan, seperti distosia bahu, dan meningkatkan risiko
kelahiran secara sactio caesaria.Hipoglikemia neonatal dapat terjadi dalam beberapa
jam setelah dilahirkan . Hal ini adalah karena ibu yang hiperglikemia dapat
menyebabkan janin hiperinsulinemia Komplikasi jangka panjang pada janin dengan
ibu Diabetes Mellitus Gestasional termasuk peningkatan risiko intoleransi glukosa,
diabetes, dan obesitas. Komplikasi pada ibu Diabetes Mellitus Gestasional meliputi
hipertensi, preeklampsia, dan peningkatan risiko kelahiran secara sactio caesaria.
Hipertensi ini mungkin terkait dengan resistensi insulin.

Oleh karena itu, intervensi yang menunjukkan peningkatkan sensitivitas


insulin dapat membantu mencegah komplikasi ini. Selain itu, wanita dengan riwayat
GDM memiliki peningkatan risiko diabetes setelah kehamilan dibandingkan dengan
populasi umum, dengan tingkat konversi hingga 3% per tahun.

2.8 PENATALAKSANAAN SESUAI KEWENANGAN BIDAN

Penatalaksanaan pada pasien Diabetes Mellitus Gestasional sangat penting


untuk selalu menstabilkan kadar gula darah pasien guna mencegah terjadinya berbagai
komplikasi akut dan kronik. penatalaksanaan sebagai berikut :

1. Edukasi
Berupa pendidikan dan latihan tentang pengetahuan pengelolaan penyakit
Diabetes Mellitus bagi pasien dan keluarganya. Untuk mencapai perubahan
perilaku perlu dilakukan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan
motivasi (Adam, 2014)

8
2. Perencanaan Makan
Bertujuan untuk mempertahankan kadar normal glukosa darah dan lipid,
nutrisi yang optimal, serta mencapai/mempertahankan berat badan ideal. Adapun
komposisi makanan yang dianjurkan bagi pasien adalah sebagai berikut:
karbohidrat 60-70%, lemak 20-25%, dan protein 10-15%. Perencanaan makan
merupakan terapi gizi medis (TGM) yang menjadi bagian dari penatalaksanaan
Diabetes Melitus secara total. Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat
TGM sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip
pengaturan makan 20 pada penyandang Diabetes Melitus hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang
diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,
jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri
dari :
a. Karbohidrat
 Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.
 Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan.
 Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi.
 Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat
makan sama dengan makanan keluarga yang lain.
 Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
 Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak
melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake).
 Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam
sehari.
 Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau makanan
lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

b. Lemak

 Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.


 Tidakdiperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
 Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori

9
 Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal.
 Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung
lemak jenuh dan lemak trans antara lain : daging berlemak dan susu penuh
(whole milk).
 Anjuran konsumsi kolesterol < 300 mg/hari.

c. Protein
 Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.
 Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi,dll), daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-
kacangan, tahu, tempe.
 Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8
g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya
bernilai biologik tinggi.

d. Natrium
 Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran
untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan
6-7 g (1 sendok teh) garam dapur.
 Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg garam
dapur.
 Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda,dan
 bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natriumnitrit.

e. Pemanis alternatif
 Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis bergizi dan pemanis tak bergizi.
Termasuk pemanis bergizi adalah gula alkohol dan fruktosa.
 Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol,sorbitol dan
xylitol.
 Dalam penggunaannya, pemanis bergizi perlu diperhitungkan kandungan
kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

10
 Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes karena
efek samping pada lemak darah.
 Pemanis tak bergizi termasuk: aspartam, sakarin, acesulfame potassium,
sukralose, neotame.
 Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted
Daily Intake / ADI ).
f. Serat
 Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan
mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan,buah dan sayuran serta
sumber karbohidrat yang tinggi serat.
 karena mengandung vitamin, mineral, serat dan bahan lain yang baik untuk
kesehatan.
 Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/1000 kkal/hari. Selanjutnya serat
akan dibahas lebih jauh pada bagian terkait diet serat tinggi (Chauhan,
2013)
3. Latihan Jasmani
Berupa kegiatan jasmani sehari-hari (berjalan kaki ke pasar, berkebun, dan
lain-lain) dan latihan jasmani teratur (3-4x/minggu selama ± 30 menit)
(PERKENI, 2011). Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi,
umur, stres akut dan kegiatan fisik. Kegiatan fisik atau latihan jasmani yang pada
dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan
memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa.

Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan


dapat mengurangi kadar HbA1C sebanyak 0,6% (HbA1C adalah salah satu
parameter status DM), dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan
dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup. Berolah raga secara teratur
dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Saat ini ada dokter
olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah
raga yang sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat,
olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi
kesehatan (DEPKES RI, 2014).

11
4. Intervensi Farmakologis

Diberikan apabila target kadar glukosa darah belum bisa dicapai dengan
perencanaan makan dan latihan jasmani. Intervensi farmakologis dapat berupa
Obat hipoglikemik oral/OHO (insulin sensitizing, insulin secretagogue,
penghambat alfa glukosidase) dan Insulin, diberikan pada kondisi berikut:

 Penurunan berat badan yang cepat


 Hiperglikemia berat disertai ketosis
 Ketoasidosis diabetik
 Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
 Hiperglikemia dengan asidosis laktat
 Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
 Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, AMI, stroke)
 Diabetes mellitus gestasional yang tak terkendali dengan perencanaan
makanan
 Gangguan fungsi ginjal/hati yang berat
 Kontraindikasi atau alergi OHO Departemen Kesehatan Replubik Indonesia
pada tahun 2005 menggolongkan Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemik
oral golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin).
b. Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel
terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan
tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin
secara lebih efektif.
c. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α glukosidase yang
bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk
mengendalikan hiperglikemia post prandial (post-meal hyperglycemia).
Disebut juga “starchblocker”.

12
5. Pengendalian Diabetes Melitus

Sasaran Diabetes Melitus bukan hanya glukosa darah saja, tetapi juga
termasuk faktor-faktor lain yaitu berat badan, tekanan darah, dan profil lipid.
The American Diabetes Association (ADA) 2012, merekomendasikan
beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan
penatalaksanaan diabetes.

Target Penatalaksanaan DM

 Parameter Kadar Ideal Yang Diharapkan


 Kadar Glukosa Darah Puasa 80–120mg/dl
 Kadar Glukosa Plasma Puasa 90–130mg/dl
 Kadar Glukosa Darah Saat Tidur (Bedtime blood glucose) 100–140mg/dl
 Kadar Glukosa Plasma Saat Tidur (Bedtime plasma glucose) 110–
150mg/dl
 Kadar Insulin <7mg/dl
 Kadar HbA1C ≤7 %
 Kadar Kolesterol HDL >45mg/dl (pria)
 Kadar Kolesterol HDL >55mg/dl (wanita)
 Kadar Trigliserida <200mg/dl
 Tekanan Darah <130/80mmHg (Dalimartha, 2014)

13
2.9 PATHWAY DIABETES MELLITUS GESTASIONAL

Ketidakoptimalan ↑ Kadar hormon tertentu


urine dalam plasenta

Resistensi urine Terganggunya intoleransi


glukosa progresif

↑ Kadar glukosa
Prankreas memproduksi
insulin maka kadar glukosa ↑

DM  Edukasi
DM DMG
Pregestasional  Perencanaan
makanan
 Latihan jasmani
 Intervensi
farmakologis
Hiperglikemi
 Pengendalian DMG
a
ibu janin
Kadar glukosa

 Preeklamsia/eklamsia
 Komplikasi ↑
Insulin
 Resiko dm tipe 2

Hormon glukogen & sel


beta

 Makrosomia
Sel alpha
 Stillbirt
 Kelainan kongenital
 Lahir prematur dll

 resiko dm tipe 2 ket :

: Etiologi DM
: Etiologi DMG
: Pengaruh
: Patofisiologi DMG
: Penatalaksanaan

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Diabetes Melitus dalam kehamilan atau yang disebut dengan Diabetes Melitus
Gestational (DMG), merupakan diabetes melitus yang terdeteksi pertama kali saat
masa kehamilan tanpa riwayat diabetes melitus sebelumnya. DMG bisa terjadi
dikarenakan ada peningkatan hormon tertentu dalam plasenta yang dapat
menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa progresif. Biasanya pankreas ibu
mampu memproduksi insulin lebih untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada
tingkat gula darah. Namun, jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang
cukup untuk mengatasi efek dari peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula
darah akan naik, mengakibatkan DMG. DMG ini tentunya tidak hanya berbahaya
pada ibu, tetapi juga berpengaruh terhadap kondisi janin yang dikandungnya. Oleh
karena itu, diharapkan ibu hamil bisa mengetahui gejala yang ditimbulkan dari DMG,
sehingga bisa meminimalisir angka kejadian dari DMG pada ibu hamil.

3.2 SARAN

Deteksi dini pada ibu hamil harus ditegakkan sejak awal dengan hasil anamneses
mengarah ke kejadian gestasional diabetes mellitus dan ibu hamil sendiri diharapkan
memiliki kesadaran yang tinggi untuk melakukan ANC secara teratur dan bagi ibu
hamil yang sudah mengetahui resiko GDM pada dirinya diharapkan melakukan
konsultasi dengan petugas kesehatan dalam pengelolaan penyakitnya.

1. Cek kesehatan secara teratur untuk megendalikan berat badan agar tetap ideal dan
tidak berisiko mudah sakit, periksa tensi darah, gula darah, dan kolesterol secara
teratur.

2. Enyahkan asap rokok dan jangan merokok.

3. Rajin melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, seperti berolah raga,
berjalan kaki, membersihkan rumah. Upayakan dilakukan dengan baik, benar, teratur
dan terukur.

4. Diet yang seimbang dengan mengkonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang,
konsumsi buah sayur minimal 5 porsi per hari, sedapat mungkin menekan konsumsi
15
gula hingga maksimal 4 sendok makan atau 50 gram per hari, hindari
makanan/minuman yang manis atau yang berkarbonasi.

5. Istirahat yang cukup.

6. Kelola stress dengan baik dan benar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Rumaisah. 2018. Determinan Diabetes Mellitus. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Hari Diabetes Sedunia.

Dalimartha, S. and Adrian, F., 2015. Fakta Ilmiah Buah Sayur. Penebar PLUS+.
diabetes among suburban population of ternate-a small remote island in the
eastern part of Indonesia. Acta Med Indones, 43(2), pp.99-104.

Ernawati, 2013.Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Mellitus Terpadu- Dengan

Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Diss.


Univijersitas Muhammadiyah Surakarta. Diss.Sriwijaya University.

Ganathipan, Bharathi. 2014. "Profil Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU


Gestasional pada Ibu Hamil di Puskesmas Mulyorejo Surabaya. Diss.
Universitas Airlangga Hamil di BPS." Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti 5.2 :
108-115.

Maivera, Dina, Rini Mutahar, and Amrina Rosyada.2017. Analisis Faktor Resiko
Diabetes Mellitus di Indonesa (Analisis Data IFLS). Diss. Sriwijaya
University.

Marcherya, A., Rodiani, R. and Prabowo, A.Y., 2018. Khasiat Senam Hamil Pada
Diabetes Melitus. World Journal of Diabetes.

Mutmainah, Iin.2013. Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Hipertensi Pada Pasien.

Padayachee, C., & Combes, J, S. 2015. Exercise guidelines for gestational diabetes
Melitus. World Journal of Diabetes.

WHO Fact Sheet of Diabetes, 2016.

17

Anda mungkin juga menyukai