Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PEMBAHASAN

Board of Directors Roles and Responsibilities


I. PENGERTIAN CORPORATE GOVERNANCE (Tata Kelola Perusahaan)
Isu Good Corporate Governance (GCG) pesat berkembang di seluruh dunia selama 10 tahun
terakhir ini.Masyarakat umum secara intuisi merasakan bahwa isu ini memang penting dan harus
hadir di dunia bisnis pada umumnya.Definisi CGC menurut Bank Dunia adalah aturan, standar dan
organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, direktur dan manajer serta
perincian dan penjabaran tugas dan wewenang serta pertanggungjawabannya kepada investor
(pemegang saham dan kreditur).Tujuan utama dari GCG adalah untuk menciptakan sistem
pengendaliaan dan keseimbangan (check and balances) untuk mencegah penyalahgunaan dari sumber
daya perusahaan dan tetap mendorong terjadinya pertumbuhan perusahaan.
Menurut Cadbury Committee of United Kingdom, Good Corporate Governance adalah
prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara
kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada
para shareholder khususnya, danstakeholder pada umumnya. Hal ini berkaitan dengan peraturan
kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.
Menurut Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG, 2001), GCG mengacu kepada:
“The process and structured used to direct and manage business and affairs of company towards
enhancing business prosperity and corporate accountability with the ultimate objective of realizing
long-term shareholder value, whilst taking into account the interest of other stakeholders”.
Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis
dan di semua jajaran perusahaan.Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapaikesinambungan usaha
(sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).
OECD Mendefinisikan GCG sebagai suatu struktur yang terdiri atas para pemegang saham,
direktur, manajer, seperangkat tujuan yang ingin dicapai perusahaan dan alat – alat yang ingin yang
akan digunakan dalam mencapai tujuan dan memantau kinerja.
Sebagaimana yang diuraikan oleh OECD (Organization for Economic Co-operation and
development), ada empat unsur penting dalam Corporate Covernance, yaitu:
1. Fairness (Keadilan). Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-
hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin
terlaksananya komitmen dengan para investor.

1
2. Transparency (Transparansi). Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis,
perusahaan harus menyediakaninformasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
diakses dan dipahamioleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif
untuk mengungkapkantidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-
undangan, tetapijuga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham,
krediturdan pemangku kepentingan lainnya.Intinya, mewajibkan adanya suatu informasi yang
terbuka, tepat waktu, serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan
keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.
3. Accountability (Akuntabilitas). Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung
usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham,
sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris (dalam Two Tiers System).
4. Responsibility (Pertanggungjawaban). Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan
yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.(OECD Business Sector
Advisory Group on Corporate Governance, 1998) Prinsip-prinsip Corporate Governance dari
OECD menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1. Hak-hak para Pemegang Saham;
2. Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham;
3. Peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam Corporate Governance;
4. Transparansi dan Penjelasan;
5. Peranan Dewan Komisaris.
Walaupun banyak pendapat tentang definisi dan tujuan Corporate Governance, namun
demikian ada prinsip dasar yang berlaku universal.Sebagai gambaran, untuk berhasil di pasar yang
bersaing, suatu perusahaan harus mempunyai pengelola perusahaan yang inovatif, yang bersedia
untuk mengambil risiko yang wajar, dan yang senantiasa mengembangkan strategi baru untuk
mengantisipasi situasi yang berubah-ubah.
Hal ini menuntut manajemen sebagai pengurus perusahaan mempunyai ruang gerak untuk
bertindak bebas dan didorong bertindak untuk kepentingan investor atau penanam modal.
Perseroan Terbatas sebagai suatu badan memiliki 3 (tiga) organ, yaitu Rapat Umum
Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris. Masing-masing dan setiap organ tersebut memiliki
fungsi, tugas dan kewenangannya sendiri. Sebagai suatu rechtperson, perseroan terbatas tidaklah
sama dengan person dalam pengertian orang pribadi, yang bisa bertindak atau melakukan suatu
perbuatan hukum. Fungsi untuk melakukan perbuatan tersebut terletak pada ketiga organ yang
disebutkan diatas.

2
1. BOARD OF DIRECTORS (BoD)
Board of Directorsadalah istilah yang digunakan di Amerika Serikat untuk kelompok
pengawas dan pengelola perusahaan yang terdiri dari perwakilan pemegang saham mayoritas,
pendiri perusahaan, kreditor utama, dan orang-orang yang berjasa pada perusahaan.
Berkenaan dengan bentuk Dewan dalam sebuah perusahaan, terdapat dua sistem yang
berbeda yang berasal dari dua sistem hukum yang berbeda, yaitu Anglo Saxon dan dari Kontinental
Eropa.
Sistem Hukum Anglo Saxon mempunyai sistem satu tingkatatau one tier system.Di sini
perusahaan hanya mempunyai satu Dewan Direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi antara
manajer atau pengurus senior (Direktur Eksekutif) dan Direktur Independen yang bekerja dangan
prinsip paruh waktu (Non Direktur Eksekutif).Pada dasarnya yang disebut belakangan ini diangkat
karena kebijakannya, pengalamannya dan relasinya.Negara-negara dengan One Tier System misalnya
Amerika Serikat dan Inggris.
Struktur perusahaan model Amerika disebut one board system.

Berbeda dengan model Amerika, Sistem Hukum Kontinental Eropa mempunyai sistem dua
tingkatatau two tiers system seperti yang diterapkan di Indonesia. Model Eropa (juga diterapkan
di Indonesia) yang disebut two tiers management, membagi kekuasaan korporasi menjadi dua
kelompok pengelola.
Kelompok pertama disebut Board of Commissioners (Dewan Komisaris) yang dipimpin
seorang Presiden Komisaris atau Komisaris Utama dan kelompok kedua disebut Board of
Management yang dipimpin oleh seorang Direktur Utama. Dewan Direksi,

3
mengelola dan mewakili perusahaan di bawah pengarahan dan pengawasan Dewan Komisaris.Dalam
sistem ini, anggota Dewan Direksi diangkat dan setiap waktu dapat diganti oleh badan pengawas
(Dewan Komisaris).Dewan Direksi juga harus memberikan informasi kepada Dewan Komisaris dan
menjawab hal-hal yang diajukan oleh Dewan Komisaris. Dewan Komisaris bertanggungjawab untuk
mengawasi tugas-tugas manajemen.Dalam hal ini Dewan Komisaris tidak boleh melibatkan diri
dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksi-transaksi
dengan pihak.

Konsep-konsep dalam pengelolaan perusahaan yang baik harus memperhatikan hubungan


antar organ dengan konsep struktur two tier atau one tier.Konsep one tier diilhami liberalism,
sedangkan two tier diilhami civic republican.Menurut paham civic republican, sebenarnya
semua orang yang mempunyai kekayaan bertanggungjawab pada public, oleh karena itu setiap
pemilik perusahaan membagikan kepemilikan untuk pertanggungjawaban publik, Konsep one
tier system yang diilhami oleh paham liberalism menyatakan bahwa tanggung jawab
kepemilikan kekayaaan bukan tanggung jawab public tetapi untuk meningkatkan
kesejahteraan, sehingga siapapun yang mengelola perusahaan yang penting bisa
mensejahterakan.
Indonesia menganut two tier system, karena Indonesia sudah berpengalaman selama berpuluh-
puluh tahun dengan operasionalisasi BUMN pada jaman Kolonial Belanda.

4
Pada beberapa perusahan seperti: PT. Sampurna, PT. Gudang Garam, PT. Polytron, yang mana
pemilik juga pemegang saham mayoritas dan juga pendiri sekaligus presiden perusahaan dan
Chief Executive Officer, kondisi seperti ini mirip dengan kondisi yang terjadi di Amerika, namun
Undang-undang dan peraturan koporasi yang berlaku di Indonesia tidak memungkinkan itu
terjadi. Dalam kondisi seperti ini, maka diperlukan pihak Independen yakni Independent
Directors untuk mengurangi sifat opportunistic dari pemilik yang sekaligus manajemen agar
tidak terjadi moral hazard dan asymmetry information.Independent Directors merupakan media
untuk mencapai good corporate governance.Saat ini perusahaan tidak hanya berorientasi pada
stockholder saja, tetapi juga stakeholders. Corporate Governance sebagai mekanisme yang akan
memahami dan mengakomodasi kepentingan-kepentingan beberapa pihak tersebut.
Pengakomodasian kepentingan-kepentingan pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan akan
meningkatkan value of the firm.
a. Dewan Komisaris
Prinsip Dasar
Dewan Komisaris menurut KNKG 2006 adalah sebagai organ perusahaan yang bertugas
dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan
nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Namun
demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan
operasional.Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris termasuk Komisaris
Utama adalah setara.Tugas Komisaris Utama sebagai primus inter pares adalah
mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. Agar pelaksanaan tugas Dewan Komisaris
dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:
 Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara
efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen;
 Anggota Dewan Komisaris harus professional, yaitu berintegritas dan memiliki
kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik termasuk memastikan
bahwa Direksi telah memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan;
 Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris mencakup tindakan
pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara.
1. Fungsi Pengawasan Dewan Komisaris
1.1. Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan
operasional.

5
Dalam hal Dewan Komisaris mengambil keputusan mengenai hal-hal yang
ditetapkan dalam anggaran dasar atau peraturan perundangundangan,
pengambilan keputusan tersebut dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas,
sehingga keputusan kegiatan operasional tetap menjadi tanggung jawab Direksi.
Kewenangan yang ada pada Dewan Komisaris tetap dilakukan dalam fungsinya
sebagai pengawas dan penasihat.
1.2. Dalam hal diperlukan untuk kepentingan perusahaan, Dewan Komisaris dapat
mengenakan sanksi kepada anggota Direksi dalam bentuk pemberhentian
sementara, dengan ketentuan harus segera ditindaklanjuti dengan
penyelenggaraan RUPS.
1.3. Dalam hal terjadi kekosongan dalam Direksi atau dalam keadaan tertentu
sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan anggaran
dasar, untuk sementara Dewan Komisaris dapat melaksanakan fungsi Direksi.
1.4. Dalam rangka melaksanakan fungsinya, anggota Dewan Komisaris baik secara
bersama-sama dan atau sendiri-sendiri berhak mempunyai akses dan
memperoleh informasi tentang perusahaan secara tepat waktu dan lengkap.
1.5. Dewan Komisaris harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja (charter)
sehingga pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat digunakan
sebagai salah satu alat penilaian kinerja mereka.
1.6. Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh Direksi,
dalam rangka memperoleh pembebasan dan pelunasan tanggung jawab (acquitet
decharge) dari RUPS.
1.7. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk komite.
Usulan dari komite disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk memperoleh
keputusan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan
negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana
masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat
luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian
lingkungan, sekurang-kurangnya harus membentuk Komite Audit, sedangkan
komite lain dibentuk sesuai dengan kebutuhan.

6
2. Komite Penunjang Dewan Komisaris
2.1. Komite Audit
a. Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan
bahwa: (i) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, (ii) struktur pengendalian internal perusahaan
dilaksanakan dengan baik, (iii) pelaksanaan audit internal maupun eksternal
dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan (iv) tindak lanjut
temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen;
b. Komite Audit memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya
untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris;
c. Jumlah anggota Komite Audit harus disesuaikan dengan kompleksitas
Perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifias dalam pengambilan
keputusan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan
negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola
dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh
masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap
kelestarian lingkungan, Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen dan
anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar
perusahaan. Salah seorang anggota memiliki latar belakang dan kemampuan
akuntasi dan atau keuangan.
2.2. Komite Nasional dan Remunerasi
a. Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris
dalam menetapkan kriteria pemilihan calon anggota Dewan Komisaris dan
Direksi serta sistem remunerasinya;
b. Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris
mempersiapkan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan
mengusulkan besaran remunerasinya;
c. Dewan Komisaris dapat mengajukan calon tersebut dan remunerasinya untuk
memperoleh keputusan RUPS dengan cara sesuai ketentuan Anggaran Dasar;
d. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara,
perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana
masyarakat,

7
perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta
perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan,
Komite Nominasi dan Remunerasi diketuai oleh Komisaris Independen dan
anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar
perusahaan;
e. Keberadaan Komite Nominasi dan Remunerasi serta tata kerjanya dilaporkan
dalam RUPS.
2.3. Komite Kebijakan Resiko
a. Komite Kebijakan Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam
mengkaji sistem manajemen risiko yang disusun oleh Direksi serta menilai
toleransi risiko yang dapat diambil oleh perusahaan;
b. Anggota Komite Kebijakan Risiko terdiri dari anggota Dewan Komisaris,
namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar
perusahaan.
2.4. Komite Kebijakan Corporate Governance
a. Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas membantu Dewan
Komisaris dalam mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun
oleh Direksi serta menilai konsistensi penerapannya, termasuk yang bertalian
dengan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate
socialresponsibility);
b. Anggota Komite Kebijakan Corporate Governance terdiri dari anggota Dewan
Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari
luar perusahaan;
c. Bila dipandang perlu, Komite Kebijakan Corporate Governance dapat digabung
dengan Komite Nominasi dan Remunerasi.
3. Pertanggungjawaban Dewan Komisaris
3.1. Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh Direksi.
Laporan pengawasan Dewan Komisaris merupakan bagian dari laporan tahunan
yang disampaikan kepada RUPS untuk memperoleh persetujuan.
3.2. Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan pengesahan atas
laporan keuangan,

8
berarti RUPS telah memberikan pembebasan dan pelunasan tanggung jawab
kepada masing-masing anggota Dewan Komisaris sejauh halhal tersebut
tercermin dari laporan tahunan, dengan tidak mengurangi tanggung jawab
masing-masing anggota Dewan Komisaris dalam hal terjadi tindak pidana atau
kesalahan dan atau kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga yang
tidak dapat dipenuhi dengan aset perusahaan.
3.3. Pertanggungjawaban Dewan Komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan
akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam rangka
pelaksanaan asas GCG.
b. Direksi
Prinsip Dasar
Direksi menurut KNKG 2006 adalah sebagai organ perusahaan bertugas dan
bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan.Masing-masing anggota
Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian
tugas dan wewenangnya.Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi
tetap merupakan tanggung jawab bersama.Kedudukan masing-masing anggota Direksi
termasuk Direktur Utama adalah setara.Tugas Direktur Utama sebagai primus inter pares
adalah mengkoordinasikan kegiatan Direksi. Agar pelaksanaan tugas direksi dapat berjalan
secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:
 Komposisi Direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan
keputusan secara efektif, tapat dan cepat, serta dapat bertindak independen.
 Direksi harus professional yaitu berintegrasi dan memiliki pengalaman serta kecakapan
yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.
 Direksi bertanggungjawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan
keuntungan (profitability) dan memastikan kesinambungan usaha perusahaan.
 Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1. Fungsi Direksi
Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi mencakup 5 (lima) tugas utama yaitu
kepengurusan, manajemen resiko, pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung
jawab social.

9
1.1. Kepengurusan
a. Direksi harus menyusun visi, misi, dan nilai-nilai sert program jangka panjang
dan jangka pendek perusahaan untuk dibicarakan dan disetujui oleh Dewan
Komisaris atau RUPS sesuai dengan ketentuan anggaran dasar;
b. Direksi harus dapat mengendalikan sumberdaya yang dimiliki oleh
perusahaan secara efektif dan efisien;
c. Direksi harus memperhatikan kepentingan yang wajar dari pemangku
kepentingan;
d. Direksi dapat memberikan kuasa kepada komite yang dibentuk untuk
mendukung pelaksanaan tugasnya atau kepada karyawan perusahaan untuk
melaksanakan tugas tertentu, namun tanggung jawab tatap berada pada
Direksi;
e. Direksi harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja (charter) sehingga
pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat digunakan sebagai
salah satu alat penilaian kinerja.
1.2. Manajemen Resiko
a. Direksi harus menyusun dan melaksanakan system manajemen resiko
perusahaan yang mencakup seluruh aspek kegiatan perusahaan;
b. Untuk setiap pengambilan keputusan strategis, termasuk penciptaan produk
atau jasa baru, harus dipertimbangkan dengan seksama dampak resikonya,
dalam arti adanya keseimbangan antara hasil dan beban resiko;
c. Untuk memastikan dilaksanakannya manajemen resiko dengan baik,
perusahaan perlu memiliki unit kerja atau pertanggungjawaban terhadap
pengedalian resiko.
1.3. Pengendalian Internal
a. Direksi harus menyusun dan melaksanakan system pengendalian internal
perusahaan yang handal dalam rangka menjaga kekayaan dan kinerja
perusahaan serta memenuhi peraturan perundang-undangan.
b. Perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek, perusahaan Negara,
perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpunn dan mengelola dana
masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyaraat
luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian
lingkungan, harus memiliki satuan kerja pengawasan internal;

10
c. Satuan kerja atau fungsi pengawasan internal bertugas membantu Direksi
dalam memastikan pencapaian tujuan dan kelangsungan usaha dengan: (i)
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan; (ii)
memberikan saran dalam upaya memperbaiki efektifitas proses pengendalian
risiko; (iii) melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan
perusahaan, pelaksanaan GCG dan perundangundangan; dan (iv) memfasilitasi
kelancaran pelaksanaan audit oleh auditor eksternal;
d. Satuan kerja atau pemegang fungsi pengawasan internal bertanggung jawab
kepada Direktur Utama atau Direktur yang membawahi tugas pengawasan
internal. Satuan kerja pengawasan internal mempunyai hubungan fungsional
dengan Dewan Komisaris melalui Komite Audit.
1.4. Komunikasi
a. Direksi harus memastikan kelancaran komunikasi antara perusahaan dengan
pemangku kepentingan dengan memberdayakan fungsi Sekretaris
Perusahaan;
b. Fungsi Sekretaris Perusahaan adalah: (i) memastikan kelancaran komunikasi
antara perusahaan dengan pemangku kepentingan; dan (ii) menjamin
tersedianya informasi yang boleh diakses oleh pemangku kepentingan sesuai
dengan kebutuhan wajar dari pemangku kepentingan;
c. Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara,
perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana
masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat
luas, serta perusahaan yang mempunyai pengaruh terhadap kelestarian
lingkungan, harus memiliki Sekretaris Perusahaan yang fungsinya dapat
mencakup pula hubungan dengan investor (investor relations);
d. Dalam hal perusahaan tidak memiliki satuan kerja kepatuhan (compliance)
tersendiri, fungsi untuk menjamin kepatuhan terhadap peraturan
perundangundangan dilakukan oleh Sekretaris Perusahaan;
e. Sekretaris Perusahaan atau pelaksana fungsi Sekretaris Perusahaan
bertanggung jawab kepada Direksi. Laporan pelaksanaan tugas Sekretaris
Perusahaan disampaikan pula kepada Dewan Komisaris.

11
1.5. Tanggung Jawab Sosial
a. Dalam rangka mempertahankan kesinambungan usaha perusahaan, Direksi
harus dapat memastikan dipenuhinya tanggung jawab social perusahanan;
b. Direksi harus mempunyai perencanaan tertulis yang jelas dan focus dalam
melaksanakan tanggung jawab social perusahaan.
2. Pertanggungjawaban Direksi
2.1. Direksi harus menyusun pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan dalam
bentuk laporan tahunan yang memuat antara lain laporan keuangan, laporan
kegiatan perusahaan, dan laporan pelaksanaan GCG.
2.2. Laporan tahunan harus memperoleh persetujuan RUPS, dan khusus untuk
laporan keuangan harus memperoleh pengesahan RUPS.
2.3. Laporan tahunan harus telah tersedia sebelum RUPS diselenggarakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku untuk memungkinkan pemegang saham
melakukan penilaian.
2.4. Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan pengesahan atas
laporan keuangan, berarti RUPS telah memberikan pembebasan dan pelunasan
tanggung jawab kepada masing-masing anggota Direksi sejauh hal-hal tersebut
tercermin dari laporan tahunan, dengan tidak mengurangi tanggung jawab
masing-masing anggota Direksi dalam hal terjadi tindak pidana atau kesalahan
dan atau kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga yang tidak
dapat dipenuhi dengan aset perusahaan.
2.5. Pertanggungjawaban Direksi kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas
pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan asas GCG.

2. THE RESPONSIBILITIES BOARD


a. Menurut UUPT
Tanggung Jawab Direksi
Menurut UU Nomor: 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 97 ayat (2)
menyebutkan bahwa, setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas
kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan
tugasnya. Apabila Direksi terdiri dari atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung
jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota

12
Direksi. Berdasarkan Pasal 97 ayat (3) UUPT, anggota Direksi tidak dapat dipertanggung
jawabkan atas kerugian sebagaimana yang dimaksud diatas, apabila dapat membuktikan:
1. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
2. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan;
3. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
4. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau selanjutnya kerugian tersebut.
Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta pailit tidak
cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan dalam kepailitan tersebut, maka
Pasal 104 ayat (2) UUPT mengatur bahwa setiap anggota Direksi secara tanggung-renteng
bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut.
Tanggung jawab yang dimaksud diatas, berlaku juga bagi Direksi yang salah atau lalai yang
pernah menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum
putusan pernyataan pailit diucapkan.
Anggota Direksi dapat tidak bertanggung jawab atas kepailitan Perseroan sebagaimana
dimaksud diatas, jika dapat membuktikan bahwa: (i) kepailitan tersebut bukan karena
kesalahan atau kelalaiannya; (ii) telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-
hatian, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan; (iii) tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung
maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan (iv) telah
mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.
Tanggung Jawab Komisaris
Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT yaitu dalam hal melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan
maupun usaha Perseroan, dan memberi nasehat kepada Direksi. Setiap anggota Dewan
Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam
menjalankan tugas pengawasan dan pemberikan nasehat kepada Direksi untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.Kemudian setiap
anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan,
apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.

13
Jika Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan Komisaris atau lebih, maka
tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku secara tanggung renteng bagi
setiap anggota Dewan Komisaris (Pasal 114 ayat (3) UUPT). Namun, Dewan Komisaris
tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal
114 ayat (3) UUPT apabila dapat membuktikan:
1. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan
Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
2. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian; dan
3. Telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut.
Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris dalam
melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh Direksi dan
kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan akibat
kepailitan tersebut, Pasal 114 ayat (4) UUPT mengatur bahwa setiap anggota Dewan
Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota Direksi atas
kewajiban yang belum dilunasi. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku
juga bagi anggota Dewan Komisaris yang sudah tidak menjabat 5 (lima) tahun sebelum
putusan pernyataan pailit diucapkan. Namun, anggota Dewan Komisaris tidak dapat
dimintai pertanggungjawaban atas kepailitan Perseroan sebagaimana dimaksud diatas,
apabila dapat membuktikan bahwa:
(i) kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; (ii) telah melakukan
tugas pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; (iii) tidak mempunyai kepentingan pribadi,
baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan oleh Direksi yang
mengakibatkan kepailitan; dan (iv) telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk
mencegah terjadinya kepailitan.
Menurut G20/OECD PRINCIPLE OF CORPORATE GOVERNACE
Beberapa waktu lalu, pada bulan September 2015 di pertemuan G20 di Ankara, Turki,
OECD bekerjasama dengan OJK meluncurkan The New G20/OECD Principles of Corporate
Governance (CG).

14
Pada pertemuan tersebut, para pemimpin Negara angota G20 pada bulan November 2015
menyatakan dukungannya atas Prinsip GCG OECD ini sebagai standar Global atas tata
kelola perusahaan yang diharapkan dapat membantu pembuat kebijakan untuk
mengevaluasi dan meningkatkan kerangka kerja tata kelola perusahaan untuk
mempromosikan pembiayaan melalui pasamodal, dan untuk meningkatkan investasi
jangka panjang.
The New G20/OECD Principles of Corporate Governance (CG) dibagi menjadi 6 prinsip:
1. Dasar Kerangka Tata Kelola yang Efektif;
2. Hak dan perlakuan yang adil untuk pemegang saham dan fungsi kunci kepemilikan;
3. Investor institusi, pasar modal dan perantara lainnya;
4. Peran pemangku kepentingan dalam tata kelola;
5. Transparansi dan keterbukaan informasi;
6. Tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris.
3.1 Penilaian Praktek OECD Prinsip 3
Pada prinsip ke-3 ini ditekankan perlunya persamaan perlakuan kepada seluruh pemegang
saham termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing.Prinsip ini
menekankan pentingnya kepercayaan investor di pasar modal.Untuk itu industri pasar modal
harus dapat melindungi investor dari perlakuan yang tidak benar yang mungkin dilakukan oleh
manajer, dewan komisaris, dewan direksi atau pemegang saham utama perusahaan.
Pada praktiknya pemegang saham utama perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih
banyak untuk memberikan pengaruhnya dalam kegiatan operasional perusahaan.Dari praktik
ini, seringkali transaksi yang terjadi memberikan manfaat hanya kepada pemegang saham
utama atau bahkan untuk kepentingan direksi dan komisaris.
Dari kemungkinan terjadinya usaha-usaha yang dapat merugikan kepentingan investor, baik
lokal maupun asing, maka prinsip ini menyatakan bahwa untuk melindungi investor, perlu
suatu informasi yang jelas mengenai hak dari pemegang saham.Seperti hak untuk memesan
efek terlebih dahulu dan hak pemegang saham utama untuk memutuskan suatu keputusan
tertetu dan hak untuk mendapatkan perlindungan hukum jika suatu saat terjadi pelanggaran
atas hak pemegang saham tersebut.
Prinsip ini terbagi atas 3 Sub prinsip utama.
a. Pertama adalah mengenai kesamaan perlakuan antara pemegang saham dalam kelas saham
yang sama. Di dalam prinsip ini terdapat 5 sub prinsip yang didiskusikan.

15
1. Sub prinsip pertama mengenai kemudahan dari investor untuk mendapatkan informasi
mengenai hak yang melekat pada setiap seri dan kelas saham sebelum mereka membeli
saham suatu perusahaan. Dalam sub prinsip ini investor harus mengetahui hak yang
melekat pada saham yang mereka beli. Seperti jika investor membeli saham preference, Formatted: Font: (Default) Cambria, Italic

maka investor tersebut akan mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan namun
disisi lain biasanya saham itu tidak mempunyai hak voting. Formatted: Font: (Default) Cambria, Italic

2. Sub prinsip kedua berbicara mengenai perlindungan kepada pemegang saham minoritas
dari tindakan yang merugikan yang dilakukan oleh atau atas nama pemegang saham
utama. Salah satu bentuk perlindungan kepada pemegang saham minoritas sebenarnya
adalah bagaimana direksi menjalankan perusahaan untuk kepentingan perusahaan
bukan untuk kepentingan pemegang saham tertentu sehingga tidak ada perbedaan
manfaat yang diperoleh antara pemegang saham.
3. Sub prinsip selanjutnya adalah mengenai pihak yang boleh mewakili pemegang saham
dalam RUPS. Pada prinsip ini juga menjelaskan bahwa bank kustodian tidak secara
otomatis menjadi wakil pemegang saham di RUPS. Bank kustodian mempunyai tugas
untuk menyediakan informasi mengenai agenda RUPS sehingga pemegang saham dapat
menentukan suara mereka di RUPS termasuk apakah mereka akan melimpahkan hak
suaranya pada seluruh agenda atau mereka akan memberikan hak suara pada suatu
agenda tertentu
4. Sub prinsip ke empat adalah penghilangan hambatan pemberian suara oleh pemegang
saham yang berdomisili di di luar wilayah kedudukan Emiten atau Perusahaan Publik.
Hambatan akan terjadi karena biasanya pemegang saham asing menyimpan saham
mereka melalui suatu rantai perantara (intermediaries). Saham tersebut dicatat atas
nama nasabah dalam akun perusahaan sekuritas lalu akun perusahaan sekuritas
tercatat pada lembaga penyelesaian dan penyimpanan.
5. Sub prinsip terakhir dari bagian kesatu prinsip 3 ini adalah mengenai proses dan
prosedur RUPS yang harus memperhatian perlakuan yang sama bagi seluruh pemegang
saham, termasuk prosedur yang sederhana dan tidak mahal bagi pemegang saham
untuk melakukan hak votingnya. Masih ada beberapa perusahaan yang mempunyai
prosedur rumit dan mahal dalam hubungannya dengan hak voting pemegang saham.
Misalnya penetapan fee bagi pelaksanaan hak voting pemegang sahamnya dan
persyaratan kehadiran bagi pemegang saham untuk melakukan voting.

16
Untuk itu sub prinsip ini mengusulkan kepada perusahaan-perusahaan untuk dapat
menghilangkan kesulitan pemegang saham untuk berpartisipasi dalam RUPS dan juga
mengusulkan untuk dapat menggunakan fasilitas elektronik jika pemegang saham tidak
dapat hadir dan juga tidak menujuk wakilnya di RUPS.
b. Bagian kedua prinsip 3 ini berbicara mengenai larangan transaksi orang dalam (insider Formatted: Font: (Default) Cambria, Italic

trading) dan perdagangan tutup sendiri yang merugikan pihak lain (abusive self dealing). Formatted: Font: (Default) Cambria, Italic

Banyak negara OECD sudah mempunyai peraturan perundang-undangan berkenaan dengan


larangan dua transaksi diatas. Yang masih menjadi masalah adalah penegakkan hukum
yang belum efektif atas pelanggaran ketentuan yang ada. Oleh sebab itu, pemerintah
diminta untuk memberikan perhatiannya terdapat penegakan hukum khususnya untuk
transaksi di atas.
c. Bagian terakhir dari pinsip 3 adalah kewajiban dari komisaris, direksi dan manajemen
kunci untuk mengungkapkan kepentingannya kepada dewan komisaris jika baik langsung
maupun tidak langsung atau atas nama pihak ketiga mempunyai kepentingan yang material
dalam suatu transaksi atau suatu hal yang mempengaruhi perusahaan. Peungkapan
kepentingan para pihak di atas kepada dewan komisaris juga harus diikuti dengan ketidak-
ikut sertaan para pihak didalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan transaksi
yang memuat kepentingan mereka tersebut.

17
Board of Directors Roles and Responsibilities
PEMBAHASAN PENILAIAN PRAKTEK DARI OECD PRINSIP 3 PT ANEKA TAMBANG

PROFIL PERUSAHAAN
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk adalah BUMN yang bergerak
dalam bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian, serta menjalankan usaha di bidang
industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa yang berkaitan dengan pertambangan berbagai
jenis bahan galian tersebut. Sub sektor pertambangan logam dan mineral ini mulai beroperasi
secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968. Dengan modal dasar sebesar Rp 3,8 Triliun. Modal
ditempatkan dan disetor sebesar Rp 953,8 miliar dengan struktur kepemilikan Pemerintah
Republik Indonesia sebesar 65% dan Masyarakat sebesar 35%. Selain itu, Antam bergerak juga
di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan bahan
tambang. Data Total Penjualan tahun 2010 sebesar Rp 8,74 triliun yang berasal dari komoditas
feronikel sebesar Rp 3,68 triliun (42%), bijih nikel sebesar Rp 2,36 triliun (27%), emas dan besi
sebesar Rp 2,35 triliun (27%), serta bauksit sebesar Rp 340 milyar (4%).
Antam merupakan perusahaan pertambangan yang terdiversifikasi dan terintegrasi
secara vertikal yang berorientasi ekspor. Melalui wilayah operasi yang tersebar di seluruh
Indonesia yang kaya akan bahan mineral, kegiatan Antam mencakup eksplorasi, penambangan,
pengolahan serta pemasaran dari sumber daya mineral yang dimiliki. Antam memiliki
konsumen jangka panjang yang loyal di Eropa dan Asia.Mengingat luasnya lahan konsesi
pertambangan dan besarnya jumlah cadangan dan sumber daya yang dimiliki, Antam
membentuk beberapa usaha patungan dengan mitra internasional untuk dapat memanfaatkan
cadangan yang ada menjadi tambang yang menghasilkan keuntungan.
Antam memiliki arus kas yang solid dan manajemen keuangan yang berhati-hati.Antam
didirikan sebagai Badan Usaha Milik Negara pada tahun 1968 melalui merjer beberapa
perusahaan pertambangan nasional yang memproduksi komoditas tunggal. Untuk mendukung
pendanaan proyek ekspansi feronikel, pada tahun 1997 Antam menawarkan 35% sahamnya ke
publik dan mencatatkannya di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1999, Antam mencatatkan
sahamnya di Australia dengan status foreign exempt entity dan pada tahun 2002 status ini
ditingkatkan menjadi ASX Listing yang memiliki ketentuan lebih ketat.
Tujuan perusahaan saat ini berfokus pada peningkatan nilai pemegang saham.Hal ini
dilakukan melalui penurunan biaya seiring usaha bertumbuh guna menciptakan keuntungan
yang berkelanjutan.Strategi perusahaan adalah berfokus pada komoditas inti nikel, emas, dan
18
bauksit melalui peningkatan output produksi untuk meningkatkan pendapatan serta
menurunkan biaya per unit.Antam berencana untuk mempertahankan pertumbuhan melalui
proyek ekspansi terpercaya, aliansi strategis, peningkatan kualitas cadangan, serta peningkatan
nilai melalui pengembangan bisnis hilir. Antam juga akan mempertahankan kekuatan finansial
perusahaan. Melalui perolehan kas sebanyak-banyaknya, perusahaan memastikan akan
memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kewajiban, mendanai pertumbuhan, dan
membayar dividen. Untuk menurunkan biaya, perusahaan harus beroperasi lebih efisien dan
produktif serta meningkatkan kapasitas untuk memanfaatkan adanya skala ekonomis.
Sebagai perusahaan pertambangan, Antam menyadari bahwa kegiatan operasi
perusahaan memiliki dampak secara langsung terhadap lingkungan dan masyarakat
sekitar.Perusahaan menyadari bahwa aspek lingkungan hidup dan khususnya pengembangan
masyarakat tidak sekedar tanggung jawab sosial tetapi merupakan bagian dari risiko
perusahaan yang harus dikelola dengan baik.Karakteristik industri pertambangan di Indonesia
sebagai industri pembuka daerah tertinggal dan terisolir juga menjadikan peran perusahaan
tambang untuk berperan aktif dalam pengembangan masyarakat sekitar dan beroperasi
sebagai good corporate citizen sangat penting. Hal ini akan berperan penting dalam
menurunkan risiko adanya gangguan terhadap operasi perusahaan. Beranjak dari konsepsi ini
maka perhatian yang mendalam terhadap upaya pelestarian lingkungan serta partisipasi secara
proaktif dalam pengembangan masyarakat merupakan salah satu kunci kesuksesan kegiatan
pertambangan.
Saham ANTAM saat ini diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange,
IDX) serta di Bursa Efek Australia (Australian Securities Exchange, ASX). Saham ANTAM
tercatat di Papan Utama IDX serta merupakan anggota dari LQ45, the Jakarta Islamic Index, the
Jakarta Mining Index, the SRI Kehati Sustainability Index dan beberapa indeks lokal terkemuka
lainnya. Saham ANTAM di ASX tercatat dalam full ASX Listing sejak tahun 2002.Saham ANTAM
di ASX diperdagangkan dalam bentuk Chess Depository Interests (CDI) dimana satu CDI
mewakili 5 saham.
Daftar Pemegang Saham pada tahun 2014 adalah sebagai berikut :

19
Perlakuan yang setara terhadap seluruh Pemegang Saham (Equitable treatment of
shareholders)
Berdasarkan Laporan Keuangan PT Aneka Tambang pada tahun 2014 terkait dengan tata
kelola korporat atau corporate governance, dapat diketahui bahwa PT Antam sudah memenuhi
prinsip 3 OECD. Terdapat empat subprinsip dalam prinsip 3 OECD ini. Setiap subprinsip telah
dipenuhi oleh PT Antam dengan baik namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki namun
tidak signifikan, sehingga bisa dikategorikan PT Antam hamper memenuhi Asean Corporate
Governance Scorecard.

20
Penerapan
No Prinsip dan Rekomendasi Keterangan
Penuh Sebagian
PERSAMAAN HAK PEMEGANG SAHAM (EQUITABLE TREATMENT OF
SHAREHOLDERS RIGHT)
1 Saham dan Hak Suara V
Kualitas informasi
pemberitahuanRUPS
yang telah disajikan
masih perlu
ditingkatkan.
Dengan:
a. Profil calon
Pemberitahuan Rapat anggota Direksi atau
2 v
Umum Pemegang Saham maupun dewan
komisaris baru yang
akan diangkat
kembali
b. Penunjukan atau
Penunjukan kembali
auditor eskternal.
c.Kebijakan Dividen
ANTAM perlu
mengatur ketentuan
mengenai kewajiban
anggota Direksi dan
Dewan Komisaris
Perdagangan orang dalam melaporkan
3 dalam dan transaksi v transaksi
sendiri harus di larang kepemilikan saham
mereka (bila ada)
pada Saham
perusahaan dengan
jangka waktu 3 hari
kerja.
Transaksi dengan pihak-
pihak yang berhubungan Kebijakan terkait
(RPTs) yang dilakukan v RPTs yang dimiliki
oleh Direksi dan Pejabat ANTAM masih perlu
4 Kunci dilengkapi
Melindungi pemegang
saham minoritas dari V
5 tindakan pelanggaran

21
ASEAN COPORATE GOVERNANCE SCORECARD
Sebagai wujud penerapan GCG yang komprehensif, ANTAM telah mengadopsi standar terbaik
yang berlaku di Internasional khususnya Australia Securities Exchange (ASX) Corporate
Governance Principle and Recommendation yang diterbitkan oleh ASX Corporate Governance
Council sejak tahun 2003 dan juga mengikuti perubahan atau amandemennya di tahun 2003,
pedoman GCG Indonesia yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
tahun 2006, serta mengacu pada kriteria dan metodologi yang ditetapkan oleh Kantor
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara No. SK-16/S.MBU/2012 tanggal 6 Juni 2012.
Agar lebih meningkatkan standar penerapan corporate governance di perusahaan, maka sejak
tahun 2012 ANTAM mulai mengadopsi standar ASEAN Corporate Governance Scorecard yang
diterbitkan oleh ASEAN Capital Markets Forum (ACMF) and the Asian Development. Penerapan
ASEAN CG Scorecard menggunakan 2 level yakni:
1. Level 1
a. Hak Pemegang Saham
b. Perlakukan yang setara Kepada Pemegang Saham
c. Peran Pemangku Kepentingan
d. Pengungkapan dan Transparansi
e. Tanggung Jawab Dewan
2. Level 2
Bonus dan Pinalti.ANTAM melakukan self assessment ASEAN CG Scorecard untuk tahun 2014
dengan detail sebagai berikut:
a. Hak Pemegang Saham
b. Perlakukan yang setara Kepada Pemegang Saham
c. Peran Pemangku Kepentingan
d. Pengungkapan dan Transparansi
e. Tanggung Jawab Dewan

22
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Etika bisnis memiliki peran yang sangat besar dalam keberlangsungan eksistensi
perusahaan.Oleh karena itu sudah selayaknya perusahaan menerapkan suatu prinsip Good
Corporate Governance denganprinsip-prinsip dikeluarkan oleh OECD.
PT Aneka Tambang Tbk, sebuah BUMN yang bergerak dalam bidang pertambangan
berbagai jenis bahan galian memiliki tujuan perusahaan yang berfokus pada peningkatan nilai
pemegang saham dan berkomitmen dalam pelaksanaan penerapan prinsp GCG agar kegiatan
operasional Perusahaaan dijalankan dengan berlandaskan prinsip Transparency,
Accountability, Responsibility, Independency dan Fairness yang dijiwai oleh Nilai-Nilai dan
Etika Perusahaan.
Seluruh Pemegang Saham PT Antam memiliki kesempatan untuk mendapatkan
penggantian atau perbaikan (redress) atas pelanggaran dari hak-hak Pemegang Saham. Adanya
perlakuan yang sama atas saham-saham yang berada dalam satu kelas, melarang praktek-
praktek perdagangan orang dalam (insider trading) dan mengharuskan anggota Direksi untuk
melakukan keterbukaan apabila menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan
kepentingan (conflict of interest). Adanya perlakuan yang sama terhadap seluruh Pemegang
Saham, termasuk Pemegang Saham minoritas dan asing. Semua tercermin dalam Score Card
Laporan Keuangan PT Antam.

23
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Umum GCG Indonesia KNKG 2006


https://www.slideshare.net/joy18_clarisse28/models-of-corporate-governance-44039179

neniH1978

NeniH1978 362960049219000

24

Anda mungkin juga menyukai