Disusun oleh:
Aulia Zaky Imawati (142170070)
Cestlavietria Ramadhani P (142170094)
Internal audit adalah independen, objek assurans dan aktivitas konsultasi yang
dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan oprasi suatu organisasi. Audit
internal mengontrol fungsi dari uji dan evaluasi kecukupan dan keefektivan dari kontrol
yang lain.
Standar Atribut
Standar Atribut meruakan karakteristik organisasi, individu, dan pihak- pihak yang
melakukan kegiatan audit internal.
1) Kewenangan, dan Tanggungjawab
Kewenangan dan tanggungjawab adalah fungsi audit internal harus dinyatakan
secara formal dalam Charter Audit Internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit
Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan dari Pimpinan dan Dewan
Pengawas Organisasi.
Tanggung jawab didasari pada tugas dan tugas didasarkan pada tujuan.
Pembahasan yang semakin jelas dari suatu tujuan akan membuat tangging jawab lebih
tepat dikerjakan.
1. Wewenang formal
Wewenang formal (formal authority) muncul dari hak untuk memberikan
perintah. Wewenang ini berkembang ketika pekerjaan mulai langka karena pekerja
sangat membutuhkan pekerjaan, mereka akan mengikuti perintah walaupun mereka
tidak setuju dengan atasan.
Dalam praktik internal audit, independensi menjadi hal yang utama. Seorang
auditor internal harus memiliki sifat independensi, karena independensi termasuk
dalam kode etik audit internal.
Objectivitas adalah sikap yang harus ditunjukan oleh seorang auditor internal
yang menrujuk kepadaindependensi. Seorang internal audit audit harus memiliki sifat
objective dalan menjalankan tugas praktiknya.
3. Supervisi
Unit audit internal harus melakukan supervisi ke para pemeriksa yang melakukan
tugas pemeriksaan.
4) Cakupan pekerjaan
1. Keandalan informasi
Auditor internal harus memeriksa keandalan informasi keuangan dan operasi
serta cara cara yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi dan
melaporkan.
2. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan undang-undang.
3. Perlindungan aset
Auditor internal harus memeriksa alat dan cara yang digunakan oleh perusahaan
dalam melindungi aset yang dimilikinya. Selain itu auditor internal juga perlu
memeriksa keadaan fisik dari aset yang dimiliki perusahaan.
5. Pencapaian tujuan
Standar Implementasi
Definisi Etika
Etika (praksis) diartikan sebagai nilai-nilai atau norma-norma moral yang
mendasari perilaku manusia. Etos didefinisikan sebagai ciri-ciri dari suatu masyarakat
atau budaya. Etos kerja,dimaksudkan sebagai ciri-ciri dari kerja, khususnya pribadi atau
kelompok yang melaksanakan kerja, seperti disiplin, tanggung jawab, dedikasi,
integritas, transparansi dsb.
Etika (umum) didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Dengan
kata lain, etika merupakan ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma moral.
Etika (luas) berarti keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh
masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan
kehidupannya.Etika (sempit) berarti seperangkat nilai atau prinsip moral yang
berfungsi sebagai panduan untuk berbuat, bertindak atau berperilaku. Karena berfungsi
sebagai panduan, prinsip-prinsip moral tersebut juga berfungsi sebagai kriteria untuk
menilai benar/salahnya perbuatan/perilaku.
Kode Etik
Kode etik adalah nilai-nilai, norma-norma, atau kaidah-kaidah untuk mengatur
perilaku moral dari suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yg harus dipenuhi
dan ditaati setiap anggota profesi.
Berdasarkan aturan etika ini, seorang profesional akuntan sektor publik harus memiliki
karakteristik yang mencakup:
a. Penguasaan keahlian intelektual yang diperoleh melalui pendidikan dan
pelatihan.
b. Kesediaan melakukan tugas untuk masyarakat secara luas di tempat instansi
kerja maupun untuk auditan.
c. Berpandangan obyektif.
d. Penyediaan layanan dengan standar pelaksanaan tugas dan kinerja yang
tinggi.
Penerapan aturan etika ini dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan profesi
akuntan yaitu:
1. bekerja dengan standar profesi yang tinggi,
2. mencapai tingkat kinerja yang diharapkan dan
3. mencapai tingkat kinerja yang memenuhi persyaratan kepentingan masyarakat.
Oleh karena itu, menurut aturan etika IAI-KASP, ada tiga kebutuhan mendasar yang
harus dipenuhi, yaitu:
1. Kredibilitas akan informasi dan sistem informasi.
2. Kualitas layanan yang didasarkan pada standar kinerja yang tinggi.
3. Keyakinan pengguna layanan bahwa adanya kerangka etika profesional dan
standar teknis yang mengatur persyaratan-persyaratan layanan yang tidak
dapat dikompromikan.
Aturan etika IAI-KASP memuat tujuh prinsip-prinsip dasar perilaku etis auditor
dan empat panduan umum lainnya berkenaan dengan perilaku etis tersebut.
Ketujuh prinsip dasar tersebut adalah: integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-
hatian, kerahasiaan, ketepatan bertindak, dan standar teknis dan profesional.
Empat panduan umum mengatur hal-hal yang terkait dengan good governance,
pertentangan kepentingan, fasilitas dan hadiah, serta penerapan aturan etika bagi
anggota profesi yang bekerja di luar negeri.
1. Integritas
Integritas berkaitan dengan profesi auditor yang dapat dipercaya karena
menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran. Integritas tidak hanya berupa kejujuran
tetapi juga sifat dapat dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan keadaan yang
sebenarnya.
Hal ini ditunjukkan oleh auditor ketika memunculkan keunggulan personal
ketika memberikan layanan profesional kepada instansi tempat auditor bekerja dan
kepada auditannya. Misalnya, auditor seringkali menghadapi situasi di mana terdapat
berbagai alternatif penyajian informasi yang dapat menciptakan gambaran keuangan
atau kinerja yang berbeda-beda. Dengan berbagai tekanan yang ada untuk
memanipulasi fakta-fakta, auditor yang berintegritas mampu bertahan dari berbagai
tekanan tersebut sehingga fakta-fakta tersaji seobyektif mungkin.
Auditor perlu mendokumentasikan setiap pertimbangan-pertimbangan yang
diambil dalam situasi penuh tekanan tersebut.
2. Obyektivitas
Auditor yang obyektif adalah auditor yang tidak memihak sehingga
independensi profesinya dapat dipertahankan. Dalam mengambil keputusan atau
tindakan, ia tidak boleh bertindak atas dasar prasangka atau bias, pertentangan
kepentingan, atau pengaruh dari pihak lain.
Obyektivitas dipraktikkan ketika auditor mengambil keputusan2 dalam
kegiatan auditnya. Auditor yang obyektif adalah auditor yang mengambil keputusan
berdasarkan seluruh bukti yang tersedia, dan bukannya karena pengaruh atau
berdasarkan pendapat atau prasangka pribadi maupun tekanan dan pengaruh orang lain.
Obyektivitas auditor dapat terancam karena berbagai hal. Situasisituasi tertentu
dapat menghadapkan auditor pada tekanan yang mengancam obyektivitasnya, seperti
hubungan kekerabatan antara auditor dengan pejabat yang diaudit. Obyektivitas auditor
juga dapat terancam karena tekanantekanan pihak-pihak tertentu, seperti ancaman
secara fisik. Untuk itu, auditor harus tetap menunjukkan sikap rasional dalam
mengidentifikasi situasi-situasi atau tekanan-tekanan yang dapat mengganggu
obyektivitasnya.
Ketidakmampuan auditor dalam menegakkan satu atau lebih prinsip-prinsip
dasar dalam aturan etika karena keadaan atau hubungan dengan pihak-pihak tertentu
menunjukkan indikasi adanya kekurangan obyektivitas.
Hubungan finansial dan non-finansial dapat mengganggu kemampuan auditor
dalam menjalankan prinsip obyektivitas. Misalnya, auditor memegang jabatan
komisaris bersama-sama dengan auditan pada suatu perusahaan sedikit banyak akan
mempengaruhi obyektivitas auditor tersebut ketika mengaudit auditan.
Transaksi peminjaman dari auditan atau investasi pada auditan dapat
mendorong auditor menyajikan temuan audit yang berbeda dengan keadaan
sebenarnya, terutama bila temuan tersebut berpengaruh terhadap keuangannya.
3. Kompetensi dan Kehati-hatian
Agar dapat memberikan layanan audit yang berkualitas, auditor harus memiliki
dan mempertahankan kompetensi dan ketekunan. Untuk itu auditor harus selalu
meningkatkan pengetahuan dan keahlian profesinya pada tingkat yang diperlukan
untuk memastikan bahwa instansi tempat ia bekerja atau auditan dapat menerima
manfaat dari layanan profesinya berdasarkan pengembangan praktik, ketentuan, dan
teknik-teknik yang terbaru.
Berdasarkan prinsip dasar ini, auditor hanya dapat melakukan suatu audit
apabila ia memiliki kompetensi yang diperlukan atau menggunakan bantuan tenaga ahli
yang kompeten untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara memuaskan.
Berkenaan dengan kompetensi, untuk dapat melakukan suatu penugasan audit,
auditor harus dapat memperoleh kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan yang
relevan. Pendidikan dan pelatihan ini dapat bersifat umum dengan standar tinggi yang
diikuti dengan pendidikan khusus, sertifikasi, serta pengalaman kerja. Kompetensi
yang diperoleh ini harus selalu dipertahankan dan dikembangkan dengan terus-menerus
mengikuti perkembangan dalam profesi akuntansi, termasuk melalui penerbitan
penerbitan nasional dan internasional yang relevan dengan akuntansi, auditing, dan
keterampilan-keterampilan teknis lainnya.
4. Kerahasiaan
Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya
dalam melakukan audit, walaupun keseluruhan proses audit mungkin harus dilakukan
secara terbuka dan transparan
Dalam prinsip kerahasiaan ini juga, auditor dilarang untuk menggunakan
informasi yang dimilikinya untuk kepentingan pribadinya, misalnya untuk memperoleh
keuntungan finansial.
Prinsip kerahasiaan tidak berlaku dalam situasi-situasi berikut:
- yang diijinkan oleh pihak yang berwenang, seperti auditan dan instansi tempat ia
bekerja. Dalam melakukan pengungkapan ini, auditor harus mempertimbangkan
kepentingan seluruh pihak, tidak hanya dirinya, auditan, instansinya saja, tetapi
juga termasuk pihak-pihak lain yang mungkin terkena dampak dari pengungkapan
informasi ini.
- Pengungkapan yang diwajibkan berdasarkan peraturan perundangundangan,
seperti tindak pidana pencucian uang, tindakan KKN, dan tindakan melanggar
hukum lainnya.
- Pengungkapan untuk kepentingan masyarakat yang dilindungi dengan undang-
undang.
Struktur dan proses organisasi atau instansi tempat ia bekerja harus memiliki
hal-hal berikut yaitu: akuntabilitas keberadaan organisasi, akuntabilitas penggunaan
dana publik, komunikasi dengan stakeholders, dan peran dan tanggung jawab dan
keseimbangan kekuasaan antara stakeholders dan pengelola.
Instansinya juga harus memiliki mekanisme pelaporan keuangan dan
pengendalian intern yang mencakup: pelaporan tahunan, manajemen risiko dan audit
internal, komite audit, komite penelaah kinerja, dan audit eksternal. Instansinya juga
harus memiliki standar perilaku yang mencakup kepemimpinan dan aturan perilaku.
Pertentangan Kepentingan
Beberapa hal yang tercantum dalam aturan etika yang dapat mengindikasikan
adanya pertentangan kepentingan yang dihadapi oleh auditor sektor publik adalah:
a. Adanya tekanan dari atasan, rekan kerja, maupun auditan di tempat kerja
(instansinya).
b. Adanya tekanan dari pihak luar seperti keluarga atau relasi.
c. Adanya tuntutan untuk bertindak yang tidak sesuai dengan standar atau
aturan.
d. Adanya tuntutan loyalitas kepada organisasi atau atasan yang bertentangan
dengan kepatuhan atas standar profesi.
e. Adanya publikasi informasi yang bias sehingga menguntungkan
instansinya.
f. Adanya peluang untuk memperoleh keuntungan pribadi atas beban instansi
tempat ia bekerja atau auditan.
A. KASUS
Dalam Kode Etik Profesi Akuntan telah diatur bagaimana seharusnya para
akuntan bertindak. Akan tetapi pada kenyataannya, selalu ada penyimpangan-
penyimpangan yang dilakukan oleh para akuntan. Penyimpangan- penyimpangan ini
tentunya berdampak kurang baik terhadap kredibilitas maupun nama baik akuntan di
mata masyarakat.
B. PEMBAHASAN KASUS
Laporan Keuangan yang accountable dan auditable sangatlah penting, baik bagi
perusahaan itu sendiri maupun bagi para pelaku bisnis lainnya. Disini peran akuntan
publik sangatlah penting. Akuntan publik sebagai suatu profesi yang mengemban
kepercayaan publik harus bekerja dalam kerangka peraturan perundang-undangan,
kode etik dan standar profesi yang jelas.
Berbagai pelanggaran etika yang dilakukan para akuntan telah banyak terjadi
saat ini, misalnya berupa perekayasaan laporan keuangan untuk menunjukkan kinerja
perusahaan agar terlihat lebih baik, ini merupakan pelanggaran akuntan terhadap kode
etik profesinya yang telah melanggar kode etik akuntan karena akuntan telah memiliki
seperangkat kode etik tersendiri yang disebut sebagai aturan tingkah laku moral bagi
para akuntan dalam masyarakat.
Oleh karena itu, sikap profesional dan ketaatan pada kode etik profesi akuntansi
sangat penting untuk dimiliki oleh setiap akuntan.Akuntan tidak independen apabila
selama periode Audit dan periode Penugasan Profesioanalnya, baik Akuntan, Kantor
Akuntan Publik (KAP) maupun orang dalam KAP memberikan jasa-jasa non-audit
kepada klien, seperti pembukaan atau jasa lain yang berhubungan dengan jasa akuntansi
klien, desain sistem informasi keuangan, aktuaria dan audit internal. Konsultasi kepada
kliennya dibidang itu menimbulkan benturan kepentingan.
C. ANALISIS
Dalam kasus tersebut, sanksi pembekuan izin diberikan karena akuntan publik
tersebut melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Berdasarkan etika profesi akuntansi, auditor tersebut telah melanggar prinsip keempat,
yaitu prinsip objektivitas. Dimana setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan
bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Selain itu Finn Etal juga menyatakan bahwa akuntan seringkali dihadapkan
pada situasi adanya dilema yang menyebabkan dan memungkinkan akuntan tidak dapat
independen. Akuntan diminta untuk teta independen dari klien, tetapi pada saat yang
sama kebutuhan mereka tergantung kepada klien karena fee yang diterimanya,
sehingga seringkali akuntan berada dalam situasi dilematis. Hal ini akan berlanjut jika
hasil temuan auditor tidak sesuai dengan harapan klien, sehingga menimbulkan konflik
audit. Konflik audit ini akan berkembang menjadi sebuah dilema etika ketika auditor
diharuskan membuat keputusan yang bertentangan dengan independensi dan
integritasnya dengan imbalan ekonomis yang mungkin terjadi atau tekanan di sisi
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://iskandaaar.blogspot.co.id
http://www/scrib.com
Jamil Aprinato, Marina Puspita sari, 2016, Etika Dan Profesionalisme Auditor Internal, Artikel.
(http://iskandaaar.blogspot.co.id)
https://ayupramitasari.blogspot.com/2017/09/kasus-pelanggaran-standar-profesional.html
http://www/scrib.com)
https://www.academia.edu/31215520/STANDAR_PROFESIONAL_AUDIT_INTERNAL.do
cx
https://classroom.google.com/u/0/c/NDEzNDQ2NzI2MDZa