Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

A
DENGAN HARGA DIRI RENDAH
DI YAYASAN DHIRA SUMAN TRITOHA KAB. SERANG

Disusun Oleh :
Agus Surya (21218218)
Amelia ( 21218221)
Elly Nuraeni (21218230)
Fransiska Ika Yuliani (21218236)
Yulianti ( 21218270)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PADA TN. A DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI
YAYASAN DHIRA SUMAN TRITOHA KAB. SERANG”. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu keperawatan dengan perkembangan
kurikulum terbaru, khususnya mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan para pembaca
dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat diaplikasikan
untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan di
masa mendatang.

Serang, 18 Oktober 2019


Penyusun,

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 1


B. TUJUAN ..................................................................................................... 2
C. PROSES PEMBUATAN MAKALAH ..................................................... 2

BAB II : GAMBARAN KASUS .................................................................................. 4

A. PENGKAJIAN ........................................................................................... 4
B. MASALAH KEPERAWATAN ................................................................ 7
C. POHON MASALAH ................................................................................. 8

BAB III : LANDASAN TEORI ................................................................................... 9

A. PROSES TERJADINYA MASALAH ..................................................... 9


B. TINDAKAN KEPERAWATAN............................................................... 11

BAB IV : PELAKSANAAN TINDAKAN .................................................................. 17

BAB V : PEMBAHASAN ............................................................................................ 18

BAB VI : PENUTUP .................................................................................................... 21

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 21
B. SARAN ....................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa bagi manusia berarti terwujudnya keharmonisan fungsi jiwa dan
sanggup menghadapi problem, merasa bahagia dan mampu diri. Orang yang sehat jiwa
berarti mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
masyarakat, dan lingkungan. Manusia terdiri dari bio, psiko, sosial, dan spiritual yang
saling berinteraksi satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi (Azizah, 2016).
Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan
dan diamati keadaannya. Orang ‘gemuk’ dianggap sehat dan orang yang mempunyai
keluhan dianggap tidak sehat. Faktor subjektifitas dan kultural mempengaruhi
pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat. World Health Organization
(WHO) merumuskan sehat dalam arti kata yang luas, yaitu keadaan yang sempurna baik
fisik, mental maupun social, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan /cacat
(Azizah, 2016).
Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan adanya orang lain
di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan sesama
manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh individu, sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap
kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain (Azizah, 2016)
Stuart dan Sundeen memberikan batasan tentang keperawatan jiwa, yaitu suatu proses
interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku, yang
mengontribusi pada fungsi yang terintegrasi. Sementara ANA (American Nurses
Association) mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu bidang spesialisasi
praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri secara terapeutik sebagai kiatnya (Stuart, 2007). Berdasarkan dua
pengertian di atas, maka setiap perawat jiwa dituntut mampu menguasai bidangnya
dengan menggunakan ilmu perilaku sebagai landasan berpikir dan berupaya sedemikian
rupa sehingga dirinya dapat menjadi alat yang efektif dalam merawat Klien (Depkes RI,
1998 dalam Yusuf, 2015).
Harga diri rendah merupakan komponen konsep diri. Harga diri merupakan perasaaan
yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat walaupun melakukan kesalahan,
kekalahan, kegagalan, tetap merasa penting dan berharga (Struart, 2007). Pada Klien
dengan gangguan jiwa dengan kasus gangguan harga diri sulit menerima diri sendiri dan
4
menjalin hubungan personal dengan orang lain. Bila situasi ini tidak ditangani dengan
baik maka akan muncul harga diri rendah yang sangat kronis. Tanda-tanda HDR yang
ditemukan pada klien diantaranya rasa bersalah dan khawatir pada diri sendiri, menarik
diri dari realitas serta gangguan berhubungan yang disebabkan oleh perasaan tidak
berharga. Masalah rumah tangga dan ekonomi menduduki prosentase
67% (Purwaningsih & Karlina, 2009).
Terapi keperawatan yang dapat diberikan pada klien sendiri bisa dalam bentuk terapi
kognitif. Terapi ini bertujuan untuk merubah pikiran negative yang dialami oleh klien
dengan harga diri rendah kronis kearah berfikir yang positif. Pada keluarga terapi yang
diperlukan dapat berupa triangle terapy yang bertujuan untuk membantu keluarga dalam
mengungkapkan perasaan mengenai permasalahan yang dialami oleh anggota keluarga
sehingga diharapkan keluarga dapat mempertshankan situasi yang mendukung pada
pengembalian fungsi hidup klien. Pada masyarakat juga perlu dilakukan terapi
psikoedukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
masalah harga diri rendah kronis yang merupakan salah satu bagian dari masalah
gangguan jiwa dimasyarakat (Samoke, 2012)
Berdasarkan uraian tersebut, kami tertarik untuk mengambil masalah Haega Diri
Rendah pada Klien di Di Yayasan Dhira Suman Tritoha Kab. Serang.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang gangguan jiwa dengan Harga diri
rendah
2. Tujuan Khusus
Dalam pelaksanaan kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu:
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada klien dengan
Harga diri rendah
b. Mampu mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada klien dengan Harga diri
rendah
c. Mampu mendiskripsikan perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah
Harga diri rendah.
d. Mampu mendiskripsikan pada Klien dengan Harga diri rendah
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan.

5
f. Mampu mendeskripsikan strategi pelaksanaan pada Klien gangguan jiwa dengan
Harga diri rendah

C. PROSES PEMBUATAN MAKALAH


Pembuatan makalah ini melibatkan klien langsung dan keluarga klien yang sedang
berkunjung melihat keadaan klien, pengkajian klien juga didapatkan dari perawat/
petugas Yayasan Dhira Suman Tritoha Kab. Serang yang sedang bertugas dan didapat
pula dari lembar rekam medis klien. Klien dirawat diruangan pemulihan yang luas
kamarnya 3x7 meter dan ditempati ±12 orang Klien, yang letaknya tidak jauh dari jalan
raya, walaupun letaknya berdekatan dengan jalan raya namun di lokasi tersebut cukup
tenang sehingga membantu proses penyembuhan klien. Di tempat tersebut juga di tinggali
oleh 32 Klien yang mengalami gangguan jiwa dan terdapat 5 orang yang mengalami
gangguan jiwa yang sama dengan klien yaitu gangguan jiwa dengan Harga diri rendah.
Pembuatan makalah ini juga mengambil dari beberapa literature terbaru dari buku
tentang keperawatan jiwa antara lain; Mode Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Oleh
Budi Anna Keliat and Akemat pada tahun 2011 yang di terbitkan oleh ECG di Jakarta;
Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa oleh
Dermawan, R. & Rusdi. Pada tahun 2013 diterbitkan oleh Gosyen Publishing di
Yogyakarta; dan lain-lain. Terapi keperawatan yang dapat diberikan pada klien sendiri
bisa dalam bentuk terapi kognitif. Terapi ini bertujuan untuk merubah pikiran negative
yang dialami oleh klien dengan harga diri rendah kronis kearah berfikir yang positif. Pada
keluarga terapi yang diperlukan dapat berupa triangle terapy yang bertujuan untuk
membantu keluarga dalam mengungkapkan perasaan mengenai permasalahan yang
dialami oleh anggota keluarga sehingga diharapkan keluarga dapat mempertshankan
situasi yang mendukung pada pengembalian fungsi hidup klien. Pada masyarakat juga
perlu dilakukan terapi psikoedukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang masalah harga diri rendah kronis yang merupakan salah satu bagian
dari masalah gangguan jiwa dimasyarakat (Samoke, 2012).

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Harga Diri Rendah


1. Definisi
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri
atau cita-cita dan harapan langsung menghasilkan\ bahagia (Budi ana kaliat 2013).
Dapat disimpulkan harga diri rendah adalah perasaan negatif harga diri sendiri,
hilangnnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara
langsung atau tidak langsung, penurunan harga diri bersifat situasional maupun
kronis ataupun menahun. Oleh karena itu tenaga kesehatan perlu menagmbil
kebijakan sepesifik agar terciptanya terapi aktivitas kelompok yang optimal
(Budiana: 2013)

2. Faktor Penyebab
a. Berikut ini merupakan faktor penyebab (umum) dari harga diri rendah antara
lain:
1) Situasional
Yang terjadi trauma secara tiba-tiba misalnya pasca operasi, kecelakaan
cerai, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena terjadi (korban perkosaan,
dipenjara, dituduh KKN).
2) Privacy yang kurang diperhatikan, misal pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak spontan (mencukur pubis
pemasangan kateter).
3) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tecapai karena
dirawat atau sakit atau penyakitnya.
4) Kelakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misal berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan berbagai tindakan tanpa
pemeriksaan.
5) Kronik
Perasaan negatif terhadap diri sudah berlangsung lama yaitu sebelum sakit
atau dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif, kejadian sakit
yang dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

7
b. Ada pula penggolongan faktor penyebab terjadinya HDR (Harga diri rendah)
digolongkan menjadi dua golongan:
1) Faktor Predisposisi (faktor yang mendasarai atau mempermudah terjadinya
HDR). Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistic. Tergantung pada orang tua dan ideal
diri yang tidak realistic. Misalnya: orang tua tidak percaya pada anak,
tekanan dari teman, dan kultur sosial yang berubah.
2) Faktor Presipitasi (faktor pencetus HDR)
a) Ketegangan peran (ketidaknyamanan peran)
b) Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran atau
posisi
c) Konflik peran, ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan
d) Peran yang tidak jelas
e) Kurangnya pengetahuan individu tentang peran
f) Peran yang berlebihan
g) Menampilkan seperangkat peran yang kompleks
h) Perkembangan transisi
i) Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri
j) Situasi transisi peran
k) Bertambah/ berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu
l) Transisi peran sehat-sakit
m) Kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, fungsi, penampilan,
prosedur pengobatan dan perawatan

3. Tanda dan Gejala


Menurut beberapa pendapat para ahli gejala dan tanda seseorang merasa harga
dirinya rendah dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan
penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak) karena
pengobatan akibat penyakit kronis seperti kank
c. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak ke RS
menyalahkan dan mengejek diri sendiri
d. Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
memang bodoh dan tidak tahu apa-apa.

8
e. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau bertemu orang
lain, lebih suka menyendiri.
f. Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin
memilih alternatif tindakan.
g. Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram mungin
klien ingin mengakhiri kehidupan.

4. Proses Terjadinya Masalah


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu
tidak pernah mendapat feedback dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya
bahkan mungkin kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif
untuk mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada
pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak
mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap
diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri
rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru
menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis.

5. Rentang Respon
Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Aktualisasi diri Konsep diri positif Harga diri rendah Kerancuan identitas Depersonalisasi

9
6. Terapi Somatik
Menurut Riyadi, & Purwanto, (2009) Terapi somatik adalah terapi yang
diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik.
Terapi somatik telah banyak dilakukan pada klien dengan gangguan jiwa seperti terapi
somatik restrain, seklusi, elekrokonvulsi, dan foto terapi.
a. ECT (Electro Convulsif Therapie)
Suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan
kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Indikasi ECT yaitu:
1) Klien depresi pada psikosa manik depresi, klien skizofrenia stupor
kotatonik dan gaduh gelisah katatonik.
2) Klien dengan penyakit depresi mayor yang tidak berespon terhadap
antidependen atau yang tidak dapat minum obat.
3) Klien dengan gangguan bipolar yang tidak berespon terhadap obat.
4) Klien bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima pengobatan
untuk mencapai efek terapeutik.
Sedangkan kontra indikasi ECT yaitu:
1) Peningkatan tekanan intra cranial (karena tumor otak, infeksi SPP).
2) Keguguran pada kehamilan gangguan sistem muskuloskeletal,
osteoartritis berat, osteoporosis, fraktur karena kejang grandma.
3) Gangguan kardiovaskuler, infrak miokardium, anggia,
hipertensi, aritmia, dan aneurisma.
4) Gangguan sistem pernafasan, asma bronkial.
5) Keadaan lemah.

b. Foto Terapi atau Sinar


Terapi somatik pilihan. Terapi ini diberiakan dengan memaparkan klien pada
sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan). Klien disuruh duduk
dengan mata terbuka 1,5 meter, didepan klien diletakan lampu flouresen
spectrum luas setinggi mata. Waktu dan dosis terapi ini bervariasi pada tiap
individu. Beberapa klien berespons jika terapi diberikan pagi hari, sementara
klien ini lebih bereaksi kalau dilakukan terapi pada waktu sore hari. Semakin
sinar terang, semakin efektif terapi perunit waktu.

10
Terapi sinar berlangsung dalam waktu yang tidak lama namun cepat
menimbulkan efek terapi. Kebanyakan klien merasa sembuh 3-5 hari tetapi klien
dapat kembali kambuh jika terapi dihentikan. Terapi ini dapat menurunkan 75%
gejala depresi yang dialami klien depresi minum dingin atau gangguan afektif
musiman.
Efek samping yang terjadi setelah dilakukan terapi dapat berupa nyeri kepala,
insomnia, kelelahan, mual, mata kering, keluar sekresi dari hidung dan rasa lelah
pada mata.

7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahan koping jangka pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan (Stuart & Gail, 2016).
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
1) Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis indentitas diri
(misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara
obsesif )
2) Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya,
ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau
genk)
3) Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik,
kontes untuk mendapatkan popularitas)
4) Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat
identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya,
penyalahgunaan obat )
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1) Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi
diri individu.
2) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.

11
8. Sumber Koping
Semua orang tanpa memperhatikan gangguan prilakunya, mempunyai beberapa
bidang kelebihan personal yang meliputi : Aktifitas olah raga dan aktifitas diluar
rumah, hobi dan kerajinan tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan perwatan diri,
pendidikan atau pelatihan, pekerjaan, vokasi atau posisi, bakat tertentu, kecerdasan,
imajinasi dan kreatifitas, hubungan interpersonal. (Stuart & Gail, 2016).

9. Intervensi Harga diri rendah


Menurut (Yosep, 2011) yaitu:
a. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan harga diri rendah
b. Tujuan khusus
1) Klien mampu membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifiksi kemampuan yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
4) Klien dapat merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
5) Klien dapat melakukan kegiatan
c. Intervensi
1) Bina hubungan terapeutik
2) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien
3) Beri kesempatan klien untuk mencoba
4) Setiap bertemu klien hindarkan penilaian agresif
5) Utamakan memberikan pujian realistic
6) Diskusikan dengan klien kegiatan yang masih bias digunakan
7) Rencanakan bersama
8) Beri reinforcement positif atas usaha klien

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Ds. Margatani Kec. Kramatwatu Serang Banten
Sumber informasi : Klien, Perawat ruangan & RM klien
Tanggal pengkajian : 04 Oktober 2019
No. RM : 2016.00.633
Diagnose Medis : F.19 (Gangguan mental dan perilaku akibat Napza)

2. Alasan Masuk
Klien mengatakan dibawa ke Yayasan Dhira Suman Tritoha oleh ayahnya bulan
September 2019. Pada saat dirumah banyak diam, melamun, ketawa-ketawa sendiri,
susah tidur ±2 hari, susah makan ±1 minggu.
3. Faktor Predisposisi
Klien mempunyai riwayat pakai extasi, ganja dan lain-lain kecuali sabu-sabu, mulai
dari kelas 2 SMA sampai dengan lulus sekolah melanjutkan kuliah sampai semester 6
di UNICOM Bandung, pernah di rahabilitasi di inabah/ Abah Anom di tasik ±10 bulan
pada tahun 2015. Kemudian kembali pulang ada perubahan shalat, berkomunikasi.
Kemudian klien kembali di rehabilitasi pada bulan Agustus 2016, pulang pada bulan
Juli 2017 dan kembali ke Yayasan Dhira Suman Tritoha pada tanggal 26 September
2018 sampai dengan saat ini.

Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu yaitu sekitar bulan
November 2015, kemudian direhabilitasi di Tasik ±10 bulan. Pada bulan Agustus klien
kembali direhabilitasi di Yayasan Dhira Suman Tritoha pada bulan Juli 2017 klien

13
pulang karena sudah stabil. Pada tanggal 26 September 2018 klien kembali di bawa ke
Yayasan Dhira Suman Tritoha, pengobatan sebelumnya kurang berhasil. Klien
mengatakan saat di rumah klien tidak minum obat teratur dikarenakan setelah ibunya
meninggal tidak ada yang mengingatkan klien tidak pernah melakukan kekerasan fisik
atau tindakan kriminal dan tidak pernah menjadi korban aniaya fisik.

4. Riwayat Keluarga
 Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
 Ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu klien pernah dimarahi
oleh pacarnya didepan umum (orang banyak), klien merasa malu dan merasa tidak
dihargai, klien juga merasa capek dengan sikap pacarnya yang selalu memarahinya.
Klien pernah menggunakan narkoba berawal dari coba-coba dan akibatnya sering
nongkrong berkumpul dengan teman-temannya.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Vital :
 TD : 110/80 mmHg
 Sh : 36,4oC
 N : 80 x/mnt
 P : 20 x/mnt
b. Antopometri :
 TB : 165 cm
 BB : 60 kg
c. Saat pengkajian tidak ditemukan keluhan fisik

6. Psikososial
Klien adalah anak kedua dari dua bersaudara, klien tinggal bersama ayahnya saja
setelah ibunya meninggal pada tahun 2017. Sedangkan kakak perempuannya sudah
tidak tinggal serumah dikarenakan sudah menikah, pola asuh dalam keluarga baik,
untuk mengambil keputusan dilakukan oleh ayahnya. Klien menjadi pecandu narkoba
dikarenakan pengaruh lingkungan pergaulan, kurangnya control keluarga, keluarga
jarang mengingatkan.

14
7. Konsep Diri
a. Gambaran diri: klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya, karena itu
semua pemberian tuhan yang patut disyukuri.
b. Identitas diri: klien mampu menyebutkan namanya, umur saya 24 tahun (klien salah
menyebutkan umur, seharusnya umur saya 27 tahun), saya berjenis kelamin laki-
laki.
c. Peran: sebelum masuk ke Yayasan Dhira Suman Tritoha, klien berperan sebagai
anak dalam keluarganya dan adik dari seorang kakak peremuan. Sedangkan
dilingkungan klien berperan sebagai remaja yang aktif dikomunitas musi yang
bernama LORONG HITAM di Cilegon. Setelah masuk ke Yayasan Dhira Suman
Tritoha sudah tidak pernah aktif dikomunitas musiknya (Loss Contact)
d. Ideal diri: klien cepat keluar dari tempat rehabilitasi dan ingin mencari pekerjaan
untuk membantu meringankan beban ayahnya.
e. Harga diri: klien merasa malu dan merasa tidak berarti karena sudah menjadi
pecandu narkoba dan tidak dapat meneruskan kuliahnya akibat pengaruh narkoba,
klien kasihan dengan ayahnya karena klien sudah mengecewakan keluarga, klien
terkadang merasa tidak percaya diri.

8. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti: ibu, ayah dan saudarinya, tetapi ibunya sudah meninggal.
Klien menyayangi semua keluarganya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat: klien mengatakan pernah
menjadi remaja yang aktif dikomunitas music LORONG HITAM didaerah
Cilegon. Selama dirawat klien aktif ikut serta dalam kegiatan Yayasan dikarenakan
adanya dorongan yang kuat dari petugas yayasan, walau klien sebetulnya merasa
malas.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien mengatakan tidak ada
hambatan.

9. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: klien mengatakan beragama Islam
b. Kegiatan ibadah: klien mengatakan saat ini selalu melaksanakan Shalat 5 waktu.

15
10. Status Mental
a. Penampilan
Penampilan klien terlihat rapi, rambut pendek tidak terlihat kotor, kebersihan secara
umum baik, kulit berwarna sawo matang tidak kotor, tidak ada lesi pada kulit,
terdapat tato pada lengan kanan atas, klien tidak bau, gigi tidak kotor. Klien
mengatakan mandi 2x sehari memakai sabun dan selalu sikat gigi, klien selalu
mengganti bajunya setelah mandi.
b. Pembicaraan
Dalam pemicaraan klien tampak kooperatif, klien tidak mampu memulai
pembicaraan karena sedikit pendiam, malu dan tidak percaya diri, bicara klien
lambat.
c. Aktivitas motorik
Klien tampak sering memegang jari telunjuknya dan ditekan-tekan saat dan selama
berbincang-bincang.
d. Alam perasaan
Tidak ada gangguan alam perasaan klien seperti sedih, khawatir, ketakutan,
gembira berlebihan dan putus asa.
e. Afek
Afek klien sesuai, tidak ada masalah. Klien tampak senyum-senyum bila berbicara
humor dan bersedih bila bercerita sedih tentang ibunya dan wajah klien tampak
murung
f. Interaksi Selama Wawancara
Saat wawancara kontak mata kurang, klien tampak sering menunduk.
g. Persepsi
Klien mengatakan mendengar suara-suara orang yang marah-marah tidak jelas,
memarahi klien mengenai masalah music, orang tersebut merasa lebih pintar dalam
bermusik. Klien mengalami halusinasi pendengaran sejak ±3-4 bulan yang lalu,
halusinasi dialami klien tidak tentu setiap harinya, ketika klien sedang sendiri,
terjadi saat siang ataupun malam hari, saat mendengar suara tersebut klien
mengabaikan dan berbicara dengan temannya.
h. Proses Pikir
16
Tidak ada gangguan pada proses piker klien, klien berbicara sesuai yang ditanyakan
perawat

i. Isi pikir
Klien mengatakan berobseri bekerja untuk membantu meringankan beban ayahnya.
j. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien compos mentis, klien sadar saat ini berada di Yayasan Dhira
Suman Tritoha, tidak ada gangguan tingkat kesadaran atau disorentasi.
k. Memori
Klien dapat mengingat dengan baik klien dibawa ke Yayasan Dhira Suman Tritoha
oleh ayahnya, klien dapat mengingat tanggal bulan dan tahun kelahirannya.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dapat menjawab hitungan sederhana seperti 6+3=9
m. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan saat diberi pilihan bangun tidur mandi dulu
atau makan dulu? Klien menjawab mandi dulu setelah mandi baru makan.
n. Daya tilik diri
Klien mengatakan bahwa klien sedang sakit dan klien tidak menyalahkan orang lain
dengan kondisinya saat ini.

11. Kebutuhan Persiapan Pulang


Klien mengatakan makan 3x/ hari, makan dengan tertib, selalu mencuci tangan, makan
tanpa bantuan orang lain. Klien mandi 2x/ hari, menggunakan sabun dan sikat gigi,
mampu memakai baju sendiri, tanpa bantuan orang lain, baju yang dipakai sesuai. Klien
tidak pernah mempersiapkan makanan dan mengatur keuangan karena hal tersebut
dilakukan oleh ayahnya, klien tidak bekerja tidak bias membantu ayahnya. Penggunaan
obat sangat minimal, Karena tidak ada yang mengingatkan minum obat.

12. Mekanisme Kopping


Klien mengatakan selama di Yayasan Dhira Suman Tritoha tidak berbicara dengan
orang lain dan senang menyendiri bila teringat ibunya.

13. Masalah Psikososisal Dan Lingkungan

17
a. Klien mengatakan tidak pernah keluar rumah saat sakit dan tidak pernah
berhubungan lagi dengan komunitas musiknya
b. Klien mengatakan tidak berhubungan dengan lingkungan rumah dan komunitas
musinya karena merasa malu
c. Klien mengatakan pernah kuliah di UNICOM Bandung tapi hanya sampai dengan
semester 6, klien tidak melanjutkan kuliah karena sakit akibat pengaruh narkoba.
d. Klien mengatakan belum bekerja
e. Tidak ada masalah dengan perumahan, klien hanya tinggal berdua dengan ayahnya,
kakak perempuannya sudah tidak tinggal bersama karena sudah menikah dan ibu
klien sudah meninggal tahun 2017
f. Keuangan yang mengatur ayanya karena klien tidak bekerja
g. Pelayanan kesehatan cukup jauh dari rumah klien
h. Tidak mengalami penolakan dari lingkungan rumahnya, ayah klien tidak terlihat
menjenguk klien pada hari minggu.
i. Klien mendapat dukungan dari lingkungan keluarga.

14. Pengetahuan Kurang Tentang


Klien mengerti akan penyakitnya dan cara mengontrolnya saat kambuh

15. Aspek Medik


a. Diagnosa medik : F19 (Gangguan mental dan perilaku akibat Napza)
b. Terapi Medik :
 Clozapin 1x25mg
 Sudap 1x5mg
 Xiety 2x5mg
 Promipen 1x5mg

18
BAB IV

ANALISA DATA

Masalah
Tgl/ jam Data Fokus
Keperawatan
04/10/2019 DS: Harga diri rendah
 Klien mengatakan merasa malu dan tidak dihargai
karena pernah dimarahi oleh pacarnya di depan umum
(banyak orang)
 Klien mengatakan malu dan merasa tidak berarti
karena sudah menjadi pecandu narkoba dan tidak dapat
meneruskan kuliahnya akibat pengaruh narkoba
DO:
 Klien tidak mampu memulai pembicaraan
 Bicara klien lambat dengah suara pelan
 Kontak mata kurang
DS : Regimen
 Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa teurapeutik
dan pengobatan kurang berhasil karena klien tidak inefektif
minum obat secara teratur/ rutin
 Klien mengatakan pernah direhabilitasi di Tasik bulan
November 2015 ±10 bulan

DO :
 Klien pernah di rawat di Yayasan Dhira Suman Tritoha
tanggal 18 Agustus 2016
 Klien dinyatakan stabil bulan Juli 2017 dan
diperbolehkan pulang control rawat jalan
 September 2018 klien kembali dirawat di Yayasan
Dhira Suman Tritoha
DS: Isolasi sosial
 Klien mengatakan selama di Yayasan Dhira
Suman Tritoha tidak berbicara dengan orang lain
dan senang menyendiri bila teringat ibunya
 Selama dirawat klien aktif ikut serta dalam
kegiatan Yayasan dikarenakan adanya dorongan
yang kuat dari petugas yayasan, walau klien
sebetulnya merasa malas.

19
DO:
 Klien tampak banyak diam dan menyendiri

DS: Risiko gangguan


 Klien mengatakan pernah mendengar suara- suara sensorik persepsi:
oarng yang marah-marah tidak jelas, memarahi klien Halusinasi
mengenai masalah klien mengenai masalah musik, pendengaran
orang tersebut merasa lebih pintar dalam bermusik
dialami ±3-4 bulan yang lalu, dialami beberapa kali
ketika klien sedang sendirian, terjadi saat siang
danmalam hari saat mendengar suara tersebut klien
mengabaikan dan berbicara dengan temannya. Saat ini
klien sudah tidak mengalami hal ini
DO:
 Terdapat Grimasen saat sedang berbicara (sering
memegang jari telunjuknya dan ditekan-tekan)
DS: Koping keluarga
 Klien mengatakan menjadi pecandu narkoba inefektif
dikarenakan pengaruh lingkungan, kurang control
keluarga, keluarga jarang mengingatkan
DO:
 Ayah klien tampak tidak terlihat menjenguk klien
setiap minggu (±3 minggu)

20
POHON MASALAH

Risiko gangguan sensori


persepsi: Halusinasi
pendengaran

Isolasi sosial

Regimen terapeutik Harga diri rendah


inefektif

Koping keluarga Berduka disfungsional


inefektif

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Harga diri rendah


2. Koping keluarga inefektif
3. Regimen teurapeutik inefektif
4. Isolasi social
5. Risiko gangguan sensorik persepsi: Halusinasi pendengaran

21
ASUHAN KEPERAWATAN

PERENCANAAN
No Dx RASIONAL
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
1. Harga TUM: 1. Setelah 1 kali interaksi, klien 1.1 Bina hubungan saling percaya Perasaan aman dan percaya
diri Klien dapat menunjukkan ekspresi wajah dengan menggunakan prinsip dapat membantu klien
rendah meningkatkan harga bersahabat, menunjukkan rasa komunikasi terapeutik: mengungkapkan perasaan,
dirinya. senang, ada kontak mata, mau  Sapa klien dengan ramah baik pemikiran dan
TUK: berjabat tangan, mau verbal maupun nonverbal permasalahannya
1. klien dapat menyebutkan nama, mau  Perkenalkan diri dengan sopan
membina menjawab salam, klien mau  Tanya nama lengkap dan nama
hubungan saling duduk berdampingan dengan panggilan yang disukai klien
percaya dengan perawat, mau mengutarakan  Jelaskan tujuan pertemuan
perawat masalah yang dihadapi  Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
 Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat 2. Setelah 2 kali interaksi klien 2.1 Diskusikan dengan klien tentang: Pengungkapan tentang
mengidentifikasi menyebutkan:  Aspek positif yang dimiliki kemampuan diri diperlukan
aspek positif dan  Aspek positif dan klien, keluarga dan lingkungan untuk merubah diri klien dan
kemampuan yang kemampuan yang dimiliki  Kemampuan yang dimiliki klien tindakan selanjutnya
dimiliki klien 2.2 Bersama klien buat daftar tentang:
 Aspek positif keluarga  Aspek positif klien, keluarga Untuk meningkatkan harga diri
 Aspek positif lingkungan dan lingkungan klien
 Kemampuan yang dimiliki klien
2.3 Beri pujian yang realistis, hindari
memberi penilaian negatif

22
3. Klien dapat 3. Setelah 2 kali interaksi klien 3.1 Diskusikan dengan klien Penilaian klien terhadap positif
menilai menyebutkan kemampuan yang kemampuan yang dapat dirinya bias membantu
kemampuan yang dapat dilaksanakan dilaksanakan aktualisasi diri
dimiliki untuk 3.2 Diskusikan kemampuan yang dapat
dilaksanakan dilanjukan pelaksanaanya
4. Klien dapat 4. Setelah 1 kali interaksi klien 4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas Perencanaan yang baik
merencanakan membuat rencana kegiatan yang dapat dilakukan setiap hari membantu klien memilih
kegiatan sesuai harian sesuai dengan kemampuan klien: potensi mana yang ingin dia
dengan  Kegiatan mandiri kembangkan
kemampuan yang  Kegiatan dengan bantuan
dimiliki 4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi Melatih klien untuk
klien melaksanakan kegiatan yang
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan dapat klien lakukan
kegiatan yang dapat klien lakukan
5. Klien dapat 5. Setelah 3 kali interaksi klien 5.1 Anjurkan klien untuk Implementasi dapat membuat
melakukan melakukan kegiatan sesuai melaksanakan kegiatan yang telah klien semakin yakin dengan
kegiatan sesuai jadwal yang dibuat direncanakan positif dirinya
rencana yang 5.2 Pantau kegiatan yang dilakukan
dibuat klien Meningkatkan harga diri klien
5.3 Beri pujian atas usaha yang
dilakukan klien
5.4 Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah
pulang
6. Klien dapat 6. Setelah 4 kali interaksi klien 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada Dukungan yang terbaik bagi
memanfaatkan memanfaatkan system keluarga tentang cara merawat klien adalah orang sekitarnya
system pendukung keluarga yang ada di klien dengan harga diri rendah terutama keluarganya
keluarga

23
pendukung yang 6.2 Bantu keluarga memberikan Dukungan keluarga dapat
ada dukungan selama klien dirawat membantu meningkatkan harga
6.3 Bantu keluarga menyiapkan diri klien
lingkungan di rumah
2. Regimen TUM: 1. Setelah berinteraksi beberapa 1. Beri pendidikan kesehatan tentang Dengan menyebutkan nama,
teurapeu Klien memanfaatkan kali klien menyebutkan: penggunaan obat secara teratur dosis, warna, efek terapi dan
tik obat dengan baik  Manfaat minum obat secara 2. Diskusikan dengan klien tentang efek samping obat, diharapakan
inefektif TUK: teratur manfaat dan kerugian tidak minum klien mengikuti sesuai program
1. Klien mengetahui  Kerugian tidak minum obat obat nama, warna, dosis, cara, efek pengobatan
manfaat minum  Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping Menilai kemampuan klien
obat secara terapi dan efek saming obat penggunaan obat dalam mengobati dirinya
teratur 3. Pantau klien saat menggunakan sendiri
2. Klien mengetahui obat Progrsm pengobatan sesuai
kerugian tidak 4. Masukkan dalam jadwal kegiatan rencana
minum obat harian klien
secara teratur 5. Beri pujian jika klien menggunakan
3. Klien mampu obat dengan benar
menyebutkan
nama obat,
warna, dosis, efek
terapi dan efek
samoing obat
3. Isolasi TUM: 1. Setelah 1 kali interaksi klien 1.1 Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
sosial Klien dapat menunjukkan tanda-tanda dengan menggunakan prinsip merupakan dasar dari
meningkatkan percaya kepada perawat: komunikasi terapeutik: terjadinya komunikasi
hubungan sosial  Ekspresi wajah bersahabat  Sapa klien dengan ramah baik terapeutik sehingga akan
TUK:  Menunjukkan rasa senang verbal maupun nonverbal memfasilitasi dalam
 Ada kontak mata  Perkenalkan diri dengan sopan

24
1. Klien dapat  Mau berjabat tangan  Tanya nama lengkap dan nama pengungkapan perasaan, emosi
membina  Mau menyebutkan nama panggilan yang disukai klien dan harapan klien
hubungan saling  Mau menjawab salam  Buat kontrak dengan klien
percaya  Mau duduk berdampingan  Tunjukkan sikap jujur dan
dengan perawat menepati janji setiap kali
 Bersedia mengungkapkan interaksi
masalah yang dihadapi  Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
 Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
 Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien
 Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien
2. Klien mampu 2. Setelah….kali interaksi klien 2.1 Tanyakan pada klien tentang: Bila klien sudah mau
menyebutkan dapat menyebutkan minimal  Orang yang tinggal serumah/ mengungkapkan semua
penyebab satu satu penyebab menarik diri: sekamar dengan klien perasaannya akan
menarik diri  Diri sendiri  Orang yang paling dekat dengan mempermudah perawat
 Orang lain klien di rumah/ di ruang melakukan asuhan
 Lingkungan perawatan keperawatannya
 Apa yang membuat klien dekat
dengan orang tersebut
 Orang yang tidak dekat dengan
klien di rumah/ di ruang
perawatan

25
 Apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang lain
 Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang lain
2.2 Diskusikan dengan klien penyebab Untuk mengidentifikasi apa
dan akibat menarik diri yang menyebabkan klien
menarik diri dan untuk menilai
perasaan klien bila tidak
berinteraksi

2.3 Beri pujian terhadap kemampuan Untuk meningkatkan harga diri


klien mengungkapkan perasaannya dan percaya diri klien
3. Klien mampu 3. Setelah…..kali interaksi klien 3.1 Tanyakan pada klien tentang Tingkat pengetahuan membuat
menyebutkan dapat menyebutkan keuntungan manfaat hubungan sosial dan perawat mengarahkan klien
keuntungan hubungan sosial, misalnya: kerugian menarik diri untuk berhubungan dengan
berhubungan  Banyak teman orang lain
sosial dan  Tidak kesepian
kerugian menarik  Bias diskusi 3.2 Diskusikan bersama klien tentang Mengidentifikasi kemampuan
diri  Saling menolong manfaat berhubungan sosial dan yang dimiliki klien dan untuk
Dan kerugian menarik diri, kerugian menarik diri meningkatkan harga diri dan
misalnya: sendiri, kesepianm percaya diri klien
tidak bias diskusi
3.3 Beri pujian terhadap kemampuan Reinforcement positif akan
klien mengungkapkan perasaannya menambah rasa percaya diri
klien
4. Klien dapat 4. Setelah….. kali interaksi klien 4.1 Beri motivasi dan bantuan klien Dengan hubungan secara
melaksanakan dapat melaksanakan hubungan untuk berkenalan dengan: perawat bertahap, diharapkan klien
sosial secara bertahap dengan: lain, klien lain dan kelompok mampu mengadopsi perilaku

26
hubungan sosial perawat, perawat lain, klien lain 4.2 Beri interaksi klien secara bertahap tersebut dan memudahkan
secara bertahap dan kelompok dengan perawat lain, klien lain dan klien meningkatkan hubungan
kelompok yang telah dilakukan

4.3 Libatkan klien dalam terapi Melakukan hubungan secara


kelompok sosialisasi bertahap mengurangi
kecemasan klien dalam
berhubungan dengan orang lain
dan meminimalkan
kekecewaan dan meningkatkan
percaya diri dalam
berhubungna dengan orang lain

4.4 Diskusikan jadwal harian yang Melibatkan klien dalam


dapat dilakukan klien untuk aktivitas kelompok akan
meningkatkan kemampuan klien membuat klien merasa
bersosialisasi diperlukan dan merasa harga
dirinya bertambah

4.5 Beri motivasi klien untuk Meningkatkan rasa percaya diri


melakukan kegiatan sesuai dengan klien, sehingga klien akan
jadwal yang telah dibuat mengulangi perbuatan yang
4.6 Beri pujian terhadap kemampuan serupa
klien memperluas pergaulannya
melalui aktivitas yang telah
dilaksanakan

27
5. Klien mampu 5. Setelah…. Kali interaksi klien 5.1 Diskusikan dengan klien tentang Dengan mengetahui perasaan
menjelaskan dapat menjelaskan perasaannya perasaannya setelah berhubungan klien akan mempermudah
perasaannya setelah behubungan sosial sosial dengan orang lain perawat unutk melakukan
setelah dengan: orang lain dan intervensi selanjutnya dan
berhubungan kelompok untuk menilai kepuasan klien
sosial dan hambatan dalam
berhubngan dengan orang lain

5.2 Beri pujian terhadap kemampuan Meningkatkan harga diri klien


klien mengungkapkan perasaannya dan memotivasi klien untuk
berhubungan dengan orang lain
6. Klien 6. Setelah… kali pertemuan 6.1 Diskusikan pentingnya peran serta Dukungan keluarga,
mendapatkan keluarga dapat menjelaskan: keluarga sebagai pendukung untuk mendukung proses perubahan
dukungan dari  Pengertian menarik diri mengatasi prilaku menarik diri perilaku menarik diri yang
keluarga dalam  Tanda dan gelaja menarik diri dialami klien
memperluas  Penyebab dan akibat menarik
hubungan sosial diri 6.2 Diskusikan potensi keluarga untuk Untuk meningkatkan motivasi
 Cara merawat klien menarik membantu klien mengatasi prilaku klien dalam berhubungan
diri menarik diri dengan orang lain
7. Setelah….kali pertemuan
keluarga dapat mempraktikkan 6.3 Jelaskan pada keluarga tentang: Untuk memberikan
cara merawat klien menarik diri  Pengertian menarik diri pengetahuan kepada keluarga
 Tanda dan gejala menarik diri sehingga keluarga dapat
 Penyebab dan akibat menarik memahami cara yang tepat
diri dalam menangani klien dan
pentingnya perhatian keluarga

28
6.4 Latih keluarga cara merawat klien Agar keluarga dapat merawat
menarik diri klien di rumah secara mandiri

6.5 Tanyakan perasaan keluarga Untuk meningkatkan motivasi


setelah mencoba cara yang telah klien dalam berhubungan
dilatih dengan orang lain

6.6 Beri motivasi keluarga agar Untuk memotivasi keluarga


membantu klien agar terus membantu klien
6.7 Beri pujian terhadap keluarga atas
keterlibatannya merawat klien di
rumah sakit

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Dx:
Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
HDR
04/10/2019 Sp1 1. Membina hubungan saling percaya dengan
S : Klien mengatakan nama saya “A” nama
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
15.00-15.10 panggilan yang disukai “A”
2. Menyapa klien dengan ramah sambil tersenyum
3. Berjabat tangan dan duduk bersebelahan Klien mengatakan senang sudah
4. Menanyakan nama lengkap dana nama panggilan yang melakukan perkenalan dengan perawat
disukai
O : Klien tampak mau menjawab salam dan
5. Menjelaskan tujuan pertemuan
mau berjabat tangan
6. Menunjukan sikap jujur dan menepati janji
7. Memberikan perhatian dan memperhatikan kebutuhan Klien mau duduk bersebelahan dengan
dasar klien perawat

29
Bicara spontan, suara pelan, kontak mata
RTL (Perawat) kurang
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
Ekspresi tenang
perawat.
A : SP 1 HDR tercapai klien mampu membina
hubungan saling percaya dengan perawat
P : (Pasien)
Lanjutkan SP 1 (Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positip yang
dimilik klien)

05/10/2019 SP 1 S : klien mengatakan masih ingat dengan


1. Mengucapkan salam dan berjabat tangan nama perawat
09.00-09.20
2. Melakukan evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan
Klien mengatakan memiliki kemampuan
3. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
positip yaitu bermain music dan olah raga
dimiliki klien
4. Membantu klien menilai kemampuan klien yang Klien mengatakan kemampuan yang
masih dapat dilakukan. masih bisa dilakukan yaitu : menyapu,
5. Membantu klien memilih kegiatan yang masih bisa mengepel, membantu menyiapkan
dilakukan klien makanan di yayasan dhira
6. Melatih klien sesuai kemampuan yang dipilih
Klien mengatakan kegiatan yang akan
7. Memberikan pujian yang wajar tehadap keberhasilan
dipilih untuk dilatih adalah menyapu
klien
8. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal O : Klien mampu mengingat dan
kegiatan harian menyebutkan nama perawat
Klien tampak kooperatip

30
RTL (Perawat) Klien mampu menyebutkan alal-alat yang
digunakan untuk menyapu
Klien dapat melakukan kegiatan yang dapat klien
lakukan (Menyapu seuai dengan jadwal kegiatan harian Klien tampak memperhatikan saat
yang telah dibuat) perawat mengajarkan/melatih klien
menyapu
Klien mampu meyebutkan cara menyapu
dengan baik
Klien mampu mendemonstrasikan
kegiatan menyapu dengan baik
A : SP 1 HDR tercapai (klien mampu
melakukan kegiatan menyapu dengan
benar)
P : (Pasien)
lanjutkan SP 2 HDR (Latih kemampuan
kedua klien)
06/10/19 SP 2 1. Mengucapkan salam S : Klien mengatakan sudah melakukan
2. Melakukan evaluasi jadwal kegiatan harian klien kegiatan menyapu sesuai jadwal yang
08.00-08.15
3. Melatih kemampuan kedua klien telah dibuat sebelumnya
4. Menganjurkan kepada klien untuk memasukan
Klien mengatakan senang melakukan
dalam jadwal kegiatan harian
latihan kegiatan mengepel
RTL (Perawat) Klien mengatakan akan memasukan
Klien dapat melakukan kegiatan kedua klien (mengepel kegiatan mengepel kedalam jadwal
lantai) sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang dibuat kegiatan harian klien
klien

31
O : Klien menjawab salam
Klien mampu mengingat kegiatan
sebelumnya yang di latih oleh perawat
latihan menyapu
Klien mampu menyebutkan kegiatan
yangsudah klien lakukan hari ini sesuai
dengan jadwal kegatan harian
Klien memperhatikan dengan seksama
saat perawat melatih cara mengepel
dengan benar
Klien mampu menyebutkan alat-alat yang
digunakan untuk mengepel
Klien mampu menyebutkan cara
mengepel dengan benar sesuai dengan
yang diajarkan perawat
Klien mampu mendemonstrasikan
kegiatan mengepel dengan benar
A : SP 2 HDR tercapai ( klien mampu
melakukan kegiatan kedua yaitu
mengepel dengan benar)
P : (Pasien) Anjurkan klien untuk tetap
mempertahankan melakukan kegiatan
sesuai jadwal

32
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada Tn. A dengan harga diri rendah Yayasan
Dhira Suman Tritoha Kab. Serang pada tanggal 04 Oktober 2019 sebagai langkah terakhir
dalam penyusunan makalah ini maka penulis mengambil beberapa kesimpulan yang
sekiranya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemberian asuhan
keperawatan jiwa pada klien khususnya klien harga diri rendah. Kesimpulan yang
diperoleh penulis setelah melakukan tindakan keperawatan di Yayasan Dhira Suman
Tritoha Kab. Serang berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis
ilmiah:
1. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada klien dengan Harga diri
rendah
2. Mampu mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada klien dengan Harga diri rendah
3. Mampu mendiskripsikan perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah Harga diri
rendah.
4. Mampu mendiskripsikan pada Klien dengan Harga diri rendah
5. Mampu mendeskripsikan evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan.
6. Mampu mendeskripsikan strategi pelaksanaan pada Klien gangguan jiwa dengan Harga
diri rendah
B. SARAN
1. Bagi perawat, perlu menyampaikan dan memberi informasi tentang masalah
keperawatan dengan harga diri rendah sebab masalah tersebut sangat penting untuk
memandirikan Klien dan keluarga dalam perawatan dirumah.
2. Bagi sarana Rumah Sakit/ Yayasan untuk menunjang keberhasilan perawatan klien
dengan harga diri rendah perlu diingatkan hubungan kerja sama antara pihak rumah
sakit/ yayasan dan keluarga dalam perawatan baik dirumah sakit maupun sesudah Klien
pulang kerumah.
3. Bagi keluarga, berperan penting bagi peristiwa terjadinya gangguan jiwa dan proses
penyesuain kembali setiap klien, oleh karena itu perlu serta keluarga dalam proses
pemulihan dan pencegahan pada klien gangguan jiwa sangat diperlukan.

33
4. Bagi Klien, harus meningkatkan apa yang telah diajarkan selama dirumah sakit/ yayasan
dan harus bisa mempraktekan apabila Klien sedang marah dan serta tidak boleh lupa
minum obat dan kontrol secara teratur.
5. Bagi masyarakat, berperan penting dalam kesembuhan klien karena masyarakat yang
utama dalam kehidupan seharai-hari klien dirumah, oleh sebab itu masyarakat
dianjurkan ikut berpartisipasi dalam kesembuhan Klien agar tidak terjadi kekambuhan
kembali setelah pulang dari rumah sakit/ yayasan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, lilik ma,rifatul (2016) Keperawatan jiwa (aplikasi praktik klinik) edisi pertama
Yogyakarta : Graha ilmu.

Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Dyah, Nanny. Sujarwo. Mugi Hartono (2010) Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Tingkat Emosi Klien Stimulasi persepsi: harga diri rendah Di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal the Indonesian Publication
Index (IPI).

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course).
Jakarta : EGC

Kustanti, Erviana dan Widodo, Arif (2008) Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Perubahan
Status Mental Klien Skizofernia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Jurnal UMS.

Kusumawati dan Hartono. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Stuart, G.W& Laraia, M.T. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (7 th Ed)
St. Louis: Mosby Bayu, 2011

Sumirta, dan Laraswati. (2013). Faktor yang menyebabkan gangguan tidur (insomnia) pada
lansia. Denpasar.

Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Yosep, I. (2013). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.


LAMPIRAN

36

Anda mungkin juga menyukai