Anda di halaman 1dari 5

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan kulit buah salak pondoh (Salacca zalacca) yang di
peroleh dari Kebun Raya di Mekarsari, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian
diawali dengan melakukan determinasi tanaman yang akan digunakan sebagai
bahan penelitian. Determinasi dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Padjajaran (UNPAD). Determinasi dilakukan
untuk memastikan kebenaran dari bahan yang digunakan untuk penelitian ini
yakni buah salak (Salacca zalacca)(4). Hasil dari determinasi menunjukkan bahwa
sampel yang dideterminasi benar adalah tanaman salak pondoh dengan nama latin
Salacca zalacca (Gaertner) Voss.

Scrub dari kulit buah salak pondoh diperoleh melalui cara dicuci pada air
mengalir, hal ini bertujuan untuk mendapatkan limbah yang bersih dan bebas dari
kotoran-kotoran kecil yang masih tercampur dalam simplisia. Setelah itu
dilakukan proses pengeringan dengan sinar matahari secara tidak langsung hal ini
bertujuan untuk mengeringkan simplisia dan mengurangi kadar air pada bahan
agar proses enzimatik dalam sampel dapat berhenti dan menghindari
kemungkinan sampel menjadi media pertumbuhan mikroba. Dengan proses
pengeringan ini akan diperoleh simplisia dan scrub yang stabil dan dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Pemeriksaan bahan baku dilakukan berdasarkan hasil perbandingan dengan


pustaka, dimana pustaka yang digunakan adalah Farmakope Indonesia edisi IV
dan Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition(21) . Tujuan dari
pemeriksaan ini untuk memastikan apakah bahan baku yang digunakan untuk
membuat sediaan sesuai kualitas dan karakteristiknya. Dari hasil pemeriksaan
bahan baku yang dilakukan didapatkan hasil bahwa bahan baku yang akan
digunakan pada saat formulasi sesuai dengan pustaka sehingga dapat
menghasilkan sediaan Body scrub yang sesuai.

28
29

Penentuan karakteristik simplisia kulit buah salak pondoh yang dilakukan adalah
penentuan kadar air, kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam. Berdasarkan
hasil pengujian penetapan kadar air dengan cara destlasi yang diperoleh adalah 6
% v/b. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air yang terkandung didalam simplisia
memenuhi persyaratan yaitu ≤ 10% v/b(26). Kadar air yang terlalu besar dapat
menyebabkan terjadinya pertumbuhan mikroba dan menyebabkan simplisia
menjadi rusak. Penentuan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui cemaran
logam yang tekandung didalam simplisia dan kadar abu tidak larut asam untuk
mengetahui adanya mineral eksternal yang terjerat pada simplisia. Penetapan
kadar abu total yang diperoleh sebesar 3,344% b/b kadar abu total ini
menggambarkan kandungan mineral internal maupun eksternal. Hasil kadar abu
tidak larut asam sebesar 0,286%, dimana secara umum maksimal kadar abu tidak
larut asam adalah 2% sehingga memenuhi standar simplisia(28). Kadar abu tidak
larut asam ini menggambarkan mineral eksternal yang berasal dari luar seperti
mineral-mineral yang berasal dari tanah, pengotor (pasir,tanah) dan lain
sebagainya. Pada hasil pengujian kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam
dapat dikatakan bahwa kulit buah salak mengandung mineral, dan salah satu
mineral yang jumlahnya banyak di dalam tanah adalah SiO2 yang banyak dijumpai
dalam bentuk atau kristal pasir yang kasar.

Penapisan fitokimia dilakukan terhadap kulit buah salak pondoh yang bertujuan
untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang masih terdapat
dalam kulit buah salak pondoh. Hasil penapisan menunjukan, bahwa kulit buah
salak pondoh mengandung senyawa Alkaloid, flavonoid, tanin, polifenol, dan
monoterpen dan seskuiterpenoid. Berdasarkan hasil penapisan fitokimia, kulit
buah salak pondoh ternyata masih memiliki kandungan tanin. Dengan demikian,
diharapkan kulit buah salak pondoh dapat dijadikan scrub dan mampu bekerja
sebagai adstringensia.

Penapisan fitokimia telah dilakukan dan hasil menunjukan bahwa kulit buah salak
pondoh memiliki kandungan tanin sehingga dapat dibuat sediaan krim Body
scrub. Dimana ukuran scrub yang digunakan adalah mesh 60. Ukuran scrub ini
30

sangat cocok apabila digunakan pada kulit. Penelitian formulasi sediaan krim
Body scrub dibuat dengan menggunakan variasi scrub 5%, 10% dan 15%.

Evaluasi fisik, kimia dan penerimaan responden dilakukan terhadap sediaan krim
Body scrub yang telah dibuat dan disimpan selama 28 hari. Evaluasi fisik meliputi
pemeriksaan organoleptis, penentuan viskositas, dan uji stabilitas metode Freeze
and Thaw. Lalu untuk evaluasi kimia dengan menggunakan pengukuran pH.
Sedangkan untuk uji penerimaan responden dilakukan uji keamanan, uji
efektifitas sediaan dan uji kesukaan (hedonik).

Pemeriksaan organoleptis menunjukan bahwa seluruh formula sediaan krim Body


scrub setelah pembuatan memiliki konsistensi yang kental. Selama 28 hari
penyimpanan diperoleh hasil F3 pada hari ke-21 mengalami oksidasi dimana
sediaan berubah warna menjadi coklat tua. Oksidasi sediaan dapat terjadi karena
adanya cahaya, suhu, udara dan semakin banyak scrub yang ditambahkan maka
potensi terjadinya oksidasi semakin tinggi. Sehingga dari hasil yang di dapatkan
sebaiknya pada penyimpanan sediaan menggunakan wadah yang terlindung dari
cahaya dan ditutup dengan rapat.

Pemeriksaan stabilitas pH dilakukan selama 28 hari dan diperoleh hasil formula


sediaan menunjukkan pH yang stabil selama penyimpanan dengan rentang pH yang
(27)
aman untuk pemakaian pada kulit yaitu pH 4,0 sampai 8,0 . Pemeriksaan
selanjutnya adalah pengukuran viskositas yang dilakukan selama 28 hari dan
berdasarkan hasil pengukuran, setiap formula sediaan menunjukkan viskositas
relatif stabil dan baik selama penyimpanan walaupun terjadi kenaikan dan
penurunan. Tetapi pada formula F3 pada hari ke 21 dan 28 terjadi peningkatan
tetapi tidak terlalu besar kemungkinan disebabkan karena pengaruh penyimpanan
pada wadah tidak terlalu rapat sehingga air yang ada pada sediaan menguap, suhu
yang terlalu rendah dapat membuat sediaan memadat, jumlah scrub yang
ditambahkan lebih banyak dapat menyebabkan peningkatan konsistensi sediaan dan
dapat juga disebabkan karena faktor bahan pada basis sediaan yang digunakan yaitu
31

asan stearat yang dapat meningkat konsistensi nya apabila didiamkan. Pengukuran
viskositas menggunakan spindel R7 dan rpm 50.

Pemeriksaan stabilitas krim Body scrub dengan Metode Freeze and Thaw yang
dilakukan setelah siklus ke-6. Tujuan evaluasi freeze and thaw adalah untuk
mengetahui kestabilan fisik sediaan dengan pengaruh stress suhu untuk melihat
pemisahan fase air dan fase minyak(32). Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan
bahwa sediaan krim Body scrub setelah mengalami 6 siklus tidak terdapat globul
dan sediaan stabil tidak terjadi pemisahan fase. Dengan persyaratan diameter globul
untuk emulsi yaitu 0,5-50 µm(31).

Pengujian keamanan sediaan yang telah dibuat dilakukan dengan uji iritasi terhadap
10 orang responden. Teknik yang digunakan dalam uji ini adalah uji tempel terbuka
(Patch Test) yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji yang
mengandung scrub kulit buah salak dengan konsentrasi yang tertinggi langsung
pada kulit. Umumnya iritasi akan segera muncul dengan adanya reaksi kulit sesaat
setelah pengolesan sediaan pada kulit, iritasi demikian disebut sebagai iritasi
primer. Tetapi jika reaksi ini timbul beberapa jam setelah pengolesan pada kulit,
maka iritasi ini disebut iritasi sekunder atau iritasi yang disebabkan dari lingkungan
luar. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa sediaan Body scrub tidak
menimbulkan rasa gatal, kemerahan ataupun perih pada kulit. Sehingga sediaan
Body scrub kulit buah salak aman untuk digunakan.

Penentuan efektivitas sediaan pada kulit (sebum, pore dan moist) terhadap 20
orang diukur dengan alat skin analyzer sebelum dan sesudah pemakaian sediaan uji.
Pada hasil pengujian kelembaban, semua formula sediaan memberikan hasil
perbedaan sebelum dan sesudah pengaplikasian sediaan. Dimana hasil yang
didapatkan semua formulasi signifikan terjadi perbedaan, hal ini dapat terjadi
karena adanya bahan basis gliserin membuat kulit menjadi lembab dikarenakan
gliserin mampu mengikat air. Dari hasil perbandingan didapatkan hasil F1 memiliki
efektifitas melembabkan paling baik dengan nilai spss berbeda bermakna
dibandingkan formula lainnya. Hal ini dikarenakan jumlah scrub kulit salak pondoh
32

didalam sediaan lebih sedikit dan basis lebih banyak sehingga mampu untuk
melembabkan kulit lebih tinggi. Tetapi dari hasil penentuan ukuran pori-pori F0
dan F1 menunjukan hasil yang tidak berbeda setelah pengaplikasian sediaan Body
scrub sedangkan F2 dan F3 menunjukan hasil yang sangat signifikan berbeda
setelah pengaplikasian sediaan. hal ini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
jumlah scrub kulit salak pondoh maka kemampuan untuk mengecilkan pori-pori
kulit semakin tinggi. Pengujian efektifitas yang terakhir adalah pengukuran kadar
minyak pada kulit, pada F0 dan F1 didapatkan hasil yang berbeda bermakna
dimana kadar minyak meningkat setelah pengaplikasian. Hal ini dapat terjadi
karena pada F0 tidak terdapat scrub kulit salak pondoh yang mampu menurunkan
ukuran pori-pori dan kadar minyak sehingga hasil yang didapat minyak pada kulit
semakin meningkat dikarenakan adanya gliserin yang bekerja untuk melembabkan
kulit. Sama hal nya hasil pada F1 dengan kadar scrub kulit salak pondoh 5% tidak
mampu menurunkan ukuran pori-pori dan minyak sehingga jumlah minyak pada
kulit sukarelawan tetap tinggi. Pada F2 dan F3 hasil yang didapat tidak berbeda
namun hal ini menunjukan terjadinya penurunan ukuran pori-pori dan jumlah
minyak sehingga memungkinkan kulit mejadi lebih kering tetapi dengan adanya
gliserin pada basis sediaan yang bekerja sebagai pelembab menyebabkan
kelembaban kulit tetap baik. Apabila dibandingkan secara menyeluruh F2
merupakan formula yang paling baik karena memiliki efektifitas menurunkan
ukuran pori-pori dan jumlah minyak pada kulit serta mampu menjaga kulit tetap
lembab.

Uji penerimaan responden dilakukan pada 20 orang, meliputi uji kesukaan terhadap
kulit dari berbagai formula sediaan yang diberikan, pengujian ini dilakukan dengan
tujuan mencari formula yang menyenangkan dari sediaan krim Body scrub
berdasarkan pendapat responden. Dari hasil pengamatan dapat dilihat yang paling
banyak disukai pada kategori homogenitas, Aroma dan Kekentalan adalah F1 dan
F2, kategori Kesan Lengket adalah F3, kategori kehalusan F0 dan F1 dan yang
terakhir kategori karakteristik scrub adalah F1 dan F3. Dari hasil keseluruhan
sukarelawan formulasi yang paling disukai adalah formula 2.

Anda mungkin juga menyukai