Anda di halaman 1dari 10

https://id.wikipedia.

org/wiki/Psikologi

Psikologi adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari
mengenai perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia secara ilmiah.[1] Para praktisi
dalam bidang psikologi disebut para psikolog. Para psikolog berusaha mempelajari peran
fungsi mental dalam perilaku individu maupun kelompok, selain juga mempelajari tentang
proses fisiologis dan neurobiologis yang mendasari perilaku.

Etimologi
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa)
dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu, sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan
ilmu yang mempelajari tentang jiwa.

Sejarah
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Konsep
psikologi dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Psikologi memiliki akar dari bidang
ilmu filsafat yang diprakarsai sejak zaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk
kekuatan hidup (levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang
mempelajari gejala - gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu
setiap makhluk hidup memiliki jiwa.[4] Sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan
intelektual di Eropa, namun mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.

Psikologi sebagai ilmu pengetahuan

Walaupun sejak dulu telah terdapat pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia
bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi karena
kerumitan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai
ilmu sejak akhir tahun 1800-an yaitu ketika Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium
psikologi pertama di dunia.

Laboratorium Wundt

Pada tahun 1879, Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama di Universitas
Leipzig, Jerman. Ditandai dengan berdirinya laboratorium ini, maka metode ilmiah untuk
lebih memahami manusia telah ditemukan walaupun belum terlalu memadai. Dengan
berdirinya laboratorium ini, maka lengkaplah syarat untuk menjadikan psikologi sebagai ilmu
pengetahuan. Maka dari itu, tahun berdirinya laboratorium Wundt diakui pula sebagai tanggal
berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.

Metode
Beberapa metodologi dalam psikologi, antara lain sebagai berikut :

1. Metodologi Eksperimental
Cara ini dilakukan biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan berbagai
eksperimen.[5] Peneliti mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya suatu eksperimen.
Yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang akan ditelitinya, kapan akan
melakukan penelitian, seberapa sering melakukan penelitiannya, dan sebagainya. Pada
metode eksperimental, maka sifat subjektivitas dari metode introspeksi akan dapat diatasi.
Pada metode instrospeksi murni hanya diri peneliti yang menjadi objek. Tetapi pada
instrospeksi eksperimental jumlah subjek banyak, yaitu orang - orang yang dieksperimentasi
itu. Dengan luasnya atau banyaknya subjek penelitian maka hasil yang didapatkan akan lebih
objektif[4]. Metode penelitian umumnya dimulai dengan hipotesis yakni prediksi/peramalan,
percabangan dari teori, diuraikan dan dirumuskan sehingga bisa diujicobakan[6]

2. Observasi Ilmiah

Pada pengamatan ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang ditimbulkan tidak dengan
sengaja. Melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan. Observasi alamiah ini dapat
diterapkan pula pada tingkah laku yang lain, misalnya saja : tingkah laku orang-orang yang
berada di toko serba ada, tingkah laku pengendara kendaraan bermotor dijalan raya, tingkah
laku anak yang sedang bermain, perilaku orang dalam bencana alam, dan sebagainya.

3. Sejarah Kehidupan (metode biografi)

Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih
mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari cerita ibunya, seorang anak yang
tidak naik kelas mungkin diketahui bahwa dia bukannya kurang pandai tetapi minatnya sejak
kecil memang dibidang musik sehingga dia tidak cukup serius untuk mengikuti pendidikan di
sekolahnya.[5] Dalam metode ini orang menguraikan tentang keadaaan, sikap - sikap ataupun
sifat lain mengenai orang yang bersangkutan [4]. Pada metode ini disamping mempunyai
keuntungan juga mempunyai kelemahan, yaitu tidak jarang metode ini bersifat subjektif [4].
Sejarah kehidupan dapat disusun melalui 2 cara yaitu: pembuatan buku harian dan
rekonstruksi biografi[7]

4. Wawancara

Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang diperiksa. Agar orang
diperiksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-pandangannya,
pendapatnya dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang yang mewawancarai dapat
menggali semua informasi yang dibutuhkan.Baik angket atau interview keduanya
mempunyai persamaan, tetapi berbeda dalam cara penyajiannya. Keuntungan interview
dibandingkan dengan angket [4] yaitu:

1. Pada interview apabila terdapat hal yang kurang jelas maka dapat diperjelas
2. interviwer(penanya) dapat menyesuaikan dengan suasana hati interviwee (
responden yang ditanyai)
3. Terdapat interaksi langsung berupa face to face sehingga diharapkan dapat
membina hubungan yang baik saat proses interview dilakukan.
ada beberapa teknik wawancara yaitu: wawancara bebas, wawancara terarah, wawancara
terbuka dan wawancara tertutup[8]

1. Angket

Angket merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan telah di susun
secara tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu, dan orang yang diwawancarai tinggal
membaca pertanyaan yang diajukan, lalu menjawabnya secara tertulis pula. Jawaban-
jawabannya akan dianalisis untuk mengetahui hal-hal yang diselidiki. Angket ini juga
terdapat keuntungan dan kelemahannya.[8]

2. Pemeriksaan Psikologi

Dalam bahasa populernya pemeriksaan psikologi disebut juga dengan psikodiagnostik atau
assessmen Psikologi. Metode ini menggunakan alat-alat psikotes tertentu yang hanya dapat
digunakan oleh para ahli yang benar-benar sudah terlatih. alat-alat itu dapat dipergunakan
unntuk mengukur dan untuk mengetahui taraf kecerdasan seseorang, arah minat seseorang,
sikap seseorang, struktur kepribadian seeorang, dan lain-lain dari orang yang diperiksa itu.[5]
Metode pemeriksaan psikologis lain yang bersifat individual adalah tes proyektif kepribadian
yakni seseorang diperlihatkan stimuli ambigu dan ia diminta untuk menceritakannya[8]

3. Metode Analisis Karya

Dilakukan dengan cara menganalisis hasil karya seperti gambar - gambar, buku harian atau
karangan yang telah dibuat. Hal ini karena karya dapat dianggap sebagai pencetus dari
keadaan jiwa seseorang [4].

4. Metode Statistik

Umumnya digunakan dengan cara mengumpulkan data atau materi dalam penelitian lalu
mengadakan penganalisaan terhadap hasil; yang telah didapat [4].

Metode Psikologi Perkembangan


Pada Metode Psikologi Perkembangan memiliki 2 metode, yaitu metode umum dan metode
khusus. pada metode umum ini pendekatan yang dipakai dengan pendekatan longitudinal,
transversal, dan lintas budaya. Dari pendekatan ini terlihat adanya data yang diperoleh secara
keseluruhan perkembangan atau hanya beberapa aspek saja dan bisa juga melihat dengan
berbagai faktor dari bawaan dan lingkungan khususnya kebudayaan.[9] Sedangkan pada
metode khusus merupakan suatu metode yang akan diselidiki dengan suatu proses alat atau
perhitungan yang cermat dan pasti. Dalam pendekatan ini dapat digunakan dengan
pendekatan eksperimen dan pengamatan.[9]

Psikologi kontemporer

Diawali pada abad ke 19, di mana saat itu berkembang 2 teori dalam menjelaskan tingkah
laku, yaitu:
Psikologi Fakultas

Psikologi fakultas adalah doktrin abad 19 tentang adanya kekuatan mental bawaan, menurut
teori ini, kemampuan psikologi terkotak-kotak dalam beberapa ‘fakultas’ yang meliputi
berpikir, merasa, dan berkeinginan. Fakultas ini terbagi lagi menjadi beberapa subfakultas.
Kita mengingat melalui subfakultas memori, pembayangan melalui subfakultas imaginer,
dan sebagainya.

Psikologi Asosiasi

Bagian dari psikologi kontemporer abad 19 yang mempercayai bahwa proses psikologi pada
dasarnya adalah asosiasi ide yaitu bahwa ide masuk melalui alat indera dan diasosiasikan
berdasarkan prinsip-prinsip tertentu seperti kemiripan, kontras, dan kedekatan.

Fungsi psikologi sebagai ilmu


Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:

 Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu
terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif
 Memprediksikan, Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan
mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi
 Pengendalian, Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan.
Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya preventif atau pencegahan, intervensi atau
treatment serta rehabilitasi atau perawatan.

Pendekatan perilaku

Pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang.
Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respon.
Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali.

Pendekatan kognitif

Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, di mana individu
(organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus
sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental
sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
Pendekatan psikoanalisa

pendekatan Psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmund Freud

Semenjak tahun 1890an sampai kematiannya di 1939, dokter berkebangsaan Austria bernama
Sigmund Freud mengembangkan metode psikoterapi yang dikenal dengan nama
psikoanalisis. Pemahaman Freud tentang pikiran didasarkan pada metode penafsiran,
introspeksi, dan pengamatan klinis, serta terfokus pada menyelesaikan konflik alam bawah
sadar, ketegangan mental, dan gangguan psikis lainnya. Sigmund Freud meyakini bahwa
kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku
banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan.

Teori tentang Psikoanalisa selain sangat terkenal, juga sangat kontroversial. Hal ini terutama
dikarenakan teorinya menyinggung topik-topik seperti seksualitas dan alam bawah sadar.
Topik-topik tersebut masih dianggap sangat tabu pada masa itu, dan Freud memberikan
katalis untuk mendiskusikan topik tersebut secara terbuka di masyarakat beradab. Selain itu
banyak pula orang yang menolak teorinya yang dianggap merendahkan martabat manusia.

Pendekatan fenomenologi

Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu


karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan
dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran
atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan
fenomena tentang dirinya.

Kajian
Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi dan ilmu saraf pada
perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan anthropologi pada
perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa kajian ilmu psikologi diantaranya adalah:

Psikologi perkembangan

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor
yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan
berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam
konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena
perkembangan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut

Psikologi sosial

Bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :

 studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang
persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)
 studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku
meniru dan lain-lain
 studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi hubungan
kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, dan persaingan.

Psikologi kepribadian

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi
perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan
individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial
dengan lingkungannya.

Psikologi kognitif

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi,
proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.

Wilayah terapan
Wilayah terapan psikologi adalah wilayah-wilayah di mana kajian psikologi dapat diterapkan.
walaupun demikian, belum terbiasanya orang-orang Indonesia dengan spesialisasi membuat
wilayah terapan ini rancu, misalnya, seorang ahli psikologi pendidikan mungkin saja bekerja
pada HRD sebuah perusahaan, atau sebaliknya.

Psikologi pendidikan

Psikologi pendidikan berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam
mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Yang bertujuan untuk
membentuk mind set anak
Psikologi industri dan organisasi

Psikologi industri memfokuskan pada menggembangan, mengevaluasi dan memprediksi


kinerja suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh individu, sedangkan psikologi organisasi
mempelajari bagaimana suatu organisasi memengaruhi dan berinteraksi dengan anggota-
anggotanya

Psikologi kerekayasaan

Penerapan psikologi yang berkaitan dengan interaksi antara manusia dan mesin untuk
meminimalisasikan kesalahan manusia ketika berhubungan dengan mesin (human error)

Psikologi klinis

Adalah bidang studi psikologi dan juga penerapan psikologi dalam memahami, mencegah
dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal.

Psikologi lingkungan (perilaku)


Psikologi lingkungan adalah ilmu kejiwaan yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan
pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan binaan
ataupun lingkungan alam. Dalam psikologi lingkungan juga dipelajari mengenai kebudayaan
dan kearifan lokal suatu tempat dalam memandang alam semesta yang memengaruhi sikap
dan mental manusia.

Psikologi lingkungan berkaitan dengan kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari,


yang meliputi tanaman, hewan, objek material, dan manusia. Ada beberapa hal yang dapat
menimbulkan ketegangan lingkungan ( evironmental stress ), misalnya, keadaan ruangan
yang akan memicu kejiwaan seseorang, suhu, suasana dan sifat cahaya. Jadi pengaruh
lingkungan terhadap kejiwaan seseorang dapat bersifat internal, eksternal, dan transendental.

Dalam psikologi lingkungan juga dipelajari mengenai kebudayaan dan kearifan lokal suatu
tempat dalam memandang alam semesta yang mempengaruhi sikap dan mental manusia.
Apabila kebudayaan dan kearifan lokal kita pahami sebagai perjuangan manusia untuk
mempertinggi kualitas hidupnya, maka mawas diri akan menjadi inti pokok dari pelajaran
psikologi lingkungan.

Ruang lingkup psikologi lingkungan tidak hanya member perhatian terhadap manusia, tempat
serta perilaku dan pengalaman manusia dalam hubungannya dengan setting fisik namun juga
membahas rancangan(desain), organisasi dan pemaknaan, ataupun hal-hal yang lebih spesifik
seperti ruang-ruang, bangunan-bangunan, ketetanggaan, rumah sakit dan ruang-ruangnya,
perumahan, serta seting-seting pada lingkup yang bervariasi lainnya. Sosiologi Lingkungan
merupakan cabang ilmu yang amat dekat dengan psikologi Lingkungan. Dan terdapat jenis-
jenis lingkungan dalam psikologi social yang juga banyak digunakan dalam psikologi
lingkungan, diantaranya adalah:

 Lingkungana alamiah, seperti: lautan, hutah dan sebagainya


 Lingkungan buatan/binaan, seperti: jalan raya, prumahan dan sebagainya
 Lingkungan social
 Lingkungan yang dimodifikasi

Hubungan individu dengan lingkungan

Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti
hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu, Hubungan antara
individu dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling timbal balik, yaitu lingkungan
dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi
lingkungan. (Walgito, Bimo, 1980: 50) Sikap individu terhadap lingkungan adalah sebagai
berikut:

 Individu menolak atau menentang lingkungan


 Individu menerima lingkungan
 Individu bersikap netral

Sikap-sikap tersebut dapat berubah sesuai perkembangan individu maupun lingkungan atau
keduanya.

Pendidikan karakter atau moral


Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character
education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang
melanda di negara kita.

Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral
(moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat
dinyatakanbahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan
untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan.

Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja
Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah
air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif,Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli
lingkungan, Peduli social, Tanggung jawab.

Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan
generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga
untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the
deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha
kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk membantu
pembentukan karakter secara optimal.

Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat
tercapai. Di antara metode pembelajaran yang sesuai adalah metode keteladanan, metode
pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman.

Tahap-tahap perkembangan moral menurut John Dewey, yaitu :

1. Tahap pramoral, ditandai bahwa anak belum menyadari keterikatannya pada aturan.
2. Tahap konvensional, ditandai dengan berkembangnya kesadaran akan ketaatan pada
kekuasaan.
3. Tahap otonom, ditandai dengan berkembangnya keterikatan pada aturan yang didasarkan
pada resiprositas.

Norma, nilai, dan moral

Norma adalah aturan, ketentuan, ukuran-ukuran, hukum, tradisi yang berlaku pada masa
tertentu yang digunakan untuk mengatur tingkah laku manusia dan kelompok untuk
mewujudkan keteraturan dan ketertiban dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Contoh:

 Tidak meludah di sembarang tempat ( norma kesopanan )


 Membunuh, mencuri, merampok (norma Hukum )

Nilai adalah harga, angka kepandaian, banyak sedikitnya isi, kadar atau mutu yang
mempunyai sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan dan sesuatu
yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakekatnya. Contoh:

 Mobil Mercedes keluaran terbaru yang harganya sangat mahal.(nilai dalam arti harga )
 Upacara memandikan pusaka-pusaka Keraton Yogyakarta dan Surakarta adalah upacara
yang penuh dengan filosofi masyarakat Jawa. (nilai tradisi)

Moral adalah penentuan baik-buruk terhadap suatu perbuatan dan kelakuan manusia. Contoh:

 Suka menolong orang lain


 Berbakti kepada kedua orang tua

Istilah kepribadian

Ada beberapa kata atau istilah yang oleh masyarakat diperlakukan sebagai sinonim kata
personality, namun ketika istilah-istilah itu dipakai di dalam teori kepribadian diberi makna
berbeda-beda. Istilah yang berdekatan maknanya antara lain :

 Personality (kepribadian); penggambaran perilaku secara deskriptif tanpa memberi nilai


(devaluative)
 Character (karakter); penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah,
baik-buruk) baik secara ekspilit maupun implisit.
 Disposition (watak); karakter yang telah dimiliki dan sampai sekarang belum berubah.
 Temperament (temperament); kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologic
atau fisiologik, disposisi hereditas.
 Traits (sifat); respons yang senada (sama) terhadap kelompok stimuli yang mirip,
berlangsung dalam kurun waktu yang (relatif) lama.
 Type-Attribute (ciri): mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimulasi yang lebih
terbatas.

Ekstraversi dan Introversi


Di dalam psikologi, terdapat pengelompokkan kepribadian manusia bedasarkan bagaimana
manusia memperoleh gairahnya.[10] Pengelompokkan ini pertama kali dicetuskan oleh Carl
Jung (1920), dalam bukunya berjudul Psychologische Typen.[10] Secara umum, pribadi yang
ekstrover mendapatkan gairah (atau energi) dari interaksi sosial.[10] Ekstrover biasanya
memiliki kepribadian yang terbuka dan senang bergaul, serta memiliki kepedulian yang
tinggi terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka.[10] Sementara introver, di sisi lain,
dianggap mendapatkan gairah lewat menyendiri.[10] Introver, biasanya cenderung pendiam,
suka merenung, dan lebih perduli tentang pemikiran mereka dalam dunia mereka sendiri.[10]
Di antarakecenderungan ekstrem introversi dan ekstroversi, terdapat ambiversi yang
merupakan kepribadian penengah antara ekstrover dan introver.[10] Meskipun terdapat
perbedaan yang kontras antara introver dan ekstrover, Carl Jung menganggap bahwa jarang
terdapat manusia yang sepenuhnya ekstrover atau introver.[10]

Kritik
Berdasarkan pengertian di atas kita diharuskan mengetahui perbedaan budaya kita dengan
budaya pada saat psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan. Apakah kajian ilmu tersebut
sesuai dengan kebudayaan kita ataukah ada berbedaan di dalamnya. Misalkan, ketika kita
adalah suku pedalaman yang masih menggunakan cara berburu dalam kehidupan sehari-hari
maka berburu bisa menjadi tolak ukur kecerdasan kita sebagai masyarakat pedalaman, bukan
dilihat dari bagaimana kecerdasan itu diukur dari bisa dan tidaknya kita menghitung
matematika, menjawab soal-soal ujian, menjawab serangkaian tes kecerdasan dan lain-lain.
Kesesuaian teori psikologi dengan kebudayaan kita itulah yang benar-benar harus kita
pahami, sehingga teori-teori tersebut adalah teori yang benar-benar relevan dengan
kebudayaan dan diri kita sebagai manusia.

Anda mungkin juga menyukai