Anda di halaman 1dari 5

PENATALAKSANAAN

LARINGITIS AKUT
No. Dokumen :
044/SOP/UKP/I/2019
No. Revisi :A
SOP
Tanggal Terbit :
10 Januari 2019
Halaman : 1/5

PUSKESMAS Apolos Pipa


PERAWATAN SOPI NIP:196808121989111003

1. Pengertian Laringitis adalah peradangan pada laring yang dapat


disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Laringitis juga
merupakan akibat dari penggunaan suara yang berlebihan,
pajanan terhadap polutan eksogen, atau infeksi pada pita
suara. Refluks gastroesofageal, bronkitis, dan pneumonia
juga dapat menyebabkan laringitis. Laringitis pada anak
sering diderita oleh anak usia 3 bulan hingga 3 tahun, dan
biasanya disertai inflamasi pada trakea dan bronkus dan
disebut sebagai penyakit croup. Penyakit ini seringkali
disebabkan oleh virus, yaitu virus parainfluenza, adenovirus,
virus influenza A dan B, RSV, dan virus campak. Selain itu,
M. pneumonia juga dapat menyebabkan croup.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penatalaksanaan laringitis akut.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Perawatan Sopi Nomor : 041/PKM-
SOPI/I/2019 Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
Puskesmas Perawatan Sopi.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama.
5. Prosedur Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

1. Pasien datang dengan keluhan suara serak atau


hilang suara
(afonia).
2. Gejala lokal seperti suara parau, seperti suara yang
kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan
nada lebih rendah dari suara yang biasa/normal bahkan
sampai tidak bersuara sama sekali (afoni). Hal ini terjadi
karena gangguan getaran serta ketegangan dalam
pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan.
3. Sesak nafas dan stridor.
4. Nyeri tenggorokan, terutama nyeri ketika menelan atau
berbicara.
5. Gejala radang umum, seperti demam, malaise.
6. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak
kental.
7. Gejala common cold, seperti bersin-bersin, nyeri
tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal
congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan
temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38o C.
8. Obstruksi jalan nafas apabila ada edema laring diikuti
edema subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan
biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi
gelisah, nafas berbunyi, air hunger, sesak semakin
bertambah berat.
9. Laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten.
Pada pagi
hari, biasanya tenggorokan terasa sakit namun membaik
pada suhu yang lebih hangat. Nyeri tenggorokan dan batuk
memburuk kembali menjelang siang. Batuk ini dapat juga
dipicu oleh udara dingin atau minuman dingin.

Faktor Risiko

1. Penggunaan suara yang berlebihan.


2. Pajanan terhadap zat iritatif seperti asap rokok dan
minum- minuman alkohol.
3. Adanya refluks laringofaringeal, bronkitis, dan
pneumonia.
4. Rhinitis alergi.
5. Perubahan suhu yang tiba-tiba.
6. Malnutrisi.
7. Keadaan menurunnya sistem imun atau daya tahan
tubuh.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana


(Objective)

Pemeriksaan Fisik

Laringoskopi indirek (khusus untuk pasien dewasa):


1. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa
laring yang hiperemis dan membengkak terutama di bagian
atas dan bawah pita suara.
2. Biasanya terdapat tanda radang akut di hidung atau sinus
paranasal.
3. Pada laringitis kronik, dapat ditemukan nodul,
ulkus dan penebalan mukosa pita suara.
Pemeriksaan Penunjang (bila diperlukan)
1. Foto rontgen soft tissue leher AP lateral: bisa
tampakpembengkakan jaringan subglotis (Steeple
sign). Tanda iniditemukan pada 50% kasus.
2. Foto toraks AP.
3. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap.

2/5
Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik, dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan.

Klasifikasi:

1. Laringitis Akut

Laringitis akut adalah radang akut laring, dapat disebabkan


oleh virus dan bakteri. Keluhan berlangsung <3 minggu dan
pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus influenza (tipe
A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirusdan
adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
Branhamellacatarrhalis, Streptococcus pyogenes,
Staphylococcus aureus, dan Streptococcuspneumoniae.

2. Laringitis Kronik

Laringitis kronik dapat terjadi setelah laringitis akut


yang berulang, dan juga dapat diakibatkan oleh sinusitis
kronis, deviasi septum berat, polip hidung, bronkitis kronik,
refluks laringofaring, merokok, pajanan terhadap iritan yang
bersifat konstan, dan konsumsi alkohol berlebih. Tanda dari
laringitis kronik ini yaitu nyeri tenggorokan yang tidak
signifikan, suara serak, dan terdapat edema pada laring.
Mungkin juga disebabkan penyalahgunaan suara (vocal
abuse) seperti berteriak-teriak atau bicara keras.

3. Laringitis Kronik Spesifik

a. Laringitis tuberkulosa

Penyakit ini disebabkan tuberkulosis paru. Setelah diobati,


biasanya tuberkulosis paru sembuh namun laringitis
tuberculosis menetap (membutuhkan pengobatan yang lebih
lama), karena struktur mukosa laring sangat lekat pada
kartilago serta vaskularisasi tidak sebaik paru.

Terdapat 4 stadium:

• Stadium Infiltrasi

Mukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior),


dan pucat. Terbentuk tuberkel di daerah submukosa,
tampak sebagai bintik-bintik kebiruan. Tuberkel
membesar, menyatu sehingga mukosa di atasnya
meregang. Bila pecah akan timbul ulkus.

• Stadium Ulserasi

Ulkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkejuan


dan terasa nyeri oleh pasien

3/5
• Stadium Perikondritis

Ulkus makin dalam mengenai kartilago laring, paling sering


terkena kartilago aritenoid, dan epiglottis. Terbentuk nanah
yang berbau sampai terbentuk sekuester. Pada stadium ini
keadaan pasien buruk dan dapat meninggal. Bila bertahan
maka berlanjut ke stadium akhir yaitu stadium
fibrotuberkulosis

• Stadium Fibrotuberkulosis

Terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita


suara, dan subglotik.

b. Laringitis luetika

Radang menahun ini jarang ditemukan. Diagnosis Banding

Benda asing pada laring, Faringitis, Bronkiolitis,


Bronkitis, Pneumonia, Tumor pada laring, Kelumpuhan pita
suara

Komplikasi

Obstruksi jalan napas atas, Pneumonia, Bronkhitis

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

1. Non-medikamentosa

a. Istirahat suara (vocal rest).

b. Rehabilitasi suara (voice therapy), bila diperlukan. c.


Meningkatkan asupan cairan.

d. Bila terdapat sumbatan laring dilakukan pemasangan pipa


endotrakea, atau trakeostomi.

2. Medikamentosa

a. Parasetamol atau Ibuprofen sebagai antipiretik dan


analgetik.

b. Pemberian antibiotik dilakukan bila peradangan dari paru


dan bila penyebab berupa Streptokokus grup A ditemukan
melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang dapat
digunakan yaitu golongan Penisilin.

c. Proton Pump Inhibitor pada laringitis yang


disebabkan oleh refluks laringofaringeal.

d. Kortikosteroid dapat diberikan jika laringitis berat. e.


Laringitis tuberkulosis: obat antituberkulosis.

f. Laringitis luetika: penisilin dengan dosis tinggi. Rencana

4/5
Tindak Lanjut

Pemeriksaan laringoskopi indirek kembali untuk


memeriksa perbaikan organ laring.

Konseling dan Edukasi

Memberitahu pasien dan keluarga untuk:

1. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi


makan bergizi dan olahraga teratur.

2. Menghentikan merokok.

3. Mengistirahatkan pasien berbicara dan bersuara atau


tidak bersuara berlebihan.

4. Menghindari makanan yang mengiritasi atau


meningkatkan asam lambung.

Kriteria Rujukan

Indikasi rawat rumah sakit apabila:

1. Terdapat tanda sumbatan jalan nafas atas.

2. Usia penderita dibawah 3 tahun.

3. Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau exhausted.

4. Ada kecurigaan tumor laring.

Prognosis

1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3. Ad sanationam : Bonam

Peralatan

1. Lampu kepala
2. Kaca laring
3. Kassa steril
4. Lampu spiritus
6. Unit Terkait 1. Ruang Pemeriksaan Umum
7. Rekaman Historis
No Yang Di Isi Tanggal Mulai
ubah Perubahan diberlakukan

5/5

Anda mungkin juga menyukai