Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas sebagai penyebab kesakitan dan
kematian di negara berkembang termasuk Indonesia karena dapat ditularkan dari satu orang
ke orang lain dengan cepat dan mudah. Resistensi bakteri terhadap antimikrobia telah
menjadi masalah kesehatan global karena frekuensinya dilaporkan terus meningkat sehingga
menyulitkan terapi penderita. Salah satu bentuk resistensi bakteri Gram negatif adalah

penghasil extended spectrum β-lactamase (ESBL). Prevalensi infeksi yang disebabkan

oleh bakteri Gram negatif penghasil ESBL, frekuensinya dilaporkan meningkat pada

intensive care unit (ICU) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan memiliki hubungan

bermakna dengan morbiditas dan mortalitas serta menjadi tantangan dalam terapi (Gupta et

al., 2003).

Extended spectrum β-lactamase merupakan enzim β-laktamase yang termutasi,

menyebabkan peningkatan aktivitas enzimatik terhadap cincin β-laktam, sehingga dapat

menghidrolisis cephalosporin generasi pertama, kedua, ketiga, dan aztreonam (kecuali

cephamycin dan carbapenem) (Warganegara dan Apriliana, 2014). Gen pengkode ESBL

berada di plasmid mudah dipindahkan ke bakteri lain sehingga terjadi penyebaran resistensi.

Bakteri yang paling banyak memproduksi ESBL adalah bakteri famili Enterobacteriaceae,

terutama Eschericia coli (E. coli) dan Klebsiella pneumonia (K. pneumoniae). Berbagai

penelitian menunjukkan bahwa bakteri penghasil ESBL menyebabkan morbiditas


dan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan bakteri yang tidak menghasilkan ESBL
(Winarto, 2009).
Mikroorganisme penghasil ESBL merupakan masalah di seluruh dunia, karena
mempunyai risiko yang akan menyebabkan terjadinya pemanjangan pemakaian antimikrobia,
memperlama tinggal di ruang ICU & NICU, memperberat penyakit hingga diperlukan
penggunaan alat medis invasif. Terapi pasien dengan infeksi bakteri penghasil ESBL menjadi
dilema dalam pengobatan karena sangat terbatasnya pilihan antimikrobia yang dapat
digunakan. Infeksi oleh bakteri penghasil ESBL di rumah sakit dengan penyakit yang
mendasari seperti infeksi saluran kemih, peritonitis, abses intraabdominal, dan pneumonia
yang diperantarai oleh ventilator (Warganegara dan Apriliana, 2014).
Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang tahun 2009 dilaporkan prevalensi penghasil
ESBL sebesar 50,6% dari semua bakteri Gram negatif. Prevalensi ESBL lebih banyak
ditemukan di ruang perawatan intensif (73,5%) dibandingkan dengan ruang bukan perawatan

intensif (26,5%). Bakteri E. coli penghasil ESBL di ruangan perawatan intensif lebih banyak

yaitu sebesar 60% dibandingkan dengan perawatan di ruangan non intensif sebesar 40% .

Penelitian yang dilakukan di Universitas Tabriz Iran ditemukan 53,3% adalah E.coli

penghasil ESBL pada pasien sepsis neonata (Peirovifar et al., 2014).


Pencegahan ESBL sangat penting untuk mencegah terjadinya peningkatan
penyebaran infeksi oleh bakteri penghasil ESBL. Sebagai tenaga kesehatan penting bagi kita
untuk berperan aktif dalam mengeliminasi bakteri penghasil ESBL dan diperlukan cara yang
efektif dalam pencegahan dan pengendalian tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud ESBL ?
2. Apa saja faktor resiko bakteri ESBL?
3. Apa saja cara yang dapat dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian ESBL di
Neonatal Intensive Care Unit (NICU)?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian ESBL
2. Mengetahui saja faktor resiko bakteri ESBL
3. Mengetahui cara yang dapat dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian
ESBL di Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

DAFTAR PUSTAKA
Gupta ML, et al. (2003) Understanding tubulin-Taxol interactions: mutations that impart
Taxol binding to yeast tubulin. Proc Natl Acad Sci U S A100(11):6394-7
Warganegara dan Apriliana (2014). The Determining type of Extended-Spectrum B-Lactamase
Enzyme (ESBL) from Escherichia coil resistance Cephalosporine of third Generation in
RSUD Abdoel Moeloek Bandar Lampung. JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun
2014
Peirovifar, Ali (2014). Efficacy of video-guided laryngoscope in airway management skills of
medical students. Volume : 30 | Issue : 4 | Page : 488-491

Anda mungkin juga menyukai