Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi didahului
dengan penilaian, sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran.
Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan
dan kriteria. Skor dari hasil pengukuran perlu diubah menjadi nilai pada
proses penilaian menggunakan skala dan acuan tertentu. Penilaian hasil
belajar siswa merupakan kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar siswa selama
mengikuti proses pembelajaran.
Sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan
strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih
baik. Salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan
dengan demikian adalah proses pembelajaran yang dilakukan, sedangkan
salah satu faktor penting untuk keefektifan pembelajaran adalah faktor
evaluasi, baik terhadap program, proses, maupun hasil pembelajaran.
Evaluasi dapat mendorong guru untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran serta mendorong sekolah untuk meningkatkan fasilitas dan
kualitas manajemen sekolah.
Penilaian (asesmen) dalam proses pembelajaran adalah prosedur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja
peserta didik yang hasilnya akan digunakan untuk evaluasi. Penilaian
(asesmen) dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi kinerja atau prestasi
setiap peserta didik atau setiap peserta program. Penilaian (asesmen) dalam
aspek afektif untuk mengetahui seberapa positif sikap atau karakter peserta
didik. Kegiatan penilaian siswa merupakan komponen penting dan integral
di dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Menurut (Wahidmurni,
Mustikawan, & Ridho, 2010) fungsi penting bagi pendidik dalam men-
gevaluasi belajar peserta didik adalah memberikan umpan balik kepada
siswa dalam mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi dari proses
pembelajaran yang dilakukan.

1
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi


a. Pengukuran
Measurement (pengukuran) merupakan proses yang
mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala
kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif
dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka
(Alwasilah et al. 1996). Pengukuran dapat didefinisikan sebagai the
process by which information about the attributes or characteristics of
thing are determined and differentiated (Oriondo dan Antonio,
1998:2). Guilford mendefinisi pengukuran dengan assigning numbers
to, or quantifying, things according to a set of rules (Griffin dan Nix,
1991:3).
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran
adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris
untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang
telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan
mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka,
mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indra mereka
seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan.
Menurut zainul dan nasution (2001). Sementara itu Ebel dan Frisbie
(1986:14) berpendapat pengukuran dinyatakan sebagai proses
penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya menurut
aturan tertentu.
Pengukuran dilaksanakan untuk menjawab pertanyaan how
much? Pengukuran dapat menggunakan tes dan non-tes. Pengukuran
pendidikan dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif. Dengan demikian,
pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau
karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini, yang diukur bukan
peserta didik tersebut, tetapi karakteristik atau atributnya. Azwar
(2013: 3) Dalam Kusaeri dan Suprananto (2012: 4) mendefinisikan

2
pengukuran sebagai suatu prosedur pemberian angka (kuantifikasi)
terhadap atribut atau variable sepanjang garis kontinum.
Esensi dari pengukuran dengan demikian adalah:
(1) Kegiatan kuantifikasi;
(2) Penetapan angka tentang karakteristik;
(3) Keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan
individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pengukuran memiliki konsep yang lebih luas dari pada tes. Guru dapat
mengukur karakteristik suatu obyek tanpa menggunakan tes, misalnya
dengan pengamatan, rating scale, atau cara lain untuk memperoleh
informasi dalam bentuk kuantitatif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengukuran dalam pendidikan
adalah mengukur atribut dan karakteristik peserta didik tertentu,
maksudnya yaitu yang diukur bukan peserta didik tersebut, tetapi
karakteristik atau atributnya.

b. Penilaian
Penilaian menurut kumano (2001) diartikan sebagai “The
process if Collecting data which development of learning”. Artinya
bahwa asesmen (penilaian) merupakan istilah yang tepat untuk
penilaian proses belajar siswa. Meskipun proses belajar siswa
merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, tetapi faktor hasil
belajar tetap tidak diabaikan. The Task Group on Assessment and
Testing (TGAT) mendeskripsikan penilaian sebagai semua cara yang
digunakan untuk menilai unjuk kerja (performance) individu atau
kelompok (Griffin dan Nix, 1991:3). Sementara itu Popham (1995:3)
mendefinisikan penilaian dalam konteks pendidikan sebagai sebuah
usaha secara formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan
berbagai kepentingan pendidikan. Hal senada dikemukakan oleh
Boyer dan Ewel yang berpendapat assessment is processes that
provide information about individual students, about curricula or

3
programs, about institutions, or about entire systems of institutions
(Stark dan Thomas, 1994:46).
Marie Baehr seorang ahli evaluasi pendidkan dari Coe
College, bersama Steven W. Beyerlin dari Jurusan Teknik Mesin
University of Idaho, dalam publikasi mereka berjudul Overview of
Assesment (2003) menyatakan bahwa fungsi asesmen adalah
memandu menuju pada perbaikan pembelajaran terus-menerus.
Resnick (1985) menyatakan bahwa pada hakikatnya asesmen
(penilaian) menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa.
Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan
bahwa dalam mengungkap penguasaan konsep siswa, penilaian tidak
hanya mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga
tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep yang telah
dicapai, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.
Black dan William (1998) pakar pendidikan dari King College,
London mendefinisikan peniaian sebagai seluruh kegiatan yang
dilaksanakan oleh guru dan para siswanya dalam menilai diri sendiri,
yang kemudian dipergunakan sebagai informasi yang dapat digunakan
sebagai informasi yang dapat digunakan sebagai umpan balik untuk
mengubah, membuat modifikasi kegiatan pengajaran dan
pembelajaran.
Ciri-ciri penilaian (asesmen) adalah:
a) Dilaksankan secara formal oleh guru di sekolah
b) Suatu proses aau upaya pengumpulan dan pengolahan informasi
termasuk membuat dokumentasi terkait hasil belajar peserta didik
c) Berkaitan dengan evaluasi tentang seberapa positif minat peserta
didik terhadap sekolah, serta evaluasi terhadap perkembangan dan
pertumbuhan anak di sekolah.
Prinsip-prinsip penilaian adalah :
1) Berorientasi pada pencapaian kompetensi.

4
Penilaian yang Anda lakukan harus berfungsi untuk mengukur
ketercapaian siswa dalam pencapaian kompetensi seperti yang
telah ditetapkan dalam kurikulum.
2) Valid
Penilaian yang Anda lakukan harus dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Untuk itu Anda memerlukan alat ukur yang
dapat menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliabel.
Contoh: pada akhir pembelajaran IPA siswa diharapkan dapat
mempraktekkan cara mencangkok yang baik dan benar. Untuk
mencapai kompetensi tersebut Anda tidak dapat menilainya hanya
dengan menggunakan tes tertulis (paper and pencil test). Jika
hanya itu yang Anda lakukan, Anda hanya akan dapat mengukur
pengetahuan siswa tentang mencangkok. Agar Anda dapat
mengetahui keterampilan siswa dalam mencangkok, Anda perlu
menilai unjuk kerja siswa. Untuk keperluan tersebut, Anda dapat
memberi tugas (task) kepada siswa untuk mempraktekkan cara
mencangkok. Untuk menilai keterampilan siswa Evaluasi
Asesmen Pengukuran Tes dalam mencangkok, Anda harus
membuat pedoman pengamatan yang dilengkapi dengan kriteria
penskorannya (rubric). Kemudian gunakanlah rubrik tersebut
untuk menilai kemampuan siswa dalam mencangkok. Dengan cara
seperti itulah kompetensi siswa dalam mencangkok dapat terukur
dengan tepat.
3) Adil
Penilaian yang Anda lakukan harus adil untuk seluruh siswa.
Siswa harus memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama.
Contoh penilaian tidak adil yang sering kita temukan di lapangan,
misalnya dalam tes tertulis guru menyediakan 10 butir soal. Semua
siswa diwajibkan mengerjakan butir soal nomor 1 – 5 dan setiap
siswa diberi kebebasan untuk memilih 2 dari 5 butir soal nomor 6
– 10. Dari contoh tersebut tampak bahwa semua siswa mendapat
perlakuan yang sama hanya untuk mengerjakan butir soal nomor 1

5
– 5 tetapi tidak mendapat perlakuan yang sama untuk 2 butir soal
pilihan yang diambil dari butir soal nomor 6 – 10.
4) Objektif
Dalam menilai hasil belajar siswa Anda harus dapat menjaga
objektivitas proses dan hasil penilaian. Objektivitas penilaian
dipengaruhi oleh unsur subjektivitas penilai. Unsur subjektivitas
dapat mempengaruhi penilaian pada saat pelaksanaan, penskoran,
dan pengambilan keputusan hasil belajar siswa. Hallo effect, carry
over effect, order effect, serta mechanic effect dapat menjadi
penyebab tingginya unsur subjektivitas hasil penskoran.
5) Berkesinambungan
Penilaian yang Anda lakukan harus terencana, bertahap, teratur,
terus menerus dan berkesinambungan untuk memperoleh
informasi hasil belajar dan perkembangan belajar siswa.
Pengambilan keputusan pencapaian hasil belajar siswa tidak boleh
dilakukan hanya berdasar informasi hasil belajar siswa pada tes
akhir semester saja tetapi harus diputuskan berdasar informasi
hasil belajar siswa dari berbagai sumber yang diperoleh secara
berkesinambungan. Hasil belajar harus dianalisis dan
ditindaklanjuti dengan pemberian umpan balik sehingga dapat
diperoleh catatan tentang perkembangan belajar siswa. Informasi
tersebut juga harus dapat dimanfaatkan untuk perbaikan
pembelajaran pada semester berikutnya. Dengan demikian
penilaian harus merupakan bagian integral dari pembelajaran.
Dengan melakukan penilaian secara berkelanjutan, Anda tidak
hanya melakukan penilaian dalam arti asesmen tetapi Anda juga
dapat melakukan evaluasi terhadap program pembelajaran yang
telah Anda laksanakan.
6) Menyeluruh
Prinsip menyeluruh dalam penilaian mengandung arti bahwa
penilaian yang Anda lakukan harus mampu menilai keseluruhan

6
kompetensi yang terdapat dalam kurikulum yang mungkin
meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
7) Terbuka
Kriteria penilaian harus terbuka bagi berbagai kalangan sehingga
keputusan hasil belajar siswa jelas bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
8) Bermakna
Hasil penilaian hendaknya mempunyai makna bagi siswa dan juga
pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian hendaknya
dapat memberikan gambaran mengenai tingkat pencapaian hasil
belajar siswa, keunggulan dan kelemahan siswa, minat, serta
potensi siswa dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

Penilaian hasil belajar ini harus memenuhi prinsip


sebagaimana diungkapkan oleh (Anderson, 2003) yaitu:
(1) Bermakna (meaningfulness), siapa pun yang berkepentingan
terhadap hasil penilaian siswa dapat melihat makna di balik hasil
penilaian yang telah dilakukan tersebut.
(2) Transparansi atau keterbukaan (expicitness), setiap pihak yang
membutuhkan informasi hasil belajar siswa dapat mengetahui
bagaimana guru melakukan kegiatan penilaian belajar siswa dan hasil
penilaiannya. Transparansi terhadap informasi yang menjadi
pertimbangan guru dalam menentukan penilaian belajar siswa,
komponen-komponen penilaian belajar siswa yang membentuk nilai,
pengolahan data hasil kegiatan penilaian belajar siswa, dll.
(3) Adil (fairness), setiap siswa memperoleh kesempatan yang sama di
dalam sistem penilaian belajar yang dilakukan guru dan sekolah. Adil
bukan berarti setiap siswa memperoleh nilai yang sama tetapi
memperoleh nilai yang seharusnya diperoleh sesuai dengan
kemampuan belajar masing-masing siswa, serta memenuhi kriteria
validitas (validity) dan reliabilitas (reliability).

7
Jadi dapat disimpulkan bahwa asesmen (penilaian) merupakan
kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.

c. Evaluasi
Gabel (1993) mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan
proses pemberian penilaian terhadap data atau hasil yang diperoleh
melalui asesmen. Mardapi (2000) mengemukakan bahwa pelaksanaan
evaluasi terdapat tujuh elemen yang harus dilakukan, yaitu:
(1) Focusing the evaluation (penentuan fokus yang akan dievaluasi);
(2) Designing the evaluation (penyusunan desain evaluasi);
(3) Collecting information (pengumpulan informasi);
(4) Analyzing and interpreting (analisis dan interpretasi informasi);
(5) Reporting information (pembuatan laporan);
(6) Managing evaluation (pengelolaan evaluasi); dan
(7) Evaluating evaluation (evaluasi untuk evaluasi).
Tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang
akurat dan obyektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat
berupa proses pelaksanaan program, dampak atau hasil yang dicapai,
efisiensi, serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk
program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah
dilanjutkan, diperbaiki, atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan
untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun
penyusunan kebijakan yang terkait dengan program. Evaluasi dapat
mendorong guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran
serta mendorong sekolah untuk meningkatkan fasilitas dan kualitas
manajemen sekolah.
Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar,
tetapi juga perlu penilaian terhadap input, output, maupun kualitas
proses pembelajaran itu sendiri. Optimalisasi sistem evaluasi menurut
Mardapi (2003:12) memiliki dua makna, yaitu
(1) Sistem evaluasi yang memberikan informasi yang optimal;
(2) Manfaat yang dicapai dari evaluasi.

8
Evaluasi dapat ditindaklanjuti dengan pelaporan.
Berdasarkan hasil evaluasi dapat diketahui hal-hal apa yang perlu
ditindaklanjuti agar proses pembelajaran berlangsung efektif.
Selanjutnya, hasil evaluasi dikomunikasikan berupa laporan kepada
aeluruh pemangku kepentingan sehingga pihak-pihak tersebut tahu
apa yang telah terjadi selama pembelajaran yang barui berlalu, dan
mengetahui serta merancang apa yang perlu dipersiapkan agar
pembelajaran di masa yang akan datang dapat berlangsung efektif
(Basuki dan Hariyanto, 2014).
Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses
penilaian untuk mengambil keputusan yang menggunakan
seperangkat hasil pengukuran dan berpedoman kepada tujuan yang
telah ditetapkan. Pengukuran. Penilaian, dan evaluasi dilaksanakan
secara berurutan, diawali dengan pengukuran, penilaian, berlanjut
dengan evaluasi, kemudian diakhiri dengan laporan kepada seluruh
pemangku pendidikan.

B. Perbedaan Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi


a. Perbedaan antara Pengukuran dengan Penilaian
Pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan
performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif
(sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari
performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka
(Alwasilah et al.1996). Sedangkan penilaian merupakan proses yang
mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala
kualitatif (ukuran baik-buruk).

b. Perbedaan antara Pengukuran dengan Evaluasi


Pengukuran dan evaluasi dalam dunia pendidikan memiliki peran
dalam seleksi, penempatan, diagnosa, remedial, umpan balik,
memotivasi dan membimbing. Pengukuran terkait dan menjadi bagian
dari evaluasi. Meski begitu, terdapat perbedaan makna antara

9
mengukur dan mengevaluasi. Mengukur adalah membandingkan
sesuatu dengan satu ukuran tertentu. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan evaluasi
adalah pengambilan suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran
baik-buruk. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa evaluasi bersifat
kualitatif (Arikunto, 2003; Zainul dan Nasution, 2001).

c. Perbedaan antara Penilaian dengan Evaluasi


Rustaman (2003) berpendapat bahwa penilaian atau asesmen
lebih menekankan pada penilaian proses. Sedangkan evaluasi lebih
menekankan pada hasil belajar. Penilaian lebih berpihak kepada
kepentingan siswa. Siswa menggunakan penilaian untuk
merefleksikan kekuatan, kelemahan, dan perbaikan belajar.
Sedangkan evaluasi lebih berpihak kepada kepentingan evaluator.
Pengukuran dan penilaian dapat dilakukan selama
pembelajaran dan dapat dilakukan setelah proses dapat dilakukan
setelah pembelajaran. Pengukuran dan penilaian proses dapat
dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Pengkuran dan
penilaian hasil atau produk dapat dilakukan setelah pembelajaran.
Penilaian hasil belajar siswa sesuai kurikulum 2013 ditekankan
pada tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Penilaian sikap dilakukan dengan observasi, penilaian diri, penilaian
antar teman, jurnal dan instrumennya berupa daftar cek atau
skala. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan tes tulis, lisan dan
penugasan serta instrumennya berupa soal, daftar pertanyaan dan
untuk penugasan sesuai kriteria tugas yang dilengkapi dengan
penskoran. Penilaian keterampilan dilakukan dengan tes praktik,
projek dan portofolio serta instrumennya berupa daftar cek atau
skala (Permendikbud, 2013).
Yulaelawati (2004) berpendapat bahwa penilaian atau asesmen
merupakan penilaian dalam scope yang lebih sempit bila
dibandingkan dengan evaluasi. Penilaian hanya menyangkut

10
kompetensi siswa dan perbaikan program pembelajaran. Sedangkan
evaluasi merupakan penilaian program pendidikan secara menyeluruh
karena lebih bersifat makro, meluas, dan menyeluruh. Evaluasi
program menelaah komponen-komponen yang saling berkaitan
tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Komponen-
komponen tersebut seperti isi atau substansi, proses pelaksanaan
program pendidikan, kompetensi lulusan, pengadaan dan peningkatan
tenaga kependidikan, manajemen pendidikan, sarana dan prasarana,
dan pembiayaan.
Menurut Aries (2011:4-5), perbedaan mendasar antara penilaian
dan evaluasi yaitu:
No Aspek Penilaian Evaluasi
1 Pengertian Proses monitoring Pengujian tingkat
terhadap serangkaian penguasaan siswa
aktivitas pembelajaran terhadap materi yang
(berfokus pada proses) telah diajarkan (berfokus
pada hasil)
2 Tujuan Memantau efektivitas Menentukan tingkat
pelaksanaan penguasaan siswa (lulus
pembelajaran atau tidak lulus)
(mendapat umpan
balik)
3 Waktu Setiap saat Tertentu/terjadwal
(terintegrasi dalam (setelah proses
pembelajaran) pembelajaran)
4 Bentuk Monitoring Tes
5 Manfaat Memperoleh Mengetahui tujuan
pemahaman tercapai atau tidak
menyeluruh sehingga berdasarkan hasil/nilai
dapat menentukan
langkah untuk
pemilihan strategi

11
pembelajaran
berikutnya
6 Data Deskripsi (kualitatif) Angka (kuantitatif)

Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengukuran diartikan sebagai


kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, penilaian
merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran,
sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku.

C. Ragam Penilaian
Menurut Subali (2016:8), ragam jenis penilaian dikelompokkan menjadi
empat, yaitu :
1. Asesmen Penempatan
Asesmen penempatan dilakukan berdasarkan hasil pengukuran
terhadap masing-masing peserta didik sebelum menempuh program
pembelajaran. Tujuannya yaitu untuk :
a. mengetahui penguasaan kemampuan prasyarat masing-masing
peserta didik yang diperlukan dalam proses pembelajaran yang
akan diselenggarakan bila diperlkan adanya kemampuan
prasyarat/prerekuisit.
b. menjajagi kemampuan penugasan masing-masing peserta didik
terhadap kemampuan yang ditargetkan
c. meneliti interes, langgam belajar, ataupun karakteristik personal
masing-masing peserta didik
d. mendiagnosis kemampuan msing-masing peserta didik terhadap
kemampuan prasyarat/kemampuan perekuisit jika diperlukan
kemampuan prasyarat untuk menguasai kompetensi yang
ditargetkan.
2. Asesmen Formatif
Asesmen ini dilakukan berdasar hasil pengukuran terhadap masing-
masing peserta didik selama menempuh kegiatan pembelajaran.
Tujuannya :

12
a. mengetahui apakah setiap peserta didik dapat melaju dengan baik
selama proses pembelajarannya sehingga kegiatan belajar
selanjutnya menjadi lebih efektif dan efisien
b. untuk mengetahui apakah ada peserta didik yang mengalami
kesulitan untuk menguasai kompetensi yang ditargetkan
c. untuk meramalkan seberapa jauh peserta diidk akan berhasil
menempuh asesmen sumatif
d. mengetahui seberapa jauh masing-masing peserta didik akan
berhasil dalam mengikuti proses pembelajaran sampai akhir
program
e. mengetahui peserta didik mana yang membutuhkan bantuan
melalui program remidi dan mana yang membutuhkan pengayaan
f. mendiagnosis penyebab kegagalan masing-masing peserta didik
yang menbgalami kesulitan belajar
3. Asesmen Sumatif
Asesmen sumatif dilakukan terhadap masing-masing peserta didik
setelah menempuh suatu program pembelajaran. Tujuannya:
a. Menentukan nilai akhir masing-masing peserta didik yang
menempuh suatu program pembelajarn untuk selanjutnya dapat
ditetapkan berhasil atau gagal.
b. Menggunakan hasil asesmen setiap peserta didik untuk
meramalkan apakah ia dapat menyelesaikan program yang harus
ditempuh.
c. Menyeleksi siapa yang lulus, siapa yang menjadi juara, atau siapa
yang baik dalam kelompoknya
4. Asesmen Konfirmatori
Asesmen konfimatori dilakukan terhadap maisng-masing orang yang
ingin dinilai tanpa dikaitkan dengan pembelajan yang
ditempuh.Asesmen ini dilaksankan melalui pengukuran yang
menggunkan instrument yang sahih dan andal. Contohnya seperti tes
TOEFL dilaksanakna oleh lembaga independen untuk menempatkan

13
level kompetensi bahasa inggris oleh seseorang yang tidak
menggunakan bahasa inggris dalam kehidupan sehari-hari.
Aries (2011:7) mengatakan bahwa terdapat tiga jenis asesmen
menurut tujuannya, yaitu :
1. Asesmen Diagnostik, diberikan kepada siswa yang mengalami
kendala dalam mengikuti pembelajaran terutama pelajaran-pelajaran
tertentu. Guru dapat membimbing dengan pendekatan yang
bijaksana agar siswa mampu percaya diri.
2. Asesmen Formatif, dilangsungkan selama pembelajaran untuk
mengetahui apa saja yang dipelajari murid-murid juga untuk
mendapatkan balikan dari murid-murid, apakah perlu modifikasi
metode pembelajaran atau rancangan pembelajaran. Asesmen ini
juga memberikan balikan dalam bimbuingan kepada siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya.
3. Asesmen Sumatif, yaitu dilangusngkan sesudah proses pembelajaran
selesai. Kegunaannya adalah untuk menilai berapa banyak yang
diserap oleh murid dan untuk mendapatkan nilai akhir.
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ragam
asesmen bisa dipersingkat menjadi dua macam, yaitu asesmen formatif
dan asesmen sumatif. Asesmen formatif yaitu penilaian guru terhadap
siswa selama proses kegiatan pembelajaran. Penilaian formatif biasanya
berdasar prosedur penilaian informal dan menggunakan berbagai
sumber penilaian. Sedangkan asesmen sumatif adalah penilaian seorang
guru terhadap siswa berupa simpulan mengenai penguasaan materi
siswa. Penilaian sumatif biasanya dilaksanakan pada akhir semester
atau akhir tahun ajaran. Penilaian ini digunakan untuk mengevaluasi
keefektifan suatu program pengajaran dan pelayanan pendidikan pada
akhir semester atau akhir tahun ajaran.

D. Peranan Pengukuran dan Penilaian dalam Pengajaran


Dalam kegiatan pengajaran pengukuran dan penilaian
merupakan kegiatan yang sangat penting. Kedua kegiatan tersebut

14
merupakan salah satu dari empat tugas pokok seorang pengajar.
Keempat tugas pokok tersebut adalah merencanakan, melaksanakan
dan menilai keberhasilan pengajaran, serta memberikan bimbingan.
Dalam praktek pengajaran, keempat kegiatan pokok ini merupakan
sebuah kesatuan yang padu, yang tidak dapat dipisahpisahkan.
Dalam melaksanakan tugas mengajarnya, seorang pengajar berupaya
untuk menciptakan situasi belajar yang memungkinkan siswa dapat
belajar, memotivasi siswa, menyajikan bahan ajar, serta
menggunakan metode dan media yang telah disiapkan. Selain itu ia
mengolah dan menafsirkan hasil belajar siswa, serta mengambil
keputusan untuk kepentingan peningkatan efektivitas pengajaran
yang akan datang. Guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal,
guru juga memberikan bimbingan kepada siswa dengan berupaya
untuk memahami kesulitan belajar yang dialami siswa beserta latar
Evaluasi Pembelajaran belakangnya dan sekaligus memberikan
bantuan untuk mengatasinya sebatas kemampuan dan
kewenangannya. Pengukuran dan penilaian berfungsi sebagai
pemantau kinerja komponen-komponen tersebut dalam mencapai
tujuan akhir proses belajar mengajar. Informasi yang diberikan oleh
hasil analisis terhadap hasil pengukuran dan penilaian sangat
diperlukan bagai pembuatan kebijakan-kebijakan yang harus
dilakukan seorang guru bagi peningkatan mutu kegiatan belajar
mengajar di kelasnya (Matondang, 2009).

15
RUBRIK PENILAIAN TUGAS FORMATIF INDIVIDU MAKUL
EVALUASI PEMBELAJARAN

Aspek Frekuensi Skor Deskripsi SKOR SKOR


SA PA
Banyak 2 Untuk setiap 1
halaman halaman penuh
1 Jika isi halaman lebih
dari ½ tetapi tidak
mencapai satu
halaman penuh
0 Jika kurang dari ½
halaman
Referensi 1/2 Setiap referensi
Berbahasa berbahasa asing yang
Asing disitasi
Referensi 1/4 Setiap referensi
Berbahasa berbahasa Indonesia
Ind yang disitasi
Skor Total
SA= Self Assessment Denda
Skor Jadi
PA= Peer Assessment

Catatan:
1. Kajian diketik 1,5 spasi.
2. Setiap author harus tercantum di dalam daftar pustaka, dan setiap
referensi harus disitasi dalam kajian. Setiap referensi yang tidak disitasi
dalam kajian dan setiap author yang tidak dituliskan di dalam daftar
pustaka didenda 1.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, et al. 1996. Glossary of educational Assesment Term. Jakarta:


Ministry of Education and Culture.
Anderson, L. W. (2003). Classroom assessment: Enhancing the quality of
teacher decision making. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates
Inc.
Aries, Erna. 2011. Asesmen dan Pembelajaran. Yogyakarta: Aditya Media
Publishing.
Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Azwar, Saifuddin. 2012. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Edisi
ke-2. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Baehr, Marie and Steven W. Beyerlein. 2003. Overview of Assesment. Coe
College.
Basuki, Ismet dan Hariyanto. 2004. Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Black, P.J. and D.William. (1998). Assesment and Classroom Learning.
Assesment in Education, 5 (1) pp.77-71.
Cangelosi, J.S. 1995. Merancang Tes Untuk Menilai Prestasi Siswa.
Bandung: ITB.
Ebel, R. L., dan Frisbie, D. A. 1986. Essential of Educational Measurement.
New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Gabel, D.L. 1993. Handbook of Research on Science Teaching and
Learning. New York: Maccmillan Company.
Griffin, P., dan Nix, P. 1991. Educational Assessment and Reporting.
Sydney: Harcout Brace Javanovich Publisher.
Kumano, Y. 2001. Authentic assesment and Portofolio Assesment-Its
Theory and Practice. Japan: Shizouka University.
Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

17
Mardapi, D. 2000. Evaluasi Pendidikan. Makalah disajikan dalam Konvensi
Pendidikan Nasional, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 19-23
September.
Mardapi, D. 2003. Kurikulum 2004 dan Optimalisasi Sistem Evaluasi
Pendidikan di Sekolah. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi, Universitas Ahmad Dahlan,
Yogyakarta, 10 Januari.
Marzano, R.J. et al. 1994. Assesing Student Outcomes: Performance
Assesment Using the Dimensions the Learning Model. Alexandria:
Association for Supervision and Curriculum Development.
Matondang, Zulkifli. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Medan: Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Oriondo, L.L and Antonio, E. MD. 1998. Evaluating Educational outcomes
(Test, measyrement and Evaluation). Florentino St: Rex Printing
Company, Inc.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia
Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Popham, W. J. 1995. Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Rustaman, N. 2003. Asesmen Pendidikan IPA. Makalah Penataran Guru-
Guru NTT di Jurusan Pendidikan Biologi.
Resnick, D.P. & Resnick, L.B. (1985). “Standards, Curriculum, and
Performance: A Historical and Comparative Perspektive” Educational
Researcher 9. 5-19.
Stark, J. S., dan Thomas, A. 1994. Assessment and Program Evaluation.
Needham Heights: Simon & Schuster Custom Publishing.
Subali, Bambang. 2016. Prinsip Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran.
Yogyakarta : UNY Press.
Wahidmurni, M., Mustikawan, A., & Ridho, A. 2010. Evaluasi
Pembelajaran Kompetensi dan Praktek. Yogyakarta: Nuha Litera.
Yulaelawati, E. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar Raya
Jakarta.
Zainul & Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.

18
19

Anda mungkin juga menyukai