Disusun oleh :
MPKTB-D HG 4
1. Agisti Rafifah Ekaputri (1806145105)
2. Fiki Risqa Izzati (1806145244)
3. Catherine Azhara (1806145206)
4. Joyce Carol Gabrielle (1806190462)
5. Kyra Khasyi (1806190840)
6. Wahyu Tri Yulian P (1806145484)
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
makalah ini kami membahas “Masalah Deforestasi”, suatu hal yang sangat penting bagi
manusia yang derajatnya lebih tinggi dari makhluk lain dikarenakan kita dibekali akal yang
harus kita gunakan dengan baik dalam menjaga dan memanfaatkan alam sebagai tempat kita
hidup di Bumi.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah deforestasi
alam oleh manusia dan sekaligus untuk memenuhi tugas mata kuliah MPKT-B. Dalam proses
pendalaman materi manajemen alam ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,
koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan dapat
dijadikan salah satu acuan dalam pembahasan mengenai manajemen alam. Kami sadar masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu, kami berharap kritik dan saran dari dosen
pembimbing dan pembaca demi perbaikan
BAB 1
PEMBUKAAN
a. Latar Belakang
Alam merupakan komponen penunjang hidup manusia yang paling utama. Namun
seiring berjalannya waktu, kondisi alam menjadi semakin buruk dan sangat memprihatinkan
sehingga muncul berbagai masalah seperti polusi, bencana alam hingga global warming.
Terutama hutan, hutan merupakan sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh
pepohonan dan tumbuhan.
Di Indonesia, perhatian tentang lingkungan hidup telah muncul di media massa sejak
tahun 1960. Hutan hujan tropis termasuk ke dalam permasalahan lingkungan yang krusial.
lebih dari satu juta hektar hutan yang sebagian besar merupakan hutan hujan tropis hancur
setiap bulannya. Hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara optimal malah
digunakan untuk lahan pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit yang akhirnya
menyebabkan deforestasi. Deforestasi berpengaruh besar terhadap perubahan iklim dalam
dua hal. Pertama, perambahan dan pembakaran hutan melepaskan karbon dioksida ke
atmosfer. Kedua, kerusakan hutan akan mengurangi area hutan yang menyerap karbon
dioksida. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan menjelaskan lebih lanjut mengenai
deforestasi dan dampaknya bagi kehidupan manusia serta alternatif penyelesaian akibat dari
deforestasi sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan fungsi hutan hujan tropis?
2. Bagaimana pengaruh hutan hujan tropis terhadap perubahan iklim dan
keanekaragaman spesies?
3. Apa saja dampak berkurangnya hutan hujan tropis?
4. Apa alasan dibukanya lahan pertambangan dan kelapa sawit di daerah Kalimantan?
5. Bagaimana hubungan WWF dan laju deforestasi?
6. Bagaimana laju deforestasi serta cara mencegah dan menanggulangi deforestasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dan fungsi hutan hujan tropis
2. Memahami pengaruh hutan hujan tropis terhadap perubahan iklim dan
keanekaragaman spesies
3. Mengetahui dampak berkurangnya hutan hujan tropis
4. Mengetahui alasan dibukanya lahan pertambangan dan kelapa sawit di daerah
Kalimantan
5. Mempelajari hubungan WWF dan laju deforestasi
6. Mengetahui laju deforestasi serta cara mencegah dan menanggulangi deforestasi
BAB 2
PEMBAHASAN
Hutan huan tropis merupakan bagian Kekayaan alam dunia yang penting karena hutan
hujan tropis memiliki fungsi :
1. Sebagai paru-paru dunia
2. Pengendali air
3. Sebagai daerah resapan pencegah banjir dan tanah longsor
Hutan hujan tropis memiliki Flora dan Fauna yang beraneka Ragam dan diantaranya
merupakan Flora dan Fauna endemik seperti : Pohon pakis, pohon Jelutung, Poho Ramin,
Pohon Rengas, Gajah, Harimau, ORang Utan, dan Kera.
2. Reboisasi
3. Go green
1. Perubahan iklim
Oksigen (O2) merupakan gas yang melimpah di atmosfer, dimana hutan merupakan
produsen terbesar yang menghasilkan gas tersebut. Selain itu, hutan juga membantu
menyerap gas rumah kaca yang menjadi penyebab terjadinya pemanasan global. Itulah
sebabnya mengapa ada istilah yang mengatakan bahwa hutan adalah paru-paru bumi. Pada
saat suatu hutan mengalami kerusakan, maka hal tersebut bisa berakibat terjadinya
peningkatan suhu bumi serta perubahan iklim yang ekstrem.
Word Wildlife Fund (WWF) mengungkapkan bahwa sejak tahun 1960, lebih dari
sepertiga bagian lahan subur di bumi telah musnah akibat kegiatan deforestasi. Kita tahu
bahwa pohon memegang peranan penting untuk menghalau berbagai bencana seperti
terjadinya banjir dan tanah longsor.
Dengan tiadanya pohon, maka pada saat musim hujan tanah tidak bisa menyerap
dengan baik tumpahan air hujan dan mengakibatkan besarnya laju aliran air di permukaan,
yang pada akhirnya akan terjadi banjir bandang. Selain itu, air hujan dapat mengangkut
partikel-partikel tanah sehingga menimbulkan erosi tanah atau tanah longsor.
Hutan menjadi habitat bagi berbagai jenis spesies hewan dan tumbuh-tumbuhan. Itu
berarti bahwa hutan merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang ada di bumi ini.
Kegiatan deforestasi hutan dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kepunahana bagi
kekayaan alam tersebut itu sendiri maupun kekayaan alam lainnya yang ada di tempat lain
seperti di laut. Kerusakan hutan yang terjadi akan membawa akibat terjadinya banjir maupun
erosi yang dapat mengangkut partikel-partikel tanah menuju ke laut yang nantinya akan
mengalami proses sedimentasi atau pengendapan di sana. Hal tersebut tentu saja bisa
merusak ekosistem yang ada di laut, seperti ikan serta terumbu karang.
2.4 Alasan dibukanya Pertambangan Batu Bara dan Perkebunan Kelapa Sawit di
Kalimantan
Kalimantan memiliki hutan hujan tropis yang paling besar ketiga di seluruh dunia,
pernyataan tersebut sudah menarik berbagai investor pertambangan dan perkebunan untuk
membuka lahan di hutan Kalimantan. Selain itu, Kalimantan juga merupakan produsen
minyak kelapa sawit terbanyak di dunia pada tahun 2018.
Perkebunan kelapa sawit 70% terletak di Sumatera dan 30% di Kalimantan sehingga
menempatkan Kalimantan kepada posisi kedua sebagai produsen minyak kelapa sawit di
Indonesia.
Selain kelapa sawit, Kalimantan juga merupakan salah satu produsen pertambangan batu bara
terbesar di dunia pada tahun 2016 menurut Indonesia Investments. Pada bulan Maret 2018,
Kalimantan tercatat sebagai wilayah penyimpan cadangan batubara terbesar di Indonesia,
yaitu sebanyak 14 Miliar ton. Oleh karena itulah alasan mengapa Kalimantan menjadi
wilayah pembukaan lahan pertambangan batubara dan perkebunan kelapa sawit.
Deforestasi hutan hujan tropis di Kalimantan dapat dipantau oleh WWF yang
dilakukan oleh Pelaku Deforestasi sehingga menyebabkan adanya laju Deforestasi yang
meningkat.
· WWF didirikan pada 11 September 1961 yang menjadi organisasi independen berada di
bawah naungan pemerintah dan UNESCO untuk melakukan pemeliharaan sumber daya
lingkungan di Indonesia. Tujuan didirikannya WWF adalah memelihara keadaan lingkungan
alam dunia seperti udara, air, dan tanah serta ekologi flora fauna.
Peranan dari WFF adalah mengelola konservasi lingkungan, mendukung pelestarian
spesies sampai dengan ekosistem sehingga dapat membiayai gerakan konservasi seperti di
Indonesia tepatnya di Kalimantan. Selain itu, WWF juga bertugas mengetahui proses laju
deforestasi yang terjadi di berbagai negara, salah satunya Indonesia.
Deforestasi hutan hujan tropis di Kalimantan merupakan masalah deforestasi yang
telah terjadi sekarang. Definisi deforestasi yaitu hilangnya tutupan hutan yang dilakukan oleh
Pelaku deforestasi. Biasanya dilakukan oleh petani yang membuka tutupan lahan. Hilangnya
tutupan hutan menyebabkan hilangnya kelebatan hutan, tumbuhan serta satwa yang berada di
dalamnya.
Deforestasi berkembang karena adanya proses pertumbuhan dari laju deforestasi
yang disebabkan karena kebutuhan lahan semakin banyak sehingga terjadi pembukaan
pertambangan serta pabrik industri. Masalah laju deforestasi harus selalu dipantau oleh
berbagi pihak yaitu pemerintah dan masyarakat. Meningkatnya pembukaan industri
perkayuan karena adanya sebuah pembalakan hutan secara liar dan tidak bertanggungjawab.
Biasanya hal ini dilakukan oleh petani yang melakukan pembukaan lahan. Dampak
deforestasi lainnya yaitu terjadinya kepunahan ekosistem hutan.
Kaitan dengan wacana yaitu masalah laju deforestasi harus selalu dipantau oleh
berbagi pihak yaitu pemerintah dengan WWF, dan masyarakat. Hal ini meliputi :
● Meningkatnya pembukaan industri perkayuan di kalimantan karena adanya sebuah
pembalakan hutan secara liar.
● Dampak laju deforestasi : terjadinya kepunahan ekosistem hutan.
2. Reboisasi
Ketika menebang satu pohon, ada baiknya manusia juga menanam satu pohon. Ketika satu
pohon mati, satu pohon akan tumbuh kembali. Jika manusia memberlakukan hal ini niscaya
kelestarian hutan pun bisa terjaga. Penghijauan hutan bisa terlaksana dengan penanaman satu
pohon tersebut.
3. Kebijakan Pemerintah
Banyak perusahaan nakal yang memanfaatkan hutan untuk kepentingan bisnis seperti
perkebunan hingga wisata yang belum tentu bonafit. Bahkan beberapa diantaranya cenderung
merugikan masyarakat sekitar. Nah, kebijakan pemerintah dalam hal ini sangat penting untuk
mencegah terjadinya hutan gundul. Bagaimana caranya ? Tentu dengan pembatasan izin
dalam membabat hutan.
● Cara Menanggulangi
1. Lahan yang Terdegradasi
Salah satu isu yang paling mendesak di Indonesia adalah pembukaan hutan primer dan lahan
gambut untuk mengembangkan pertanian. Analisis yang dilakukan oleh WRI menemukan
bahwa terdapat peluang yang besar untuk memindahkan pengembangan agrobisnis ke
lahan-lahan yang telah terdegradasi yang telah terbuka, dan memiliki keanekaragaman hayati
dan cadangan karbon yang rendah. Konsep ini telah mendapatkan perhatian, namun
pertanyaan tetap muncul mengenai bagaimana mendefinisikan lahan yang terdegradasi,
demikian pula tantangan dan peluang dalam mengembangkan lahan tersebut.
Sejak 2010, mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono telah menyatakan
komitmennya untuk memanfaatkan lahan yang telah terdegradasi untuk pengembangan
komoditas, yang telah memunculkan ketertarikan awal dari industri kelapa sawit dan
membantu menyebarluaskan kebijakan-kebijakan pemerintah seputar isu tersebut. Wadah
multi-stakeholder seperti Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) turut mengeluarkan
pedoman mengenai bagaimana mengembangkan kelapa sawit tanpa mengkonversi hutan
lebih lanjut.
2. Pengawasan Hutan
Produsen komoditas yang memiliki komitmen untuk mengatasi deforestasi dapat turut
memanfaatkan perkembangan teknologi terbaru dalam pengawasan hutan dan teknologi
satelit. Teknologi tersebut dapat meningkatkan transparansi di dalam rantai pasokan
perusahaan. Program seperti Forest Cover Analyzer, Eyes on the Forest, dan Global Forest
Watch 2.0 yang akan segera diluncurkan, memungkinkan setiap orang dengan koneksi
internet untuk melihat di mana dan kapan perubahan tutupan hutan terjadi di suatu wilayah
tertentu. Pemerintah Indonesia juga memiliki berbagai inisiatif pengawasan hutan di dalam
badan-badan pemerintah yang berbeda.
Kemampuan untuk menunjukkan secara cepat di mana dan kapan kebakaran hutan terjadi dan
menentukan siapa yang bertanggung jawab, belum pernah terjadi sebelumnya.
Inovasi-inovasi tersebut dapat membantu pemerintah, perusahaan, dan masyarakat dalam
mengawasi dan mengurangi deforestasi secara cepat dan efektif.
Eyes on the Forest didirikan pada 2004 oleh 3 organisasi lingkungan hidup di Riau, Sumatra:
WWF-Indonesia Central Sumatra Program, Jikalahari ("Jaringan Penyelamatan Hutan Riau")
dan Walhi Riau (Friends of the Earth Indonesia). Anggota jaringannya meliputi:
Di Sumatra: KKI Warsi
Di Kalimantan: Klinik Hukum Lingkungan, Lembaga Gemawan, Jari Indonesia Kalimantan
Barat, Kontak Rakyat Borneo, POINT, Institut Swandiri, Yayasan Titian, Gapeta Borneo dan
Program WWF-Indonesia Kalimantan Barat
Dikembangkan oleh World Resources Institute (WRI) di bawah Project POTICO, dalam
kemitraan dengan Rainforest Alliance, SarVision, University of Maryland, Sekala, dan Puter
Foundation, Forest Cover Analyzer memungkinkan pengguna untuk menjawab tiga
pertanyaan dasar ini tentang area pilihan mereka dalam Kalimantan, Indonesia:
-Di mana dan kapan perubahan tutupan hutan terjadi?
-Berapa luas hutan dan lahan gambut saat ini?
-Bagaimana wilayah tersebut diklasifikasikan menurut Departemen Kehutanan?
Global Forest Watch menyediakan akses bebas dan dinamis pemantauan hutan online dan
sistem peringatan, menciptakan transparansi yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang
apa yang terjadi di hutan di seluruh dunia yang memberdayakan masyarakat di mana saja
untuk mengelola hutan dengan lebih baik.
Global Forest Watch bertujuan untuk menjamin akses ke informasi yang tepat waktu dan
andal tentang hutan dengan menggunakan aplikasi pemetaan menyatukan teknologi satelit,
data terbuka, dan crowdsourcing.
Keputusan yang lebih cerdas perlu didukung oleh informasi yang lebih baik. Global Forest
Watch memberdayakan masyarakat untuk mengelola dan melindungi hutan untuk generasi
sekarang dan yang akan datang. Dengan transparansi yang lebih besar, GFW membantu
publik meminta pertanggungjawaban pemerintah dan perusahaan atas bagaimana keputusan
mereka berdampak pada hutan.
Kesimpulan
Sumber daya yang dimiliki harus dikelola dan dijaga dengan baik, agar dapat
mempertahankan daya dukung bumi Indonesia sehingga terciptalah keseimbangan alam
Indonesia demi seluruh kehidupan yang ada di dalamnya.
Referensi
● Pirnot, L.T, 2007, Mathematics All Around, Ed.Ke-3, Boston, Pearson Addison
Wesley
● Novita, Irma Eka Ayu dan Sulistyanto Hernawan. 2015. "Pengembangan Aplikasi
Untuk Mengetahui Kebutuhan Jumlah Kalori”. Publikasi Ilmiah. Program Studi
Informatika Fakultas Komunikasi Dan Informatika Universitas Muhammadiyah
Surakarta
● https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/cadangan-batubara-indonesia-se
besar-26-miliar-ton
● https://sahabatnesia.com/hutan-hujan-tropis-indonesia/