Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MPKTB PBL 1

Disusun oleh :
MPKTB-D HG 4
1. Agisti Rafifah Ekaputri (1806145105)
2. Fiki Risqa Izzati (1806145244)
3. Catherine Azhara (1806145206)
4. Joyce Carol Gabrielle (1806190462)
5. Kyra Khasyi (1806190840)
6. Wahyu Tri Yulian P (1806145484)
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
makalah ini kami membahas “Masalah Deforestasi”, suatu hal yang sangat penting bagi
manusia yang derajatnya lebih tinggi dari makhluk lain dikarenakan kita dibekali akal yang
harus kita gunakan dengan baik dalam menjaga dan memanfaatkan alam sebagai tempat kita
hidup di Bumi.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah deforestasi
alam oleh manusia dan sekaligus untuk memenuhi tugas mata kuliah MPKT-B. Dalam proses
pendalaman materi manajemen alam ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,
koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan dapat
dijadikan salah satu acuan dalam pembahasan mengenai manajemen alam. Kami sadar masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu, kami berharap kritik dan saran dari dosen
pembimbing dan pembaca demi perbaikan
BAB 1
PEMBUKAAN

a. Latar Belakang
Alam merupakan komponen penunjang hidup manusia yang paling utama. Namun
seiring berjalannya waktu, kondisi alam menjadi semakin buruk dan sangat memprihatinkan
sehingga muncul berbagai masalah seperti polusi, bencana alam hingga global warming.
Terutama hutan, hutan merupakan sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh
pepohonan dan tumbuhan.
Di Indonesia, perhatian tentang lingkungan hidup telah muncul di media massa sejak
tahun 1960. Hutan hujan tropis termasuk ke dalam permasalahan lingkungan yang krusial.
lebih dari satu juta hektar hutan yang sebagian besar merupakan hutan hujan tropis hancur
setiap bulannya. Hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara optimal malah
digunakan untuk lahan pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit yang akhirnya
menyebabkan deforestasi. Deforestasi berpengaruh besar terhadap perubahan iklim dalam
dua hal. Pertama, perambahan dan pembakaran hutan melepaskan karbon dioksida ke
atmosfer. Kedua, kerusakan hutan akan mengurangi area hutan yang menyerap karbon
dioksida. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan menjelaskan lebih lanjut mengenai
deforestasi dan dampaknya bagi kehidupan manusia serta alternatif penyelesaian akibat dari
deforestasi sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan fungsi hutan hujan tropis?
2. Bagaimana pengaruh hutan hujan tropis terhadap perubahan iklim dan
keanekaragaman spesies?
3. Apa saja dampak berkurangnya hutan hujan tropis?
4. Apa alasan dibukanya lahan pertambangan dan kelapa sawit di daerah Kalimantan?
5. Bagaimana hubungan WWF dan laju deforestasi?
6. Bagaimana laju deforestasi serta cara mencegah dan menanggulangi deforestasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dan fungsi hutan hujan tropis
2. Memahami pengaruh hutan hujan tropis terhadap perubahan iklim dan
keanekaragaman spesies
3. Mengetahui dampak berkurangnya hutan hujan tropis
4. Mengetahui alasan dibukanya lahan pertambangan dan kelapa sawit di daerah
Kalimantan
5. Mempelajari hubungan WWF dan laju deforestasi
6. Mengetahui laju deforestasi serta cara mencegah dan menanggulangi deforestasi

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hutan Hujan Tropis


Hutan hujan tropis adalah hutan yang lebat atau hujan rimba yang tumbuh disekitar
garis khalustiwa atau equator yang memiliki curah hujan yag sangat tinggi. Hutan alam yang
terletak diantara garis 23°27" LU dan 23°27" LS, yang merupakan daerah iklim tropis.
Hutan hujan tropis terdapat mencakup wilayah di beberapa bagian di Indonesia yang
terdiri dari daerah Sumatera, Jawa Timur, dan Kalimantan yang seluas 74 juta hektar, degan
luasnya yang begitu besar Indonesia mendapat peringkat ke-3 terluas di Dunia setelah negara
Brazil dan Congo. Hutan Hujan tropis memiliki ciri-ciri yaitu:
1. Biasanya pohon-pohon disana berdaun lebat
2. Jarak antarpohonya rapat
3. Memiliki curah hujan yang tinggi
4. Diameter pohonnya besar
5. Mendapat sinar matahari yang cukup tetapi tidak dapat menembus ke
dasar hutannya

Hutan huan tropis merupakan bagian Kekayaan alam dunia yang penting karena hutan
hujan tropis memiliki fungsi :
1. Sebagai paru-paru dunia
2. Pengendali air
3. Sebagai daerah resapan pencegah banjir dan tanah longsor
Hutan hujan tropis memiliki Flora dan Fauna yang beraneka Ragam dan diantaranya
merupakan Flora dan Fauna endemik seperti : Pohon pakis, pohon Jelutung, Poho Ramin,
Pohon Rengas, Gajah, Harimau, ORang Utan, dan Kera.

2.2. Pengaruh Hutan Hujan Tropis


Hutan hujan tropis merupakan bagian dari keragaman dunia yang dimiliki
banyak negara di dunia, salah satunya Indonesia. Bahkan Indonesia berada di urutan
ketigadengan Hutan Hujan Tropis terbesar di dunia. Keberadaan Hutan Hujan Tropis
memiliki pengaruh kepada 2 hal, yaitu Keanekaragaman Spesies dan Perubahan
Iklim.
Dengan menurunnya angka hutan hujan tropis, maka jumlah keanekaragaman
spesies di tempat tersebut akan rusak atau bahkan punah. Hal ini akan berdampak
pada hilangnya ekosistem,menurunnya sumber daya alam, timbulnya bencana alam,
serta hilangnya kesuburan tanah akibat pembakaran hutan/penebangan pohon
sembarangan.
Yang kedua, perubahan iklim juga dapat terganggu akibat hutan hujan tropis
karena peranannya dalam siklus penyimpanan global dan sistem iklim global. Akibat
perubahan iklimkarena penurunan hutan hujan tropis adalah kekeringan dan kenaikan
suhu. Kenaikan suhu menyebabkan musim kemarau yang lebih panjang. Kekeringan
menyebabkan polusi udara. Definisi polusi udara adalah partikel kecil berukuran <10
mikronyang berbahaya bagi kesehatan.
Bahayanya bagi kesehatan adalah seperti infeksi saluran nafas, pneumonia,
stroke, dan kanker paru. Hal ini menyebabkan kematian dini.

Namun pengaruh-pengaruh ini dapat diatasi dengan berbagai cara, seperti:


1.​ Hentikan kebiasaan buruk seperti deforestasi

2.​ Reboisasi

3.​ Go green

4.​ Minimalkan polusi



2.3 Dampak berkurangnya hutan hujan tropis

Kerusakan hutan (deforestasi)​ masih tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut


data laju deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen
Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun.
Bahkan kalau menilik data yang dikeluarkan oleh ​State of the World’s Forests 2007
yang dikeluarkan ​The UN Food & Agriculture Organization​ (FAO), angka deforestasi
Indonesia pada periode 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia
ini membuat ​Guiness Book of The Record​memberikan ‘gelar kehormatan’ bagi Indonesia
sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia.

1. Perubahan iklim

Oksigen (O2) merupakan gas yang melimpah di atmosfer, dimana hutan merupakan
produsen terbesar yang menghasilkan gas tersebut. Selain itu, hutan juga membantu
menyerap gas rumah kaca yang menjadi penyebab terjadinya pemanasan global. Itulah
sebabnya mengapa ada istilah yang mengatakan bahwa hutan adalah paru-paru bumi. Pada
saat suatu hutan mengalami kerusakan, maka hal tersebut bisa berakibat terjadinya
peningkatan suhu bumi serta perubahan iklim yang ekstrem.

Dengan adanya deforestasi, jumlah karbondioksida (CO2) yang dilepaskan ke udara


akan semakin besar. Kita tahu bahwa karbondioksida merupakan gas rumah kaca yang paling
umum. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika serikat menyatakan bahwa CO2
menyumbang sekitar 82% gas rumah kaca di negara tersebut.

2. ​Mengakibatkan Banjir dan erosi tanah

Word Wildlife Fund (WWF) mengungkapkan bahwa sejak tahun 1960, lebih dari
sepertiga bagian lahan subur di bumi telah musnah akibat kegiatan deforestasi. Kita tahu
bahwa pohon memegang peranan penting untuk menghalau berbagai bencana seperti
terjadinya banjir dan tanah longsor.
Dengan tiadanya pohon, maka pada saat musim hujan tanah tidak bisa menyerap
dengan baik tumpahan air hujan dan mengakibatkan besarnya laju aliran air di permukaan,
yang pada akhirnya akan terjadi banjir bandang. Selain itu, air hujan dapat mengangkut
partikel-partikel tanah sehingga menimbulkan ​erosi tanah​ atau tanah longsor.

3. Rusaknya ekosistem darat dan laut

Hutan menjadi habitat bagi berbagai jenis spesies hewan dan tumbuh-tumbuhan. Itu
berarti bahwa hutan merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang ada di bumi ini.
Kegiatan deforestasi hutan dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kepunahana bagi
kekayaan alam tersebut itu sendiri maupun kekayaan alam lainnya yang ada di tempat lain
seperti di laut. Kerusakan hutan yang terjadi akan membawa akibat terjadinya banjir maupun
erosi yang dapat mengangkut partikel-partikel tanah menuju ke laut yang nantinya akan
mengalami proses sedimentasi atau pengendapan di sana. Hal tersebut tentu saja bisa
merusak ekosistem yang ada di laut, seperti ikan serta terumbu karang.

2.4 Alasan dibukanya Pertambangan Batu Bara dan Perkebunan Kelapa Sawit di
Kalimantan
Kalimantan memiliki hutan hujan tropis yang paling besar ketiga di seluruh dunia,
pernyataan tersebut sudah menarik berbagai investor pertambangan dan perkebunan untuk
membuka lahan di hutan Kalimantan. Selain itu, Kalimantan juga merupakan produsen
minyak kelapa sawit terbanyak di dunia pada tahun 2018.
Perkebunan kelapa sawit 70% terletak di Sumatera dan 30% di Kalimantan sehingga
menempatkan Kalimantan kepada posisi kedua sebagai produsen minyak kelapa sawit di
Indonesia.
Selain kelapa sawit, Kalimantan juga merupakan salah satu produsen pertambangan batu bara
terbesar di dunia pada tahun 2016 menurut ​Indonesia Investments​. Pada bulan Maret 2018,
Kalimantan tercatat sebagai wilayah penyimpan cadangan batubara terbesar di Indonesia,
yaitu sebanyak 14 Miliar ton. Oleh karena itulah alasan mengapa Kalimantan menjadi
wilayah pembukaan lahan pertambangan batubara dan perkebunan kelapa sawit.

2.5 Hubungan WWF dengan Laju Deforestasi

Deforestasi hutan hujan tropis di Kalimantan dapat dipantau oleh WWF yang
dilakukan oleh Pelaku Deforestasi sehingga menyebabkan adanya laju Deforestasi yang
meningkat.
· WWF didirikan pada 11 September 1961 yang menjadi organisasi independen berada di
bawah naungan pemerintah dan UNESCO untuk melakukan pemeliharaan sumber daya
lingkungan di Indonesia. Tujuan didirikannya WWF adalah memelihara keadaan lingkungan
alam dunia seperti udara, air, dan tanah serta ekologi flora fauna.
Peranan dari WFF adalah mengelola konservasi lingkungan, mendukung pelestarian
spesies sampai dengan ekosistem sehingga dapat membiayai gerakan konservasi seperti di
Indonesia tepatnya di Kalimantan. Selain itu, WWF juga bertugas mengetahui proses laju
deforestasi yang terjadi di berbagai negara, salah satunya Indonesia.
Deforestasi hutan hujan tropis di Kalimantan merupakan masalah deforestasi yang
telah terjadi sekarang. Definisi deforestasi yaitu hilangnya tutupan hutan yang dilakukan oleh
Pelaku deforestasi. Biasanya dilakukan oleh petani yang membuka tutupan lahan. Hilangnya
tutupan hutan menyebabkan hilangnya kelebatan hutan, tumbuhan serta satwa yang berada di
dalamnya.
Deforestasi berkembang karena adanya proses pertumbuhan dari laju deforestasi
yang disebabkan karena kebutuhan lahan semakin banyak sehingga terjadi pembukaan
pertambangan serta pabrik industri. Masalah laju deforestasi harus selalu dipantau oleh
berbagi pihak yaitu pemerintah dan masyarakat. Meningkatnya pembukaan industri
perkayuan karena adanya sebuah pembalakan hutan secara liar dan tidak bertanggungjawab.
Biasanya hal ini dilakukan oleh petani yang melakukan pembukaan lahan. Dampak
deforestasi lainnya yaitu terjadinya kepunahan ekosistem hutan.
Kaitan dengan wacana yaitu masalah laju deforestasi harus selalu dipantau oleh
berbagi pihak yaitu pemerintah dengan WWF, dan masyarakat. Hal ini meliputi :
● Meningkatnya pembukaan industri perkayuan di kalimantan karena adanya sebuah
pembalakan hutan secara liar.
● Dampak laju deforestasi : terjadinya kepunahan ekosistem hutan.

2.6 Cara Mencegah dan Menanggulangi Deforestasi


● Cara Mencegah
1. Tebang Pilih
Jika manusia ingin memanfaatkan kayu yang ada di hutan, sebaiknya manusia menerapkan
sistem tebang pilih. Sistem tebang pilih ini adalah manusia tidak akan menebang kayu yang
belum tua atau belum umurnya. Jangan sampai karena keserakahan manusia, manusia
menebang semua pohon yang ada di hutan demi keuntungannya semata.

2. Reboisasi
Ketika menebang satu pohon, ada baiknya manusia juga menanam satu pohon. Ketika satu
pohon mati, satu pohon akan tumbuh kembali. Jika manusia memberlakukan hal ini niscaya
kelestarian hutan pun bisa terjaga. Penghijauan hutan bisa terlaksana dengan penanaman satu
pohon tersebut.

3. Kebijakan Pemerintah
Banyak perusahaan nakal yang memanfaatkan hutan untuk kepentingan bisnis seperti
perkebunan hingga wisata yang belum tentu bonafit. Bahkan beberapa diantaranya cenderung
merugikan masyarakat sekitar. Nah, kebijakan pemerintah dalam hal ini sangat penting untuk
mencegah terjadinya hutan gundul. Bagaimana caranya ? Tentu dengan pembatasan izin
dalam membabat hutan.
● Cara Menanggulangi
1. Lahan yang Terdegradasi
Salah satu isu yang paling mendesak di Indonesia adalah pembukaan hutan primer dan lahan
gambut untuk mengembangkan pertanian. Analisis yang dilakukan oleh WRI menemukan
bahwa terdapat peluang yang besar untuk memindahkan pengembangan agrobisnis ke
lahan-lahan yang telah terdegradasi yang telah terbuka, dan memiliki keanekaragaman hayati
dan cadangan karbon yang rendah. Konsep ini telah mendapatkan perhatian, namun
pertanyaan tetap muncul mengenai bagaimana mendefinisikan lahan yang terdegradasi,
demikian pula tantangan dan peluang dalam mengembangkan lahan tersebut.

Sejak 2010, mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono telah menyatakan
komitmennya untuk memanfaatkan lahan yang telah terdegradasi untuk pengembangan
komoditas, yang telah memunculkan ketertarikan awal dari industri kelapa sawit dan
membantu menyebarluaskan kebijakan-kebijakan pemerintah seputar isu tersebut. Wadah
multi-stakeholder seperti Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) turut mengeluarkan
pedoman mengenai bagaimana mengembangkan kelapa sawit tanpa mengkonversi hutan
lebih lanjut.

2. Pengawasan Hutan
Produsen komoditas yang memiliki komitmen untuk mengatasi deforestasi dapat turut
memanfaatkan perkembangan teknologi terbaru dalam pengawasan hutan dan teknologi
satelit. Teknologi tersebut dapat meningkatkan transparansi di dalam rantai pasokan
perusahaan. Program seperti Forest Cover Analyzer, Eyes on the Forest, dan Global Forest
Watch 2.0 yang akan segera diluncurkan, memungkinkan setiap orang dengan koneksi
internet untuk melihat di mana dan kapan perubahan tutupan hutan terjadi di suatu wilayah
tertentu. Pemerintah Indonesia juga memiliki berbagai inisiatif pengawasan hutan di dalam
badan-badan pemerintah yang berbeda.

Kemampuan untuk menunjukkan secara cepat di mana dan kapan kebakaran hutan terjadi dan
menentukan siapa yang bertanggung jawab, belum pernah terjadi sebelumnya.
Inovasi-inovasi tersebut dapat membantu pemerintah, perusahaan, dan masyarakat dalam
mengawasi dan mengurangi deforestasi secara cepat dan efektif.

3. Sertifikasi Hukum dan Sukarela


Usaha penting lainnya dalam mencapai tingkat deforestasi nol persen adalah memanfaatkan
secara efektif berbagai mekanisme sertifikasi dan persyaratan hukum yang mewajibkan
praktik-praktik yang berkelanjutan. Standar-standar tersebut meliputi kriteria dan
prinsip-prinsip yang disusun secara seksama yang menjadi pedoman dalam mengolah dan
memproduksi komoditas dan dituangkan ke dalam seperangkat best practices, seperti
melarang pembakaran dan deforestasi di hutan primer dan lahan gambut. Sebagai imbalan
dari mematuhi persyaratan tersebut, sebuah produk dapat ditandai sebagai produk yang
berkelanjutan (sustainable). Perusahaan menggunakan skema-skema sertifikasi tersebut untuk
memastikan bahwa sebuah produk dibuat dengan cara-cara yang bertanggung jawab. Banyak
perusahaan yang tergabung ke dalam CGF telah berkomitmen untuk memenuhi larangan
deforestasi yang mereka janjikan dengan menggunakan hanya produk-produk yang
bersertifikat.

Pertemuan TFA 2020 merupakan peluang yang sangat menarik. Perusahaan-perusahaan


komoditas terbesar di dunia akan bergabung bersama para pembuat kebijakan untuk
mendiskusikan cara-cara praktis dan terjangkau untuk mencapai tingkat deforestasi nol
persen pada tahun 2020. Mengumpulkan mereka bersama-sama dapat membantu
mengidentifikasi solusi-solusi yang telah berhasil dijalankan dan mengembangkannya untuk
menghasilkan perubahan global yang lebih berarti.

● Peraturan Pemerintah yang Membatasi Deforestasi


1. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan pasal 50 ayat 3 huruf a
dan b " menyatakan; Setiap orang dilarang : a)mengerjakan dan atau menggunakan
dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah; dan b) merambah kawasan
hutan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan, pasal 8
ayat 2 tentang perlindungan hutan atas kawasan hutan yang telah menjadi areal kerja
pemegang izin pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin
usaha pemanfaatan hasil hutan, izin pemungutan hasil hutan, dan pemegang izin
pinjam pakai kawasan hutan dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab pemegang
izin yang bersangkutan.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan Dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan Dan Penggunaan
Kawasan Hutan, Pasal 47 huruf e, " Setiap pemegang izin pemanfaatan hutan
berkewajiban: melaksanakan perlindungan hutan di areal kerjanya dari gangguan
keamanan. Berdasarkan penjelasan PP 34/2002, pasal 47 huruf e Perlindungan hutan
tersebut meliputi, antara lain :
1) pencegahan adanya penebangan pohon tanpa ijin;
2) pencegahan atau pemadaman kebakaran hutan;
3) penyediaan sarana dan prasarana pengamanan hutan;
4) pencegahan perburuan satwa liar dan atau satwa yang dilindungi;
5) pencegahan penggarapan dan atau penggunaan dan atau menduduki kawasan hutan
secara tidak sah:
6) pencegahan perambahan kawasan hutan; dan atau
7) pencegahan terhadap gangguan hama dan penyakit.
● Program Pemerintah Dalam Pengawasan Hutam Hujan Tropis

1. Eyes On The Forest

Melalui pekerjaan investigasi di lapangan, Eyes on the Forest beroperasi sebagai


clearinghouse untuk informasi tentang konservasi hutan di Riau, Sumatra, dan Kalimantan
(Kalimantan Indonesia). Koalisi ini juga merupakan layanan bagi LSM lokal, nasional, dan
internasional, perusahaan, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya yang bersedia
mengambil tindakan untuk melestarikan hutan dan melindungi hak-hak masyarakat lokal
yang bergantung padanya.

Eyes on the Forest didirikan pada 2004 oleh 3 organisasi lingkungan hidup di Riau, Sumatra:
WWF-Indonesia Central Sumatra Program, Jikalahari ("Jaringan Penyelamatan Hutan Riau")
dan Walhi Riau (Friends of the Earth Indonesia). Anggota jaringannya meliputi:
Di Sumatra: KKI Warsi
Di Kalimantan: Klinik Hukum Lingkungan, Lembaga Gemawan, Jari Indonesia Kalimantan
Barat, Kontak Rakyat Borneo, POINT, Institut Swandiri, Yayasan Titian, Gapeta Borneo dan
Program WWF-Indonesia Kalimantan Barat

2. Forest Cover Analyzer


Forest Cover Analyzer memungkinkan pengguna untuk menilai perubahan tutupan hutan dan
risiko yang terkait dengan produksi minyak sawit berkelanjutan di wilayah pilihan mereka di
Kalimantan, Indonesia.

Dikembangkan oleh World Resources Institute (WRI) di bawah Project POTICO, dalam
kemitraan dengan Rainforest Alliance, SarVision, University of Maryland, Sekala, dan Puter
Foundation, Forest Cover Analyzer memungkinkan pengguna untuk menjawab tiga
pertanyaan dasar ini tentang area pilihan mereka dalam Kalimantan, Indonesia:
-Di mana dan kapan perubahan tutupan hutan terjadi?
-Berapa luas hutan dan lahan gambut saat ini?
-Bagaimana wilayah tersebut diklasifikasikan menurut Departemen Kehutanan?

3. Global Forest Watch

Global Forest Watch menyediakan akses bebas dan dinamis pemantauan hutan online dan
sistem peringatan, menciptakan transparansi yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang
apa yang terjadi di hutan di seluruh dunia yang memberdayakan masyarakat di mana saja
untuk mengelola hutan dengan lebih baik.

Global Forest Watch bertujuan untuk menjamin akses ke informasi yang tepat waktu dan
andal tentang hutan dengan menggunakan aplikasi pemetaan menyatukan teknologi satelit,
data terbuka, dan crowdsourcing.

Keputusan yang lebih cerdas perlu didukung oleh informasi yang lebih baik. Global Forest
Watch memberdayakan masyarakat untuk mengelola dan melindungi hutan untuk generasi
sekarang dan yang akan datang. Dengan transparansi yang lebih besar, GFW membantu
publik meminta pertanggungjawaban pemerintah dan perusahaan atas bagaimana keputusan
mereka berdampak pada hutan.
Kesimpulan

Sumber daya yang dimiliki harus dikelola dan dijaga dengan baik, agar dapat
mempertahankan daya dukung bumi Indonesia sehingga terciptalah keseimbangan alam
Indonesia demi seluruh kehidupan yang ada di dalamnya.

Referensi

● Pirnot, L.T, 2007, Mathematics All Around, Ed.Ke-3, Boston, Pearson Addison
Wesley
● Novita, Irma Eka Ayu dan Sulistyanto Hernawan. 2015. "Pengembangan Aplikasi
Untuk Mengetahui Kebutuhan Jumlah Kalori”. Publikasi Ilmiah. Program Studi
Informatika Fakultas Komunikasi Dan Informatika Universitas Muhammadiyah
Surakarta
● https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/cadangan-batubara-indonesia-se
besar-26-miliar-ton
● https://sahabatnesia.com/hutan-hujan-tropis-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai