TINJAUAN OBJEK
untuk menjadi sebuah pusat kebudayaan seni tari tradisional aceh rancangan ini
haruslah memenuhi beberapa fasilitas yang meliputi proses pelatihan latihan, pertunjukan
tari dan museum tari.
- Studio pelatihan
adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau
sekumpulan orang untuk berkegiatan seni seperti seni tari, seni lukis, seni kerajinan atau
kriya, seni peran dls. Kegiatan yang ada dalam sebuah sanggar seni berupa kegiatan
pembelajaran tentang seni, yang meliputi proses dari pembelajaran, penciptaan hingga
produksi.
- Gedung pertunjukan
Gedung berarti bangunan (rumah) untuk kantor, rapat/tempat mempertunjukan
hasil-hasil kesenian (Poerwadarminta, 1976:303). Pertunjukan adalah tontonan (seperti
bioskop, wayang, wayang orang, dsb), pameran, demonstrasi (Poerwadarminta,
1976:1108).
- Museum tari
Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of Museum) yaitu
sebuah organisasi international dibawah UNESCO, menetapkan definisi museum adalah
sebuah Lembaga tetap yang yang melayani masyarakat dengan menampilkan atau
memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya untuk tujuan
pembelajaran dan hiburan.
Jadi dapat ditarik satu kalimat secara umum bahwa Pusat Kebudayaan Seni Tari
Tradisional Aceh merupakan pusat kegiatan dan edukasi yang menyangkut segala hal
tentang tari tadisional aceh, mulai dari aktivas utama seperti latihan tari, pergelaran dan
pertunjukan tari serta museum tari tradisional aceh, sampai kegiatan penunjang seperti
taman, area parkir, dan public space.
- Tari tradisionil
Yaitu tari yang sudah mengalami perjalanan yang sangat panjang dan terus
dijaga secara turun temurun. Tari tradisionil dapat dibagi menjadi tiga jenis
berdasarkan nilai artistiknya yaitu tari sederhana, tari rakyat dan tari klasik
atau tari istana.
b. Sedangkan menurut fungsinya secara umum tari dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
- Fungsi tari sebagai sarana upacara keagamaan dan adat
Seni tari untuk keperluan ritual harus memenuhi kaidah-kaidah yang ritual
yang sudah turun-termurun menjadi tradisi. Kaidah-kaidah tari yang berfungsi
sebagai sarana upacara ritual harus diselenggarakan pada saat tertentu,
penarinya pun dipilih orang-orang tertentu, dan ada kalanya disertai berbagai
sesaji di tempat-tempat tertentu.
- Fungsi tari sebagai ungkapan
Sebagai hiburan yang digunakan dalam rangka mengemukakan perasaan,
kondisi, dan ungkapan-ungkapan yang berkembang ditengah masyarakat
sehingga dapat dipahami dengan gerak gerik tari yang indah.
- Fungsi sebagai tontonan
Tari sebagai tontonan ini disebut juga dengan seni pertunjukan,
pelaksanaannya disajikan khusus untuk dinikmati. Hal ini dapat diamati pada
pertunjukan tari untuk kegiatan pariwisata, untuk menyambut tamu penting
atau tamu pejabat, dan sebagai pembuka atau penutup kegiatan festival seni.
Pusat kebudayaan seni tari Aceh merupakan sebuah fasilitas publik yang dikelola
dan berada dibawah pihak swasta, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
a. Pengelola
bertanggung jawab terhadap seluruh fasilitas yang ada pada gedung tari tradisional
aceh.
b. Pelaku Tari
Penari adalah pengguna yang menggunkan fasilitas gedung sesuai fungsinya yaitu
sebagai sarana latihan dan pertunjukan, penari juga bertanggung jawab menjaga
c. Pengunjung
1. Seminar
2. Sarasehan
3. Diskusi
4. Workshop
5. Penyerahan Narasumber
6. Studi Kepustakaan
7. Penggalian
8. Eksperimentasi
9. Rekonsruksi
10. Revitalisasi
11. Konservasi
13. Inventarisasi
14. Dokumentasi
Dalam perancangan Pusat Kebudayaan memiliki acuan terhadap jenis kegiatan. Dalam
lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 85 Tahun 2013 Tanggal
24 Juli 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesenian dalam pelindungan,
pengembangan dan pemanfaatan bidang kesenian terdapat kegiatan yang bersifat kajian
yaitu sebagai berikut:
1. Seminar
2. Sarasehan
3. Diskusi
4. Workshop
5. Penyerahan Narasumber
6. Studi Kepustakaan
7. Penggalian
8. Eksperimentasi
9. Rekonsruksi
10. Revitalisasi
11. Konservasi
12. Studi Banding
13. Inventarisasi
14. Dokumentasi
15. Pengemasan Bahan Kajian
Didalam pusat kebudayaan terdapat Gelar Seni. Gelar seni adalah ajang kegiatan
kesenian dalam konteks tertentu misalnya upacara adat, sajian artistic; hanya kepentingan
estetis maupun profane; kegiatan resepsi, pertunjukan dan hiburan. Wujud kegiatan gelar
seni adalah:
1. Pergelaran
2. Pameran
3. Festival
4. Lomba
2.2.4 Klasifikasi Jenis Fasilitas
B. Fasilitas Pendukung
1. Gift Shop
Fasilitas ini dikhususkan untuk pengunjung dapat membeli cinderamata.
2. Kafetaria
Kafetria merupakan salah satu faslitas yang dapat memanjakan
pengunjung dengan makanan khas sesuai kebudayaan pada Pusat
Kebudayaan.
3. Penitipan Barang
Fasilitas penitipan barang/loker bertujuan untuk mengantisipasi apabila
terdapat kegiatan yang membutuhkan pengamanan lebih.
2.3.2 Metafora
Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam “Introduction of
Architecture” Metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari
hubungan-hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi
yang melihat secara literal.
Kata "metafora" muncul di Post Arsitektur modern - bentuk protes kepada
arsitektur modernis. Dalam bukunya, The Language of Architecture Charles Jencks
menulis bahwa arsitektur itu sendiri dapat dibaca sebagai bahasa. Sebagai bahasa visual,
arsitektur memiliki struktur gramatikal sendiri untuk menyatakan pikiran. Dan metafora
yang menjadi salah satu alat yang paling kuat Post Modern Architecture, untuk kritikus
negara dan parodi dari era modern. Ini sangat menyatakan kegagalan arsitektur modern
dan membuat lelucon tentang kematian era modern.
Menurut Charles Jenks, dalam ”The Language of Post Modern Architecture”
Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek
dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu
yang lain karena adanya kemiripan.
Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in Architecture”
Transforming : figure of speech in which a name of description term is transferred to
some object different from. Dan juga menurutnya pada metafora pada arsitektur adalah
merupakan salah satu metod kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang.
Melalui metafora, terutama ketika dia dicapai dengan teknik penggantian konsep,
seseorang bisa mengaplikasikan pengetahuan dan interpretasi yang telah dimengerti
untuk kasus nama pengganti dalam satu pekerjaan seseorang (Antoniades, 1992). Yang
melihat dan menilai serta menikmati suatu karya arsitektur adalah pengguna, pengamat,
dan pengkritisi. Merekalah yang dapat mengukur sejauh mana tema metafora diterapkan
ke dalam bangunan dan apakah metafora yang dimaksud oleh perancang sama dengan
metafora yang dilihat oleh pengguna. Metafora yang baik adalah yang tidak bisa
ditemukan oleh pengguna atau kritikus. Dalam hal ini metafora merupakan ‘rahasia kecil’
perancang (Antoniades, 1992). Bagaimana cara dari pengamat menginterpretasikan
metafora yang terdapat dalam bangunan tidak disamaratakan, dan memungkinkan bagi
pengamat untuk memiliki persepsi berbeda terhadap bangunan.
Suatu karya arsitektur yang dirancang dengan menggunakan pendekatan tema
metafora memiliki ciri tersendiri yang tidak dimiliki oleh tema yang lain. Karya ini akan
lebih mendalam maknanya bila yang digunakan sebagai pendekatan adalah kategori
combine metaphor, karena kategori ini memungkinkan seorang arsitek untuk
menciptakan arsitektur yang memiliki sifat-sifat yang lebih mendalam terhadap sesuatu
yang diumpamakan, sehingga arsitektur tersebut memiliki makna yang lebih dalam pula.
2. Tangible methaphor, metafora berangkat dari visual atau karakter material (rumah
sebagai istana, atap kuil sebagai langit)