Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN OBJEK

2.1 Tinjauan Umum


2.1.1 Judul Objek
Judul dari perancangan ini adalah “Pusat Kebudayaan Seni Tari Aceh”.

2.1.2 Definisi Objek

untuk menjadi sebuah pusat kebudayaan seni tari tradisional aceh rancangan ini
haruslah memenuhi beberapa fasilitas yang meliputi proses pelatihan latihan, pertunjukan
tari dan museum tari.
- Studio pelatihan
adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau
sekumpulan orang untuk berkegiatan seni seperti seni tari, seni lukis, seni kerajinan atau
kriya, seni peran dls. Kegiatan yang ada dalam sebuah sanggar seni berupa kegiatan
pembelajaran tentang seni, yang meliputi proses dari pembelajaran, penciptaan hingga
produksi.
- Gedung pertunjukan
Gedung berarti bangunan (rumah) untuk kantor, rapat/tempat mempertunjukan
hasil-hasil kesenian (Poerwadarminta, 1976:303). Pertunjukan adalah tontonan (seperti
bioskop, wayang, wayang orang, dsb), pameran, demonstrasi (Poerwadarminta,
1976:1108).
- Museum tari
Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of Museum) yaitu
sebuah organisasi international dibawah UNESCO, menetapkan definisi museum adalah
sebuah Lembaga tetap yang yang melayani masyarakat dengan menampilkan atau
memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya untuk tujuan
pembelajaran dan hiburan.
Jadi dapat ditarik satu kalimat secara umum bahwa Pusat Kebudayaan Seni Tari
Tradisional Aceh merupakan pusat kegiatan dan edukasi yang menyangkut segala hal
tentang tari tadisional aceh, mulai dari aktivas utama seperti latihan tari, pergelaran dan
pertunjukan tari serta museum tari tradisional aceh, sampai kegiatan penunjang seperti
taman, area parkir, dan public space.

2.1.3 Jenis – jenis Tari

Dalam buku yang berjudul tari-tarian Indonesia I karya Sudarsono : (1988)


menjelaskan pembagian tari tari di Indonesia berdasarkan pola gararapan dan fungsinya.
a. Berdasarkan pola garapannya tari dibagi menjadi dua jenis yaitu :

- Tari tradisionil
Yaitu tari yang sudah mengalami perjalanan yang sangat panjang dan terus
dijaga secara turun temurun. Tari tradisionil dapat dibagi menjadi tiga jenis
berdasarkan nilai artistiknya yaitu tari sederhana, tari rakyat dan tari klasik
atau tari istana.
b. Sedangkan menurut fungsinya secara umum tari dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
- Fungsi tari sebagai sarana upacara keagamaan dan adat
Seni tari untuk keperluan ritual harus memenuhi kaidah-kaidah yang ritual
yang sudah turun-termurun menjadi tradisi. Kaidah-kaidah tari yang berfungsi
sebagai sarana upacara ritual harus diselenggarakan pada saat tertentu,
penarinya pun dipilih orang-orang tertentu, dan ada kalanya disertai berbagai
sesaji di tempat-tempat tertentu.
- Fungsi tari sebagai ungkapan
Sebagai hiburan yang digunakan dalam rangka mengemukakan perasaan,
kondisi, dan ungkapan-ungkapan yang berkembang ditengah masyarakat
sehingga dapat dipahami dengan gerak gerik tari yang indah.
- Fungsi sebagai tontonan
Tari sebagai tontonan ini disebut juga dengan seni pertunjukan,

pelaksanaannya disajikan khusus untuk dinikmati. Hal ini dapat diamati pada
pertunjukan tari untuk kegiatan pariwisata, untuk menyambut tamu penting

atau tamu pejabat, dan sebagai pembuka atau penutup kegiatan festival seni.

2.1.4 Kepemilikan Pusat Kebudayaan Seni Tari Aceh

Pusat kebudayaan seni tari Aceh merupakan sebuah fasilitas publik yang dikelola

dan berada dibawah pihak swasta, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan

pemakaian fasilitas dan kemudahan pengelolaan.

2.1.5 Pengguna Pusat Kebudayaan Seni Tari Aceh

a. Pengelola

Pengelola adalah pengguna yang mengurus kegiatan administrasi dan

bertanggung jawab terhadap seluruh fasilitas yang ada pada gedung tari tradisional

aceh.

b. Pelaku Tari

Penari adalah pengguna yang menggunkan fasilitas gedung sesuai fungsinya yaitu

sebagai sarana latihan dan pertunjukan, penari juga bertanggung jawab menjaga

fasilitas yang ada pada gedung tari tradisional aceh.

c. Pengunjung

Pengunjung adalah pengguna yang menikmati gedung sebagai tempat menonton


pertunjukan dan mengunjungi museum tari. Pengunjung dapat berasal dari
masyarakat local atau pun luar daerah serta mancanegara.

2.1.6 Nama-nama Tari Tradisional Aceh


Aceh memiliki banyak tari tradisional di ditiap daerah dan sukunya, berikut
adalah nama-nama tari tradisional dari berbagai daerah di Aceh :
a. Tarti Saman i. Tari Seudati
b. Tari Tarek Pukat j. Tari Rapai Geleng

c. Tari Laweut k. Tari Saman Meusekat

d. Tari Meusago l. Tari Ula-ula’Lembing

e. Tari Bines m. Tari Ranub Lampuan

f. Tari Rapai Daboh n. Tari Ratoh duek Aceh

g. Tari Cangklak o. Tari Likok Pulo

h. Tari Didong p. Tari Pho

2.1.7 Ketentuan – ketentuan Objek Rancangan

a. Untuk ketentuan-ketentuan bangunan utama ataupun bangunan pertunjukan


mengacu pada aturan sesuai peraturan Menteri pariwisata nomor 17 tahun 2015
tentang standar usaha bangunan pertunjukan seni, sebagai berikut :
- Terlampir
b. Ketentuan – ketentuan fasilitas pendukung berupa museum tari juga mengacu
pada aturan yang sudah ada sesuai peraturan pemerintah nomor 66 tahun 2015
tentang museum, sebagai berikut :
- Terlampir

2.2 Tinjauan Objek Rancangan


2.2.1 Definisi Pusat Kebudayaan
Budaya atau Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah,
memiliki bentuk jamak dari kata Buddhi (budi atau akal) dimaknai dengan hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut dengan culture yang berasal dari kata latin yaitu Colere yang memiliki makna
yaitu mengolah atau mengerjakan. Kata culture juga diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia sebagai “kultur” (sumber: id.wikipedia.org – 7 maret 2015).

Menurut Raymond Williams, pengamat dan kritikus kebudayaan (2005: 7),


“kata “kebudayaan” ( culture) merupakan salah satu dari dua atau tiga kata yang
paling kompleks penggunaannya dalam bahasa Inggris. Mengapa demikian? Sebab
kata ini sekarang sering digunakan untuk mengacu pada sejumlah konsep penting
dalam beberapa disiplin ilmu yang berbeda-beda dan dalam kerangka berpikir yang
berbeda-beda pula.

Dalam ilmu Antropologi, Koentjaraningrat (2009: 144) menjelaskan bahwa


“kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tind akan, dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya atau kebudayaan


memiliki makna berupa suatu kekayaan leluhur yang tercermin dari tingkah laku,
pengetahuan, pola pikir dan kebiasaan/kegiatan yang berpengaruh pada kehidupan
sosial masyarakat secara turun menurun. Sedangkan pusat kebudayaan dapat
disimpulkan yaitu suatu wadah atau sarana yang mengembangkan kebudayaan
tertentu. Menjadi sarana untuk mengapresiasikan budaya agar tetap melestarikan
budaya yang dimiliki untuk tetap dikenal masyarakat dan menjadi luas diberbagai
kalangan.

2.2.2 Fungsi Pusat Kebudayaan


Pusat Kebudayaan merupakan salah satu sarana yang dapat melestarikan
budaya lokal. Fungsi utama Pusata Kebudayaan adalah memberikan informasi dan
pendidikan seni budaya yang dapat memberikan dampak positif dan meningkatkan
budi pekerti baik melalui kegiatan kebudayaan. Fungsi Pusat Kebudayaan:
1. Merancang dan menyelaras kegiatan pelajar atau masyarakat umum yang
berkaitan dengan kebudayaan dan kesenian.
2. Memberikan prasarana untuk memberi peluang mengembangkan bakat dalam
aktivitas kesenian dan kebudayaan.
3. Memberikan latihan kepemimpinan dalam aktivitas yang memberi pengaruh
baik bagi antar-bangsa
4. Menggalakan eksperimen dalam karya seni yang bertujuan membina daya
kreatifitas

2.2.3 Klasifikasi Jenis Kegiatan

Dalam perancangan Pusat Kebudayaan memiliki acuan terhadap jenis


kegiatan. Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 85
Tahun 2013 Tanggal 24 Juli 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesenian
dalam pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan bidang kesenian terdapat kegiatan
yang bersifat kajian yaitu sebagai berikut:

1. Seminar

2. Sarasehan

3. Diskusi

4. Workshop

5. Penyerahan Narasumber

6. Studi Kepustakaan

7. Penggalian

8. Eksperimentasi

9. Rekonsruksi

10. Revitalisasi
11. Konservasi

12. Studi Banding

13. Inventarisasi

14. Dokumentasi

15. Pengemasan Bahan Kajian

16. Didalam pusat kebudayaan terdapat Gelar Seni. Gelar seni


adalah ajang
kegiatan kesenian dalam konteks tertentu misalnya upacara adat, sajian artistic;
hanya kepentingan estetis maupun profane; kegiatan resepsi, pertunjukan dan hiburan.
Wujud kegiatan gelar seni adalah:
1. Pergelaran
2. Pameran
3. Festival
4. Lomba

Dalam perancangan Pusat Kebudayaan memiliki acuan terhadap jenis kegiatan. Dalam
lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 85 Tahun 2013 Tanggal
24 Juli 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesenian dalam pelindungan,
pengembangan dan pemanfaatan bidang kesenian terdapat kegiatan yang bersifat kajian
yaitu sebagai berikut:
1. Seminar
2. Sarasehan
3. Diskusi
4. Workshop
5. Penyerahan Narasumber
6. Studi Kepustakaan
7. Penggalian
8. Eksperimentasi
9. Rekonsruksi
10. Revitalisasi
11. Konservasi
12. Studi Banding
13. Inventarisasi
14. Dokumentasi
15. Pengemasan Bahan Kajian

Didalam pusat kebudayaan terdapat Gelar Seni. Gelar seni adalah ajang kegiatan
kesenian dalam konteks tertentu misalnya upacara adat, sajian artistic; hanya kepentingan
estetis maupun profane; kegiatan resepsi, pertunjukan dan hiburan. Wujud kegiatan gelar
seni adalah:
1. Pergelaran
2. Pameran
3. Festival
4. Lomba
2.2.4 Klasifikasi Jenis Fasilitas

Untuk menunjang kegiatan dalam Pusat Kebudayaan pemerintah berkewajiban


untuk menyediakan minimal: tempat untuk menggelar seni pertunjukan dan untuk
pameran dan tempat memasarkan karya seni untuk mengembangkan industri budaya,
yang tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
85 Tahun 2013 Tanggal 24 Juli 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesenian dalam pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan bidang kesenian.
Berikut fasilitas yang mendukung kegiatan pusat kebudayaan adalah sebagai beriku:
A. Fasilitas Utama
1. Ruang Kelas Seminar
Merupakan fasilitas untuk berlangsungnya kegiatan yang berhubungan
dengan pendidikan atau bimbingan terhadap informasi dan sumber yang
dibutuhkan
2. Ruang Kursus
Ruangan ini bertujuan untuk menyediakan sarana dalam melakukan kegiatan
seperti kursus tari, kursus musik dan lain-lain.
3. Perpustakaan
Ruangan ini dikhususkan untuk mengumpulkan data literature yang
bermanfaat bagi pengunjung.
4. IT Room
Dengan kemajuan teknologi maka ruangan IT ini bertujuan untuk menunjang
mencari sumber informasi yang dibutuhkan.
5. Teater
Ruang teater dikhususkan untuk pelaku seni dan kegiatan seni
lainnya melakukan pertunjukan baik dalam teatrikal atau musical.
6. Galeri
Galeri terbagi 2 area yaitu Temporary Gallery; merupakan galeri yang hanya
digunakan dalam jangka waktu sementara. Permanent Gallery; merupakan
galeri yang digunakan tanpa ada batasan. Memamerkan warisan cagar budaya
yang perlu untuk dipertahankan dari masa ke masa.

B. Fasilitas Pendukung
1. Gift Shop
Fasilitas ini dikhususkan untuk pengunjung dapat membeli cinderamata.
2. Kafetaria
Kafetria merupakan salah satu faslitas yang dapat memanjakan
pengunjung dengan makanan khas sesuai kebudayaan pada Pusat
Kebudayaan.
3. Penitipan Barang
Fasilitas penitipan barang/loker bertujuan untuk mengantisipasi apabila
terdapat kegiatan yang membutuhkan pengamanan lebih.

2.3 Tinjauan Tema Perancangan


Dalam perancangan pusat kebudayaan seni tari aceh sebagai pusat pengembangan
dan pelestarian kebudayaan aceh khususnya bidang seni tari sehingga bangunan yang
dirancang harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan pengguna utama dari
bangunan.
Pemilihan tema movement dilatar belakangi oleh karakteristik dari seni tari itu
sendiri yaitu pergerakan maka dari itu dengan metode metafora arsitektur diharapkan
rancangan ini dapat merepresentasikan kesan keindahan tari dan karakteristik yang
dinamis.

2.3.1 Pengertian tema


Menurut Arsitotle, Metafora adalah memberi nama pada sesuatu yang menjadi
milik sesuatu yang lain; pemindahan dari genus menjadi spesies, atau dari spesies
menjadi genus, atau dari spesies menjadi spesies atau pada dasar analogi. Aristotle juga
mengatakan, ”Metafora memberi gaya, kejernihan, daya tarik dan berbeda dari yang lain:
dan ini bukanlah hal yang penggunaannya bisa diajarkan oleh satu orang ke orang yang
lain” (Abel,1997).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia metafora merupakan pemakaian kata atau
kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang
berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya tulang punggung dalam kalimat
remaja adalah tulang punggung negara. (http://kbbi.web.id/metafora diakses pada tanggal
22 November 2016).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Movement merupakan perbuatan atau
keadaan bergerak (air, laut, mesin); pergerakan, usaha, atau kegiatan dalam lapangan
sosial politik dan sebagainya.
Dari definisi yang dipaparkan diatas maka bisa disimpulkan bahwa metafora
adalah pendefinisian suatu dengan sesuatu yang lain atau bisa juga dikatakan sebagai
bentuk perumpamaan yang diidentifikasi dari bentuk Arsitektur bangunan dengan
pengandaian yang bersifat abstrak sehinnga menghasilkan interpretasi yang berbeda saat
pertama kali melihat bangunan.

2.3.2 Metafora
Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam “Introduction of
Architecture” Metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari
hubungan-hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi
yang melihat secara literal.
Kata "metafora" muncul di Post Arsitektur modern - bentuk protes kepada
arsitektur modernis. Dalam bukunya, The Language of Architecture Charles Jencks
menulis bahwa arsitektur itu sendiri dapat dibaca sebagai bahasa. Sebagai bahasa visual,
arsitektur memiliki struktur gramatikal sendiri untuk menyatakan pikiran. Dan metafora
yang menjadi salah satu alat yang paling kuat Post Modern Architecture, untuk kritikus
negara dan parodi dari era modern. Ini sangat menyatakan kegagalan arsitektur modern
dan membuat lelucon tentang kematian era modern.
Menurut Charles Jenks, dalam ”The Language of Post Modern Architecture”
Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek
dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu
yang lain karena adanya kemiripan.
Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in Architecture”
Transforming : figure of speech in which a name of description term is transferred to
some object different from. Dan juga menurutnya pada metafora pada arsitektur adalah
merupakan salah satu metod kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang.
Melalui metafora, terutama ketika dia dicapai dengan teknik penggantian konsep,
seseorang bisa mengaplikasikan pengetahuan dan interpretasi yang telah dimengerti
untuk kasus nama pengganti dalam satu pekerjaan seseorang (Antoniades, 1992). Yang
melihat dan menilai serta menikmati suatu karya arsitektur adalah pengguna, pengamat,
dan pengkritisi. Merekalah yang dapat mengukur sejauh mana tema metafora diterapkan
ke dalam bangunan dan apakah metafora yang dimaksud oleh perancang sama dengan
metafora yang dilihat oleh pengguna. Metafora yang baik adalah yang tidak bisa
ditemukan oleh pengguna atau kritikus. Dalam hal ini metafora merupakan ‘rahasia kecil’
perancang (Antoniades, 1992). Bagaimana cara dari pengamat menginterpretasikan
metafora yang terdapat dalam bangunan tidak disamaratakan, dan memungkinkan bagi
pengamat untuk memiliki persepsi berbeda terhadap bangunan.
Suatu karya arsitektur yang dirancang dengan menggunakan pendekatan tema
metafora memiliki ciri tersendiri yang tidak dimiliki oleh tema yang lain. Karya ini akan
lebih mendalam maknanya bila yang digunakan sebagai pendekatan adalah kategori
combine metaphor, karena kategori ini memungkinkan seorang arsitek untuk
menciptakan arsitektur yang memiliki sifat-sifat yang lebih mendalam terhadap sesuatu
yang diumpamakan, sehingga arsitektur tersebut memiliki makna yang lebih dalam pula.

Beberapa kelebihan dalam menggunakan arsitektur metafora, antara lain :


1. Penggalian bentuk – bentuk arsitektur yang lebih baik, yang tidak hanya
terbatas pada plantonis, fungsialis, dan sebagainya.
2. Memberi peluang untuk melihat suatu karya dalam sudut pandang lain.
3. Membawa pikiran seseorang ke suatu hal yang belum diketahui.
4. Memberi nilai tambah untuk bangunan yang dimetaforakan

Gambar 3.1 Bangunan Dengan Arsitektur Metafora


Sumber : www.google.com

Arsitektur Metafora terbagi menjadi tiga kategori metafora yaitu


1. Intangible metaphor, kreasi metafora berangkat dari konsep, ide, kondisi manusia,
atau kualitas tertentu (individualitas, kealamiahan, komunitas, tradisi, budaya)
Gambar 3.2 Bangunan Dengan Arsitektur Metafora intangible
Sumber : www.google.com

2. Tangible methaphor, metafora berangkat dari visual atau karakter material (rumah
sebagai istana, atap kuil sebagai langit)

Gambar 3.3 Bangunan Dengan Arsitektur Metafora tangible


Sumber : www.google.com
3. Combine metaphor, dimana konseptual dan visual saling menindih sebagai titik
keberangkatan desain. (Antoniades, 1992).

Gambar 3.4 Bangunan Dengan Arsitektur Combine Metaphor


Sumber : www.google.com

Intangible metaphor, dalam penerapannya pada desain arsitektur, adalah lebih


menggunakan sifat-sifat non fisik daripada sifat fisik yang tampak pada suatu hal untuk
diterapkan pada bangunan. Sebagai contoh: bila seorang perancang ingin merancang
bangunan Music Center dengan menggunakan kategori intangible metaphor, maka dia
bisa menampilkan konsep dari unsur-unsur musik yang non fisik ke dalam bangunannya,
seperti nada, tempo, ketukan, dan konsep-konsep musik lainnya. Hal ini tentulah tidak
mudah karena musik dan arsitektur merupakan dua jenis seni yang sangat berbeda, di
mana musik merupakan unsur bunyi atau suara, sedangkan arsitektur lebih kepada visual.
Hal inilah yang menyebabkan intangible metaphor sulit untuk diraba, terlebih lagi untuk
diterapkan.
Sedangkan tangible metaphor lebih mudah untuk diraba, karena lebih bersifat
fisik, yaitu sebuah arsitektur menampilkan sifat fisik dari sesuatu yang lain.
Combine metaphor merupakan gabungan antara intangible methaphor dan
tangible methaphor. Jadi dalam merancang menggunakan Combine methaphor hanya
menampilkan sifat-sifat fisik dari subyek yang lain, tapi juga sifat non fisiknya. Kategori
ini merupakan kategori yang paling sulit untuk diterapkan.
17

Anda mungkin juga menyukai