BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(food intoxication) dapat terjadi karena makanan tercemar oleh toksin. Keracunan
makanan yang biasa terjadi disebabkan oleh makanana mengandung eksotoksin
yang dihasilkan oleh Klostridium botulinum atau enterotoksin yang dihasilkan,
antara lain oleh Stafilokoki.
Eksotoksin adalah toksin yang diproduksi dan dikeluarkan oleh
mikroorganisme yang masih hidup, sedangkan enterotoksin adalah toksin yang
spesifik bagi lapisan lender usus, seperti tahan terhadap enzim tripsin dan juga
stbil terhadap panas (Sartono, 1999).
Salah satu jenis mikroba yang sering mencemari makanan diantaranya
adalah Bacillus cerus karena terdapat dalam lingkungan umum sehingga sangat
mudah mencemari makanan. Keracunan makanan, menjadi catatan tersendiri
dalam masalah kesehatan di tanah air sepanjang tahun 2004. Jumlah kasusnya
terbilang banyak dan massal, menimpa berbagai kalangan.
Keracunan makanan karena Bacillus cereus mempunyai dua bentuk
berbeda, jenis muntah yang berkaitan dengan nasi yang terkontaminasi, dan jenis
diare yang berkaitan dengan daging dan saus. Bacillus cereus menghasilkan
beberapa enterotoksin, penyebab diare yang lebih bersifat keracunan daripada
infeksi lewat makanan. Bacillus cereus adalah organisme tanah yang sering
mengkontaminasi nasi. Bila sejumlah besar nasi dimasak dan dibiarkan dingin
perlahan-lahan, spora Bacillus cereus bertunas dan sel vegetatif menghasilkan
toksin selama fase-log pertumbuhan atau selama sporulasi (JAWETZ/BLM TAU)
Pada kasus yang serius, keracunan makanan bisa menyebabkan kematian
(Scott, 2006).
Bacillus cereus merupakan bakteri patogen penyebab keracunan makanan,
diare, infeksi mata, dan meningitis (Jawetz et al, 2007). Bacillus cereus pada
umumnya diproduksi atau terbentuk sebelum Bacillus cereus dalam bahan pangan
mencapai jumlah sebanyak 107 sel/ml (Granum et al., 1993). (Aas et al., 1992)
menyatakan bahwa mengkonsumsi makanan yang mengandung Bacillus cereus
sebanyak > 104 sel/gram atau spora Bacillus cereus, menjadi sumber utama
keracunan makanan di Norwegia.
3
Bawang putih (Allium sativum Linn) merupakan tanaman obat yang dapat
digunakan sebagai obat batuk, pembersih darah, pembunuh serangga, dermatitis
seboroik, obat jerawat, dan bisul serta penyakit lain (POM, 1985; Syamsiah dan
Tajudin, 2004). Kandungan kimia dan sifat kimiawi bawang putih, mengandung
minyak atsiri bersifat antibakteri dan antiseptik, mengandung aliin, alisin, enzim
alinase, skordinin, antioksin, geranium, Vit A, B, dan C, juga senyawa Selenium
(Santoso, 1998).
B. Rumusan Masalah
4
1. Apakah ekstrak air bawang putih (Allium sativum Linn) mampu menghambat
pertumbuhan Bacillus cereus?
2. Pada konsentrasi berapakah ekstrak air bawang putih (Allium sativum Linn)
yang paling berpotensi dalam menghambat pertumbuhan Bacillus cereus?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kemampuan ekstrak air bawang putih (Allium sativum Linn) dapat
menghambat pertumbuhan Bacillus cereus.
2. Mengetahui konsentrasi ekstrak air bawang putih (Allium sativum Linn) yang
paling berpotensi dalam menghambat pertumbuhan Bacillus cereus.
D. Manfaat Penelitian
Anonim, 2009. 1001 Khasiat Bawang Putih.OTC Digest Edisi 35 Tahun III.