Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

LATAR BELAKANG

Perguruan tinggi memiliki peran yang penting sebagai salah satu tempat pendidikan formal
yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mempersiapkan mahasiswa sesuai dengan
sistem pendidikan nasional. Baik buruknya mutu pendidikan di perguruan tinggi dapat ditinjau
dari input, proses, dan output yang dihasilkan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang
harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu proses. Proses merupakan
rangkaian kegiatan yang membuat sesuatu berubah menjadi sesuatu yang lain, dalam hal ini
yaitu mengubah input menjadi output. Output merupakan hasil dari input yang telah melalui
rangkaian proses terlebih dahulu. Salah satu output pendidikan dalam perguruan tinggi adalah
prestasi akademik yang dihasilkannya. Semakin tinggi tingkat kesiapan input dan semakin
efektif rangkaian proses pendidikan maka output yang dihasilkan perguruan tinggi tersebut
semakin baik. Fenomena kualitas belajar di perguruan tinggi seringkali dipertanyakan dalam
hal mencetak tenaga profesional yang mampu bersaing dalam dunia kerja, salah satunya adalah
lulusan di bidang akuntansi. Hasil studi yang dilakukan oleh International Academic Institute
for Science and Technology menyatakan bahwa Indonesia membutuhkan lebih dari 200.000
akuntan profesional, namun kenyataannya saat ini hanya ada sekitar 10.000 akuntan
profesional (wartaekonomi.co.id). Hal tersebut sekaligus membuat Indonesia menjadi negara
dengan jumlah akuntan profesional dengan proporsi terkecil di wilayah Asia Tenggara. Ini
menjadi sebuah ironi karena mahasiswa yang menempuh pendidikan akuntansi bisa terbilang
sangat banyak di Indonesia. Pencapaian prestasi akademik dapat dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal (Slameto, 2010:54). Salah satu faktor internal yang berkaitan
dengan prestasi akademik adalah kecerdasan emosional. Konsep kecerdasan emosional terdiri
dari mengidentifikasi, menerapkan, memahami dan berurusan dengan emosi. Kecerdasan
emosional juga penting untuk memiliki komunikasi dan keterampilan interpersonal yang lebih
baik (Unnikrishnan et al., 2015). Mohzan, Hassan, & Halil (2013) berpendapat bahwa jika
seseorang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi maka hal tersebut dapat memberikan
keuntungan tambahan bagi individu itu sendiri, baik dalam mengejar pendidikan ataupun
pengembangan karir. Selain faktor internal berupa kecerdasan emosional, prestasi akademik
mahasiswa juga bergantung pada faktor eksternal seperti fasilitas belajar dan kompetensi
dosen. Keberadaan fasilitas belajar ini sangat berpengaruh dalam menunjang kegiatan
pembelajaran. Lengkapnya fasilitas belajar yang tersedia dapat memengaruhi proses belajar
mahasiswa untuk mencapai prestasi akademik yang lebih baik. Hal serupa juga tertuang dalam
penelitian Putro, Sunarto, & Sudarno (2017) yang menyatakan bahwa kelengkapan fasilitas
belajar dapat membantu dalam belajar serta kurang lengkapnya alat-alat atau fasilitas
pembelajaran dapat menghambat kemajuan belajar. Faktor eksternal lain yang berkaitan
dengan prestasi akademik mahasiswa akuntansi adalah kompetensi dosen. Berdasarkan
undang-undang No 14 tahun 2005 pasal 69 ayat 2 “Kompetensi dosen meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.” Dosen
yang berkompeten sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan untuk memaksimalkan prestasi
akademik yang nantinya dicapai oleh mahasiswa, maka dari itu setiap perguruan tinggi telah
melakukan upaya untuk menghasilkan dosen yang berkompeten dengan cara melakukan
seleksi dan menaikkan standar pendidikan dosen yaitu minimal harus berpendidikan strata-2.
Mengacu pada latar belakang yang telah dipaparkan maka judul untuk penelitian ini adalah
“Pengaruh Kecerdasan Emosional, Fasilitas Belajar Dan Kompetensi Dosen Terhadap Prestasi
Akademik Mahasiswa Akuntansi”.
RUMUSAN, TUJUAN, MANFAAT DAN SISTEMATIKA LIHAT DI PPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
TEORI KOGNITIF SOSIAL
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) merupakan penamaan baru dari teori belajar
sosial (social learning theory) yang dikembangkan oleh Albert Bandura pada tahun 1986.
Konsep utama dari teori kognitif sosial adalah pengertian tentang observational learning atau
proses belajar dengan mengamati. Bandura (1999) menyatakan bahwa diri seorang manusia
pada dasarnya adalah suatu sistem yang disebut sistem diri (self system). Sebagai suatu sistem
bermakna bahwa perilaku, berbagai faktor pada diri seseorang, dan peristiwa-peristiwa yang
terjadi dalam lingkungan orang tersebut, secara bersama-sama saling bertindak sebagai
penentu atau penyebab yang satu terhadap yang lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
antara behavioral, environment, dan perception sangatlah memberikan andil dalam proses
pembelajaran sosial.

SISANYA DISEBUTKAN SAJA


KERANGKA KONSEPTUAL DILIHAT DI PPT
HIPOTESIS
Berdasarkan kaitannya dengan teori, hasil penelitian terdahulu dan logika berpikir maka
hipotesis yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:

BAB III
DESAIN, LOKASI DAN OBYEK PENELITIAN LIHAT DI PPT
IDENTIFIKASI VAR LIHAT PPT
DEFINISI OPERASIONAL VAR
Indikator yang dipakai untuk mengukur variabel prestasi akademik mahasiswa akuntansi
adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai interaksi aktif antara subyek belajar
dengan obyek belajar selama berlangsungnya proses belajar mengajar untuk mencapai hasil
belajar (Sunarsi, 2017). Indikator tersebut disajikan dalam bentuk 8 pernyataan pada kuesioner
yang diadopsi dari penelitian Sunarsi (2017). Peneliti menggunakan lima dimensi atau
komponen kecerdasan emosional yang dicetuskan Goleman sebagai indikator untuk mengukur
variabel kecerdasan emosional, yaitu:
a) Pengenalan diri (self awareness)
b) Pengendalian diri (self regulation)
c) Motivasi (motivation)
d) Empati (emphaty)
e) Keterampilan sosial (social skills)
Indikator tersebut disajikan dalam bentuk 21 pernyataan pada kuesioner yang diadopsi dari
penelitian Risdharyanti (2016) yang telah dimodifikasi. Indikator yang peneliti gunakan untuk
mengukur variabel fasilitas belajar adalah indikator sarana dan prasarana belajar. Indikator
tersebut disajikan dalam bentuk 13 pernyataan pada kuesioner yang diadopsi dari penelitian
Ambarita (2016) yang telah dimodifikasi. Indikator yang peneliti gunakan untuk mengukur
variabel kompetensi dosen adalah:
a) Kompetensi pedagogik
b) Kompetensi kepribadian
c) Kompetensi sosial
d) Kompetensi profesional
Indikator tersebut disajikan dalam bentuk 20 pernyataan pada kuesioner yang diadopsi dari
penelitian Basuki (2009)
SISANYA LIHAT DI PPT
BAB IV
GAMBARAN UMUM DISEBUTKAN SAJA
DESKRIPSI RESPONDEN
Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner dengan cara memberikan
pernyataan kuesioner secara online dengan menggunakan google formulir kepada mahasiswa
S1 akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana di Bali. Penyebaran kuesioner
secara online ini dimulai pada 28 Agustus 2019 dengan menargetkan 77 responden. Target
kuesioner yang harus dijawab oleh 77 responden baru tercapai pada tanggal 10 September
2019.
KARAKTERISTIK, UJI VALID DAN UJI RELIABEL LIHAT DI PPT
STATISTIK DESKRIPTIF
Hasil statistik deskriptif dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kecerdasan emosional (X1) memiliki nilai minimum sebesar 59, nilai maksimum
sebesar 84 dan nilai rata-rata sebesar 67,5974 dengan standar deviasi sebesar 6,39338.
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang dihasilkan dari 77 responden sebesar
67,5974 dengan standar penyimpangan data terhadap nilai rata-ratanya adalah
6,39338.
2) Fasilitas belajar (X2) memiliki nilai minimum sebesar 37, nilai maksimum sebesar 52
dan nilai rata-rata sebesar 42,1429 dengan standar deviasi sebesar 3,86521. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang dihasilkan dari 77 responden sebesar 42,1429
dengan standar penyimpangan data terhadap nilai rata-ratanya adalah 3,86521.
3) Kompetensi dosen (X3) memiliki nilai minimum sebesar 60, nilai maksimum sebesar
80 dan nilai rata-rata sebesar 64,8312 dengan standar deviasi sebesar 6,60224. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang dihasilkan dari 77 responden sebesar 64,8312
dengan standar penyimpangan data terhadap nilai rata-ratanya adalah 6,60224.
4) Prestasi Akademik Mahasiswa Akuntansi (Y) memiliki nilai minimum sebesar 23,
nilai maksimum sebesar 32 dan nilai rata-rata sebesar 25,8182 dengan standar deviasi
sebesar 2,56355. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang dihasilkan dari 77
responden sebesar 64,8312 dengan standar penyimpangan data terhadap nilai rata-
ratanya adalah 6,60224.
UJI ASUMSI KLASIK
Berdasarkan uji normalitas terlihat bahwa nilai signifikansi yang didapat adalah sebesar
0,090. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov lebih dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tersebut berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas dapat dilihat bahwa nilai tolerance dan VIF dari
seluruh variabel bebas penelitian yaitu kecerdasan emosional, fasilitas belajar dan kompetensi
dosen menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk setiap variabel lebih besar dari 10% dan nilai
VIF lebih kecil dari 10 yang berarti model persamaan regresi bebas dari multikolinieritas.
Pada hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi dari kecerdasan
emosional sebesar 0,382, fasilitas belajar sebesar 0,310, dan kompetensi dosen sebesar 0,224.
Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas
terhadap absolute residual. Dengan demikian, model yang dibuat tidak mengandung gejala
heteroskedastisitas.

UJI REGRESI LINEAR BERGANDA


Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, maka dapat dibuat persamaan regresi
sebagai berikut:

Y= 0,288 + 0,081 X1 + 0,263 X2 + 0,138 X3

Nilai konstanta (α) sebesar 0,288 memiliki arti jika variabel kecerdasan emosional,
fasilitas belajar dan kompetensi dosen dinyatakan konstan pada angka 0, maka prestasi
akademik mahasiswa akuntansi cenderung positif. Koefisien regresi β1 untuk variabel
kecerdasan emosional sebesar 0,081 memiliki arti jika variabel kecerdasan emosional
meningkat maka akan menyebabkan peningkatan pada prestasi akademik mahasiswa
akuntansi, dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan. Koefisien regresi β2
untuk variabel fasilitas belajar sebesar 0,263 memiliki arti jika variabel fasilitas belajar
meningkat maka akan menyebabkan peningkatan pada prestasi akademik mahasiswa
akuntansi, dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan. Koefisien regresi β3
untuk variabel kompetensi dosen sebesar 0,138 memiliki arti jika variabel kompetensi dosen
meningkat maka akan menyebabkan peningkatan pada prestasi akademik mahasiswa
akuntansi, dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan.

UJI F DLL LIAT DI PPT

PEMBAHASAN
KEC EMOSIONAL
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi akademik mahasiswa akuntansi.
Pengujian hipotesis pertama menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar 0,081 menunjukkan
bahwa setiap kenaikan kecerdasan emosional sebesar 1 satuan akan menaikkan prestasi
akademik mahasiswa akuntansi sebesar 0,081 satuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap prestasi akademik mahasiswa akuntansi.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Costa & Faria (2015),
Andiri et al., (2017), dan Akbarilakeh et al., (2018) yang membuktikan bahwa kecerdasan
emosional berpengaruh positif terhadap prestasi akademik. Selain itu, hasil penelitian ini
didukung oleh teori kognitif sosial yang menyatakan bahwa manusia cukup fleksibel dan
mampu mempelajari berbagai sikap, kemampuan, dan perilaku, serta cukup banyak dari
pembelajaran tersebut yang merupakan hasil dari pengalaman tidak langsung. Kemampuan
manusia dalam mempelajari sikap atau perilaku berdasarkan metode observasi memerlukan
kecerdasan emosional yang dominan. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan
merasakan, memahami secara efektif, dalam penerapan daya dan kepekaan emosi sebagai
sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Kemampuan tersebut dapat
menjadi dasar bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas prestasi akademiknya dengan cara
lebih mengenal siapa dirinya, dapat memotivasi diri sendiri, lebih dapat mengendalikan diri,
lebih terampil dalam bersosialisasi, dan lebih berempati pada lingkungan sekitarnya.

FAS BEL
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis kedua yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
fasilitas belajar terhadap prestasi akademik mahasiswa akuntansi. Pengujian hipotesis kedua
menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar 0,263 menunjukkan bahwa setiap kenaikan
fasilitas belajar sebesar 1 satuan akan menaikkan prestasi akademik mahasiswa akuntansi
sebesar 0,263 satuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa fasilitas belajar berpengaruh positif
terhadap prestasi akademik mahasiswa akuntansi. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Uline & Tschannen-Moran (2008), Akomolafe & Adesua
(2016), serta Weerasinghe & Fernando (2018) yang membuktikan bahwa fasilitas belajar
berpengaruh positif terhadap prestasi akademik. Selain itu, hasil penelitian ini juga didukung
oleh teori kognitif sosial yang menyatakan bahwa proses pembelajaran sosial cenderung
terjadi akibat aksi reaksi dari individu, lingkungan, dan persepsi. Pemanfaatan fasilitas
belajar yang nantinya akan memengaruhi prestasi yang dihasilkan adalah salah satu contoh
proses pembelajaran sosial yang didasari dari aksi reaksi antaran individu dengan
lingkungannya.

KOM DOS
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
kompetensi dosen terhadap prestasi akademik mahasiswa akuntansi. Pengujian hipotesis ketiga
menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar 0,138 menunjukkan bahwa setiap kenaikan
kompetensi dosen sebesar 1 satuan akan menaikkan prestasi akademik mahasiswa akuntansi
sebesar 0,138 satuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi dosen berpengaruh positif
terhadap prestasi akademik mahasiswa akuntansi. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mediawati (2010), Long et al., (2014) dan Hakim (2015) yang
membuktikan bahwa kompetensi dosen berpengaruh positif terhadap prestasi akademik. Selain
itu, hasil penelitian ini juga didukung oleh teori kognitif sosial yang menyatakan bahwa setiap
individu cenderung belajar dengan cara mengobservasi atau mengamati. Kemampuan belajar
dengan cara mengobservasi memungkinkan subyek untuk memahami dan mengingat apa yang
dilihat, melakukan identifikasi dan meniru perilaku. Mahasiswa cenderung mengamati atau
mengobservasi perilaku dan metode pembelajaran yang diberikan dosen, sehingga apabila
dosen memiliki kompetensi yang baik maka hal tersebut dapat berdampak pada prestasi
akademik yang dihasilkan mahasiswa. SISANYA LIHAT DI PPT

Anda mungkin juga menyukai