Anda di halaman 1dari 3

Pengantar Offshore Pipeline Enginering

Kita tahu bahwa dalam dunia Engineering, ada disiplin Piping Engineering dan ada pula
disiplin Pipeline Engineering. Dua-duanya mempunyai karakteristik yang berbeda dan
hampir disemua perusahaan EPC dan Oil Company memisahkan antara kedua disiplin
tersebut kedalam department yang berbeda.

Engineer yang bekerja di kedua disiplin tersebut juga mempunyai profesi yang berbeda, yaitu
Piping Engineer dan Pipeline Engineer.

Adalah jarang sorang Piping Engineer juga Pipeline Engineer, walau bukannya tidak bisa.
Bisa sekali malah. Dan jika anda bisa kedua-duanya dan kemudian mempunyai pengalaman
kerja di kedua aspek tersebut, niscaya skill anda akan jadi sangat bermanfaat, ibarat
mempunyai senjata rahasia atau pisau bermata dua.

Apa sih syaratnya untuk menjadi Piping Engineer mungkin kita sudah pernah bahas
sebelumnya. Lalu:

Apa sih syaratnya atau apa sih hal-hal yang perlu diketahui untuk bisa menjadi seorang
Pipeline Engineer?

Pipeline Engineer terbagi dua bagian, yaitu:

1. Offshore Pipeline Engineering


2. Onshore Pipeline Engineering

Sekarang, mungkin kita bisa mulai dengan Offshore Pipeline Engineering.

———————— &&&&&&&&& ——————————————————————

Sebagaimana namanya, maka Offshore Pipeline Engineering adalah suatu sistim pemipaan
yang berlokasi di Offshore, dan lebih tepatnya lagi berlokasi dibawah laut, diatas seabed.
Seperti halnya di Onshore Piping System, maka di Offshore Pipeline juga dikenal dengan
Flowline yang terdapat didasar laut yang menghubungkan sumur-sumur minyak ataupun gas
untuk kemudian dialirkan ke permukaan laut menuju Platform.

Dari Platform, biasanya akanada pipa lain yang akan mengalirkan hasil produknya ke
daratan, melalui jaringan pipa bawah laut, yang kadang disebut juga dengan Offshore Trunk
Line.

Code and Specifications:

1. API RP 1111: Design, Construction, Operation and Maintenance of Offshore


Hydrocarbon Pipelines
2. ASME B31.8: Gas Transmission and Distribustion Piping Systems
3. ASME B31.4: Liquid Transportation Systems for Hydrocarbons, Liquid Petroleum
Gas, Anhydrous Ammonia, and Alcohols
4. DNV 1981: Rules For Submarine Pipeline Systems
5. DNV RP E-305: On-Bottom Stability Design of Submarine Pipelines
6. DNV Guidelines 14: Free Spanning Pipelines
7. DNV RP-F103: Cathodic Protection of Submarine Pipeline by Galvanic Anodes
8. dan lain sebagainya:

Pipeline Design

Didalam melakukan perhitungan Design dari pipeline system, maka hal-hal berikut ini perlu
dilakukan analisa:

1. Pipeline Sizing
2. Pipeline Route Selection
3. Pipeline Wall Thickness Design
4. Pipeline Internal and External Corrosion Coating Design
5. Pipeline Crossing Design
6. Pipeline Trenches for buried pipeline section
7. Cathodic Protection design for pipelines
8. Installation and Tie-in method
9. Pipelien Stability under installation, testing and operational conditions (concrete
weight coating)
10. Pipeline Mechanical design including stresses and expansion
11. Pipeline Spanning
12. Upheaval and Lateral Buckling
13. Pipeline Shore approach design
14. Pipeline expansion spool flexibility analysis

Didalam melakukan design, perlu juga dilakukan assessment terhadap pengaruh dari
lingkungan (environtment analysis) terhadap pipeline system, dengan menggunakan beberapa
scenario seperti Flooded Scenario, Hydrostatic test scenarion dan Operational Scenario.

Disamping itu, ketika melakukan pipeline routing, maka sangat diperlukan untuk memilih
lokasi pipeline yang aman dan terhindar dari benturan dengan existing structures, platform,
dirlling rig, daerah anchor kapa laut, dan juga tak kalah penting memperhatikan contur dan
feature dari permukaan dasar laut atau seabed.
Dalam hal menentukan diameter dari pipeline, maka harus dilakukan berdasarkan Hydraulic
and Thermal analysis.

Ketebalan pipa (wall thickness) dipilih berdasarkan Internal Design Pressure, dan kemudian
harus dicheck terhadap collaps, buckling initiation dan buckling propagation akibat tekanan
dan gaya luar. Terkahir, pipeline wall thickness mesti di check juga terhadap stress pada saat
installasi.

Colaps and Buckling Analysis harus dilakukan pada kondisi installasi dan operasi dengan
mengunakan “worst case load conditions”, dengan juga memperhatikan dan menggunakan
worst case dari kedalaman laut termasuk ketinggian gelombang pada permukaan.

Setelah itu, perlu dihitung Spanning Analysis untuk mengetahui kondisi aman pipeline
terbentang tanpa support (allowable free span lengths) sekaligus mengetahui keamanan
pipeline dalam keadaan diberi beban kombinasi.

Kriteria yang digunakan:

 Static Span stress criteria


 Vortex shedding criteria
 Euler Buckling criteria

Pipeline yang terletak dan terbaring diatas permukaan dasar laut haruslah diperiksa
kestabilannya mengingat kondisi dibawah laut adalah bervariasi, terutama akibat aliran arus
bawah laut, baik ayng vertikal maupun horizontal.

Analysa ini disebut juga dengan On-Bottom Stability Analysis.

Mengingat kondisi air laut, maka Pipeline perlu dilindungi dari perbagai gangguan lur dengan
menggunakan kombinasi antara Coatings dan Cathodic Protection.

Pada saat pipeline mulai mendekati pantai (shore approach), maka perlu juga didisain metode
yang akan digunakan, yang umumnyabisa berbentuk trenching dan backfilling disepanjang
pantai.

Terkahir, pada bagian ujung pipeline yang muncul di daratan,maka perlu dilakukan
perhitungan longitudinal expansion of pipeline pada saat operasi dan hydrostatic test. Ini
disebut Pipeline End Expansion Analysis.

Anda mungkin juga menyukai