Anda di halaman 1dari 4

1.

STERILISASI
Menurut Darmadi (2008) Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan suatu proses
dengan metode tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang
tidak dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi cukup
banyak, namun alternative yang dipilih sangat bergantung pada keadaan serta kebutuhan
setempat. Apapun pilihan metodenya, hendaknya tetap menjaga kualitas hasil sterilisasi.
Kualitas hasil sterilisasi peralatan medis perlu dijaga terus , mengingat risiko kontaminasi
kembali saat penyimpanan dan terutama pada saat akan digunakan dalam tindakan medis.
Banyak metode sterilisasi sebagai pilihan, namun alternatif pilihan didasari kriteria-
kriteria sebagai berikut:
a. cukup mudah pengoprasiannya/ teknis pelaksanaannya, namun tetap efektif
b. waktu pemaparannya relative pendek
c. tidak mempengaruhi/ merusak peralatan medis atau material lainnya
d. biaya murah , baik saat investasi maupun pemeliharaannya
e. cukup aman bagi petugas pelaksana
Beberapa metode sterilisasi:
1) Metode uap panas bertekanan tinggi
a. Prinsip dasar
Uap panas pada suhu, tekanan, dan waktu pemaparan tertentu mampu membunuh
mikroba pathogen dengan cara denaturasi protein dari enzim dan membrane sel.
b. Teknis pelaksanaan
Alat yang digunakan adalah sebuah bejana tertutup yang dilengkapi dengan
manometer, thermometer , thermostat dan pengatur tekanan. Dengan demikian suhu
dan tekanan uap panas dapat diatur. Sterilisator metode uap panas bertekanan tinggi
ini disebut Autoclave, dengan urutan kerja sebagai berikut:
a) Peralatan medis seperti instrument, sarung tangan, dan linen dimasukkan dalam
kamar (chamber) dan diletakkan di atas rak rak yang tersedia.
b) Uap panas yang berasal dari pemanasan air dialirkan ke dalam kamar (chamber)
sehingga mendesak udara yang ada didalam kamar. Pemanasan air dilanjutkan ,
sehingga suhu uap air mencapai 121 c karena adanya kenaikan tekanan.
c) Pada saat suhu efektif ini tercapai, hitungan waktu dimulai yaitu 20 menit untuk
peralatan medis yang tidak terbungkus dan 30 menit untuk peralatan medis
terbungkus
d) Bila durasi/waktu untuk sterilisasi telah berakhir, katup pengatur tekanan dibuka
sehingga tekanan uap akan turun dan selanjutnya akan diikuti dengan penurunan
suhu.
Metode sterilisasi uap panas bertekanan tinggi ini adalah metode yang banyak
digunakan, aman , cukup efektif serta mudah pengoperasiannya. Ada tiga jenis
autoclave yang secara teknis sama. Perbedaannya terletak pada durasi/ waktu
sterilisasi. Autoclave dimaksud adalah:
a) Autoclave kilat ( Quick Autoclave)
b) Autoclave gaya berat ( Gravity Displacement Autoclave)
c) Autoclave prevacum
2) Metode panas kering
a. Prinsip dasar
Melalui mekanisme konduksi, panas akan diabsorspsi oleh permukaan luar dari
perlatan yang disterilkan. Lalu merambat ke bagian yang lebih dalam dari peralatan
tersebut samapai suhu untuk sterilisasi tercapai sacara merata. Mikroba terbunuh
dengan cara oksidasi, dimana protein mikroba akan mengalami koagulasi.
b. Teknis pelaksanaan
Sterilisasi ini menggunakan udara panas pada sebuah alat yang disebut oven, sebuah
bejana yang udara didalamnya harus dipanaskan dengan cara sebagai berikut:
a) pemanasan udara dalam oven dengan memanfaatkan gas atau listrik, suhunya
dapat mencapai 160o- 180o C
b) durasi/ waktu untuk proses sterilisasi 1-2 jam, lebih lama daripada
menggunakan autoclave karena daya penetrasinya tidak sebaik uap panas.
c) Digunakan untuk sterilisasi dari gelas seperti tabung reaksi, labu, cawan petri,
dan sebagainya.
Jenis sterilisasi ini masih banyak digunakan di rumah sakit. Operasionalnya mudah,
namun memerlukan energy yang lebih besar.

3) Metode gas kimia


a. Sterilisasi dengan etilen oksida
Prinsip dasar etilen oksida membunuh mikroba melalui reaksi kimia, yaitu reaksi
alkilasi. Pada reaksi ini terjadi penggantian gugus atom hydrogen pada sel mikroba
dengan gugus alkil, sehingga metabolism dan reproduksi sel terganggu. Proses
sterilisasi ini menggunakan autoclave khusus pada suhu yang lebih rendah (36o-60o C )
serta konsentrasi gas tidak kurang dari 400 mg/liter, dengan proses sebagai berikut:
a) Setelah peralatan medis dimasukkan , gas etilen oksida dipompakan ke dalam
kamar (chamber) selama 20-30 menit pada kelembapan 50-75%.
b) Selesai waktu pemaparan dengan gas etilen oksida, diikuti oleh tahap aerasi/
pertukaran udara, yaitu proses membuang gas etilen oksida pada sterilisator
maupun pada peralatan medis. Cara sterilisasi ini dapat digunakan untuk
peralatan medis dari plastic, alat-alat optik, pacemaker, dan lain-lain yang sulit
disterilkan dengan cara lain. Afinitasnya yang tinggi akan berakibat timbulnya
residu pada peralatan medis yang telah disterilkan. Gas etilen oksida cukup
toksik sehingga dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mukosa. Oleh
karenanya perlu perhatian pada maslah keselamatan kerja (Darmadi,2008).

b. Sterilisasi dengan formaldehid


a) prinsip dasar
Mikroba terbunuh dengan cara mengikat gugus asam amino dari protein mikroba.
b) Teknis pelaksanaan
Alat yang dianjurkan untuk sterilisasi adalah formalin Autoclave dengan suhu 70oC.
Setelah peralatan medis yang akan disterilkan dimasukkan , gas formaldehid
dialirkan dialirkan kedalam kamar (chamber) dengan konsentrasi 15 mg/m3.
Cara ini hanya untuk sterilisasi terbatas seperti kanker, sarung tangan, dan sebagainya.
Gas formaldehid baunya sangat menyengat dan menyebabkan iritasi pada kulit, mata,
dan saluran pernafasan. Oleh karena itu perlu penanganan dengan hati-hati.

2. ANTISEPTIK
Dalam buku yang berjudul Infeksi Nasokomial: Problematika dan Pengendaliannya
Darmadi (2008) menyatakan Antiseptik adalah disinfektan yang nontoksik karena
digunakan untuk kulit, mukosa atau jaringan hidup lainnya. Sebagai antiseptik dituntut
persyaratan:
a. Memiliki spectrum luas, artinya efektif untuk membunuh bakteri, virus , jamur dan
sebagainya
b. Tidak merangsang kulit maupun mukosa
c. Toksisitas atau daya absorpsi melalui kulit dan mukosa rendah
d. Efek kerjanya cepat dan bertahan lama
e. Efektivitasnya tidak terpengaruh oleh adanya darah atau pus

1) Faktor-faktor yang berpengaruh pada efektivitas antiseptik antara lain:


a. Faktor antiseptik : konsentrasi, pH, Zat pelarut
b. Faktor mikroba : jumlah mikroba
c. Faktor lingkungan : Adanya bahan organik misalnya darah, pus, saliva, atau feses
dapat menghambat kerja antiseptik
d. Waktu pemaparan

2) Mekanisme Kerja Antiseptik


Antiseptik sebagai zat kimia sangat berpengaruh terhadap mikroba, yaitu melalui unsur
protein yang membentuk struktur seluler mikroba dengan akibat sebagai berikut:
a. Rusaknya dinding sel
b. Adanya gangguan system enzim
c. Terjadinya denaturasi protein
d. Rusaknya asam nukleat

3) Penggunaan antiseptik
Antiseptik digunakan sebagai bagian dari prosedur atau tindakan medis/ perawatan
antara lain:
a. Pengobatan local misalnya pada kulit, mulut atau tenggorokan
b. Untuk irigasi daerah-daerah tubuh yang terinfeksi
c. Mencuci luka, terutama pada luka kotor
d. Mencegah infeksi pada perawatan luka
e. Menyucihamakan kulit sebelum operasi untuk mencegah infeksi
f. Mencuci tangan sebelum operasi untuk mencegah infeksi silang

4) Penggolongan antiseptik
Dalam garis besarnya antiseptic dibagi dalam beberapa golongan.
a. Alkahol
b. Halogen dan senyawanya: iodium, povidon iodine (polyvinyl pyrolidone iodine),
yodoform (obat kuning), klorhekdisin
c. Oksidansia: kalium permanganate, perhidrol
d. Logam berat dan garamnya: merkuri klorida (sublimat), merkurokrom (obat merah)
e. Asam: asam borat
f. Turunan fenol : trinitrofenol (asam pikrat), heksaklorofen (phisohex)
g. Basa ammonium kuarterner (quats): etakridin (rivanol)

DAFTAR PUSTAKA
Darmadi. 2008. Infeksi Nasokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai