Anda di halaman 1dari 8

ADAPTASI PSIKOLOGI PADA FASE NIFAS PERUBAHAN

PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS

Menjadi orang tua adalah merupakan krisis dari melewati masa


transisi. Masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan
adalah :
1. Phase Honeymoon
Phase Honeymoon ialah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi
dan kontak yang lama antara ibu – ayah – anak. Hal ini dapat dikatakan
sebagai “ Psikis Honeymoon “ yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantik. Masing-masing saling memperhatikan anaknya dan
menciptakan hubungan yang baru.
2. Ikatan kasih ( Bonding dan Attachment )
Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-
anak, dan tetap dalam ikatan kasih, penting bagi perawat untuk
memikirkan bagaimana agar hal tersebut dapat terlaksana partisipasi
suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk
proses ikatan kasih tersebut.
3. Phase Pada Masa Nifas
a. Phase “ Taking in “
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif
dan tergantung berlangsung 1 – 2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak
dengan bayinya tetapi bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam Phase
yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan cara
merawat bayi.
b. Phase “ Taking hold “
Phase kedua masa nifas adalah phase taking hold ibu berusaha
mandiri dan berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi
fungsi tubuhnya misalnya kelancaran buang air besar hormon dan peran
transisi. Hal-hal yang berkontribusi dengan post partal blues adalah
rasa tidak nyaman, kelelahan, kehabisan tenaga. Dengan menangis
sering dapat menurunkan tekanan. Bila orang tua kurang mengerti hal
ini maka akan timbul rasa bersalah yang dapat mengakibatkan depresi.
Untuk itu perlu diadakan penyuluhan sebelumnya, untuk mengetahui
bahwa itu adalah normal.
4. Bounding Attachment
Bounding merupakan satu langkah awal untuk mengungkapkan
perasaan afeksi ( kasih sayang )sedangkan Atachmen merupakan
interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.Jadi
Bounding Atachmen adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah
kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar
interaksi antara keduanya secara terus menerus. Dengan kasih sayang
yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara
orang tua dan bayinya.
5. Respon Antara Ibu dan Bayinya Sejak Kontak Awal Hingga Tahap
Perkembangannya.
a. Touch ( sentuhan ).
Ibu memulai dengan ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala
dan ekstremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka
perubahan diberikan untuk membelai tubuh. Dan mungkin bayi akan
dipeluk dilengan ibu. Gerakan dilanjutkan sebagai gerakan lembut
untuk menenangkan bayi. Bayi akan merapat pada payudara ibu.
Menggenggam satu jari atau seuntai rambut dan terjadilah ikatan antara
keduanya.
b. Eye To Eye Contact ( Kontak Mata )
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian
dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap
perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai factor
yang penting sebagai hubungan manusia pada umumnya. Bayi baru lahir
dapat memusatkan perhatian pada suatu obyek, satu jam setelah
kelahiran pada jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat memusatkan
pandangan sebaik orang dewasa pada usia kira-kira 4 bulan, perlu
perhatian terhadap factor-faktor yang menghambat proses tersebut
Mis ; Pemberian salep mata dapat ditunda beberapa waktu sehingga
tidak mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi

c. Odor ( Bau Badan ).


Indra penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan masih
memainkan peranan dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup.
Penelitian menunjukan bahwa kegiatan seorang bayi, detak
jantung dan pola bernapasnya berubah setiap kali hadir bau yang baru,
tetapi bersamaan makin dikenalnya bau itu sibayipun berhenti
bereaksi.Pada akhir minggu I seorang bayi dapat mengenali ibunya dari
bau badan dan air susu ibunya.Indra Penciuman bayi akan sangat kuat,
jika seorang ibu dapat memberikan bayinya ASI pada waktu tertentu.

d. Body Warm ( Kehangatan Tubuh )


Jika tidak ada komplikasi yang serius seorang ibu akan dapat
langsung meletakan bayinya diatas perut ibu, baik setalah tahap kedua
dari proses melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong.
Kontak yang segera ini memberikan banyak manfaat baik bagi ibu
maupun sibayi kontak kulit agar bayi tetap hangat.
e. Voice ( Suara )
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing orang tua
akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut ibu
merasa tenang karena merasa bayinya baik ( hidup ).
Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak
mengherankan bila ia dapat mendengar suara-suara dan membedakan
nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang
selama beberapa hari terhalang cairan amniotic dari rahim yang
melekat pada telinga.
Banyak Penelitian memperhatikan bahwa bayi-bayi baru lahir
bukan hanya mendengar secara pasif melainkan mendengarkan dengan
sengaja dan mereka nampaknya lebih dapat menyesuaikan diri dengan
suara-suara tertentu daripada yang lain.Contoh ; suara detak jantung
ibu.

f. Entrainment ( gaya bahasa )


BBL menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang
dewasa artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi diatur,
jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi (
komunikasi yang positip )
g. Biorhytmicity ( Irama Kehidupan )
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan dengan irama
alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi
setelah adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat
membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih yang
secara konsisten dan dengan menggunakan tanda bahaya untuk
mengembangkan respon bayi dan interaksi social serta kesempatan
untuk belajar.
Respon Orangtua Terhadap Bayi Baru Lahir
Menjadi orangtua merupakan krisis tersendiri dan mereka harus dapat
melewati masa transisi. Berikut adalah masa transisi pada postpartum
yang harus diperhatikan oleh pasangan.
a. Fase Honeymoon
Adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara ibu,
ayah, dan anak. Masa ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon
yang memerlukan hal – hal romantis, masing – masing saling
memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Bounding Attachment
Bounding merupakan satu langkah awal unutk mengungkapkan
perasaan afeksi ( kasih sayang ). Attachment merupakan interaksi
antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. Bounding
attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran,
untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi
antara keduanya secara terus – menerus. Dengan kasih sayang yang
diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara orang
tua dan bayinya.
Bounding attachment ini dimulai sejak dini bagitu bayi dilahirkan / pada
kala IV. Bonding adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan
antara ibu dan anak, sedangkan attachment adalah suatu keterikatan
antara orang tua dan anak.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami
fase-fase sebagai berikut :
a. Fase taking in
Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung
ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada
fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan
dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk
menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya
sehingga timbul percaya diri.
c. Fase letting go
Menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung
sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri,
merawat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalanya, ibu mengalami
perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby
blues.
C. Gangguan Psikologis pada Masa Nifas
1. Baby blues
a. Pengertian
Gangguan efek ringan ( gelisah, cemas, lelah ) yang sering tampak
dalam minggu pertama setelahh persalinan.
b. Faktor Penyebab
1) Faktor Hormonal
Berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin,dan estriol
yang yang terlalu rendah.
2) Faktor Usia.
3) Pengalam dalam proses kehamilan dan persalinan.
4) Adanya perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi.
5) Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti
tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak
diinginkakan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi,
serta keadekuatan dukungan sosial lingkungannya.
c. Gejala
Reaksi depresi/sedih, menagis, mudah tersinggung atau iritabilitas,
cemas, labil perasaan, cendrung menyalahkan diri sendiri,gangguan
tidur dan gangguan nafsu makan.
d. Pencegahan
1) Beristirahat ketika bayi tidur
2) Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
3) Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4) bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
5) bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru

D. Depresi Post partum


1. Pengertian
Depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung
selama 30 hari.
2.Faktor Penyebab
a. Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan riwayat obstetri yang meliputi
riwayat hamil sampai bersalin, serta adanya komplikasi atau tidak dari
kehamilan dan persalinan sebelumnya.
b. Faktor fisik
Tetrjadi karena ketidakseimbangan hormonal, Hormon yang terkait
dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan
progesterone.
c. Faktor psikologi
Paraliahan yang cepat dari keadaan “ 2 dalam 1 “, pada akhir kehamilan
menjadi dua individu. Yaitu ibu dan anak yang bergantung pada
penyesuaian psikologis individu.
3. Gejala
a. Kelelahan dan perubahan mood
b. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
c. Tidak mau berhubungan dengan orang lain
d. Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya
sendiri.
4.Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota
keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan
mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu
untuk beristirahat dengan baik, berolahraga yang ringan, berbagi cerita
dengan orang lain, bersikap fleksible, bergabung dengan orang-oarang
baru, sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.
E. Post Partum Psikosa
1. Pengertian
Depresi yang paling berat, terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu
setelah melahirkan.
2.Faktor Penyebab
a. Faktor sosial kultural (dukungan suami dan keluarga, kepercayaan
atau etnik ).
b. Faktor obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan kondisi fisik
bayi ).
c. Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
d. Perubahan hormonal yang cepat.
e. Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan
dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.
f. Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
g. Merasa terisolasi.
3. Gejala
a. Curiga berlebihan
b. Kebingungan
c. Sulit konsentrasi
d. Bicara meracau atau inkoheren
e. Pikiran obsesif ( pikiran yang menyimpang dan berulang-ulang )
f. Impulsif ( bertindak diluar kesadaran )
4. Pencegahan
a) Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa
pospartum, sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini.
Apabila terjadi, maka akan segera mendapatkan penanganan yang
tepat.
b) Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik
dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam periode
pospartum.
c) Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum, lakukan
peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga
membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai emosional yang
berlebihan.
d) Beritahukan perasaan ibu
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan mengekspresikan
yang ibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika mempunyai
masalah, segera beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun
orang yang terdekat.
e) Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat
Dukungan dari orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan dan
pospartum sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu
berada disamping ibu setiap ada kesulitan.
f) Persiapan diri dengan baik
Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan, ikutlah kelas hamil,
baca buku-buku yang dibutuhkan.
g) Lakukan pekerjaan rumah tangga
h) Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat membantu ibu
melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode pospartum.
Kondisi anda yang belum stabil, bisa ibu curahka dengan memasak atau
membersihkan rumah.
i) Dukungan emosional
Minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sehingga ibu
dapat mengatasi rasa frustasi atau stress. Ceritakan pada mereka
mengenai perubahan yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa lebih baik
dari setelahnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
(hlm: 87-96).
Irhami. 2010.Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas.zikra-
myblog.blogspot.com/2010/06/zikra-proses-adaptasi-psikologis-ibu.html
Diunduh 19 Oktober 2010 Pukul 08.55 PM
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika (hlm: 63-69).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 85-
100).
The_wie. 2009. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas.
the2w.blogspot.com/2009/10/proses-adaptasi-psikologis-ibu-
dalam.html Diunduh 19 Oktober 2010 Pukul 08.55 PM

Anda mungkin juga menyukai