Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan

sekitar, demikian juga jasad renik makhluk-makhluk ini tidak dapat

sepenuhnya menguasai faktor-faktor lingkungan sehingga untuk

hidupnya sangat bergantung kepada lingkungan yang

mempengaruhi kehidupan mikroorganisme meliputi faktor-faktor

abiotik (fisika dan kimia ) dan faktor biotik, Mikroba seperti makhluk

hidup lainnya memerlukan nutrisi pertumbuhan. Pengetahuan akan

nutrisi pertumbuhan ini akan membantu di dalam mengkatalis dan

mengidentifikasi mikroba-mikroba memiliki karakteristik dan ciri

yang berbeda-beda di dalam persyaratan pertumbuhannyaada

mikroba yang hidup lainnya pada media.

Manfaat dalam bidang farmasi mengenai faktor lingkungan

yang mempengaruhi mikroba yang sangat penting sebab dalam

pembuatan sediaan farmasi dengan bantuan mikroba seperti

antibiotik kita di perlukan dan di wajibkan mengetahui faktor-faktor

apa saja yang dapat merusaksediaan yang kita buat berasal dari

mikroorganisme.
B. Maksud Percobaan

Maksud percobaan ini yaitu mengetahui dan memahami

faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembanganmikroorganisme yaitu bakteri Escherichiacollidan

Staphylococcus aureus.

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh suhu terhadap

pertumbuhan mikroba.

2. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh Ph terhadap

pertumbuhan mikroba.

3. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh cahaya terhadap

pertumbuhan mikroba.

4. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh faktor bahan kimia

terhadap pertumbuhan mikroba.

D. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini yaitu: menggunakan dua jenis mikroba yaitu

bakteri Escherichiacolli danStaphylococcusaureusdengan

empatfaktorpengaruh pertumbuhan terhadap mikroorganisme yaitu

pengaruh suhu,pengaruh pH, pengaruh cahaya dan pengaruh faktor

bahan kimia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan

dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat

mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini

dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk

kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan

pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi

dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukkan respon yang

menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi

berbagai tipe mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor

lingkungan (Pelczar & Chan, 1986).

Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup

merupakan hal yang penting dalam ekosistem pangan.Suatu pengetahuan

dan pengertian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan

tersebut sangat penting untuk mengendalikan hubungan antara

mikroorganisme-makanan-manusia. Beberapa faktor utama yang

mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai zat gizi,

waktu, suhu, air, pH dan tersedianya oksigen(Buckle, 1985).

Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor

lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri


dapat mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut

perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi

atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor

biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu mencakup adanya

asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam

bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan

faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH,

tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta

faktor kimia (Hadioetomo, 1993).

Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi

kimiawi dan karena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh temperatur,

maka pola pertumbuhan bakteri dapat sangat dipengaruhi oleh

temperatur. Temperatur juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah

total pertumbuhan organisme. Keragaman temperatur dapat juga

mengubah proses-proses metabolik tertentu (Pelczar & Chan, 1986).

Medium harus mempunyai pH yang tepat, yaitu tidak terlalu asam

atau basa. Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa,

dengan pengecualian basil kolera (Vibrio cholerae). Pada dasarnya tak

satupun yang dapat tumbuh baik pada pH lebih dari 8. Kebanyakan

patogen, tumbuh paling baik pada pH netral (pH7) atau pH yang sedikit

basa (pH 7,4). Beberapa bakteri tumbuh pada pH 6, tidak jarang dijumpai

organisme yang tumbuh baik pada pH 4 atau 5. Sangat jarang suatu

organisme dapat bertahan dengan baik pada pH 4, bakteri autotrof


tertentu merupakan pengecualian. Karena banyak bakteri menghasilkan

produk metabolisme yang bersifat asam atau basa (Volk&Wheeler,1993).

Di dalam alam yang sewajarnya, bakteri jarang menemui zat-zat

kimia yang menyebabkan ia sampai mati karenanya. Hanya manusia di

dalam usahanya untuk membebaskan diri dari kegiatan bakteri

merupakanzat-zat yang dapat meracuni bakteri, akan tetapi tidak

meracuni diri sendiri atau meracuni zat makanan yang diperlukannyaZat-

zat yang hanya menghambat pembiakan bakteri dengan tidak

membunuhnya disebut zat antiseptik (Dwidjoseputro,1994).

Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk

menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Faktor utama yang

menentukan bagaimana desinfektan bekerja adalah kadar dan suhu

desinfektan, waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja,

jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada, dan keadaan bahan yang

didesinfeksi. Jadi terlihat sejumlah faktor harus diperhatikan untuk

melaksanakan tugas sebaik mungkin dalam perangkat suasana yang ada.

Desinfeksi adalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena

tujuannya adalah perusakan agen – agen patogen. Berbagai istilah

digunakan sehubungan dengan agen – agen kimia sesuai dengan

kerjanya atau organisme khas yang terkena. Mekanisme kerja desinfektan

mungkin beraneka dari satu desinfektan ke yang lain. Akibatnya mungkin

disebabkan oleh kerusakan pada membran sel atau oleh tindakan pada

protein sel atau pada gen yang khas (Volk dan Wheeler, 1993).
Kebutuhan mikroorganisme untuk pertumbuhan dapat dibedakan

menjadi dua katagori, yaitu kebutuhan fisik dan kebutuhan kimiawi. Aspek-

aspek fisik dapat mencakup suhu, pH, dan tekanan osmotik. Sedangkan

kebutuhan kimiawi meliputi air, sumber karbon, nitrogen, oksigen, mineral-

mineral, dan faktor penumbuh. Kondisi lingkungan juga dapat memicu

pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan reproduksinya yaitu suhu, kelembaban, dan

cahaya (Jeneng,2010).

Perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat

morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan

nutrien yang sesuai untuk aktifitasnya, juga memerlukan faktor lingkungan

yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya

bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon

yang berbeda-beda. Untuk hasil kultivasinya, berbagai tipe mikroba,

diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai

denganmikroba(Pelczar dan Chan, 2007).

Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh adalah suhu atau

temperatur. Mikroba memiliki batas toleransi masing-masing terhadap

suhu. Efek dari suhu yang ekstrim pada mikrobia adalah enzim menjadi

inaktif dan kemungkinan hal yang sama terjadi pada beberapa struktur sel

lainnya. Tetapi pada kondisi optimumnya mikroba akan memiliki

produktivitas yang optimal. Ada 3 jenis mikroba berdasarkan kisaran

suhunya yaitu psikoilik dengan suhu minimum 5000C dan maksimum 15-
2000C, mikrobia mesofilik dengan suhu minimum 10-2000C, optimum 20-

4000C, maksimum 40-4500C dan mikrobia termofilik dengan suhu

minimum 25-4500C, optimum 45-6000C,maksimum60-5000C yang

berbeda-beda(Moat, 2010).

Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor

lingkungan akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri

dapat menyebabkan pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini

disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat

dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor abiotik. Dimana faktor biotik

terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yang mencakup adanya asosiasi atau

kehidupan bersama antara mikroorganisme dapat dalam bentuk simbiose,

sinergisme, antibiose dan sitropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik

terdiri atas faktor fisikal (misal : suhu, atmosfer gas, pH, tekanan osmotik,

kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia (misal:

adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lain) (Hadioetomo, 2001).


A. Uraian Bahan

1. Alkohol ( FI III 1979 : 65 )

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Alkohol, Etanol, Ethyl alcohol

RM/BM : C2H60 / 46,0

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah

menguapdanmemberikannyalabirutidak

berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,dalam

kloroform

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan :Untuk melakukan sterilisasi atas `

pembersihan alat

2. Aquadest ( FI III 1979 : 96)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Air suling, aquadest

RM/BM : H20 / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kelarutan : Hampir larut dalam semua larutan

Kegunaan : Sebagai sampel


3. Asam Klorida ( FI III 1979 : 53)

Nama resmi : ACIDUM HYDROHIORIDUM

Nama lain : Asam klorida

RM/BM : HCL/ 36,40

Pemerian : Cairan tidak berwarna, bau merangsang, jika

di encerkan dengan 2 bagian air.

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai komposisi dapar pH3

4. Natrium Hidroksida ( FI III 1979 : 421 )

Nama resmi : NATRII HIDROCIDUM

Nama lain : Natrium hidroksida

RM/BM : NaOH / 40,00

Pemerian : Bentuk batang, massa hablur air, keping-

keping keras dan rapuh dan menunjukan

suasan hablur putih

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan etanol

(95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai komposisi dapar pH5 dana pH9


5. Kalium Klorida ( FI III 1979 : 329 )

Nama resmi : KALIICHLORIDUM

Nama lain : Kalium klorida

RM/BM : KCL / 74,55

Pemerian : Hablur berbentuk kubus, atau berbentuk

prisma, tidak berwarna tidak berbau.

Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air, larut dalam air

mendidih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai komposi dapar pH9

6. Asam Borat ( FI III 1979 : 337 )

Nama resmi : ACIDUM BORICUM

Nama lain : Asam borat

RM/BM : H3BO3 / 61,83

Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dan 16 bagian

etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Pemerian : Hablur, serbuk putih, sisik mengkilap

Kegunaan : Sebagai komposisi dapar pH9


7. Kalium Biftalat ( FI III 1979 : 686 )

Nama resmi : KALIUM HIDROGENTALAT

Nama lain : Kalium biftalat

RM/BM : C02H,C6H4,C02 K / 2042

Pemerian : Serbuk hablur putih

Kelarutan : Larut perlahan-lahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai komposisi dapar pH3

8. Laktosa ( FI III 1979 : 338 )

Nama resmi : LACTOSUM

Nama lain : Laktosa, gula susu

Pemerian : Serbuk atau massa hablur, kerat putih cream

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel / zat tambahan

9. Agar ( FI III 1979 )

Nama resmi : AGAR

Nama lain : Agar-agar

Pemerian : Tidak berbau, atau bau lemah

Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin, larut dalam air

mendidih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai bahan pemadat medium.


10. Dextrose ( FI IV 1995 )

Nama resmi : DEXTROSUM

Nama lain : Glukosa, dextrose

RM/BM : C6H1206 / 180,6

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk halus, atau

butiran putih.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, mudah larut dalam air

mendidih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutu rapat

Kegunaan : sumber nutrient untuk mikroba jamur

11. Pepton ( FI IV 1995 )

Nama resmi : PEPTON

Nama lain : Pepton daging

Pemerian : Serbuk kuning kemerahan, bau khas, tidak

busuk

Kelarutan : Larut dalam air, praktis tidak larut dalam

etanol (95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sumber nutriet untuk mikroba jamur


BAB III

METODELOGI PERCOBAAN

A. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu :

1. Botol semprot 9. Pelubang kertas

2. Bunsen 10. Pinset

3. Cawan petri 11. Pipet tetes

4. Gelas kimia 12. Rak tabung

5. Gelas ukur 13. Rak tabung

6. Inkubator 14. Spoit 3 cc

7. Kompor 15. Tabung reaksi

8. Ose bulat

B. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan saat praktikum yaitu :

1. Alkohol 70% 8. Kertas saring

2. Aquadest 9. Kertas saring

3. Antiseptik 10. Super pell

4. Bayclin 11. Pipet minuman

5. Dethol 12. Staphylococcusaureus

6. Escherichiacolli 13. Tissu

7. Kapas 14. Vixal


C. Cara kerja

1. Pengaruh suhu

Disiapkan alat dan bahan, diambil 2 tabung reaksi yang berisis

medium LB, teteskan masing-masing 1 tetes biakan bakteri

Escherchiacolli ditutup tabung dengan alumunium foil dan kapas

untuk tabung 1 dimasukkan dalam inkubator 1 x 24 jam dan tabung 2

dibiarkan pada suhu ruang 1 x 24 jam, kemudian amati.

2. Pengaruh cahaya

Disiapkan alat dan bahan, diambil 3 cawan petri dan cairkan

medium NA, tuang medium NA pada cawan petri, tambahkan 3 tetes

Escherichiacolli dan ratakan, kemudian cawan petri 1dipaparkan

cahaya (15-20menit) dan cawan petri 2dipaparkan cahaya (15-

20menit) langsung dibungkus dengan kertas karbon dan cawan petri

3 langsung dibungkus dengan kertas karbon. Diinkubasi selama 1 x

24 jam. Diamati perubahan bakteri.

3. PengaruhpH

Disiapkan alat dan bahan, diambil 3 tabung dengan medium

LB dengan pH berbeda (3,5,8) dan tambahkan 1 tetes biakan bakteri

Escherichiacolli dan Staphylcoccusaureus. Pada masing-masing

tabung dan ditutup tabung reaksi dengan alumunium foil dankapas.

Diinkubasi selama 1 x 24 jam,kemudiandiamati


4. Bahan Kimia

Disiapkan alat dan bahan, disiapkan cawan petri steril yang

sudah di beri tanda batas, dan dicairkan medium NA, Dipipet 3-4

tetes bakteri Staphylocococusaureus kedalam cawan petri

menggunakan pipet steril kemudian ditambahkan medium NA cair,

ratakan kemudian biarkan memadat, disiapkan kertas cakram

kemudian dicelupkan pada masing-masing larutan uji (Wipol, vixal,

antis cair,aquadest, detol) menggunakan pinset steril, kemudian

ditempatkan pada cawan petri yang berisi media padat dan bakteri,

kemudian diinkubasi selama 1 x 24 jam. Kemudian diamati.


BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan

A.Pengujian pH (Bakteri Escherichia colli)

No Gambar Keterangan

pH3

1. Warna : Bening

Bentuk : Berbulu

Jumlah koloni : 7koloni

Permukaan : Rata

pH5

2. Warna : Keruh

Bentuk : Berbulu

Jumlah koloni : tak terhingga

Permukaan : bergelombang

pH9

3. Warna : Keruh

Bentuk : Berbulu

Jumlah koloni : tak terhingga

Permukaan : bergelombang
B.Pengaruh pH(Bakteri Staphylococcus aureus)

NO Gambar Keterangan

pH3

1. Warna : Bening

Bentuk : Rata

Jumlah koloni : tak terhingga

Permukaan : Rata

pH5

2. Warna : Keruh

Bentuk : Berbulu

Jumlah koloni : tak terhingga

Permukaan :

Bergelombang

pH 9 Warna : Keruh

3 Bentuk : Berbulu

. Jumlah koloni : tak terhingga

Permukaan :

Bergelombang
C.Pengaruh cahaya (Bakteri Escherichia coli)

NO Gambar Keterangan

Cawan petri 1

1. Warna : Cream

Bentuk : Berambut

Jumlah koloni : 1 koloni

Permukaan : Rata

Cawan Petri 2

2. Warna : Bening

Bentuk : Berbulu

Jumlah koloni : 30 koloni

Permukaan : Menggunung

Cawan petri 3

3. Warna : Cream

Bentuk : Berbulu

Jumlah koloni : 12 koloni

Permukaan : Menggunung
D.Pengaruh suhu( Bakteri Escherichia coli)

NO Gambar Keterangan

1. Warna : Kuning keruh

Bentuk : Berbulu

Jumlah koloni : tak terhingga

Permukaan : Menggunung

2. Warna : Putih Susu

Bentuk : Berbulu

Jumlah koloni : tak terhingga

Permukaan : Menggunung
E.Bahan kimia (Stapylococcus aureus)

NO Gambar Keterangan

1. Vikxal : Permukaan luas

Detol : Permukaan tidak

luas (sedang).

Super Pell: Permukaan tidak

luas (sedang).

Antiscair : Permukaan tidak

luas (sedang).

Aquadest : Permukaan kecil.


BAB V

PEMBAHASAN

Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan

dipengaruhi oleh factor lingkungan adapun pengaruh pada pertumbuhan

mikroorganisme yaitu suatu mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik

pada pH yang tidak terlalu asam dan tidak terlalu basa. Hanya beberapa

jenis bakteri tertentu yang dapat bertahan dengan suasana asam maupun

basa. Suatu mikroorganisme memerlukan kondisi lingkungan yang cocok

untuk melakukan metabolisme.

Pada praktikum pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan

mikroorganisme dilakukan pengamatan pengaruh pH dengan bakteri

Escherichiacolli. Pada pH 3 berwarna bening dan berbentuk buluh jumlah

koloni 7 dan bentuk permukaan rata, pada pH 5 jumlah koloninya tak

terhingga begitupun dengan pH 9, hal ini menunjukan bahwa pH 5 lebih

banyak bakterinya di banding pH 3, hal ini sesuai dengan literature yang

menyatakan bahwa bakteri Escherichiacolli dapat tumbuh pada pH

optimum berkisar 7,2-7,6 (Gani,2003)

Pengamatan pH pada Bakteri Staphylococcusaureus dapat dilihat

dari perbandingan gambar pH3 lebih bening yang menunjukan bakterinya

lebih sedikit sedangkangambar pH 5 dan pH 9 terlihat lebih keruh yang

menunjukan bakterinya lebih banyak, hal ini sesuai dengan literature.


Bahwa bakteri staphylococcusaureusdapat tumbuh pada pH 4,0-9,8

dengan pH optimum 7,0-7,5 (Gani,2003)

Pengaruh cahaya dari hasil pengamatan menunjukan bahwa

jumlah koloni pada cawan petri (I) dengan cahaya dengan jumlah

koloninya sedikit, pada cawan petri (II) cahaya dibungkus kertas karbon

jumlah koloninya seper dua dari jumlah cawan petri ke (III). Hal ini sesuai

dengan literature bahwa cahaya merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan bakteri secara umum bakteri

mikroorganismelainnya dapat hidup dengan baik pada paparan cahaya

normal, tetapi paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV)

dapat bersifat fatal pada bakteri (Nambens,2008)

Pada pengaruh suhu dipakai dua tabung reaksi LB yang berisi

biakan escherichiacoli dan ditutup dengan kapas dan aluminium foil ini

bertujuan sebagai penyumbat yang digunakan untuk menutupi tabung

reaksi sebagai penguji kebutuhan oksigen terhadap pertumbuhan bakteri.

Tabung pertama diinkubasi selama 1× 24 jam pada suhu 37℃

menghasilkan sedikit bakteri dan menyebar (agak keruh) sedangkan pada

tabung kedua yang diletakkan diruang terbuka menghasilkan banyak

bakteri dan menyebar (keruh) hal ini tidak sesuai dengan literatur (Ruth

meliawati, 2009) yang menyatakan escherichiacoli tumbuh baik pada

temperatur antara 8 – 46℃ dan temperatur optimum 37℃. ketidak sesuain

hasil pengamatan dengan literatur disebabkan oleh kesalahanpada saat


praktikum yaitu pada saat pemindahan bakteri dari medium dan alat yang

digunakn kurang steril.

Bahan kimia dari percobaan digunakan bahan kimia seperti, Vixal,

Dettol, super pell, dan antiscair untuk menguji bahan yang paling banyak

anti bakterinya dan telah didapat hasil bahwa bahan kimia vixal

dayahambatnyalebih luas, Dettol dayahambatnya sedang, antiscair

dayahambatnyakecil, dan aquadest tidak terdapat dayahambat,

Berdasarkanpengamaan yang

telahdilakukandapatdisimpulkanbahwavixalmempunyaidayahambat yang

paling besar. Hal ini sesuai dengan literature(Dwidjoseputro,2005) yang

menyatakan bahwavixalmengandungbahanaktif HCL 17%

danberfungsisebagaidesinfektan

(pembunuhkumandanmelindungidaribakteri).
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu :

1. Pengaruh suhu terhadap metabolisme pertumbuhan mikroba

yaitu semakin suhu maka kecepatan pertumbuhan mikrboba

meningkat

2. Pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroba yaitu semakin

tinggi konsentrasi pH maka pertumbuhan mikroba akan

meningkat seperti pada bakteri Escherichia colli pada pH

minimum 4,4 optimum 6,0-7.0 dan maksimum 9.0

3. Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan mikroba yaitu semakin

tinggi intensitas cahaya maka semakin meningkat pertumbuhan

mikroba

4. Pengaruh bahan kimia terhadap pertumbuhan mikroba yaitu

sifat anti bakteri pada bahan tersebut.

B. Saran

Saran kami sebagai praktikan sebaiknya alat dan bahan lebih di

lengkapi lagi, dan sebaiknya laboratorium lebih diperbesar lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 2005. “Dasar-Dasar Mikrobiologi Djambatan”. Malang.

Departemen Republik Indonesia. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”.


DEPKES RI : Jakarta

Departemen Republik Indonesia. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi IV”.


DEPKES RI : Jakarta

Gani, A. 2003. “Metode Diagnostik Bakteriologi III Balai


LaboratoriumKesehatan . Makassar.

Hadiotomo,Rs 1993. “ Mikrobiologi Dassar Dalam Praktek”.


Gramedia:Jakarta.

zar,Mj dan Chan. “Peterjemah Ratna Siri Hadiotomo dkk, Dasar


DasarMikrobiologi I”.Universitas Indonesia Press : Jakarta.

Suharjono, 2006.”Mikrobiologi umum”. Universitas Bramajaya : Malang.

Suharni T,2008. “Mikrobiologi Umum”. Penerbit Universitas Atmajaya :


Yogyakarta.

Suhartini 2006. “Mikrobiologi umum”. Universitas Islam Makassar :


Makassar.
LAMPIRAN I

A. Komposisi medium

1. Laktosa broth (LB)

- Ekstrack beef 0,3%

- Pepton 0,5%

- Laktosa 0,5%

- Aquadest Ad 1000 ml

2. Nutrient agar (NA)

- Ekstrack beef 10 g

- Pepton 10 g

- NaCL 5g

- Agar 15 g

- Aquadest Ad 1000 ml

Cara Pembuatan Medium :

a. Laktosa Broth (LB)

Semua bahan di atas dilarutkan dengan aquadest hingga mencapai

volume 1 L dan di sterilisasi dengan auotklof pada suhu 121 c dan

tekanan 15 ATM selama 20 hingga 30 menit. Untuk LB agar

sebaiknya di panaskan sambil di aduk hingga agar meleleh dan

terlarut sempurna dalam LB. dengan demikian akan memadat

seragam ketika di tuangkan pada cawan petri.


b.Natrium agar (NA)

Dimasukan semua bahan ke dalam Erlenmeyer ditambahkan

aquadest 50 ml aquadest dipanaskan di atas hot plate hingga

mendidih sambil di aduk dengan magnetic stires sampai homogen

lalu dibiarkan beberapa menit.

B. Komposisi Dapar(FI IV 1995 : 1210)

a. Dapar pH 3

- Kalium biftalat 0,2 M

- Asam klorida 0,2 M

- Aquadest Ad 100 ml

Pembuatan :

Dimasukan 50 ml kalium biftalat 0,2 M ke dalam labu ukur 200 ml,

tambahkan volume tertentu asam klorida0,2 M kemudian

tambahkan air sampai tanda.

C. Dapar pH 5 (FI IV 1995 : 1210)

- Kalium biftalat 0,2 M

- Natrium hidroksida 0,2 M

- Aquadest Ad 100 ml
Pembuatan :

Masukan 50 ml kalium biftalat 0,2 M ke dalam labu ukur 200 ml

ditambahkan volume tertentu natrium hidroksida 0,2 M kemudian di

tambahkan air sampai tanda.

b. Dapar pH 9 ( FI IV 1995 : 1210)

- Asam borat P

- Kalium klorida 0,2 M

- Natrium hidroksida 0,2 M

- Aquadest Ad 100 ml

Pembuatan :

Masukan 50 ml asam borat P, dan kalium klorida 0,2 M dalam labu

ukur 200 ml. tambahkan volume tertentu natrium hidroksida 0,2 M

kemudian tambahkan air sampai tanda.


LAMPIRAN II

SKEMA KERJA

1. Pengaruh suhu

2 tabung reaksi berisi medium LB

Diteteskan masing –masing 1 tetes biakan bakteri

Escherichiacolli

Ditutup tabung reaksi dengan aluminium foil dan kapas

Untuk tabung (I) dimasukan kedalam inkubator 1x24 jam,diamati

Untuk tabung (II) dibiarkan pada suhu ruang 1x24 jam,diamati


2. Pengaruh cahaya

1 cawan petri (cairkan medium NA)

Dituang medium ke dalam cawan petri

Diteteskan biakan Escherichiacolli (3 tetes) kemudian diratakan

Capet I cahaya Capet II cahaya Capet III dibungkus

( 15’- 20’) (15’-20’) langsung dengan kertas karbon

Langsung dibungkus dengan

kertas karbon

Diinkubasi 1x24 jam

Diamati pertumbuhan mikroba


3. Bahan kimia

Cairkan medium NA

Diteteskan 3-4 tetes biakan staphylococcusaureus

pada capet steril

Dituangkan medim NA pada cawan petri yang berisi biakan bakteri

Biarkan memadat

Disiapkan kertas cakram

Dicelupkan kertas karbon menggunakan

pinset steril pada larutan uji

Tempatkan pada cawan petri yang berisi biakanbakteri

Diinkubasi selama 1x24 jam,diamati


4. Pengaruh pH

Disiapkan 3 tabung reaksi yang berisi medium LB

dengan pH yang berbeda (3,5 9)

Ditambahkan 1 tetes biakan bakteri

Ditutup dengan alfol dan kapas

Dibiarkan selama 1x24 jam

Diamati perubahan yang terjadi


LAMPIRAN III

URAIAN MIKROBA

1. Escherichiacolli

Kingdom : bacteria

Filum : Protoebakteri

Class : Gamma protoebacteria

Famili : Enterobacteriales

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia colli

Morfologi :

Escherichiacolli merupakan spesies dengan habitat alam

dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan

Escherichiacolli pertama kali disolusi teoder Escherichia colli dari

tinja seorang anak kecil pada tahun 1885. Bakteri ini berbentuk

batang, kokusdanspiriliaberukuran 0,4-0,7 x 1,0-3,0 gram negatif

dapat 30 liter maupun berkelompok umumnya mofis tidak

berbentuk spora serta fakultatif anearob.Eschericiacolli yang


tidakberbahayadapatmenguntungkanmanusiadenganmemproduksi

Vitamin K2

ataudenganmencegahbakteridalamususbanyakjugadigunakandala

mteknologirekayasagenetikbiasadigunakansebagai vector

untukmenyisipkan gen-gen tertentu yang

diinginkanuntukdikembangkan. Dan mempunyaidindingsel yang

kaku,

berporidanbergunauntukmemberikanbentuktertentupadaselsertaber

peransebagaipelindung
2. Staphylococcusaureus

Kingdom : Bacteria

Filum : Fismicutes

Class : bacillu

Ordo : Bacicalles

Famili : Staphylococcusceae

Genus : Staphylococcus

Famili : Staphylococcusaureus

Morfologi :

Staphylococcusaureus adalah bakteri gram positif yang

hanya ditemukan pada mulut, hidung,saluran pencernaan, saluran

pernapasan selain itu juga sering ditemukan dalam air, tanah, susu,

makanan dan udara. Bakteri staphylococcusaureus berbentuk bulat

menyerupaibentukanggur yang tersusun rapid an

tidakteratursatusamalain,

sifatdaribakteriiniumumnyasamadenganbaktericoccus yang lain

yaitu : berbentukbulatdengan diameter kira-kira 0,5-1,5 sel-

selnyabersifat gram positifdantidakaktifmelakukanpergerakan (non

motil), bersifatpatogendanmenyebabkanlesi local yang oportunistik.

Anda mungkin juga menyukai