Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENAJAMAN MASALAH PENELITIAN KUALITATIF

Oleh

KELOMPOK 1

Nurita Fauzia (196020300111021)


Irma Rachmitasari (196020300111029)
Betha Februari Khristy (1960203001110027)

KELAS EF

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019
PENAJAMAN MASALAH PENELITIAN KUALITATIF

1. LATAR BELAKANG

Desain penelitian kualitatif dimulai sebelum peneliti memilih pendekatan kualitatif.


Desain ini dimulai dengan menyatakan masalah atau isu yang mengarah ke penelitian,
merumuskan tujuan utama penelitian, dan menyediakan pertanyaan penelitian. Namun,
komponen ini harus dihubungkan dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian.
Masalah dan pertanyaan penelitian tidak selalu mendahului rancangan penelitian. Seringkali
urutan komponen-komponen tersebut saling bergantian dengan cara yang terintegrasi dan
konsisten yang menunjukkan interkorelasi antar komponen (Morse & Richard, 2002).
Sehingga langkah awal ini dapat memberi bayangan mengenai elemen-elemen pendekatan
yang digunakan, atau dapat dituliskan setelah memilih satu pendekatan (naratif, fenomenologi,
grounded theory, etnografi, atau studi kasus). Terlepas dari logika yang dipilih, ada elemen
penulisan pernyataan masalah, tujuan, dan pertanyaan penelitian kualitatif yang baik
disesuaikan dengan salah satu pendekatan penelitian kualitatif.

2. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini ialah :
2.1. Apa saja yang harus diperhatikan dalam penulisan pernyataan masalah pada penelitian
kualitatif?
2.2. Apa saja yang harus diperhatikan dalam penulisan tujuan penelitian pada penelitian
kualitatif?
2.3. Apa saja yang harus diperhatikan dalam penulisan pertanyaan penelitian pada penelitian
kualitatif?

3. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini ialah :
3.1. Untuk mengetahui penulisan pernyataan masalah yang baik dalam penelitian kualitatif.
3.2. Untuk mengetahui penulisan tujuan penelitian yang baik dalam penelitian kualitatif
3.3. Untuk mengetahui penulisan pertanyaan penelitian yang baik dalam penelitian kualitatif
4. MANFAAT
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini ialah:
4.1. Manfaat Teoritis
Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan serta referensi terkait
penajaman masalah dalam penelitian kualitatif.
4.2. Manfaat Praktis
Secara praktis, makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran umum kepada para
peneliti kualitatif dan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun penelitian
kualitatif yang baik dan benar.

5. PEMBAHASAN

5.1. Masalah Penelitian


Studi kualitatif dimulai dengan masalah penelitian yang dinyatakan oleh penulis.
Dengan kata lain peneliti memperkenalkan “masalah” yang mendasari sebuah dilakukannya
penelitian. Istilah “masalah” mungkin kurang tepat, dan seseorang yang tidak familiar dengan
penulisan penelitian mungkin akan kesulitan dalam menulis bagian ini, sehingga istilah “the
need for study” atau “mengapa penelitian diperlukan” mungkin lebih jelas.

Maksud sebuah masalah dalam penelitian kualitatif adalah untuk menyediakan


rationale (dasar rasionil) atau alasan perlunya mempelajari isu-isu atau “masalah” tertentu.
Buku metode-metode penelitian (Creswell, 2005; Marshall & Rossman, 2006) memberikan
beberapa sumber masalah penelitian. Masalah penelitian dapat diperoleh dari pengalaman
pribadi, masalah terkait pekerjaan, agenda penelitian seorang pembimbing, atau literatur-
literatur ilmiah.

Dasar penelitian terkuat dan paling ilmiah menurut Creswell (2007) berasal dari
literatur ilmiah, yakni adanya kebutuhan untuk menambahkan atau mengisi gap dalam literatur.
Menurut Barritt (1986), rationale penelitian bukanlah tentang menemukan elemen baru,
melainkan menekankan kesadaran terhadap pengalaman yang telah dilupakan dan diabaikan.
Dengan menekankan kesadaran dan menciptakan dialog, diharapkan peneliti dapat lebih
memahami bagaimana orang lain memandang sesuatu dan melalui hal tesebut dapat mengarah
pada kemajuan praktis.
Selain dialog dan pemahaman, studi kualitatif dapat mengisi kekosongan yang terdapat
pada literatur-literatur yang ada, mengajukan cara berpikir baru, atau menilai isu-isu dalam
kelompok atau populasi yang diteliti.

Suatu naskah kualitatif, melalui kajian literatur, selain dapat memberikan rationale
masalah penelitian, juga dapat mengetahui posisi penelitian yang akan dilakukan dalam
literatur yang ada dengan topik sejenis. Sebagai contoh, kita dapat mengembangkan sebuah
gambar atau peta penelitian literatur-literatur yang ada dengan topik sejenis, sehingga kita bisa
tahu apakah penelitian yang akan diajukan cocok atau memperkaya kelompok literatur.

Masalah penelitian harus diperkenalkan peneliti dengan cara yang dapat memberikan
gambaran tentang pendekatan apa yang nanti akan digunakan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menjelaskan pilihan pendekatan yang digunakan mampu mengisi researh gap dalam literatur
tentang masalah penelitian. Creswell memberikan contoh masalah dapat dinyatakan seperti
berikut:

1. Dalam studi naratif: penulis menyampaikan bagaimana cerita satu individu perlu
diceritakan kembali dalam rangka mendapatkan pengalaman pribadi atas masalah
penelitian;
2. Dalam studi fenomenologi: penulis menjelaskan bahwa kita perlu mengetahui lebih
banyak lagi mengenai suatu fenomena dan seperti apa pengalaman umum masing-
masing individu tentang fenomena tersebut;
3. Dalam studi grounded theory: bahwa ada kebutuhan teori baru untuk menjelaskan
suatu proses karena teori-teori yang ada tidak memadai, tidak ada atau perlunya
teori itu dimodifikasi;
4. Dalam studi etnografi: pernyataan masalah mengandung pemikiran tentang
pentingnya untuk menjelaskan dan menginterpretasikan perilaku kultural dari
kelompok masyarakat tertentu atau bagaimana kelompok ini termarjinalkan dan
terbisukan.
5. Dalam studi kasus: peneliti dapat mendiskusikan studi kasus atau beberapa kasus
dapat membantu menerangkan masalah penelitian.
Dengan demikian, perlunya sebuah penelitian, atau masalah penelitian, dapat
dikaitkan dengan fokus spesifik dari salah satu pendekatan penelitian.
5.2. Pernyataan Tujuan

Interrelasi antara desain dan pendekatan penelitian berlanjut pada pernyataan tujuan,
yaitu suatu pernyataan yang menjelaskan tujuan dan maksud utama, atau “road map” sebuah
studi. Tujuan harus dinyatakan dan dituliskan dalam bahasa yang jelas dan ringkas. Cresswel
(1994, 2003) memberikan panduan “naskah” pernyataan tujuan yang dapat dilengkapi sesuai
kebutuhan individu:
Tujuan dari studi ________ (naratif, fenomenologi, grounded theory, ethnografi,
kasus) adalah untuk ________ (memahami, menjelaskan, mengembangkan,
menemukan) ________ (fenomena sentral penelitian) ________ (partisipan) pada
________ (situs penelitian). Pada tahap penelitian ini, ________ (fenomena utama)
pada umumnya didefinisikan sebagai (definisi umum dari konsep sentral).

Dalam pernyataan tujuan ini dapat dilihat:

1. Penulis mengidentifikasi pendekatan kualitatif yang digunakan dengan menyebutkan


jenis pendekatan. Nama pendekatan ditulis di awal paragraf, sehingga memberi
bayangan mengenai cara pengumpulan data, analisa, dan penulisan penelitian;
2. Penulis menyiratkan tindakan dan fokus pendekatan dalam penelitian. Kata-kata
berikut, oleh Creswell, sering diasosiasikan dengan jenis-jenis penelitian kualitatif
seperti “memahami pengalaman” (studi naratif), “menggambarkan” (studi kasus,
etnografi, dan fenomenologi), “memaknai dari sisi” (fenomenologi), “mengembangkan
atau menghasilkan” (grounded theory), dan “menemukan” (seluruh pendekatan);
3. Beberapa kata yang dapat dipakai oleh peneliti dalam pernyataan tujuan berdasarkan
pendekatan yang dipilih (lihat tabel). Kata-kata ini tidak hanya mengindikasikan
langkah-langkah yang diambil peneliti namun juga fokus dan hasil yang diperoleh dari
studi;
4. Penulis mengidentifikasi fenomena sentral yang menjadi fokus. Fenomena sentral
adalah satu konsep utama yang akan digali atau diteliti dalam studi. Disarankan untuk
memfokuskan pada satu fenomena saja. Setelah peneliti cukup berpengalaman, ia dapat
membandingkan antara kelompok satu dengan kelompok lain atau melihat
keterhubungan diantaranya;
5. Penulis menggambarkan partisipan dan situs yang menjadi pengamatannya, dapat
berupa satu individu (naratif atau studi kasus), beberapa individu (grounded theory atau
fenomenologi), kelompok (etnografi), atau lokasi (program, kejadian, aktivitas, atau
tempat dalam studi kasus);
6. Definisi fenomena sentral sebelumnya mungkin sulit ditentukan tanpa spesifikasi lebih
lanjut. Creswell mencontohkan dalam studi naratif, penulis dapat menentukan jenis
cerita apa yang akan dikumpulkan (misalnya tahap kehidupan, memori masa kecil,
transisi dari remaja ke dewasa, pengalaman menghadiri pertemuan Alcoholics
Anonymous, dan lain-lain). Dalam fenomenologi, fenomena sentral yang dapat
dieksplor secara spesifik seperti makna keserakahan, kemarahan, atau bahkan
permainan catur (Aansoos, 1985). Pada grounded theory, fenomena sentral dapat
diidentifikasi sebagai suatu konsep utama terhadap proses yang akan diteliti. Dalam
studi etnografi, penulis dapat mengidentifikasi konsep budaya kunci yang akan diteliti
seperti peran, perilaku, akulturasi, komunikasi, mitos, kisah, atau konsep lainnya.

5.3. Pertanyaan-pertanyaan penelitian

Pertanyaan pokok

Pertanyaan penelitian menurut Marshall dan Rossman (2006) dapat


dikonseptualisasikan ke dalam empat jenis: exploratory (untuk menginvestigasi fenomena
yang masih kurang dipahami), explanatory (untuk menjelaskan pola-pola terkait fenomena),
deskriptif (untuk mendeskripsikan fenomena), dan emancipatory (untuk terlibat dalam
tindakan sosial mengenai fenomena). Pertanyaan penelitian kualitatif bersifat terbuka,
berkembang, nondirectional; yang menyatakan ulang tujuan studi dengan lebih spesifik dan
dimulai dengan kata seperti “apa” atau “bagaimana”, bukan “mengapa”; serta dalam jumlah
yang sedikit (lima sampai tujuh pertanyaan).

Pertanyaan pokok dapat dituliskan sesuai bahasa masing-masing pendekatan. Hal ini
dibahas Morse (1994) ketika mereview jenis-jenis pertanyaan penelitian: seperti pertanyaan
“deskriptif” mengenai budaya dalam studi etnografi, pertanyaan “proses” dalam studi
grounded theory, dan pertanyaan “makna” dalam studi fenomenologi.
Sub pertanyaan

Seorang penulis biasanya menyajikan sejumlah sub pertanyaan setelah pertanyaan


pokok. Salah satu cara mengkonseptualkan sub pertanyaan ini adalah dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan mengenai isu atau topik penelitian. Menurut Stake (1995) pengajuan
sub pertanyaan menunjukkan hal-hal yang menjadi perhatian utama dan kebingungan yang
harus dipecahkan.

Sub pertanyaan terkait isu adalah fenomena yang telah dirumuskan ke dalam
pertanyaan pokok dan dipecah ke dalam sub-sub topik kajian. Contoh, jika pertanyaan
pokoknya adalah “Apa makna menjadi seorang profesor kampus?”, pertanyaan ini dapat
dianalisa ke dalam sub-sub pertanyaan topik seperti “Apa makna menjadi seorang profesor
dalam suatu kelas? Sebagai peneliti? Sebagai pembimbing?” dan sebagainya.

Sedangkan sub pertanyaan topikal berfungsi untuk mendapatkan informasi-informasi


apa saja yang mungkin akan dibutuhkan. Creswell (2007) berpendapat bahwa sub pertanyaan
topikal adalah pertanyaan yang membawa kita menuju pada langkah-langkah prosedural
dalam proses penelitian, yaitu langkah-langkah yang dilakukan sesuai pendekatan penelitian
yang diambil. Oleh karena itu, agar lebih menggambarkan, istilah “sub pertanyaan topikal”
dapat diganti dengan “sub pertanyaan prosedural”,

Beberapa contoh pertanyaan sesuai pendekatan penelitian

Dalam penulisan narasi biografis, Denzin (1989) berpendapat bahwa pertanyaan


penelitian mengambil bentuk interpretif dan dinyatakan dalam satu pernyataan “bagaimana”,
dimulai dari sejarah pribadi individu setelah itu membangun informasi lainnya. Mengambil
salah satu penelitiannya mengenai kisah hidup alkoholik, Denzin mencontohkan sub
pertanyaan terkait isu dapat meliputi:

 Bagaimana emosi, sebagai bentuk kesadaran, dijalani, dialami, diartikulasi, dan


dirasakan?
 Bagaimana pria dan wanita biasa menjalani dan mengalami pribadi alkoholik yang aktif
akibat alkoholisme?
Sedangkan pertanyaan prosedural dapat berupa:

 Apa saja pengalaman kehidupan orang-orang ini?


 Cerita apa yang dapat disampaikan dari pengalaman-pengalaman tersebut?
 Apa “titik balik” dalam cerita itu?
 Teori apa saja yang terkait dengan kehidupan individu tersebut?

Dalam studi fenomenologi mengenai profesionalisme guru yang dilakukan oleh Gritz
(1995), satu pertanyaan pokok dan dua jenis sub-sub pertanyaannya meliputi:

Pertanyaan utama:
 Apa makna (bagi para praktisi) menjadi seorang guru yang profesional?
Sub pertanyaan terkait isu:
 Apa yang harus dilakukan seorang guru yang profesional?
 Apa yang tidak boleh dilakukan seorang guru yang professional?
 Seperti tindakan seseorang dapat menunjukkan “profesionalisme guru”?
 Apa kesulitan dan kemudahan menjadi seorang pendidik yang profesional?
 Bagaimana atau kapan anda sadar menjadi seseorang yang profesional?
Sub pertanyaan prosedural:
 Apa makna profesionalisme guru secara struktural?
 Tema dan konteks apa yang mendasari profesionalisme guru?
 Struktur umum apa yang dapat memberikan gambaran mengenai profesionalisme guru?

Dalam proposal disertasinya, dengan menggunakan pendekatan grounded theory, Mastera


(1995) mengkaji proses revisi kurikulum pendidikan umum pada tiga kampus swasta.

Sub pertanyaan terkait isu:


 Teori apa yang dapat menjelaskan proses perubahan dalam revisi kurikulum di tiga
kampus tersebut?
 Bagaimana keterlibatan kepala akademik dalam proses di masing-masing kampus?
Sub pertanyaan prosedural:
 Bagaimana keterbukaan proses itu?
 Apa peristiwa utama yang menjadi acuan proses itu?
 Apa tantangan perubahannya?
 Siapa partisipan utama? Bagaimana mereka berpartisipasi dalam proses?
 Apa hasilnya?

Kemudian Asmussen & Creswell (1995) melakukan studi mengenai kasus penembakan
yang terjadi di sebuah kampus di AS. Pertanyaan pokok dan sub pertanyaan meliputi:

Pertanyaan utama:
 Bagaimana tanggapan pihak kampus terhadap insiden penembakan yang terjadi di
universitas Midwestern?
Sub pertanyaan terkait isu:
 Apa yang terjadi?
 Siapa yang terlibat dalam menanggapi insiden tersebut?
 Respon seperti apa yang muncul selama delapan bulan setelah kejadian?
 Konstruk teoritis apa yang membantu kita memahami respon kampus?
 Adakah konstruk yang khusus dari kasus ini?
Sub pertanyaan prosedural:
 Bagaimana kasus kampus dan kejadian setelah insiden dideskripsikan?
 Topik apa yang diperoleh setelah pengumpulan informasi dilakukan?
 Bagaimana interpretasi topik ini terhadap teori sosial dan psikologi yang lebih luas?

Dari ilustrasi-ilustrasi di atas menunjukkan bahwa dalam studi kualitatif, peneliti dapat
menuliskan pertanyaan pokok dan sub pertanyaan yang dapat mengarahkan isu dalam topik
yang dikaji serta penggunaan istilah-istilah yang menunjukkan pendekatan penelitian yang
dipilih. Selain itu sub pertanyaan prosedural dapat memberi bayangan bagaimana nantinya
langkah-langkah pengumpulan data, analisa dan konstruksi bentuk narasi akan dilakukan
peneliti.

6. KESIMPULAN

Dalam mencari dan menuangkan ide ke dalam proposal penelitian, kelompok kami
dapat menyimpulkan bahwa langkah-langkah berikut, walaupun tidak selalu mutlak berurutan
(menunjukkan elemen-elemen desain penelitian yang saling berhubungan), dapat diambil:

1. Menentukan topik;
2. Mengidentifikasi masalah atau isu-isu menyangkut topik yang dipilih;
3. Merujuk literatur-literatur terkait yang ada (berupa text-book, penelitian, dan artikel);
4. Memilih pendekatan penelitian (naratif, fenomenologi, grounded theory, etnografi, atau
studi kasus);
5. Menyatakan tujuan penelitian; dan
6. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan (pokok dan sub pertanyaan) yang jawabannya
diharapkan dapat ditemukan pada hasil penelitian.

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah pertimbangan target, waktu serta biaya
pelaksanaan penelitian, dan berkonsultasi kepada pihak yang memiliki pengalaman berkaitan
dengan penelitian topik yang dipilih.
7. REFERENSI

Creswell, J.W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five
Approaches, London: Sage Publications, Inc.

Anda mungkin juga menyukai