Anda di halaman 1dari 16

Tugas : Makalah

Dosen : Ns. Susi Sartika Sumi., S.Kep., M.Kep

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF


(CA. SERVIKS)

OLEH KELOMPOK I

Desi Fittoria (NH0117023) Fauzia Intan (NH0117037)

Dodi Alfarez (NH0117026) Febryani Mahadjani (NH0117040)

Elsi Andriani (NH011729) Fitrri S. Ningsih (NH0116043)

Fajar Aswad (NH0117033) Gretzia Heatubun (NH0117046)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT.Karena dengan rahmat dan
hidayah serta karunia-Nya, sehingga kami masih diberi kesempatan untuk bekerja
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Ca. Serviks”, makalah ini merupakan
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami ibu
Ns. Susi Sartika Sumi, S.Kep., M.Kep dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
kami harapkan.

Makassar, Oktober 2019

Kelompok I

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 4

BAB II TINJAUN TEORI .............................................................................................. 6

A. PENGERTIAN ......................................................................................................6

B. ETIOLOGI ............................................................................................................6

C. MANIFESTASI KLINIS ....................................................................................... 7

D. PATOFISIOLOGIS ............................................................................................... 8

E. PATHWAY .........................................................................................................10

F. KLASIFIKASI....................................................................................................12

G. TERAPI ...............................................................................................................13

BAB III PENUTUP .......................................................................................................15

A. KESIMPULAN ...................................................................................................15

B. SARAN................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya
(Prawiroharjo, 2008). Salah satu penyakit yang dapat menganggu kesehatan organ
reproduksi wanita adalah kanker serviks yang merupakan kanker yang paling sering
menyerang wanita di seluruh dunia (Kemenkes, 2012) dalam (Gustiana, 2014)
Kanker merupakan suatu keadaan sel yang bersifat abnormal dimana sel-sel
pada bagian tubuh tertentu tumbuh diluar kendali dan dapat menyerang jaringan
lain untuk membentuk sel-sel kanker lainnya (Dirjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, 2009). Hal ini pula yang dapat terjadi pada sel-sel yang
melapisi leher rahim, yang kemudian dikenal dengan sebutan kanker serviks. Dari
data World Health Organization (WHO) tahun 2010, diketahui terdapat 493.243
jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian
karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun. (Gustiana, 2014)
Kanker serviks termasuk jenis penyakit kanker pada perempuan yang
menimbulkan kematian terbanyak dari seluruh penyakit kanker terutama di negara
berkembang. Lima puluh persen pasien baru kanker serviks tidak pernah
melakukan tes Pap. Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapura
sebesar 25,0% pada ras Cina; 17,8% pada ras Melayu; dan di Thailand sebesar 23,7
per 100.000 penduduk. Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40.000 kasus baru
kanker serviks setiap tahunnya. (Rsup et al., 2015)
Artinya Indonesia akan kehilangan 600-750 orang perempuan yang masih
produktif setiap bulannya. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan, sekitar sepertiga
dari kasus-kasus kanker termasuk kanker serviks datang ketempat pelayanan
kesehatan pada stadium yang sudah lanjut dimana kanker tersebut sudah menyebar
ke organ-organ lain di seluruh tubuh sehingga biaya pengobatan semakin mahal dan
angka kematian semakin tinggi. Disisi lain kesadaran dan pengetahuan masyarakat
tentang kanker termasuk faktor-faktor risiko dan upaya pencegahannya masih
kurang. Padahal 90-95 % faktor risiko terkena kanker berhubungan dengan perilaku

4
dan lingkungan. Karena itu perlu ada suatu gerakan bersama, menyeluruh dan
berkesinambungan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kanker
terutama kanker serviks. (Calizza, 2015)

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997) dalam (Padila, 2015)
B. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjol, antara lain: (Padila, 2015)

1. Umur Pertama Kali Melakukan Hubungan Seksual


Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksusal semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda.
2. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV) atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
5. Soal Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.

6
7. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus,
hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
C. MANIFESTASI KLINIS

1. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang
perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal
perdarahan terjadi lambat. (Padila, 2015)
2. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan.
Pada stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih banyakdisertai infeksi
sehingga cairan yang keluar berbau. (Padila, 2015)
Infeksi HPV dan kanker serviks pada tahap awal berlangsung tanpa gejala. Bila
kanker sudah mengalami progresitivitas atau stadium lanjut, maka gejalanya
dapat berupa:
a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh.
Terkadang bercampur darah.
b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.
c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh
darah dan semakin lam semakin sering terjadi.
d. Perdarahan pada wanita menopause
e. Anemia
f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang
menyebabkan obstruksi total
g. Nyeri
1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam
berkemih, nyeri di daerah di sekitar panggul.
2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan
sebagainya. (Rahayu, 2015)
Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium lanjut antara lain

7
a. Nyeri panggul,
b. Nyeri pinggul,
c. Nyeri kaki,
d. Penurunan berat badan,
e. Anoreksia,
f. Kelemahan dan kelelahan,
Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala
Ca. Serviks adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca
menopause, menstruasi tidak teratur, menstruasi berat, metrorhagia
menyakitkan, atau perdarahan postcoital. Keputihan abnormal adalah keluhan
utama dari sekitar 10% dari pasien; debit mungkin berair, bernanah, atau
berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan saluran kencing atau rektum
terjadi dalam kasus-kasus lanjutan. Nyeri panggul mungkin hasil dari loco
penyakit regional invasif atau dari penyakit radang panggul hidup
berdampingan. (Rahayu, 2015)
D. PATOFISIOLOGI
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS)
berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu
menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun. (Rahayu, 2015)
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma
mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan
hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk
preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks,
jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan
atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel
basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan

8
gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat
serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan. (Rahayu, 2015)
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar
junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel
ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel
kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor
usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium
uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di
dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar
ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan
displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ
terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
(Rahayu, 2015)
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel
serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal
dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel
skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang
rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas.
Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ
asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru
dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah
transformasi. (Rahayu, 2015)
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam
nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah
sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut
dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang
disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat
dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif.
Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
(Rahayu, 2015)

9
Penggunaan
Free Sex Merokok
Alat
Defisit
E. PATHWAY (Rahayu, 2015) Kontrasepsi
perawatan diri
Cedera serviks saat Kekebalan
(vulva higiene)
pemasangan tubuh
menurun

Invasi
HPV
Hubungan seksual
Jumlah kelahiran
(< 20 tahun). Infeksi HPV
dan partus

Pertumbuhan sel
Efek anastesi abnormal di labia
Proses Metaplasy
mayora dan
Anastesi Lemah Mitosis sel eksoserviks dan endoserviks minora

Intoleransi Aktivitas Mual,


Histerektomi total Metaplasia
muntah,
skuamosa
Non Kemotera anoreksi
Tindakan pembedahan Ca. Cerviks
Pembedahan pi
Histerektomi Radikal Penurunan BB
Vaskularisasi Menembus sel Merusak struktur
Luka perdarahan jaringan epitel jaringan serviks Risiko
terganggu Struma serviks ketidakseimbangan
Jaringan terbuka Peradangan endoserviks Menginvasi organ nutrisi kurang dari
dan eksoserviks lain kebutuhan tubuh

10
Risiko Infeksi Nekrosis jaringan Meluas ke
jaringan, Rektum Fistula Uretra Vagina

Keputihan dan bau pembukuh limfe


dan vena Fistula Fistula Fistula
busuk
Rektum rekto vagina
Dinding vagina
Gangguan konsep Infiltrasi
pembuluh Infiltrasi ke
diri: HDR ke syaraf
terdesak Perdarahan uretra
rektum
Perdarahan spontan Nyeri Gangguan
Akut Eliminasi
Gangguan Perfusi Anemia Trombositopenia Urin
Jaringan

11
F. KLASIFIKASI
Mikroskopis (Padila, 2015)
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia berat
terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan dengan
karsinoma insitu.
2. Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh di
daerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
endoserviks.
3. Stadium Karsinoma Mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik
dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan formiks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks Pertumbuhan
eksofilik, berbentuk bunga kool, tunbuh kearah vagina dan dapat mengisi
setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini
mudah nekrosis dan perdarahan. Pertumbuhan endofilik, biasanya dijumpai
pada endoserviks yang lambat laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus

Makroskopik (Padila, 2015)


a. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa
b. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut

12
Tengah mengalami sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti
ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah
Klasifikasi Ca Serviks berdasarkan Tingkat Keparahannya

1. Stage 0: Ca. Pre invasive


2. Stage 1: Ca. Terdapat pada serviks
3. Stage Ia: disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara hispatologi
4. Stage Ib: semua kasus lainnya dari stage I
5. Stage II: sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah
mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
6. Stage III: sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
Stage IIIb : sudah mengenai organ-organ lain (Padila, 2015)
G. TERAPI
1. Irradiasi
a. Dapat dipakai untuk semua stadium
b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
2. Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
3. Komplikasi irradiasi

13
a. Kerentanan kandungan kencing
b. Diarrhea
c. Perdarahan rectal
d. Fistula vesico atau rectovaginasis
4. Operasi
a. Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
b. Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
5. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya
dapat mengalami kesukaran dansering menyebabkan fistula, disamping itu juga
menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
6. Cytostatik
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila
8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama
7. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan kesehatan
perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks (Padila, 2015)

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kanker merupakan suatu keadaan sel yang bersifat abnormal dimana sel-sel
pada bagian tubuh tertentu tumbuh diluar kendali dan dapat menyerang jaringan
lain untuk membentuk sel-sel kanker lainnya (Dirjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, 2009). Hal ini pula yang dapat terjadi pada sel-sel yang
melapisi leher rahim, yang kemudian dikenal dengan sebutan kanker serviks. Dari
data World Health Organization (WHO) tahun 2010, diketahui terdapat 493.243
jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian
karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun. (Gustiana, Yulia Irvani and
Sofiana, Nurchayati, 2014)
Kanker serviks termasuk jenis penyakit kanker pada perempuan yang
menimbulkan kematian terbanyak dari seluruh penyakit kanker terutama di negara
berkembang. Lima puluh persen pasien baru kanker serviks tidak pernah
melakukan tes Pap. Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapura
sebesar 25,0% pada ras Cina; 17,8% pada ras Melayu; dan di Thailand sebesar 23,7
per 100.000 penduduk. Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40.000 kasus baru
kanker serviks setiap tahunnya.
B. SARAN
Perawat, tenaga pendidik berharap masyarakat khususnya wanita usia subur
dapat meningkatkan perilaku pencegahan kanker serviks dengan mencari berbagai
macam informasi dan melakukan pencegahan secara terus-menerus. Masyarakat
yang telah melakukan pencegahan kanker serviks disarankan untuk memberikan
dukungan pada wanita disekelilingnya untuk melakukan perilaku pencegahan
kanker serviks

15
DAFTAR PUSTAKA
Calizza, E., Costantini, M. L. and Rossi, L. (2015) ‘Effect of multiple disturbances on
food web vulnerability to biodiversity loss in detritus-based systems’, Ecosphere,
6(7), pp. 169–174. doi: 10.1890/ES14-00489.1.

Gustiana, D., Yulia Irvani, D. and Sofiana, Nurchayati (2014) ‘Faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku pencegahan kanker serviks pada wanita usia subur’,
Jom Psik, Vol 1, Nom, pp. 1–8. doi: 10.1126/science.323.5912.339a.

Padila (2015) Asuhan Keperawatan Maternitas II. 1st edn. Edited by @Bay.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Rahayu, S. D. (2015) Asuhan Ibu Dengan Kanker Serviks. 1st edn. Edited by Aklia S.
Jakarta: Salemba Medika.

16

Anda mungkin juga menyukai