13
Vol. 4 No.2 Juni 2012 (100-108)
Website: ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/pelangi
Nursyahra
STKIP PGRI Sumatera Barat
tawar dan payau (Djajadiredja, Halimah (daerah aliran sungai) yang banyak
dan Arifin, 1977). Keadaan air juga adalah simbubua. Tapi pada bagian hilir
merupakan langkah penting untuk ada belanak,patai-patai dan kapua-kapua.
memenuhi kebutuhan ikan,maka Dengan demikian ikan-ikan di Batang
perairan memegang peranan penting Air Dingin itu merupakan bagian
sebagai wadah untuk pemeliharaan ikan kekayaan keanekaragaman hayati
serta biota lainnya yang ada di perairan Indonesia. Dengan adanya kekayaan
berada dalam keadaan seimbang serta hayati ini, penduduk sering melakukan
kelestariannya terjamin. Lingkungan penangkapan ikan, sehingga dengan
pembesaran ikan (habitat) dapat adanya kegiatan penangkapan ikan itu
diartikan sebagai wilayah yang akan membahayakan kelangsungan
digunakan ikan untuk melangsungkan populasi ikan tersebut, sehingga
proses pertumbuhannya ,sala satu habitat memungkinkan memberikan dampak
dari pembesaran ikan air tawar adalah terhadap jenis-jenis ikan yang berada di
sungai. Sungai merupakan wilayah yang sungai itu.
dilalui badan air yang bergerak dari tepat
TINJAUAN PUSTAKA
yang tinggi ke tempat yang rendah baik
melalui permukaan atau bawah tanah Sungai
(Jangkaru 2000). Salah satu sungai yang Sungai alami terbentuk oleh
berada di kota Padang adalah Batang Air sumber air tanah atau oleh air
Dingin. Dimana daerah pinggirannya permukaan tanah (Surface water run off)
dimanfaatkan oleh penduduk secara dalam perjalanannya, air sungai akan
intensif Pada daerah hulu sungai ini terus menerus mengalami perubahan
terjadi kerusakan-kerusakan hutan. karena larutan benda benda organik,
Kerusakan hutan tersebut di akibatkan erosi dan pengendapan. Temperatur
karena adanya penebangan pohon di airnya berfluktuasi, tetapi temperatur
hutan. Kegiatan pencurian kayu ini oleh lapisan atas dan lapisan bawah umumnya
penduduk terus berlangsung, karena hampir seragam. Air sungai umumnya
kayu tersebut selain digunakan untuk jernih, cukup mengandung oksigen,
kayu api juga untuk bahan bangunan. cahaya dan didasarnya tidak banyak
Kerusakan hutan daerah tersebut tidak mengandung bahan organik karena
saja terjadi di bagian hulu, tetapi juga selalu terbawa arus (Widi, 2000). Sungai
pada daerah aliran Batang Air Dingin. merupakan wilayah yang dilalui badan
Kerusakan hutan yang terjadi ini akan air yang bergerak dari tempat yang
memberikan dampak pada Batang Air tinggi ke tempat yang rendah baik
Dingin, terutama terhadap populasi ikan. melalui permukaan atau bawah tanah.
Disini hidup berbagai jenis ikan. Dari Berdasarkan sifat badan air, tanah dan
informasi penduduk diketahui bahwa populasi ikan, sebuah sungai dapat
biasanya pada hulu sungai, ikan yang dibedakan menjadi hulu, hilir dan muara.
hidup adalah berupa ikan panjang, Hulu sungai biasanya lebih dangkal,
gariang, kumpareh, kulari,tali-tali dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair
mungkus, sedangkan pada bagian tengah jernih, mengalir cepat, serta populasi
102 Nursyahra
ikan sedikit. Bagian hilir sungai sub terminal), mulut tepat di ujung
umumnya lebih lebar, curam atau landai, hidung (terminal) dan mulut menghadap
badan air dalam, keruh, aliran air lambat, ke atas (superior). Disekitar mulut
populasi ikan banyak tetapi jenisnya kadang-kadang dilengkapi dengan
kurang bervariasi. Muara adalah bagian sungut yang berfungsi sebagai alat
sungai yang berbatasan dengan laut yang peraba dan reseptor kimia. Sungut ini
memiliki tebing yang landai dan diberi nama berdasarkan tempat
dangkal, badan air dalam, keruh serta keluarnya seperti sungut rahang dan
mengalir lambat. Air di muara ini sungut hidung (Bond, 1987). Ikan
bersifat tawar sampai payau, ketinggian mempunyai anggota gerak yang disebut
permukaan badan air sangat dipengaruhi sirip. Ikan mempunyai dua macam sirip,
oleh pasang surut laut (Jangkaru ,2000). yaitu sirip berpasangan dan sirip tunggal.
Perairan sungai yang luas akan dapat Sirip yang berpasangan terdiri dari
memberikan bentuk kondisi yang lebih sepasang sirip dada dan sepasang sirip
banyak, sehingga dapat mempunyai perut. Sedangkan sirip tunggal terdiri
lebih banyak ragam jenis ikan. dari sirip punggung, sirip ekor dan sirip
dubur. Sirip dada, sirip perut, sirip
Morfologi Ikan
punggung dan sirip dubur bekerja sama
Ikan termasuk hewan bertulang untuk menjaga keseimbangan tubuh.
belakang, berdarah dingin, berinsang dan Sirip ekor bekerja sebagai alat
hidup di perairan. Diantara hewan penggerak, sirip dada juga bekerja untuk
bertulang belakang (vertebrata), ikan berputar. Sirip- sirip ini diperkuat oleh
merupakan kelompok terbesar dengan jari- tipis yang terletakjari sirip yang
jumlah jenis terbanyak yaitu 42,6% dari terdiri dari jari-jari sirip lemah dan jari-
jumlah vertebrata yang sudah dikenal. jari sirip keras dan bahkan ada yang
Kelompok ikan ini mempunyai berbentuk duri (Bond, 1987). Menurut
keanekaragaman yang cukup tinggi baik Djuhanda (1981), tubuh ikan umumnya
dalam bentuk, ukuran, perilaku maupun dilindungi oleh sisik dan kulit tipis yang
habitatnya (Tjakrawidjaya, 2001) Tubuh terletak di sebelah luar dari sisik,
ikan dapat dibagi menjadi tiga bagian mengandung banyak sel-sel yang
yaitu : kepala, badan dan ekor. Batas bersifat lendir. Kelenjar-kelenjar ini
kepala mulai dari moncong sampai menghasilkan lendir, karena itu tubuh
bagian belakang tutup insang, batas ikan menjadi licin. Lendir tersebut
mulai dari belakang tutup insang sampai bersifat antiseptic yang berguna
dubur, sedangkan batas ekor mulai dari untuk membebaskan kulit ikan dari
dubur sampai ujung sirip ekor. Pada ikan macam-macam jamur dan bacteri.
tidak ada leher, kepala langsung bersatu Jumlah sisik untuk setiap ikan selalu
dengan badan (Djuhanda, 1981). Mulut tetap. Sisiknya pun juga tumbuh menjadi
pada ikan ada beberapa bentuk yang bertambah besar. Taksonomi Ikan Air
diberi nama berdasarkan letaknya, Tawar Saanin (1984) mengelompokkan
seperti mulut yang terletak agak jauh ikan air tawar dalam beberapa famili.
kebawah (inferior), mulut agak ke bawah Famili tersebut diantaranya:
Jurnal Pelangi 103
sisik garis rusuk 26-29, sungut 4. dari rahang bawah oleh turisan pada
Sesiesnya antara lain: permukaan saja, hidung tidak berbintik
bintik keras, sungut sangat kecil, di
Mystacoleucusmarginatus,M.padangensi
bawah garis rusuk 5,5 sisik antara garis
s danCyclocheilichtheysenoplos
rusuk dan permulaan sirip punggung 3-
d. Genus Osteochilus 3,5 sisik. Spesiesnya antara lain: Puntius
Tidak berjari-jari keras yang rebah javanicus, P. sunieri dan P. ninin.
pada sirip punggung, sirip dubur dengan h. Genus Labeo
lima jari-jari lemah bercabang, sebagai
Tulang di bawah mata tidak lebar,
kecuali 7 sirip punggung dengan 10-18
sembungan tulang rahang bawah tidak
jari-jari lemah bercabang. Panjang
berbintil, bibr bawah dapat dipisahkan
batang ekor dan tingginya yang terendah
dari rahang, sirip punggung 10-18 jari-
sama. Spesiesnya antara lain:
jari lemah bercabang, hidung berkeping
Osteochilus haselti, O. belius popta, O.
di samping, empat sungut. Spesiesnya
interinedius,O.waandersi dan O.
antara lain: Labeo erythropterus,
kappeni. `
Tylognathus falcifer, T. schwanafeldi
e. Genus Hampala dan postulosus Gyrinocheilus valiant
Bibir berpinggir licin, kecuali bibir 3. Famili Chacidae
atas bertekuk-tekuk, mulut di ujung
Sirip dubur pendek, terpisah dari
miring, lebar dan melewati pinggiran
sirip ekor, sirip perut berjari-jari 6,
muka dari ,mata, 2 sungut rahang atas,
langit- langit tidak bergigi, mulut sangat
antara sirip punggung dan sirip perut
besar, lobang hidung berbentuk pipa,
berbelang hitam melintang. Spesiesnya
lubang hidung di belakang bertentakel.
antara lain: Hampala macrolepidota dan
Spesiesnya antara lain: Chaca-chaca
H. ampalongi.
(Ikan Putting Beliung).
f. Genus Labeobarbus
4. Famili Ophiocephalidae
Mulut di ujung atau agak di bawah
Badan panjang, silindris, sebelah
dan tidak melewati pinggiran muka dari
ke muka agak gepeng, sirip punggung
mata, 2 atau 4 sungut atau tidak
dan sirip dubur panjang, bersirip dada
bersungut, jari-jari keras, sirip punggung
letak sirip perut tida jauh dari letak sirip
licin, kepala tidak berkerinyut, berurat
dada, mulut lebar dan dapat
saraf, antara garis rusuk dan sirip
disembulkan. Genus Ophiocephalus
pnggung 3,5 baris sisik bagian yang
Kepala bersisik, permulaan sirip
kaku dari jari-jari bertulang dari sirip
punggung di atas atau sedikit di
punggung sama panjang dengan sirip
belakang sirip dada, sirip punggung
kepala tidak dengan hidung. Spesiesnya
panjang dan dasarnya hampir mencapai
antara lain: Labeobarbus douronensis
pangkal siripekor. Kepala berbentuk
dan L. tambra g. Genus Puntius Bibir
kepala ular, sisik garis rusuk 52-57 sirip
bawah tidak terpisah dari rahang bawah
dada lebih pendek dari pada bagian
yang tidak berkulit tebal atau terpisah
kepala di belakang mata. Spesiesnya
Jurnal Pelangi 105
antara lain: Tilapia mosambica dan T. adalah untuk mengetahui Jenis-jenis ikan
nilotica. yang tertangkap di Batang Air Dingin
kota Padang.
5. Famili Cichlidae
Terdapat sebuah lubang hidung Manfaat Penelitian
pada tiap sisi linea lateralis terputus- Hasil penelitian ini diharapkan
putus, sirip dubur terdiri dari 3 jari-jari dapat bermanfaat sebagai.
keras dan 10 jari-jari lemah, sirip 1. Informasi bagi masyarakat tentang
punggung 15-18 buah jari-jari keras 13, keragaman hayati ikan sungai,
Genus Tilapia, penampang kepala dan khususnya di perairan Batang Air
hidung dari atas cembung, gill rocker 28 Dingin.
buah, jaraknya rapat, alat kelamin agak 2. Masukan bagi instansi yang terkait
putih, jernih, sirip dubur berbintik-bintik dengan kelestarian ekosistem sungai.
hitam. Spesiesnya antara lain: Tilapia
mosambica, dan T. nilotica. METODA PENELITIAN
letak tersebut berdasarkan subsrat dasar (pukul 8.00 wib), siang (pukul 14.00
sungai. Mulai dari hulu yang merupakan wib), malam (pukul 20.00 wib). Begitu
stasiun I mempunyai kedalaman juga untuk stasiun II sama seperti stasiun
maksimal 1 m, arus deras dan barbatu- I. Sedangkan untuk stasiun III (hilir)
batu serta berkerikil. Bagain tengah penyampelan ikan menggunakan jala
(stasiun II) airnya deras, berbatu-batu, dan jaring. Ikan diambil dua kali yaitu
berkerikil dan berpasir, sedangkan pasang surut (pukul 15.00 wib) dan
bagian hilir (stasiun III) substrat dasar pasang naik (pukul 21.00 wib).
sungai pasir berlumpur dan dipengaruhi Kemudian ikan yang ditangkap difoto
oleh pasang surut. dan diawetkan dengan formalin 4%
(Saanin,1984).
Cara Kerja
b. Di laboratorium
a. Di lapangan
Ikan yang didapatkan dan telah
Pada stasiun I (bagian hulu),
diawetkan dengan formalin 4%,
sampel ikan dikumpulkan dengan
selanjutnya dilakukan identifikasi
menggunakan alat shock fishing, jala
menggunakan buku acuan Saanin (1984)
dan jaring. Lokasi penyamplingan
dan Kottelat et.al (1993).
sepanjang kira-kira 100 m. Ikan yang
terkena listrik dari accu dikumpulkan HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan menggunakan tangguk, Dari penelitian yang telah
kemudian ikan yang tertangkap difoto dilakukan di Batang Air Dingin kota
dan diawetkan dengan formalin 4% Padang ditemukan 19 jenis ikan dan 10
(Saanin, 1984). Selanjutnya diberi label. Familia. Untuk lebih jelasnya dapat
Pengambilan ikan tiga kali yaitu pagi dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 : Jenis-jenis dan judul individu Ikan yang Tertangkap Pada Bagian Hulu
,
Jurnal Pelangi 107
Jumlah jenis ikan yang tertangkap perairan tawar dan berarus deras.
pada masing-masing stasiun bervariasi. Sedangkan untuk Glyptothorax
Pada stasiun I (hulu sungai) ditemukan 8 platypogonoides yang merupakan
jenis ikan terdiri dari Nemacheilus sp., familia Sisoridae juga mempunyai
Barbichthys laevis, Osteochillus jumlah individu banyak. Ini diduga
spilurus, Tor tambra, Sicyopterus karena ikan ini juga merupakan ikan
macrostetholepis, Sicyopterus micrurus, yang menyukai arus deras. Seperti yang
Sicyopus zosterophorum, Glyptothorax dikemukakan oleh Kottelat et.al. (1993)
platypogonoides. Pada stasiun II (tengah bahwa Sisoridae merupakan ikan-ikan
sungai) ditemukan 10 jenis ikan yaitu berkumis air tawar yang menghuni dasar
Angguilla marmorata, Nemacheilus sp. perairan dari Asia. Tidak memiliki sirip
Barbichthys laevis, Osteochillus dada atau duri sirip dada ramping.
spilurus, Tor tambra, Eleotris Pangkal sungutnya tebal dan pipih diatas
melanosoma,Pseudopocrytes anceolatus, sudut mulut. Badannya datar dan
Sicyopterusmacrostetholepis,Macronath beradaptasi dengan air berarus deras di
usmaculatus,Glyptothoraxplatypogonoid sungai-sungai gunung dan biasanya
es. Pada stasiun III (hilir sungai) ada 8 ditemukan sedang bersembunyi atau
jenis ikan yaitu Barbichthys laevis, menyelinap di bawah batu, memakan
Ambassis vachellii, Parambosis larva invertebrata khususnya larva
apogonoides, Gerres filamentosus, serangga. Pada penelitian ini kecepatan
Glossogobius biocellatus, Tamanka arus pada stasiun I 81,63 cm/detik dan
sarasinorum, Valamugil cunnesius, stasiun II 71,73 cm/detik, artinya stasiun
Valamugil ophuysenii. Ikan yang I dan stasiun II ini berarus deras bila
tertangkap pada penelitian ini dapat dibandingkan dengan stasiun III, yaitu
dilihat pada Lampiran 1. Ikan –ikan yang hanya 22,25 cm/detik. Ikan-ikan yang
tertangkap berjumlah 544 ekor, jumlah tertangkap selama penelitian ini ternyata
ikan yang terbanyak ditemukan pada yang seharusnya dijumpai dibagian hulu
bagian tengah yaitu stasiun II sebanyak sungai, tidak dijumpai tapi hanya
350 ekor, dan yang paling sedikit pada dijumpai pada bagian tengah dan
bagian hilir yaitu di stasiun III sebanyak jumlahnya sangat sedikit, ikan tersebut
86 ekor. Jumlah individu ikan yang dalah Anguilla marmorata, Macronathus
terbanyak ditemukan adalah jenis maculatus, Eleotris melanosoma.
Sicyopterus macrostetholepis yang Sedikitnya jumlah ikan-ikan tersebut
berjumlah 256 ekor dan Glyptothorax mungkin disebabkan oleh kerusakan
platypogonoides sebanyak 128 ekor. lingkungan di hulu sungai, karena
Banyaknya jumlah individu dari perubahan lahan dan hutan akibat adanya
Sicyopterus macrostetholepis yang penebangan pohon-pohon. Kottelat et.al.
merupakan familia dari Gobiidae, hal ini (1993) menyatakan bahwa di Indonesia
diduga karena ikan-ikan dari familia penggundulan hutan merupakan
obiidae ini lebih umum ditemukan pada ancaman yang serius bagi ikan dan
108 Nursyahra
Bond, CE. 1987. Biologi Ikan. Dewan Widi, R. K. 2000. Sungai sebagai Salah
Bahasa dan Pustaka Malaysia, Satu Sumber Kehidupan bagi
Kuala Lumpur. Makhluk Hidup. Buletin Pusat
Studi Lingkungan Ubaya. Edisi 6:
Djajadiredja. R, S. Halimah dan Z. 1-3.
Arifin. 1997. Buku Pedoman
Pengenalan