Anda di halaman 1dari 21

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
Sinta Mariani (1810701010)
Sita Utami Dewi (18107010)
Fatimah Azzahra (18107010)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
DIII KEPERAWATAN 2018

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karuniaNya Kami di berikan kesehatan dan kesempatan dalam
menyelesaikan makalah tentang deficit perawatan diri. Tak lupa Kami ucapkan
banyak terima kasih kepada berbagai pihak terutama kepada dosen pengampu mata
kuliah keperawatan maternitas yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
dan kepada semua pihak yang tidak dapat kami ucapkan satu persatu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Di dalam makalah ini kami menyadari
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat Kami harapkan agar menjadikan makalah ini lebih baik lagi.

Jakarta, 17 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan ............................................................................................. 2
D. Metode Penulisan................................................................................................ 2
E. Sistematika Penulisan ........................................................................................ 2

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau
bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas
hidup manusia. Gangguan jiwa dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu gangguan jiwa
ringan (Neurosa) dan gangguan jiwa berat (Psikosis). Psikosis ada dua jenis yaitu:
Psikosis organik, dimana didapatkan kelainana pada otak dan psikosis fungsion tidak
terdapat kelainan pada otak. Psikosis salah satu bentuk gangguan jiwa merupakan
ketidak mampuan untuk berkomunikasi atau menggali realitas yang menimbulkan
kesukaran dalam kemampuan seseorang berperan sebagaimana mestinya dalam
kehidupan sehari-hari (Andayani, 2012).
Menurut World Health Organitation(WHO, 2013), prevalensi masalah kesehatan
jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari Penduduk dunia pernah menderita masalah
kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah Gangguan jiwa berat, potensi seseorang mudah
terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang di seluruh dunia
terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku. Berdasarkan hasil survey
awal peneliti di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Medan, Dari 48 klien yang dirawat Inap di ruangan Kamboja, 26 klien (54%)
diantaranya mengalami defisit perawatan diri.
Riset Kesehatan Jiwa (2013) jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia terus
bertambah, terdapat 14,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa mulai dari
yang ringan hingga berat.
Dari hasil survey awal di RSJ. Prof. dr. V. L. Ratumbuysang Manado Tahun
2014 diruangan katrili pasien defisit perawatan diri berjumlah 15 orang dan ruangan
Alabadiri berjumlah 12 orang, pada Bulan Agustus 2015 diruangan katrili berjumlah 17
orang dan ruangan Alabadiri berjumlah 19 orang, pada Bulan September 2015
diruangan katrili berjumlah 10 orang dan ruangan Alabadiri berjumlah 15 orang, Bulan
September 4 orang ijin pulang sedangkan, Bulan Oktober 2015 berjumlah diruangan
katrili berjumlah 17 orang dan ruangan Alabadiri berjumlah 10 orang (Profil Ruangan
Katrili Dan Alabadiri RSJ. Prof. dr. V. L. Ratumbuysang Manado, 2015).
Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup
berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga
dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi,
berpakaian, berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakuan intervensi oleh
perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko tinggi isolasi sosial
(Nasution, 2013).
Menurut Thomas (2012) defisit perawatan diri merupakan salah satu gejala yang
sering ditemukan pada pasien dengan gangguan jiwa, dimana halusinasi sering
3
diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia, 70% diantaranya mengalami
defisit perawatan diri, gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengan gejala
halusinasi adalah gangguan Manik Depresif dan Delirium (Hardiyah, 2010).
B. Rumusan Masalah

4
BAB II

PEMBAHASAN

Kasus Defisit Perawatan Diri

Seorang laki-laki berusia 60 tahun dibawa ke UGD RSJ dengan keluhan keluyuran pada malam
hari terkadang baru pulang setelah 1 minggu menghilang, tidak mau mandi, tidak mau makan,
pasien terlihat duduk di pojok ruangan menolakuntuk bicara dengan perawat. Pasien hanya
menundukkan kepala, tidak ada kontak mata. Dari jarak 2 meter tercium bau badan dan pesing,
baju kotor. Menurut keluarga, sering mendapatkan pasien tidur dikamar mandi ataupun buang
air kecil di tempat tidur. Hal ini disebabkan oleh semakin parahnya tingkat demensia yang
diderita oleh pasien.

A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri

1. Pengertian
Herdman (2012) mendefinisi defisit perawatan diri sebagai suatu gangguan
didalam melakukan aktifitas perawatan diri (kebersihan diri, berhias, makan,
toileting). Sedangkan perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar
manusia untuk memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Perawatan Diri (kebersihan pribadi) yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, yang biasa dikenal dengan aktivitas sehari-hari (ADLS). Aktivitas ini
dipelajari dari waktu ke waktu dan men- jadi tantangan seumur hidup. Kegiatan
perawatan diri tidak hanya melibatkan apa yang harus dilakukan (kebersihan,
mandi, pertemuan, toilet, makan), tetapi juga jumlah, kapan, di mana, dengan
siapa, dan bagaimana (Miller dalam Carpenito-Moyet, 2009).
Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan,
dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat
maupun pada orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan
kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan
infeksi. Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota
keluarga untuk melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan
pasien(Potter& Perry, 2006).
Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif,
yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari
kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau hygiene, berpakaian atau
berhias, toileting, instrumental) (Lynda Juall, 2007).

5
Membantu seseorang yang memperbaiki kelayakan untuk melakukan
penyelesaian masalah sehari-hari secara mandiri disebut dengan defisit perawatan
diri. Tidak ada keinginan klien untuk kamar mandi, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Perawatan cacat
merupakan salah satu masalah yang timbul pada klien Tangguan jiwa. Klien
gangguan jiwa. Karena ini merupakan gejala Derivasi negatif dan menyebabkan
klien dikucilkan, baik dalam keluarga maupun masyarakat.

2. Proses terjadinya masalah


Menurut Potter dan Perry (2009), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene, yaitu:
1) Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempe ngaruhi kebersihan
diri. Perubahan fisik akibat opera bedah, misalnya,dapat memicu individu
untuk tidak peduli terhadap kebersihannya.
2) Status sosial ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempe ngaruhi jenis dan
tingkat praktik perawatan diri yang dilakukan. Perawat harus menentukan
apakah pasien dapat mencukupi perlengkapan perawatan diri yang
penting, seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo. Selain itu, hal yang
perlu diperhatikan adalah apakah penggun perlengkapan tersebut sesuai
dengan kebiasaan sosial yang dipraktikkan oleh kelompok sosial pasien.
3) Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat
mempengaruhi praktik perawatan diri.
4) Variabel kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai dirni mempengaruhi
perawatan diri. Orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda
mengikuti praktik kesehatan yang berbeda pula. Disebagian
masyarakat,misalnya, u yang menerapkan mandi setiap hari, tetapi
masyar dengan lingkup budaya yang berbeda hanya mandi seminggu
sekali.
5) Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan memerlukan bantuan Biasanya, jika tidak mampu, klien
dengan kondisi fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak
melakukan perawatan diri.

6
Kemudian ada penyebab lain antara lain:
I. Faktor prediposisi
a. Biologis, seringkali defisit perawaan diri disebabkan karena adanya penyakit
fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri dan adanya faktor herediter yaitu ada anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa.
b. Psikologis, factor perkembangan memegang peranan yang tidak kalah penting
hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan individu
sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa
mengalamai defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang
kurang sehingga menyebabkan pasien tidakpeduli terhadap diri dan
lingkungannya termasuk perawatan diri.
c. Sosial, Kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan
mengakibatkan penurunan kemampuan dalam perawatan diri.

II. Faktor presipitasi


Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.

 Pohon Masalah
Isolasi sosial: menarik diri

Menurunnya motivasi dalam perawatan diri {causa}

Defisit perawatan diri {core problem}

Gangguan pemeliharaan kesehatan (BAB, BAK, Mandi, makan, minum)


{effect}

3. tanda dan gejala


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai berikut :
a. Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,memperoleh atau
mendapatkan sumber air,mengatur suhu atau aliran air mandi,mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian
,menanggalkan pakaian,serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki
ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,memilih pakaian,mengambil
pakaian dan mengenakan sepatu
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,mempersiapkan
7
makanan,melengkapi makanan,mencerna makanan menurut cara yang diterima
masyarakat,serta mencerna cukup makanan dengan aman
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil,duduk atau bangkit dari jamban,memanipulasi pakaian untuk
toileting,membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,dan menyiram toilet atau
kamar kecil.

4. Bentuk-bentuk defisit perawatan diri


Menurut Nanda (2012),jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri.

b. Defisit perawatan diri : berpakaian


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berhias untuk diri sendiri

c. Defisit perawatan diri : makan


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan secara
mandiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi / toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.

5. Lingkup Defisit Perawatan Diri

a. Kebersihan diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakajan kotor, bau badan, bau napas,
dan penampilan tidak rapi.
b. Berdandan atau berhias
Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, atau
mencukur kumis.
c. Makan
Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmam- puan membawa makanan dari
piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan dari piring.
d. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi atau berkemih
tanpa bantuan.

6. melatih cara perawatan kebersihan diri


I. melatih pasien cara merawat diri
 Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
 Menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk membersihkan diri

8
 Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
 Melatih pasien praktik membersihkan diri seperti mandi, gosok gigi, potong kuku,
mencuci baju dan sebagainya.
II. melatih berhias
 Melatih cara berpakaian
 Melatih menyisir rambut
 Melatih bercukur
 Melatih cara berdandan bagi pasien wanita
III. Melatih makan secara mendiri
 Menjelaskan cara mempersiapkan makan
 Menjelaskan cara makan yang benar
 Menjelaskan cara merapikan peralatan setelah makan
 Membimbing pasien untuk makan sesuai dengan tahapan makan yang benar
IV. Melatih BAB dan BAK dengan benar
 Mengajarkan pasien melakukan BAB dan BAK dengan benar
 Menjelaskan tempat BAB dan BAK yang tepat
 Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
 Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

6. Pengertian Dimensia
Demensia adalah sindrom penurunan fungsi intelektual dibanding sebelumnya yang
cukup berat sehingga mengganggu aktivitas sosial dan profesional yang tercermin dalam
aktivitas hidup keseharian, biasanya ditemukan juga perubahan perilaku dan tidak disebabkan
oleh delirium maupun gangguan psikiatri mayor (Ong dkk, 2015).
Demensia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan dan degenarasi sel-sel
otak secara abnormal, termasuk penurunan kemampuan daya ingat, disorientasi waktu, orang
dan tempat, serta hilangya fungsi-fungsi intelektual lainnya. (Varcarolis, Carson dan
Shoemaker, 2006)

7. Tingkatan Dimensia
 Stadium I / awal : Berlangsung 2-4 tahun dan disebut stadium amnestik dengan gejala
gangguan memori, berhitung dan aktivitas spontan menurun. Fungsi memori yang
terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami, dan tidak menggangu
aktivitas rutin dalam keluarga (Stanley, 2007).
 Stadium II / pertengahan : Berlangsung 2-10 tahun dan disebut fase demensia. Gejalanya
antara lain, disorientasi, gangguan bahasa (afasia). Penderita mudah bingung, penurunan
fungsi memori lebih berat sehingga penderita tidak dapat melakukan kegiatan sampai
selesai, gangguan kemampuan merawat diri yang sangat besar, gangguan siklus tidur,
mulai terjadi inkontinensia, tidak mengenal anggota keluarganya, tidak ingat sudah
melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi. Dan ada gangguan visuospasial
yang menyebabkan penderita mudah tersesat dilingkungan (Stanley, 2007).
 Stadium III / akhir : Berlangsung 6-12 tahun. Penderita menjadi vegetatif, tidak bergerak
dengan gangguan komunikasi yang parah (membisu), ketidakmampuan untuk mengenali
keluarga dan teman-teman, gangguan mobilisasi dengan hilangnya kemampuan untuk
berjalan, kaku otot, gangguan siklus tidur-bangun, dengan peningkatan waktu tidur,
tidak bisa mengendalikan buang air besar atau kecil. Kegiatan sehari-hari membutuhkan
bantuan orang lain dan kematian terjadi akibat infeksi atau trauma (Stanley, 2007).

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI


9
1. Pengkajian defisit perawatan diri
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada pasien dan
keluarga.
Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan dengan wawancara,
melalui pertanyaan sebagai berikut:
a. Coba ceritakan kebiasaan/ cara pasien dalam membersihkan diri?
b. Apa yang menyebabkan pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok gigi
dan,menggunting kuku?
c. Bagaimana pendapat pasisen tentang penampilan dirinya? Apakah pasien puas dengan
penampilan sehari-hari pasien?
d. Berapa kali sehari pasien menyisir rambut , berdAndan, bercukur (untuk laki-laki) secara
teratur?
e. Menurut pasien apakah pakaian yang digunakan sesuai dengan kegiatan yang akan
dilakukan
f. Coba ceritakan bagaimana kebiasaaan pasien mandi sehari-hari ? peeralatan mandi apa saja
yang digunakan pasien ?
g. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan makan dan minum pasien ?
h. Menurut pasien apakah alat makan yang digunakan sesuai dengan fungsinya ?
i. Coba ceritakan apa yang pasien lakukan ketikan selesai BAB atau BAK ?
j. Apakah pasien membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK?
k. Tanyakan mengenai pengetahuan pasien mengenai cara perawatan diri yang benar

Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan melalui observasi adalah
sebagai berikut :
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau,
kuku panjang dankotor.
b. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor
dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien
wanita tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan dan minum sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.

d. Ketidakmampuan BAB dan BAK secara mandiri, ditAndai dengan BAB dan BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB dan BAK.

Data hasil observasi dan wawancara didokumentasikan pada kartu status pasien di Contoh
pendokumentasian hasil pengkajian sebagai berikut:

10
Data : Pasien mengatakan belum mandi, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau,
kuku panjang dan kotor.Rambut acak-acakan,tidak disisir, pakaian kotor dan tidak rapi,
pakaian tidak sesuai, makan dan minum diambilkan oleh keluarga, makan berceceran, dan
tidak pada tempatnya. Tidak menyiram dan membersihkan diri setelah BAB dan BAK .

2. Diagnosis Keperawatan Defisit Perawatan Diri


Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tAnda dan gejala defisit perawatan
diri yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tAnda dan gejala defisit perawatan
diri, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah

Defisit perawatan diri : Kebersihan diri,berdAndan, makan dan minum, BAB dan BAK

3. Tindakan Keperawatan Defisit Perawatan Diri


Tindakan keperawatan defisit perawatan diri dilakukan terhadap pasien dan keluarga.
Saat memberikan pelayanan di rumah sakit (bila ada pasien dikunjungi atau didampingi
keluarga), puskesmas atau kunjungan rumah, maka perawat menemui keluarga terlebih
dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga, perawat mengidentifikasi masalah yang
dialami pasien dan keluarga. Setelah itu, perawat menemui pasien untuk melakukan
pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi defisit perawatan diri yang dialami pasien.
Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga dan
melatih keluargauntuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah
dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing
pasien melatih kemampuan mengatasi defisit perawatan diri yang telah diajarkan oleh
perawat.
Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan,
minimal empat kali pertemuan hingga pasien dan keluarga mampu mengatasi defisit
perawatan diri.

a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Defisit Perawatan Diri


Tujuan: Pasien mampu:
1) Membina hubungan saling percaya

11
2) Melakukan kebersihan diri secara mandiri
3) Melakukan berhias/berdAndan secara baik
4) Melakukan makan dengan baik
5) Melakukan BAB/BAK secara mandiri
b. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Defisit Perawatan Diri
1) Membina hubungan saling percaya dengan cara:
 Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
 Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
 Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
 Buat kontrak asuhan: apa yang akan dilakukan bersama pasien, berapa lama akan
dikerjakan dan tempatnya di mana.
 Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
 Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
 Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri , perawat dapat melakukan
tahapan tindakan yang meliputi:
 Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
 Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
 Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
 Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
3) Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :Berpakaian, Menyisir rambut dan
Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :Berpakaian, Menyisir rambut dan
Berhias
4) Melatih pasien makan dan minum secara mandiri
Untuk melatih makan dan minum pasien, perawat dapat melakukan tahapan
sebagai berikut:
 Menjelaskan kebutuhan (kebutuhan makan perhari dewasa 2000-2200
kalori (untuk perempuan) dan untuk laki-laki antara 2400-2800 kalori
setiap hari makan minum 8 gelas (2500 ml setiap hari) dan cara makan dan
minum
 Menjelaskan cara makan dan minum yang tertib.
 Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan dan minum setelah makan dan
minum
 Mempraktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

12
5) Mengajarkan pasien melakukan BAB dan BAK secara mandiri
Perawat dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan
berikut:
 Menjelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai
 Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
 Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
 Mempraktikkan BAB dan BAK dengan baik
c. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Pasien Defisit Perawatan Diri
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien defisit perawatan diri di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien
Tujuan: Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami defisit perawatan
diri

Tindakan keperawatan
1) Mendiskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien defisit perawatan diri
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan
diri dan mengambil keputusan merawat pasien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien
untuk menjaga perawatan diri pasien.
4) Latih keluarga cara merawat dan membimbing kebersihan diri, berdAndan, makan
dan minum, BAB dan BAK pasien
5) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
perawatan diri pasien
6) Mendiskusikan tAnda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke
fasilitas kesehatan.
7) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

4. Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga Dalam Defisit Perawatan Diri


a. Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan ditandai dengan peningkatan
kemampuan pasien dalam perawatan diri, seperti
1) Klien mampu melakukan mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan menggunting
kuku dengan benar dan bersih
2) Mengganti pakaian dengan pakaian bersih
3) Membereskan pakaian kotor
4) Berdandan dengan benar
5) Mempersiapkan makanan
6) Mengambil makanan dan minuman dengan rapi
7) Menggunakan alat makan danminum dengan benar
8) BABdan BAK pada tempatnya
9) BAB dan BAK air kecil dengan bersih.

13
b. Evaluasi kemampuan keluarga defisit perawatan diri berhasil apabila keluarga dapat :
1) Mengenal masalah yg dirasakan dalam merawat pasien (pengertian, tanda dan gejala,
dan proses terjadinya defisit perawatan diri )
2) Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien
3) Merawat dan membimbing pasien dalam merawat diri : kebersihan diri ,
berdandan (wanita), bercukur (pria), makan dan minum, BAB dan BAK.
4) Follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan rujukan.

5. Dokumentasi
Pendokumentasian dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan dengan pasien dan
keluarga (pelaku rawat). Berikut ini contoh pendokumentasian asuhan keperawatan defisit
perawatan diri pada kunjungan keempat

Tabel 6.7
Dokumentasi Keperawatan

IMPLEMENTASI EVALUASI

14
12November 2015 pkl. 10.00
S :Pasien
Data:  Pasien mengatakan sudah melakukan
Data pasien dan kemampuan mandi sehari 2 kali, , sikat gigi (2 kali per
Pasien tampak bersih, badan dan hari), cuci rambut (2 kali per minggu),
rambut bersih dan tidak bau, rambut potong kuku (satu kali per minggu),
sudah disisir rapi , wajah Berdandan dan mengganti pakaian dua kali
menggunakan bedak, kuku pendek sehari sehabis mandi pagi dan sore, makan
dan bersih, gigi bersih dan tidak 3 kali sehari dan minum 6-8 gelas sehari.
bau. Pakaian bersih dan sesuai, BAB dan BAK dikamar mandi
dapat mengambil makan sendiri, S : keluarga
makan pada tempatnya 1. Keluarga mengatakan anaknya dapat
Kemampuan pasien Mandi 2x sehari, melakukan kegiatan sesuai jadwal
gosok gigi 2x sehari, keramas sudah 2. Keluarga mengatakan senang dapat
1x, gunting kuku 1x seminggu, membimbing anaknya untuk melakukan
berdAndan dan berpakaian, makan kebersihan diri.
dan minum (semua kegiatan 3. Keluarga mengatakan akan terus
dilakukan secara mandiri ) memotivasi anaknya untuk melakukan
Pasien mengatakan kadang masih sesuai jadwal
suka BAK sembarangan. 4. Keluarga mengatakan akan berobat
rutin ke puskesmas dan mencegah agar
anaknya tidak kambuh lagi
Data keluarga dan kemampuan
Keluarga mengatakan sudah
mengetahui apa itu kebersihan O: Pasien
diri,kurang perawatan diri, tanda 1. Pasien tampak bersih, badan dan
dan gejala serta proses terjadinya rambut bersih dan tidak bau, rambut
masalah. sudah disisir rapi , wajah menggunakan
Keluarga mampu melatih dan bedak, kuku pendek dan bersih, gigi

15
IMPLEMENTASI EVALUASI

membimbing pasien cara melakukan bersih dan tidak bau. Pakaian bersih
perawatan diri, dan sesuai, dapat mengambil makan
berdandan,berpakaian sendiri, makan pada tempatnya, BAB
makan/minum . dan BAK dikamar mandi, membersihkan
DK: diri setelah BAB dan BAK dan menyiram
Defisit perawatan diri WC setelah BAB dan BAK.
2. pasien Mandi 2x sehari ,dilakukan
Intervensi: sendiri , gosok gigi 2x sehari( mandiri),
Tindakan ke pasien keramas sudah 1x (mandiri) gunting
Evaluasi kegiatan kebersihan diri, kuku 1x seminggu (mandiri) ,berdandan
berdandan, makan dan minum. Beri (mandiri) dan berpakaian (mandiri),
pujian Jelaskan cara BAB dan BAK makan dan minum (mandiri ), BAB dan
yang baik, melatih BAB dan BAK BAK (mandiri)
yang baik , memasukkan pada
jadwal kegiatan untuk latihan O: Keluarga
kebersihan diri, berdandan, makan 1. Keluarga tampak melatih dan
dan minum dan BAB dan BAK membimbing cara merawat kebersihan
diri dan berdandan dan makan dan
Tindakan ke keluarga minum , BAB dan BAK terhadap
Evaluasi kegiatan keluarga dalam anaknya
merawat/melatih pasien kebersihan 2. Keluarga kooperatif
diri, berdandan, makan dan minum. 3. Keluarga mengerti tanda-tanda
Beri pujian, membimbing keluarga kekambuhan dan control teratur ke
BAB dan BAK pasien. jelaskan follow puskesmas
up ke PKM, tanda kambuh, rujukan,
Anjurkan membantu pasien sesuai A:
jadwal dan memberikan pujian Pasien mampu melakukan kebersihan diri,
berdandan dan berpakaian, makan dan
RTL: minum, BAB dab BAK.
Pasien
Melakukan kebersihan diri sesuai P:
jadwal P untuk pasien
Keluarga Pasien mandi sehari 2 kali, , sikat gigi (2 kali
Memotivasi dan membimbing untuk per hari), cuci rambut (2 kali per minggu),
melakukan kebersihan diri sesuai potong kuku (satu kali per minggu), Berdandan
jadwal. Follow up ke puskesmas dan dan mengganti pakaian dua kali sehari sehabis
pencegahan kekambuhan mandi pagi dan sore, makan 3 kali sekali dan
minum 8 gelas sehari. BAB dan BAK
ditempatnya.

P . Keluarga
Memotivasi dan membimbing pasien sesuai
dengan jadwal : mandi sehari 2 kali, , sikat gigi
(2 kali per hari), cuci rambut (2 kali per
minggu), potong kuku (satu kali per minggu),
Berdandan dan mengganti pakaian dua kali
sehari sehabis mandi pagi dan sore , makan 3x

16
IMPLEMENTASI EVALUASI

sehari dan minum 8 gelas perhari, BAB dan BAK


ditempatnya ,
Berobat membawa anaknya ke puskesmas
secara teratur. Merujuk ke puskesmas bila ada
tanda-tanda kekambuhan

17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai