Karakteristik individu adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada
individu sebaggai hasil dari pembawaan dan lingkungannya. Untuk menjelaskan karakteristik-
karakteristik individu baik hal fisik, mental maupun emosional ini biasanya digunakan
istilah Nature (alam atau sifat dasar) adalah karakteristik individu atau sifat khas seseorang yang
dibawa sejak lahir atau yang diwarisi sebagai sifat pembawaan,
sedangkanNurture (pemeliharaan, pengasuhan) adalah faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi individu sejak dari masa pembuahan sampai selanjutnya.
Nature dan nurture ini merupakan faktor yang mempengaruhi karakteristik individu.
Adanya karakteristik individu yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan tersebut jelas
membawa implikasi terhadap proses pendidikan di sekolah. Dalam hal ini, proses pendidikan
disekolah harus disesuaikandengan karakteristik peserta didik secara individu. Berdasarkan
pemahaman ini, maka secara esensial proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru adalah
menyediakan kondisi yang kondusif agar masing-masing individu peserta didik dapat belajar
secara optimal. Ini berarti bahwa didalam proses belajar mengajar setiap individu atau peseta
didik memerlukan perlakuan yang berbeda, sehingga startegi dan usaha pelaksanaannya pun
akan berbeda-beda dan bervariasi. Dalam pembicaraan mengenai karakteristik individu peserta
didik ini, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Karakteristik yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills,seperti kemempuan
intelektual, kemempuan berfikir dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor.
Pemahaman tentang karakteristik individu peserta didik ini memiliki arti penting dalam
interaksi belajar mengajar. Bagi seorang guru khususnya informasi mengenai karakteristik
individu peserta didik ini akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola
pengajaran yang lebih baik atau yang lebih cepat, yang dapat menjamin kemudahan belajar bagi
setiap peserta didik. Dengan pemahaman atas karakteristik individu peserta didik ini, guru dapat
merekonstruksi dan mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian rupa, memilih dan
menentukan metode yang lebih tepat, sehingga terjadi proses interaksi dari masing-masing
komponen belajar mengajar secara optimal. Disamping itu, pemahaman atas karakteristik
individu peserta didik juga sangat bermanfaat bagi guru dalam memberikan motivasi dan
bimbingan bagi setiap individu peserta didik kearah keberhasilan belajarnya.[9]
Berkenaan dengan hal tersebut bila kita lihat dari karakteristik peserta didikusia sekolah
menengah (SMP/SMA), dapat di bedakan dalam dua tahap perkembangan:
Menurut banyak ahli anak usia sekolah menengah berada pada tahapan perkembangan
pubertas (10-14 tahun). Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini,
yaitu:
d. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan
keadilan tuhan.
Adapun karakteristik anak usia sekolah yang demikian, maka guru diharapkan untuk:
a. Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika
membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomi.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan minatnya melalui
kegiatan-kegiatan positif.
b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung
tinggi oleh masyarakat.
c. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
g. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
c. Melatih siswa mengembangkan kemampuan bertahan dalam kondisi sulit dan penuh
godaan.
g. Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, dan bersedia mendengarkan segala
keluhan dan problem yang dihadapinya.[10]
Berdasarkan keterangan tersebut diatas, bila kita kaitkan dengan pembelajaran SKI, maka
seorang guru perlu untuk memahami karakteristik individu peserta didik, sehingga dapat memilih
dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik atau yang lebih efektif serta efisien, yang
sekiranya dapat menjamin kemudahan belajar bagi setiap peserta didik, sehingga siswa mampu
mengenal, memahami, serta menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang kemudian dapat
dijadikan dasar pandangan hidupnya.