Anda di halaman 1dari 9

2.1.

Definisi, Klasifikasi dan Ciri-ciri Agama

2.1.1. Definisi Agama


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia dengan lingkungannya. Kata "agama"
berasal dari bahasa Sanskerta, agama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata
kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang
mengikat dirinya kepada Tuhan.

Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri
atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat
beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui
rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya. Sementara menurut A.S.
Hornby, E.V Gatenby dan Wakefield, agama itu adalah kepercayaan kepada adanya kekuasan
yang mengatur dan bersifat luar biasa, yang menciptakan dan mengendalikan dunia, serta yang
telah memberikan kodrat ruhani kepada manusia yang berkelanjutan sampai sesudah manusia
mati.

Definisi dari agama itu sendiri sebenarnya sangatlah luas, tidak ada definisi agama yang
diterima secara universal. Karena, definisi dari agama itu sendiri memiliki arti yang berbeda
beda menurut pandangan para ulama, peneliti, ataupun para tokoh agama.

2.1.2. Klasifikasi Agama


Sebelum tersiarnya agama Islam, yaitu menjelang pertengahan abad ke-6 M, dunia masih
dikuasai oleh dua negara besar, yaitu Negara Romawi di bagian barat dan Negara Persia di
bagian timur. Bangsa-bangsa yang berada pada kekuasaan dua negara tersebut, pada masanya
mengalami kemerosotan moral, akhlak dan juga sosial. Pada saat itu dunia mengalami kegelapan
dan menyebarnya tahayul yang merusak keagamaan manusia pada umumnya. Kaum Fir’aun
yang dulunya menganut agama Mesir Kuno mengajarkan bahwa matahari sebagai dewa tertinggi,
adapula ajaran Mesir Kuno yang menyatakan bahwa Sungai Niil adalah Tuhan, sehingga
diadakan upacara dengan pemberian sesajen di Sungai Niil sebagai kesetiaan kepada Tuhan.

Berikut ini klasifikasi agama yang ada di dunia :

1) Berdasarkan Penyebarannya

a) Agama Universal
Agama-agama “besar” dan mempunyai minat untuk menyebarkan ajaran untuk
keseluruhan umat Manusia. Sasaran agama jenis ini adalah kesemua manusia tanpa
mengira kaum dan bangsa. Contoh dari agama universal adalah : Agama Islam, Agama
Kristen Protestan/Katholik, Agama Hindu, Agama Budha.

b) Agama Folk
Agama yang kecil dan tidak mempunyai sifat dakwah seperti agama universal.
Amalannya hanya terhadap kepada etnik tertentu. Contohnya: Agama Rakyat China
Agama Sikh.

2) Berdasarkan Tanggapan Ketuhanannya

a) Agama Monoteisme
Menganggap Tuhan hanya ada satu, yaitu agama yang memegang konsep
kewahidan Tuhan. Contohnya adalah Agama Islam, Agama Kristen.

b) Agama Politeisme
Menganggap bahwa Tuhan berwujud secara berbilangan atau menganggap Tuhan
lebih dari satu, yakni ada banyak Tuhan dan Tuhan boleh berpecah dalam berbagai
bentuk. Contohnya adalah Agama Hindu, Agama Rakyat China.

3) Berdasarkan Sumbernya

a) Agama Wahyu (Revealed Religion)


Disebut juga dengan agama langit, agama samawi, agama profetis yang artinya
agama yang diterima oleh manusia dari Allah sang pencipta melalui malaikat jibril dan
disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia.

Ciri-ciri agama wahyu adalah sebagai berikut :


 Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan tumbuh dari masyarakat,
melainkan diturunkan kepada masyarakat.
 Disampaikan kepada manusia yang ditunjuk oleh Allah sebagai utusan-Nya.
 Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.
 Ajaran yang bersifat mutlak dan universal, berlaku bagi setiap umat manusia.
 Memberikan pedoman, tuntunan, dan larangan bagi umat manusia dengan tujuan
menjadikan manusia sebagai makhluk yang sempurna, bersih dari noda dan dosa.

Contoh dari agama wahyu ini adalah :


 Agama Islam, kitab sucinya berupa Al Qur’an yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad S.A.W. melalui malaikat Jibril untuk semua umat dan seluruh alam
semesta.
 Agama Kristen (Nasrani), kitab suci berupa Injil yang diturunkan Allah kepada
Nabi Isa a.s. melalui malaikat Jibril untuk kaum Bani Israil.
 Agama Yahudi, kitab suci berupa Taurat yang diturunkan Allah kepada Nabi
Musa a.s. melalui malaikat Jibril untuk kaum Bani Israil.
b) Agama Budaya
Disebut juga dengan agama bumi yang artinya bersandar semata-mata kepada
ajaran seorang manusia yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam
berbagai aspeknya secara mendalam.

Ciri-ciri dari agama budaya sebagai berikut :


 Tumbuh dalam masyarakat penganutnya
 Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan
 Umumnya tidak memiliki kitab suci
 Ajaran yang bersifat dapat berubah-ubah dan tidak universal, sesuai dengan
perubahan akal pemikiran penganutnya dan tidak berlaku bagi setiap manusia.

Contoh dari agama budaya sebgai berikut :


 Agama Hindu
 Agama Budha
 Agama Kong Hu Chu

2.1.3. Ciri-ciri Agama


Agama memiliki sistem ritual atau peribadatan (penyembahan) dari manusia kepada
Tuhan. Masing-masing dari agama memiliki cara ibadahnya masing-masing, satu diantaranya
adalah agama Islam yang menunaikan ibadah shalat 5 waktu sebagai bentuk beribadah kepada
Allah s.w.t, adapula agama Kristen yang beribadah dengan cara melakukan ibadah rutin setiap
minggu yang diadakan di gereja. Begitu pula dengan agama yang lainnya, masing-masing agama
memiliki cara tersendiri untuk beribadah kepada Tuhan. Namun, tujuan dari itu semua hanya
satu, yaitu sebagai bentuk percaya dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Agama juga memiliki nilai dan norma (kaidah) yang pola hubungan antara Tuhan dengan
manusia, sesama umat manusia, ataupun manusia dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain. Nilai
inipun bersifat universal, yaitu berlaku bagi semua umat manusia. Dalam Islam, hubungan antara
sesama manusia ada berbagai jenis. Ukhuwah Islamiyah merupakan hubungan antara sesama
muslim, yaitu hubungan yang dilakukan oleh seorang umat muslim dengan umat muslim lainnya.
Tidak hanya hubungan antara sesama muslim, dalam Islam juga diajarkan menjalin hubungan
dengan umat agama yang lain atau disebut dengan Ukhuwah Wathaniyyah (persaudaraan dalam
berbangsa dan bernegara).

Suatu agama memiliki pedoman, tuntunan, dan larangan. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan manfaat bagi manusia itu sendiri. Pedoman, tuntunan dan larangan ini haruslah
dilaksanakan demi keselamatan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Diharapkan juga
manusia menjadi makhluk yang sempurna di dunia dengan mengikuti pedoman, tuntunan, dan
larangan yang diajarkan pada agama tersebut.
2.2. Teori Tentang Sumber Kejiwaan Manusia
Menurut pandangan ahli psikologi, teori tentang sumber kejiwaan manusia khususnya
agama ada 2 teori, yaitu teori monistik dan teori fakulti. Teori monistik melihat sumber jiwa
beragama manusia merupakan sebuah kesatuan dalam jiwa manusia. Sementara teori fakulti
melihat sumber jiwa beragama manusia merupakan gabungan dari berbagai unsur kejiwaan
dalam diri manusia[1].

2.2.1. Teori Monistik


Dalam teori ini, yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah berasal dari satu
sumber kejiwaaan.

1) Menurut Thomas Aquiono


Yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah berfikir. Manusia
bertuhan karena manusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan
beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri.

2) Menurut Frederick Hegel


Agama adalah suatu pengalaman yang sungguh-sungguh benar dan tepat
kebenaran abadi. Berdasarkan konsep itu maka agama semata-mata merupakan
hal-hal atau persoalan yang berhubungan dengan pikiran.

3) Menurut Frederick Schleimacher


Yang menjadi sumber keagamaan adalah rasa ketergantungan yang mutlak.
Dengan adanya rasa ketergantugan yang mutlak itu manusia merasakan dirinya
lemah. Kelemahan itu menyebabkan manusia selalu menggantungkan hidupnya
dengan suatu kekuasaan yang berada diluar dirinya. Dari rasa ketergantungan
itulah timbul konsep tentang Tuhan.

4) Menurut Rudolf Otto


Sumber jiwa agama adalah rasa kagum yang berasal dari The Whaly
Other (yang sama sekali lain), jika seseorang dipengaruhi oleh rasa kagum
terhadap sesuatu yang dianggapnya lain dari yang lain. Perasaan itulah menurut R.
Otto sebagai sumber dari kejiwaan agama manusia.

5) Menurut Sigmund Freud


Unsur kejiwaan yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah libido
seksual (naluri seksual). Berdasarkan libido ini timbulah ide tentang Tuhan dan
upacara keagamaan, melalui proses:
a) Oedipus Complex, yaitu mitos Yunani kuno yang menceritakan
bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka Oedipus membunuh
ayahnya. Setelah ayahnya mati timbullah rasa bersalah pada diri sendiri.
b) Father Image (cinta bapak), setelah membunuh bapaknya,
Oedipus dihantui rasa bersalah, lalu timbul rasa penyesalan. Perasaan itu
menerbitkan ide untuk membuat suatu cara sebagai penebus kesalahan
manusia yang mereka lakukan, timbullah keinginan untuk memuja arwah
ayah karena khawatir akan pembalasan arwah tersebut, Dari pemujaan
itulah menurut Freud sebagai asal dari upacara keagamaan. Jadi agama
muncul dari ilusi (khayalan) manusia.

2.2.2. Teori Fakulti

Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia tidak bersumber pada satu
faktor tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur yang dianggap berperan penting.
Perbuatan manusia yang bersifat keagamaan dipengaruhi oleh 3 fungsi, yaitu:

1) Fungsi Cipta (Reason)


Fungsi intelektual jiwa manusia. Melalui cipta orang dapat menilai dan
membandingkan serta selanjutnya memutuskan sesuatu tindakan terhadap
stimulus tertentu, termasuk aspek agama. Fungsi ini berperan untuk menentukan
benar atau tidaknya ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelektual
seseorang.

2) Fungsi Rasa (Emotion)


Suatu tenaga dalam jiwa manusia yang banyak berperan dalam
membentuk motivasi dalam corak tingkah laku seseorang. Fungsi ini
menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran
ajaran agama.

3) Fungsi Karsa (Will)


fungsi eksekutif dalam jiwa manusia. Karsa berfungsi mendorong
timbulnya pelaksanaan doktrin atau amalan-amalan serta ajaran agama
berdasarkan fungsi kejiwaan.

Adapun peneliti yang mengemukakan pendapatnya tentang teori fakulti ini,


diantaranya :

1) G.M. Straton
Menurut Straton, yang menjadi sumber jiwa keagamaan adalah adanya
konflik dalam kejiwaan manusia. Konflik itu disebabkan oleh keadaan-keadaan
yang berlawanan seperti: baik-buruk, moral-imoral, kepastian-kepastipan, rasa
rendah diri-rasa harga diri menimbulkan pertentangan (konflik). Jika konflik itu
sudah begitu mencekam manusia dan mempengaruhi kejiwaannya, maka manusia
akan mencari pertolongan kepada kekuasaan Tuhan.
Sigmund freud berpendapat bahwa dalam setiap organis terdapat 2 konflik
kejiwaan yaitu, :
a) Life-urge yaitu keinginan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dari
keadaan yang terdahulu agar terus berlanjut.
b) Death-urge yaitu keinginan untuk kembali pada keadaan semula sebagai
benda mati.
G.M Straton berpendapat konflik yang positif tergantung atas adanya
dorongan pokok yang merupakan dorongan dasar, sebagai keadaan yang
menyebabkan timbulnya konflik. Sedangkan W.H Clark berpendapat bahwa
ekspresi dari petentangan antara death-urge dan life-urge merupakan sumber
kejiwaan agama dalam diri manusia.

2) Dzakiah Darajat
Menurut Dzakiyah, manusia memiliki 6 kebutuhan pokok :

a) Rasa kasih sayang


Kebutuhan yang menyebabkan manusia mendambakan rasa kasih. Bentuk
negatif dari kasih sayang antara lain : mengeluh, mengadu, mengkambing
hitamkan orang dan lain-lain. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan
menimbulkan gejala psiko-somatis seperti hilang nafsu makan,pesimis,keras
kepala, kurang tidur dan lain-lain.

b) Rasa aman
Kebutuhan yang mendorong manusia mengharapkan adanya perlindungan,
kehilangan rasa aman ini mengakibatkan manusia sering curiga, nakal,
mengganggu, membela diri dan lain-lain.

c) Harga diri
Kebutuhan yang bersifat individual yang mendorong manusia agar dirinya
dihormati dan diakui oleh orang lain. Misalnya, sikap sombong, ngambek, sifat
sok tau dan lain-lain. Kehilangan rasa ini menyebabkan tekanan batin seperti sakit
jiwa.

d) Rasa bebas
Kebutuhan yang menyebabkan seseorang bertindak secara bebas untuk
mencapai kondisi dan situasi rasa lega. Kebebasan dapat dalam bentuk tindakan
atau pun pernyataan verbal.

e) Rasa sukses
Kebutuhan manusia yang menyebabkan ia mendambakan rasa keinginan
untuk dibina dalam bentuk penghargaan terhadap hasil karyanya.

f) Rasa ingin tahu (mengenal)


Kebutuhan yang menyebabkan manusia sering meneliti dan menyelidiki
sesuatu. Jika kebutuhan ini diabaikan akan mengakibatkan tekanan batin.

Jadi menurut Dzakiyah, gabungan dari ke-6 kebutuhan tersebut


menyebabkan orang memerlukan agama, karena melalui agama kebutuhan
tersebut dapat disalurkan.

3) W.H. Thomas
Yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan
dasar dalam jiwa manusia, yaitu:

a) Keinginan untuk keselamatan


Keinginan ini tampak jelas dalam kenyataan manusia untuk memperoleh
perlindungan atau penyelamatan dirinya baik berbentuk biologis maupun non
biologis.

b) Keinginan untuk mendapat penghargaan


Keinginan ini merupakan dorongan yang menyebabkan manusia
mendambakan adanya rasa ingin dihargai dan dikenal orng lain.

c) Keinginan untuk ditanggapi


Keinginan ini menimbulkan rasa ingin mencinta dan dicinta dalam
pergaulan.

d) Keinginan untuk pengetahuan atau pengalaman baru


Keinginan ini menyebabkan manusia mengeksplorasi dirinya untuk
mengenal sekelilingnya dan mengembangkan dirinya.

Melalui ajaran agama yang teratur, maka keempat keinginan keinginan


dasar itu akan tersalurkan. ajaran agama mengindroktrinasikan konsep tentang
adanya balasan bagi setiap amal baik dan buruk.

2.3. Agama sebagai Fitrah Manusia


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, fitrah berarti sifat asal; kesucian; bakat;
pembawaan. Pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Fitrah adalah potensi dasar
manusia yang bersifat suci, namun kesuciannya tersebut perlu dijaga dan dikembangkan melalui
pola pengasuhan, pembinaan, pendidikan dan pergaulan yang baik. Dalam Islam terdapat
berbagai pengertian tentang fitrah, antara lain :

1) Fitrah berarti suci


Ketika seorang bayi lahir ke dunia, ia dalam keadaan suci, tanpa dosa. Tidak ada
dosa warisan dari orang tuanya. Baru kemudian dalam mengarungi kehidupan orang
tersebut terkena kotoran noda dosa.

2) Fitrah berarti bertauhid


Sejak lahir manusia telah membawa sifat-sifat percaya kepada Tuhan. Jadi sudah
naluri bila manusia menolak adanya atheism atau politheisme.

3) Fitrah dalam arti ikhlas


Ketika lahir, manusia dibekali sifat-sifat oleh Tuhan. Salah satu sifat tersebut
adalah ikhlas. Jadi ikhlas tersebut merupakan fitrah manusia.

4) Fitrah dalam arti insting


Ibnu Taimiyah membagi fitrah dalam dua bagian:
a) Fitrah al-Munazalah
Yaitu fitrah luar yang masuk ke dalam manusia. Fitrah ini berupa al-
qur’an dan sunah.
b) Fitrah al-Gharizah
Yaitu fitrah dari dalam diri manusia untuk mengembangkan potensi
manusia.

5) Fitrah dalam arti tabiat


Menurut al-Ghazaly fitrah sebagai sifat dasar yang diperoleh manusia sejak lahir
yang terdiri dari:
a) Beriman pada Allah
b) Menerima pendidikan dan pengajaran
c) Mencari kebenaran
d) Dorongan syahwat, ghodob dan insting.

Banyak pengertian tentang fitrah, dilihat dari bernagai sudut dan pandangan akan
mempunyai makna dan pengertian yang berbeda, tapi pada dasarnya dapat disimpulkan tentang
makna fitrah adalah potensi dasar manusia yang bersifat suci, namun kesuciannya tersebut perlu
dijaga dan dikembangkan melalui pola pengasuhan, pembinaan, pendidikan dan pergaulan yang
baik.[6]
Seperti yang telah diuraikan diatas, fitrah bersifat universal yang artinya berlaku bagi
setiap umat manusia. Manusia dilahirkan dalam keadaan suci tanpa ada noda dosa. Itulah yang
membuat manusia itu menjadi istimewa diantara makhluk tuhan lainnya. Keadaan suci itulah
harus tetap dijaga dan dikembangkan.
Peran agama dalam menjaga fitrah manusia sangatlah penting, karena agama sebagai
pedoman, tuntunan, dan larangan yang menjaga fitrah manusia. Banyak pedoman, tuntunan, dan
larangan yang ada pada setiap agama. Namun, tujuan dari itu semua hanya ingin menjaga fitrah
manusia dan terus mengembangkannya melalui cara-cara yang baik. Pada dasarnya Tuhan
menciptakan manusia bersamaan dengan tingkah lakunya yaitu sifat-sifat Tuhan, satu
diantaranya adalah sifat ikhlas. Dengan adanya agama, sifat-sifat Tuhan seperti sifat ikhlas akan
tetap terjaga dan akan berkembang. Sehingga manusia tetap terjaga fitrahnya. Sifat-sifat Tuhan
tersebut dapat luntur akibat pola pengasuhan, pembinaan, pendidikan, dan pergaulan yang tidak
baik. Selama menjalani kehidupan, manusia bisa saja menjadi lebih baik atau tetap dalam
keadaan suci, bisa juga pula mereka menyimpang atau telah memiliki noda dosa yang ada pada
diri mereka. Akan tetapi, manusia hidup didunia tidak ada yang sempurna. Setiap manusia pasti
akan melakukan kesalahan sehingga menambah noda dosa mereka.

Anda mungkin juga menyukai