Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri
atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat
beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui
rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya. Sementara menurut A.S.
Hornby, E.V Gatenby dan Wakefield, agama itu adalah kepercayaan kepada adanya kekuasan
yang mengatur dan bersifat luar biasa, yang menciptakan dan mengendalikan dunia, serta yang
telah memberikan kodrat ruhani kepada manusia yang berkelanjutan sampai sesudah manusia
mati.
Definisi dari agama itu sendiri sebenarnya sangatlah luas, tidak ada definisi agama yang
diterima secara universal. Karena, definisi dari agama itu sendiri memiliki arti yang berbeda
beda menurut pandangan para ulama, peneliti, ataupun para tokoh agama.
1) Berdasarkan Penyebarannya
a) Agama Universal
Agama-agama “besar” dan mempunyai minat untuk menyebarkan ajaran untuk
keseluruhan umat Manusia. Sasaran agama jenis ini adalah kesemua manusia tanpa
mengira kaum dan bangsa. Contoh dari agama universal adalah : Agama Islam, Agama
Kristen Protestan/Katholik, Agama Hindu, Agama Budha.
b) Agama Folk
Agama yang kecil dan tidak mempunyai sifat dakwah seperti agama universal.
Amalannya hanya terhadap kepada etnik tertentu. Contohnya: Agama Rakyat China
Agama Sikh.
a) Agama Monoteisme
Menganggap Tuhan hanya ada satu, yaitu agama yang memegang konsep
kewahidan Tuhan. Contohnya adalah Agama Islam, Agama Kristen.
b) Agama Politeisme
Menganggap bahwa Tuhan berwujud secara berbilangan atau menganggap Tuhan
lebih dari satu, yakni ada banyak Tuhan dan Tuhan boleh berpecah dalam berbagai
bentuk. Contohnya adalah Agama Hindu, Agama Rakyat China.
3) Berdasarkan Sumbernya
Agama juga memiliki nilai dan norma (kaidah) yang pola hubungan antara Tuhan dengan
manusia, sesama umat manusia, ataupun manusia dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain. Nilai
inipun bersifat universal, yaitu berlaku bagi semua umat manusia. Dalam Islam, hubungan antara
sesama manusia ada berbagai jenis. Ukhuwah Islamiyah merupakan hubungan antara sesama
muslim, yaitu hubungan yang dilakukan oleh seorang umat muslim dengan umat muslim lainnya.
Tidak hanya hubungan antara sesama muslim, dalam Islam juga diajarkan menjalin hubungan
dengan umat agama yang lain atau disebut dengan Ukhuwah Wathaniyyah (persaudaraan dalam
berbangsa dan bernegara).
Suatu agama memiliki pedoman, tuntunan, dan larangan. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan manfaat bagi manusia itu sendiri. Pedoman, tuntunan dan larangan ini haruslah
dilaksanakan demi keselamatan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Diharapkan juga
manusia menjadi makhluk yang sempurna di dunia dengan mengikuti pedoman, tuntunan, dan
larangan yang diajarkan pada agama tersebut.
2.2. Teori Tentang Sumber Kejiwaan Manusia
Menurut pandangan ahli psikologi, teori tentang sumber kejiwaan manusia khususnya
agama ada 2 teori, yaitu teori monistik dan teori fakulti. Teori monistik melihat sumber jiwa
beragama manusia merupakan sebuah kesatuan dalam jiwa manusia. Sementara teori fakulti
melihat sumber jiwa beragama manusia merupakan gabungan dari berbagai unsur kejiwaan
dalam diri manusia[1].
Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia tidak bersumber pada satu
faktor tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur yang dianggap berperan penting.
Perbuatan manusia yang bersifat keagamaan dipengaruhi oleh 3 fungsi, yaitu:
1) G.M. Straton
Menurut Straton, yang menjadi sumber jiwa keagamaan adalah adanya
konflik dalam kejiwaan manusia. Konflik itu disebabkan oleh keadaan-keadaan
yang berlawanan seperti: baik-buruk, moral-imoral, kepastian-kepastipan, rasa
rendah diri-rasa harga diri menimbulkan pertentangan (konflik). Jika konflik itu
sudah begitu mencekam manusia dan mempengaruhi kejiwaannya, maka manusia
akan mencari pertolongan kepada kekuasaan Tuhan.
Sigmund freud berpendapat bahwa dalam setiap organis terdapat 2 konflik
kejiwaan yaitu, :
a) Life-urge yaitu keinginan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dari
keadaan yang terdahulu agar terus berlanjut.
b) Death-urge yaitu keinginan untuk kembali pada keadaan semula sebagai
benda mati.
G.M Straton berpendapat konflik yang positif tergantung atas adanya
dorongan pokok yang merupakan dorongan dasar, sebagai keadaan yang
menyebabkan timbulnya konflik. Sedangkan W.H Clark berpendapat bahwa
ekspresi dari petentangan antara death-urge dan life-urge merupakan sumber
kejiwaan agama dalam diri manusia.
2) Dzakiah Darajat
Menurut Dzakiyah, manusia memiliki 6 kebutuhan pokok :
b) Rasa aman
Kebutuhan yang mendorong manusia mengharapkan adanya perlindungan,
kehilangan rasa aman ini mengakibatkan manusia sering curiga, nakal,
mengganggu, membela diri dan lain-lain.
c) Harga diri
Kebutuhan yang bersifat individual yang mendorong manusia agar dirinya
dihormati dan diakui oleh orang lain. Misalnya, sikap sombong, ngambek, sifat
sok tau dan lain-lain. Kehilangan rasa ini menyebabkan tekanan batin seperti sakit
jiwa.
d) Rasa bebas
Kebutuhan yang menyebabkan seseorang bertindak secara bebas untuk
mencapai kondisi dan situasi rasa lega. Kebebasan dapat dalam bentuk tindakan
atau pun pernyataan verbal.
e) Rasa sukses
Kebutuhan manusia yang menyebabkan ia mendambakan rasa keinginan
untuk dibina dalam bentuk penghargaan terhadap hasil karyanya.
3) W.H. Thomas
Yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan
dasar dalam jiwa manusia, yaitu:
Banyak pengertian tentang fitrah, dilihat dari bernagai sudut dan pandangan akan
mempunyai makna dan pengertian yang berbeda, tapi pada dasarnya dapat disimpulkan tentang
makna fitrah adalah potensi dasar manusia yang bersifat suci, namun kesuciannya tersebut perlu
dijaga dan dikembangkan melalui pola pengasuhan, pembinaan, pendidikan dan pergaulan yang
baik.[6]
Seperti yang telah diuraikan diatas, fitrah bersifat universal yang artinya berlaku bagi
setiap umat manusia. Manusia dilahirkan dalam keadaan suci tanpa ada noda dosa. Itulah yang
membuat manusia itu menjadi istimewa diantara makhluk tuhan lainnya. Keadaan suci itulah
harus tetap dijaga dan dikembangkan.
Peran agama dalam menjaga fitrah manusia sangatlah penting, karena agama sebagai
pedoman, tuntunan, dan larangan yang menjaga fitrah manusia. Banyak pedoman, tuntunan, dan
larangan yang ada pada setiap agama. Namun, tujuan dari itu semua hanya ingin menjaga fitrah
manusia dan terus mengembangkannya melalui cara-cara yang baik. Pada dasarnya Tuhan
menciptakan manusia bersamaan dengan tingkah lakunya yaitu sifat-sifat Tuhan, satu
diantaranya adalah sifat ikhlas. Dengan adanya agama, sifat-sifat Tuhan seperti sifat ikhlas akan
tetap terjaga dan akan berkembang. Sehingga manusia tetap terjaga fitrahnya. Sifat-sifat Tuhan
tersebut dapat luntur akibat pola pengasuhan, pembinaan, pendidikan, dan pergaulan yang tidak
baik. Selama menjalani kehidupan, manusia bisa saja menjadi lebih baik atau tetap dalam
keadaan suci, bisa juga pula mereka menyimpang atau telah memiliki noda dosa yang ada pada
diri mereka. Akan tetapi, manusia hidup didunia tidak ada yang sempurna. Setiap manusia pasti
akan melakukan kesalahan sehingga menambah noda dosa mereka.