BAB II
PARAMETER PERENCANAAN
2. Impor
Volume arus barang ekspor tahun 2020 = 952.000 ton/tahun
Pertumbuhan ekspor = 2,4% / tahun
F impor=Pimpor ×(1+i)n
F impor=952.000×(1+2,4 %)1
F impor=974.848ton
Hasil perhitungan untuk 19 tahun setelahnya akan ditabelkan.
Ukuran Isi Bersih (Netto Register Tons atau NRT) adalah ruangan yang
disediakan untuk muatan dan penumpang, besarnya sama dengan GRT
dikurangi dengan ruangan-ruangan yang disediakan untuk nahkoda dan
anak buah kapal, ruang mesin, gang, kamar mandi, dapur, dan ruang
peta. Jadi, NRT adalah ruang-ruang yang dapat digunakan, dapat diisi
dengan muatan yang membayar uang tambang.
5. Sarat (Draft)
Sarat (draft) adalah bagian kapal yang terendam air pada keadaan
muatan maksimum, atau jarak antara garis air pada beban yang
direncanakan (designed load water line) dengan titik terendah kapal.
6. Panjang Total (Length Overall atau Loa)
Panjang Total (Length Overall atau Loa) adalah panjang kapal yang
dihitung dari ujung depan (haluan) sampai ujung belakang (buritan).
7. Panjang Garis Air (Length Between Perpendiculars atau Lpp)
Panjang Garis Air (Length Between Perpendiculars atau Lpp) adalah
panjang antara kedua ujung design load water line.
8. Lebar Kapal (Beam)
Lebar Kapal (Beam) adalah jarak maksimum antara dua sisi kapal.
Selain dimensi kapal, karakteristik kapal seperti tipe dan fungsinya juga
berpengaruh terhadap perencanaan pelabuhan. Tipe kapal berpengaruh pada
tipe pelabuhan yang akan direncanakan. Sesuai dengan fungsinya, kapal
dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu:
1. Kapal Penumpang
Di Indonesia, kapal penumpang masih mempunyai peran yang cukup
besar. Jarak antara pulau yang relatif dekat masih bisa dilayani oleh
kapal-kapal penumpang. Selain itu, dengan semakin mudahnya
hubungan antara pulau, semakin banyak beroperasi ferri-ferri yang
memungkinkan mengangkut mobil, bis, dan truk bersama-sama dengan
penumpangnya. Pada umumnya kapal penumpang mempunyai ukuran
relatif kecil.
Tabel II.5
Tabel II.7
Tabel II.9
Dari total DWT kapal yang bersangkutan, hanya 60% yang dilakukan
bongkar muat.
Perencanaan Kapal Rencana
Sehingga:
a) Jumlah kapal / tahun, setelah pelabuhan dibuka:
Jumlah barang pada tahun rencana
JKT =
( 80 % × DWT )
4.157 .859,4
JKT=
80
( 100
× 3000)
JKT=645,205 kapal /tahun
b) Jumlah kapal pada 6 bulan sibuk:
JK 6 B=JKT × 60 %
60
JK 6 B=645,205×
100
JK 6 B=387,123 kapal
c) Jumlah kapal pada 1 bulan sibuk:
JK 6 B
JKB=
6
387,123
JKB=
6
JKB=64,521 kapal
d) Jumlah kapal per 1 hari:
JKB
JK 1 H=
30
64,521
JK 1 H=
30
JK 1 H=2,151 kapal/hari
JK 1 H ≈ 3 kapal/hari
Impor
Jumlah barang yang keluar pada tahun 2020 adalah 952.000 ton. Untuk
rencana 0 tahun mendatang dengan tingkat pertumbuhan 2,4% / tahun,
maka:
20
2,4
S20=952.000× 1+ ( 100 )
S20=1.529 .805,018 ton
Sehingga:
a) Jumlah kapal / tahun, setelah pelabuhan dibuka:
Jumlah barang pada tahun rencana
JKT =
( 80 % × DWT )
1.529 .805,018
JKT=
80
(100
×3000 )
JKT=637,419 kapal /tahun
b) Jumlah kapal pada 6 bulan sibuk:
JK 6 B=JKT × 60 %
60
JK 6 B=637,419×
100
JK 6 B=382,451kapal
Pada tipe ini, dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali
air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat
berbeda (Gambar II.6d). Pasang surut jenis ini terdapat di Selat
Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
Mengingat elevasi muka air selalu berubah setiap saat, maka diperlukan
suatu elevasi yang ditetapkan berdasarkan data pasang surut, yang dapat
digunakan sebagai pedoman di dalam perencanaan suatu pelabuhan.
Beberapa elevasi tersebut adalah:
1. Muka Air Tinggi (High Water Level) adalah muka air tertinggi yang
dicapai pada saat pasang dalam satu siklus pasang surut.
2. Muka Air Rendah (Low Water Level) adalah kedudukan air terendah
yang dicapai pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut.
3. Muka Air Tinggi Rerata (Mean High Water Level atau MHWL) adalah
5. Muka Air Laut Rerata (Mean Sea Level atau MSL) adalah muka air
rerata antara muka air tertinggi rerata dan muka air rendah rerata.
Elevasi ini digunakan sebagai referensi untuk elevasi di daratan.
6. Muka Air Tinggi Tertinggi (Highest High Water Level atau HHWL)
adalah air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
7. Muka Air Rendah Terendah (Lowest Low Water Level atau LLWL)
adalah air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
8. Higher High Water Level adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam
satu hari, seperti dalam pasang surut tipe campuran.
9. Lower Low Water Level adalah air terendah dari dua air terendah dalam
satu hari.
Beberapa definisi muka air tersebut banyak digunakan dalam
perencanaan bangunan pelabuhan, misalnya MHWL atau HHWL
digunakan untuk menentukan elevasi puncak pemecah gelombang,
dermaga, panjang rantai pelambung penambat, dan sebagainya. Sedangkan
LLWL diperlukan untuk menentukan kedalaman alur pelayaran dan kolam
pelabuhan.
Di dalam perencanaan pelabuhan, diperlukan data pengamatan pasang
surut minimal selama 15 hari yang digunakan untuk menentukan elevasi
muka air rencana. Dengan pengamatan selama 15 hari tersebut, telah
tercakup satu siklus pasang surut yang meliputi pasang purnama dan
perbani. Pengamatan lebih lama (30 hari atau lebih) akan memberikan data
yang lebih lengkap. Pengamatan muka air dapat dengan menggunakan alat
otomatis (automatic water level recorder) atau secara manual dengan
menggunakan bak ukur dengan interval pengamatan setiap jam, siang, dan
malam. Untuk dapat melakukan pembacaan dengan baik tanpa terpengaruh
gelombang, biasanya pengamatan dilakukan di tempat terlindung, seperti
muara sungai atau teluk.
Kecepatan angin yang direncanakan pada tugas ini adalah 45 km/jam atau
24,298 knot.