Anda di halaman 1dari 48

MIKROBIOLOGI

FLORA NORMAL DAN FLORA PATOGEN

DISUSUN OLEH

NI MADE JAYANTINI LAKSANI (181200185)


NI MADE SINTYA DEWI (181200186)
NI MADE WIDYA ARIASANTI (181200187)
NI PUTU SUKMA DEVI (181200188)
NI PUTU TIKA SETIA SARI (181200189)

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR 2018
FLORA NORMAL

Flora normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu daerah tanpa


menimbulkan penyakit pada inang yang ditempati. Tempat paling umum dijumpai
flora normal adalah tempat yang terpapar dengan dunia luar yaitu kulit, mata, mulut,
saluran pernafasan atas, saluran pencernaan dan saluran urogenital. Kulit normal
biasanya ditempati bakteria sekitar 102–106 CFU/cm2 (Trampuz & Widmer, 2004).

1. Streptococcus epidermidis
Streptococcus epidermidis merupakan salah satu spesies dari genus bakteri
Staphylococcus yang paling sering ditemui dalam kepentingan klinis. Bakteri ini
adalah bakteri gram positif dan termasuk staphylococcus dengan koagulasi negatif.
Sebagian besar bakteri ini adalah flora normal pada kulit dan membran mukosa
manusia.

Gambar 1.1 Streptococcus epidermis


a. Klasifikasi Streptococcus epidermis

Divisio : Protopyta
Classis : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus epidermidis

b. Morfologi Streptococcus epidermis


Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram positif
berbentuk bola dengan diameter 1μm yang tersusun dalam kelompok
kelompok yang tidak teratur. Pada biakan cair tampak bentuk coccus tunggal,
berpasangan berbentuk rantai. Bakteri ini tumbuh baik pada berbagai
media bakteriologi dibawah suasana aerobik. Tumbuh dengan cepat pada
temperatur 37°C namun pembentukan pigmen yang terbaik pada temperatur
kamar (20-35°C). Sedangkan koloni pada media padat berbentuk bulat,
lembut dan mengkilat.
Koloni Staphylococcus epidermidis ini biasanya berwarna abu-abu
hingga putih terutama pada isolasi primer, beberapa koloni menghasilkan
pigmen hanya pada inkubasi yang diperpanjang. Staphylococcus epidermidis
non patogenik, tidak bersifat invasif, koagulase negatif dan cenderung
menjadi nonhemolitik. Staphylococcus epidermis bersifatkoagulase negatif,
meragi glukosa, dalam keadaan anaerob tidak meragi manito.

c. Habitat
Hidup dipermukaan kulit dan membrane mukosa manusia maupun hewan
sebagai flora normal
d. Sifat
Merupakan flora normal dalam keadaan manusia atau hewan sehat. Bakteri
inimenjadi patogen atau oportunistik ketika kondisi manusia atau hewan tidak
baik. Bakteriini merupakan bakteri yang tergolong :
1. Koagulase Negatif
Koagulase merupakan protein yang mengikat prothrombin hospes dan
membentuk komplek yang disebut staphylothrombin. Karakteristik aktifitas
protease pada thrombin diaktifasi dalam komplek tersebut, menghasilkan
konversi fibrinogen menjadi fibrin. S. epidermidis tidak dapat membentuk
kompleks tersebut sehingga darah darah dari hospes tidak mengumpal.
2. Katalase positif
Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri.
BakteriS. epidermidis memproduksi enzim katalase yang dapat memecah
H2O2 menjadi H2Odan O2. Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri
ini selain itu proses tersebut merupakan mekanisme pernafasan dari bakteri
tersebut.
3. Anaerob fakultatif
pada respirasi atau fermentasiBakteri ini dapat hidup dan bermetabolisme
dalam lingkungan yang mengandungsedikit oksigen terlarut atau sama sekali
tidak mengandung oksigen
4. Dinding Sel
Dinding sel S. epidermidis mengikat trasferin sehingga memperoleh besi.
Protein permukaan tetramers GAPDH (dehydrogenase gliseraldehida-3-fosfat)
diyakini mengikat transferin dan menghapus besi, besi yang ditransfer ke
permukaanlipoprotein

(Ni Made Widya Ariasanti/171200187)


Jawetz, Melnick and Adelberg, 2005. MikrobiologiKedokteran. Jakarta:
Salemba Medika
2. Streptococcus mutans

Streptococcus mutans merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat yang


secara khas membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya dan
merupakan flora normal pada rongga mulut manusia. Bakteri ini tersebar luas di
alam. Bakteri ini menghasilkan berbagai zat ekstraseluler dan enzim. Bakteri ini
bersifat nonmotil (tidak bergerak), bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu 18˚-
40˚ C. Streptococcus adalah golongan bakteri yang heterogen. Tidak ada satu sistem
pun yang cukup baik untuk mengklasifikasikannya.

Gambar 2.1 Streptococcus mutans

a. Klasifikasi Streptococcus mutans


Kingdom : Monera
Diviso : Firmicutes Class
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus mutans
b. Morfologi dan identifikasi Streptococcus mutans
Organisme Kokus tunggal berbentuk bulat atau bulat telur dan
tersusun dalam rantai. Kokus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu
panjang rantai. Anggota-anggota rantai sering tampak sebagai diplokokus, dan
bentuknya kadang-kadang menyerupai batang. Kebanyakan Streptococcus
tumbuh dalam pembenihan padat sebagai koloni discoid dengan diameter 1-2
mm.
Varian strain Streptococcus yang sama dapat menunjukkan bentuk
koloni yang berbeda. Hal ini sangat nyata di antara strain golongan A,yang
membentuk koloni suram atau mengkilat. Koloni yang suram terdiri atas
organism yang menghasilkan banyak protein M. Organisme ini cenderung
virulen dan relatife kebal terhadap fagositosis oleh keukosit manusia. Koloni
yang mengkilat cenderung menghasilkan sedikit protein M dan sering tidak
virulen

c. Habitat
Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 180C –
400C. Streptococcus mutans biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia
yang luka dan menjadi bakteri yang paling kondusif menyebabkan karies
untuk email gigi. Streptococcus mutans adalah bersifat asidogenik yaitu
menghasilkanasidurik, mampu tinggal pada lingkungan asam, dan me
nghasilkan suatu polisakarida yang lengket yang disebut dengan dextran.
Oleh karena kemampuan ini, Streptococcus mutans bisa menyebabkan lengket
dan mendukung bakteri lain menuju ke email gigi, lengket mendukung
bakteri–bakteri lain, pertumbuhan bakteri asidodurik yang lainnya, dan
asam melarutkan email gigi
d. Sifat-sifat khas pertumbuhan
Energi utama diperoleh dari penggunaan gula. Pertumbuhan
Streptococcus cenderung menjadi kurang subur pada pembenihan padat atau
kaldu kecuali yang diperkaya dengan darah atau cairan jaringan. Kebutuhan
makanan bervariasi untuk setiap spesies. Kuman yang patogen bagi manusia
paling banyak memerlukan faktor-faktor pertumbuhan. Pertumbuhan dan
hemolisis dibantu oleh pengeraman dalam CO2 10%

Ni Made Widya Ariasanti/171200187

Sumber :

Jawetz, Melnick and Adelberg’s, 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical


Microbiology). Jakarta: Salemba Medika
3. Streptococcus sanguis

Gambar 3.1 Streptococcus sanguis


a. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus sanguinis

b. Morfologi
Streptococcus sanguis atau Streptococcus sanguinis merupakan bakteri
golongan alfa berbentuk kokus gram positif fakultatif. Bakteri ini
memiliki dinding yang tebal terdiri dari peptidoglikan dan tidak berspora.
Morfologi S. sanguis berbentuk bulat sampai lonjong dengan diameter 0,6
– 1,0 μm, bersifat non motil, katalase negatif, Morfologi koloni bewarna
opak, berdiameter 0,5-1,0mm, permukaannya kasar (hanya 7% bersifat
mukoid)
c. Habitat
Bakteri ini sangat mudah dijumpai dalam tubuh manusia. Habitat
utama bakteri ini yaitu pada rongga mulut, faring dan usus

d. Sifat Pertumbuhan
Streptococcus sanguis atau Streptococcus sanguinis merupakan bakteri
yang dapat tumbuh optimum pada suhu 37ºC dengan pH antara 7,4–7,6.
Media isolasi primer adalah agar darah dengan oksigen yang rendah
karena oksidasi intraseluler dapat menghasilkan hidrogen peroksida yang
bersifat toksik bagi bakteri.

Ni Made Widya Ariasanti/171200187

Jawetz, Melnick and Adelberg’s, 2005. Mikrobiologi Kedokteran Jakarta:


Salemba Medika
4. Eschericia coli
E. coli termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh
makanan berupa zat oganik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun
sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa
organisme lain. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam makanan menjadi
zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energi, dan mineral. Di dalam lingkungan,
bakteri pembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi
tumbuhan.

Gambar 4.1 Eschericia coli

a. Klasifikasi

Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
b. Morfologi

Bakteri E. coli merupakan spesies dengan habitat alami dalam saluran


pencernaan manusiamaupun hewan. E. coli pertama kali diisolasi oleh Theodor
Escherich dari tinja seorang anak kecil pada tahun 1885. Bakteri ini berbentuk
batang, berukuran 0,4-0,7 x 1,0-3,0 μm,termasuk gram negatif, dapat hidup
soliter maupun berkelompok, umumnya motil, tidak membentuk spora, serta
fakultatif anaerob. Struktur sel E. coli dikelilingi oleh membran sel, terdiri dari
sitoplasma yang mengandung nukleoprotein. Membran sel E. coli ditutupi oleh
dinding sel berlapis kapsul. Flagela dan pili E. coli menjulur dari permukaan sel.
Tiga struktur antigen utama permukaan yang digunakan untuk membedakan
serotipe golongan E. coli adalah dinding sel, kapsul dan flagela. Dinding sel E.
coli berupa lipopolisakarida yang bersifat pirogen dan menghasilkan endotoksin
serta diklasifikasikan sebagai antigen O. Kapsul E. coli berupa polisakarida yang
dapat melindungi membran luar dari fagositik dan sistem
komplemen,diklasifikasikan sebagai antigen K. Flagela E. coli terdiri dari
protein yang bersifat antigenik dandikenal sebagai antigen H.

c. Habitat

E. coli merupakan flora normal yang terdapat dalam usus pencernaan


manusia yang umumnya menyebabkan diare di seluruh dunia bila jumlahnya
melebihi normal atau terlalu banyak di dalam saluran pencernaan.

d. Sifat

E. coli adalah anggota flora normal usus.E. coli berperan penting


dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam
empedu dan penyerapan zat-zat makanan. E.coli termasuk ke dalam bakteri
heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat oganik dari lingkungannya
karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat
organik diperoleh dari sisaorganisme lain. Bakteri ini menguraikan zat
organik dalam makanan menjadi zatanorganik, yaitu CO2, H2O, energi, dan
mineral.Di dalam lingkungan, bakteripembusuk ini berfungsi sebagai
pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan

Nama : Ni Made Widya Ariasanti

Sumber : Jawetz, Melnick and Adelberg’s, 2005. Mikrobiologi Kedokteran


(Medical Microbiology). Jakarta: Salemba Medika
5. Pseudomonas aeruginosa

Gambar 5.1 Pseudomonas aeruginosa

a. Klasifikasi

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Order : Pseudomonadales

Family : Pseudomonadaceae

Genus : Pseudomonas

Species : Pseudomonas aeruginosa


b. Morfologi

Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6


x 2 μm. Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan
terkadang membentuk rantai yang pendek. P. aeruginosa termasuk bakteri
gram negatif. Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif,
tidak mampu memfermentasi tetapi dapat mengoksidasi
glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora, tidak mempunyai selubung
(sheat) dan mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub)
sehingga selalu bergerak. Bakteri ini dapat tumbuh di air suling dan akan
tumbuh dengan baik dengan adanya unsur N dan C. Suhu optimum untuk
pertumbuhan P. aeruginosa adalah 42o C. P. aeruginosa mudah tumbuh
pada berbagai media pembiakan karena kebutuhan nutrisinya sangat
sederhana. Di laboratorium, medium paling sederhana untuk
pertumbuhannya digunakan asetat (untuk karbon) dan ammonium sulfat
(untuk nitrogen

c. Habitat
Pseudomonas tersebar luas diseluruh alam, dapat ditemukan pada
tumbuhan, hewan dan manusia kadang-kadang dijumpai sebagai anggota
flora normal. Sebagai flora normal pada tubuh manusia pseudomonas
dapat ditemukan pada tenggorokan, rongga mulut, kulit dan hidup
berkolonisasi

d. Sifat pertumbuhan

Pseudomonas aeruginosa pada biakan dapat memproduksi berbagai


kelompok koloni, memberikan kesan biakan campuran beberapa spesies.
Pseudomonas aeruginosadari bentuk koloni berbeda mungkin juga
mempunyai aktifitas biokimia dan enzimatik yang berbeda, dan memberi
profil kepekaan yang berbeda terhadap antimikroba. Pseudomonas
aeruginosa tumbuh baik pada 37-42°C, pertumbuhan pada 42°C
membantu membedakannya darispesies pseudomanas pada kelompok
fluoresen; bersifat oksidase positif. Tidak meragikan karbohidrat, tetapi
berbagai galur mengoksidasi glukosa. Identifikasi biasanya berdasar pada
bentuk koloni,adanya pigmen yang khas. Pembedaan pada P.
aeruginosadari Pseudomonas lainnya berdasar aktifitas biokimia
membutuhkan tes dengan substrat yang banyak

Ni Made Widya Ariasanti /171200187

Sumber : Polack M. Pseudomonas aeruginosa. dalam Principles and


Practice of Infectious Volume 2. 2000. P 2310 – 2335
6. Corynebacterium sp

Gambar 6.1 Corynebacterium sp

a. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Family : Corynebacteriaceae
Genus : Corynebacterium
Spesies : Corynebacterium sp

b. Morfologi
Corynebacterium diphtheriae merupakan bakteri gram positif, bersifat
aerob, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini berbentuk
basil seperti palu (pembesaran pada salah satu atau kedua ujung) dengan
diameter 0,1 – 1 μm dan panjang beberapa μm. Ada 4 biotipe C.
diphtheriae, yaitu: gravis, mitis, intermedius dan belfanti. Chang et al.
membedakannya berdasarkan kultur dan reaksi biokimia. Pada medium
rutin, jenis gravis menghasilkan koloni besar, kasar, irreguler, warna abu-
abu, dan tidak mengakibatkan hemolisis eritrosit. Jenis mitis membentuk
koloni kecil, halus, konveks dan dapat mengakibatkan hemolisis eritrosit.
Jenis intermedius terlihat sebagai koloni kecil dan halus dengan bintik
hitam di tengahnya serta mengakibatkan hemolisis eritrosit.(Sukarno,
dkk., 2013).
c. Habitat
Spesies Corynebacterim umumnya terdapat pada tanah, air, tanaman,
dan produk makanan.Corynebacterium non-diphtheiroid bahkan dapat
ditemukan di mukosa dan menjadi flora normal di kulit manusia dan
hewan.
d. Sifat pertumbuhan
Spesies Corynebacterim bersifat anaerob namun pertumbuhan secara
maksimal pada aerob dengan suhu optimum 37ºC. Corynebacterim.
Corynebacterium tumbuh pada sebagian besar perbenihan laboratorium.
Pada perbenihanserum Loeffler, Corynebacterium tumbuh jauh lebih
mudah daripada kuman pathogen pernapasan lainnya, dan morfologi
organism adalah khas pada sediaan mikroskopis,membentuk asam, tetapi
tidak membentuk gas pada beberapa kharbohidrat. Corynebacterim sp juga
memeliki sifat-sifat biokimia seperti melakukan metabolism nutrisi
tertentu.

Oleh : Ni Made Widya Ariasanti/171200187

Sumber : Sunarno dan Roselinda. 2013. Corynebacterium sp Diagnosis


Laboratorium Bakteriologi. Jakarta: Yayasan Pustaka
7. Lactobacillus acidophilus
Lactobacillus berasal dari kata lacto yang berarti susu, dan bacillus yang
berarti berbentuk seperti batang. Lactobacillus acidophilus mempunyai peran sekunder
dalam proses terjadinya karies, karena selain bersifat asidogenik juga bersifat
asidurik yang dapathidup dalam suasana asam.

Gambar 7.1 Lactobacillus acidophilus

a. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Lactobacillaceae
Genus : Lactobacillus
Species : Lactobacillus acidophilus
b. Morfologi
Bakteri ini tergolong Gram positif dan tidak membentuk spora.
Lacidophillus merupakan Lactobacilli yang bersifat obligat
homofermentatif dan non-motil serta dapat memproduksi asam laktat
sebanyak 0,3-1,9%. Lactobacillus merupakan genus terbesar dalam
kelompok bakteri asam laktat dengan hampir 80 spesies berbeda. Bakteri
ini berbentuk batang panjang serta bersifat anaerob fakultatif dan katalase
negative
c. Habitat
Umumnya bakteri Lactobacillus acidophilus ini ditemukan di dalam
gastro intestinal manusia, hewan, mulut, dan vagina.
d. Sifat pertumbuhan
Lactobacillus acidophilus tumbuh optimal pada lingkungan anaerob,
namun dapat hidup pada lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah
yaitu 5-10% karbondioksida (Hammes etal, 2006). Lactobacillus
acidophilus harus memenuhi kebutuhan nutrisinya. Media terbaik untuk
pertumbuhan Lactobacillus acidophilusadalah rogosa agar yang memiliki
pH5,4, karena untuk menumbuhkan Lactobacillusacidophilus memerlukan
keadaan asam.

Ni Made Widya Ariasanti/171200187

Sumber : Hidayat, N., M. C. Padaga dan S. Suhartini, 2006. Mikrobiologi


Industri. Yogyakarta:Andi
8. Staphylococcus aureus
Merupakan salah satu kuman flora normal yang ditemukan pada kulit
dan hidung manusia. Sama seperti species Staphylococcus yang lain,
Staphylococcus aureus bersifat non motil, non spora, anaerob fakultatif yang
tumbuh melalui respirasi aerob atau fermentasi, dan termasuk bakteri kokus
gram positif.

Gambar 8.1 Staphylococcus aureus

a. Klasifikasi Staphylococcus aureus

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus


b. Morfologi Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk


bulat, berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak
teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan
tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi
membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada
perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk
bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik
menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis

c. Habitat
Staphylococcus aureus merupakan mikroflora normal manusia.
Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit.
Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada individu
jarang menyebabkan penyakit

d. Sifat pertumbuhan
Staphylococcus aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun
berkelompok dapat tumbuh pada suhu 15-45oC dan cenderung bersifat
patogen apabila tumbuh pada kondisi aerob atau anaerob pada suhu 35-45oC
dengan pH optimum 7,0-7,5. Staphylococcus aureus rata –rata memiliki
waktu pembelahan 0,47 jam

Ni Made Widya Ariasanti/171200187

Sumber : Honeyman. 2001. Staphylococcus aureus Infection and Disease.


New York: Plenum Publishers
9. Streptococcus faecalis / Enterococcus faecalis
Streptococcus faecalis adalah jenis streptokokus yang merupakan
bakteri gram positif serta termasuk dalam kelompok bakteri asam laktat.
Bakteri Streptococcus tumbuh berpasangan, atau, rantai karena mereka jenis
divisi seluler yang merupakan divisi sepanjang sumbu tunggal. Streptococcus
faecalis telah direklasifikasi sebagai Enterococcus faecalis. Selain menjadi
gram positif juga merupakan bakteri komensal yang hidup di saluran
pencernaan manusia

Gambar 9.1 Streptococcus faecalis

a. Klasifikasi

Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Famili : Enterococcaceae
Genus : Enterococcus
Spesies : Enterococcus faecalis
b. Morfologi

Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang tidak membentuk spora


dan tidak bergerak, serta tidak mempunyai flagella.Bakteri ini berbentuk
ovoid dengan diameter 0,5 sampai 1 μm dan terdiri dari rantai pendek,
berpasangan atau bahkan tunggal. Dinding sel bakteri ini terdiri dari
peptidoglikan 40 %, sisanya merupakan teichoic acid dan polisakarida.
Peptidoglikan dihasilkan oleh keseimbangan antara enzim polimerisasi dan
hidrolitik. Peptidoglikan merupakan makromolekul utama yang terlibat
dalam penentuan bentuk sel dan pemeliharaannya. Zat ini juga berguna
sebagai lapisan pelindung dari kerusakan oleh tekanan osmotik sitoplasma
yang tinggi

c. Habitat
Enterococcus faecalis habitat bakteri ini adalah pada saluran
pencernaan dan saluran kemih dapat juga ditemukan pada kulit manusia
dalam keadaan normal.
d. Sifat pertumbuhan
Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang tidak membentuk
spora, fakultatif anaerob, kokus Gram positif dan tidak menghasilkan reaksi
katalase dengan hidrogen peroksida. permukaan koloni berbentuk sirkular,
halus dan menyeluruh. Enterococcus faecalis beberapa strain dapat tumbuh
pada suhu serendah 10C dan dapat mencapai 500C. Namun suhu optimal untuk
sebagian besar strain yaitu 370C. Enterococci dapat bertahan selama proses
pembekuan dan dilaporkan dapat bertahan hidup pada penyimpanan dengan
suhu -700C selama beberapa tahun. Pertumbuhan dapat terjadi pada rentang
pH 4,4-10,6.
Ni Made Widya Ariasanti
Ryan KJ, Ray CG, eds. (2004). Sherris Medical Microbiology. McGraw Hill.
pp. 294&ndash, –5. ISBN 0-8385-8529-9.
FLORA PATOGEN

Flora patogen adalah jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan


terjadinya suatu penyakit pada makhluk hidup. Flora patogen ini bekerja dengan cara
menginfeksi organisme dan sebagai akibatnya, muncul gejala-gejala abnormal yang
kita kenali sebagai tanda-tanda penyakit.

1. Salmonella typhi
Salmonella sp termasuk dalam family Enterobacteriacea yaitu bakteri
patogen bagi manusia dan hewan. Infeksi Salmonella sp terjadi pada saluran
cerna dan terkadang menyebar lewat peredaran darah ke seluruh organ tubuh.
Infeksi Salmonella sp pada manusia bervariasi, yaitu dapat berupa infeksi
yang dapat sembuh sendiri (gastroenteritis) , tetapi dapat juga menjadi kasus
yang serius apabila terjadi penyebaran sistemik (demam enterik)

Gambar 2.1 Salmonella typhi


a. Klasifikasi

Phylum : Bacteria (Eubacteria)


Class : Prateobacteria
Ordo : Eubacteriales
Family : Enterobacteriae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella sp.

b. Morfologi
Berbentuk batang, gram negatif berukuran, 2 sampai 4 x 0,6 mikro
meter, bergerak, tidak berspora, mempunyai fibra, bersifat aerob dan aerob
fakultatif, suhu optimum untuk pertumbuhannya 37 derajat celcius dan pH
6-8. Kuman ini dapat dibunuh oleh pemanasan pada suhu 60 derajat
celcius selama 15-20 menit. Pada biakan agar darah koloninya besar
bergaris tengah 2-3 milimeter, bulat, agak cembung, jernih licin, dan tidak
menyebabkan hemolysis. Salmonella typhi merupakan bakteri bersifat
patogen, penyebab diare, demam tifoid, atau sering dikenal dengan nama
tipus, tipes atau tifosa
c. Patogenesis
Patogenesis Salmonella sp. saat ini belum diketahui dengan pasti,
namun dalam menimbulkan infeksi bersifat invasif dengan cara
menembus sel-sel epitel usus dan merangsang terbentuknya sel-sel radang.
Salmonella sp. juga berpotensi menghasilkan toksin yang bersifat tidak
tahan panas. Salmonella adalah bakteri yang termasuk mikroorganisme
yang amat kecil dan tidak terlihat oleh mata. Selain itu bakteri ini tidak
meninggalkan bau maupun rasa apapun pada makanan. Kecuali jika
bahan makanan (daging ayam) mengandung Salmonella dalam jumlah
besar, barulah terjadi perubahan warna dan bau (merah muda pucat sampai
kehijauan, berbau busuk). Biasanya bakteri dapat dideteksi melalui
pemeriksaan Laboratorium. Salmonella sering bersifat patogen untuk
manusia atau hewan bila masuk melalui mulut. Infeksi oleh bakteri genus
Salmonella (oleh sebab itu disebut Salmonellosis) menyerang saluran
gastrointestin yang mencakup perut, usus halus, dan usus besar atau
kolon, yang dapat 17 menyebabkan enteritidis, infeksi sitonik dan demam
enteric. Spesies Salmonella sp berbentuk gram negatif, motil, tidak
membentuk spora, dapat memfermentasikan glukosa, tetapi tidak
memfermentasi laktosa dan sukrosa.

Ni Made Widya Ariasanti/171200187


Sumber : Gupte, S. 1990. Mikrobiologi dasar edisi ketiga. Jakarta:
Penerbit Binarupa Aksara
2. Vibrio cholerae

Gambar 2.2 Vibrio cholerae

a. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Vibrionales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Species : Vibrio cholera

b. Morfologi
Vibrio cholerae termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang bengkok
seperti koma dengan ukuran panjang 2-4 µm, tidak membentuk spora, bentuk
koloninya cembung (Convex), Opaque, dan bergranul bila disinari. Vibrio
cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif dengan suhu untuk
pertumbuhan yang berkisar antara 18 sampai 37°C. Bakteri ini dapat tumbuh
pada berbagai jenis media, termasuk media tertentu yang mengandung garam
mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen
c. Patogenesis

Secara alamiah, V. cholerae hanya patogen terhadap manusia.


Seseorang dengan asam lambung normal akan terinfeksi oleh Vibrio bila
mengkonsumsi makanan yang mengandung sebanyak 102 - 104 sel/gram
makanan, karena bakteri ini sangat sensitif dengan suasana asam. Beberapa
proses pengobatan atau keadaan yang dapat menurunkan kadar asam dalam
lambung membuat seseorang lebih sensitif terhadap infeksi V. cholerae (
Dziejman, 2002). Vibrio cholerae dapat menghasilkan enterotoksin, dengan
berat molekul sekitar 90.000 yang mengandung 98% protein, 1% lipid, dan
1% karbohidrat.

Bakteri ini tidak tahan asam dan panas. Pada tiap molekul enterotoksin
V. cholerae terdapat 5 sub unit B (binding) dan 1 sub unit A (active). Sub unit
A ini mempunyai 2 komponen A1 dan A2. Enterotoksin berikatan dengan
reseptor ganglion pada permukaan enterocytes melalui 5 sub unit B.
Sedangkan komponen sub unit A2 mempercepat masuknya enterotoksin ke
sel dan komponen sub unit A1 bertugas meningkatkan aktivitas Adenil siklase
akibatnya produksi cyclic AMP meningkat yang menyebabkan meningkatnya
sekresi cairan dan elektrolit. Sehingga menimbulkan diare masif dengan
kehilangan cairan mencapai 20 liter perhari yang dikenal dengan Watery
Diarrhea. Pada kasus berat dengan gejala dehidrasi, syok, dan gangguan
elektrolit dapat menyebabkan kematian (Tantillo et al., 2004).

Vibrio cholerae tidak bersifat invasif (tidak masuk ke dalam aliran


darah), sehingga pada umumnya tetap berada di saluran usus penderita. Dalam
proses infeksinya, V. cholerae virulen akan menempel pada mikrovili
permukaan sel epithelial, dimana mereka melepaskan toksin kolera
(enterotoksin). Toksin kolera diserap di permukaan gangliosida sel epitel dan
merangsang hipersekresi air dan klorida dan menghambat absorpsi natrium.
Akibatnya penderita akan kehilangan banyak cairan dan elektrolit, walaupun
secara histologi usus tetap normal

Sebagian besar infeksi yang disebabkan oleh V. cholerae ini


asimptomatik atau terjadi diare yang ringan pada pasien. Bila terjadi infeksi
oleh V. cholerae, gejala-gejala diare akan timbul setelah 1 – 4 hari masa
inkubasi terlampaui. Gejala khas akibat terinfeksi oleh bakteri kolera ini
biasanya dimulai dengan munculnya diare encer yang berlimpah tanpa
didahului oleh rasa mulas dan tanpa adanya tenesmus.

Ni Made Widya Ariasanti/171200187

Sumber : Jawetz, Melnick, dan Adelberg. 2005. Medical Microbiologi.


Salemba Medica
1. Treponema pallidum

Gambar 2.3 Treponema pallidum


a. Klasifikasi
Filum: Spirochaetae
Kelas: Spirochaetae
Ordo: Spirochaetales
Famili: Spirochaetaceae
Genus: Treponema
Spesies: Treponema pallidum
b. Morfologi
Treponema pallidum termasuk dalam bakteri gram negatif berbentuk
spiral, dengan ukuran panjang 5-10 µm (rata-rata 10-13 µm) dan tebal
0,1-0,2 µm (rata-rata 0,1-0,15 µm). Lilitan spiralya tertata dengan jarak 1
µm satu sama lainya. Susunan Treponema pallidum (bobot kering) kira-
kira adalah 70% protein, 20 % liipid dan 5 % karbohidrat. Organisme ini
bergerak secara aktif dengan mengadakan rotasi secara terus-menerus
pada filamen aksialnya yang sentral meskipun telah menambatkan pada
sel hospes dengan ujungnya yang meruncing. Treponema pallidum dapat
bergerak selama 3-6 hari pada suhu 25ºC. Di dalam darah lengkap atau
plasma yang disimpan pada suhu 4ºC, organisme ini tetap viabel selama
sedikitnya 24 jam, yang secara potensial penting pada tranfusi darah.
c. Patogenesis
Manusia merupakan hospes alami satu-satunya bagiTreponema
pallidum, dan infeksi terjadi akibat kontak seksual. Treponema pallidum
yang merupakan patogen yang paling virulen terhadap manusia,
menyebabkan sifilis venerik pada manusia dan menimbulkan lesi pada
kulit dan testis.Organisme ini menembus selaput mukosa atau memasuki
kulit yang mempunyai luka kecil. Setelah berada di dalam
hospes,organisme tersebut terlokalisasi pada tempat masuknya dan mulai
memperbanyak diri.
Treponema pallidum segera memasuki aliran darah dan pembuluh
limfe kemudian tersebar ke jaringan lainnya. Dengan demikian, sejak
awal sifilis merupakan penyakit yang menyerang seluruh bagian tubuh,
menyerang jaringan meliputikelenjar limfe, kulit, selaput mukosa, hati,
limfa, ginjal, jantung, tulang, laring, mata, otak, selaput otak, dan
susunan saraf pusat. Pada wanita lesi awal biasanya terdapat pada labia,
dinding vagina atau pada serviks, sedangkan pada pria lesi awal terdapat
pada batang penis atau pada dlans penis. Lesi primer dapat pula terjadi
pada bibir, lidah, tonsil, atau daerah kulit lainya.

Ni Made Widya Ariasanti


Sumber :Ryan KJ. 2004.Spirochetes, in Sherris Medical Microbiology,
4th ed, New York;.hlm. 421-9.

2. Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen yang menyebabkan
penyakitTuberculosis. Mycobacterium pertama kali dideskripsikan pada 24
Maret 1882 oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman yang bernama Robert
Koch. Mycobacterium tuberculosis termasuk dalam bakteri kompleks
Mycobacterium tuberculosis

Gambar 2.4 Mycobacterium tuberculosis

a. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Sub ordo : Corynebacterineae
Famili : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium tuberculosis
b. Morfologi
Bakteri Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus,
dengan berdiameter 0,2-0,6 µm dengan panjang 1,5-3 µm, bercabang
membentuk huruf X, Y, Z, atau berbentuk filament. Bakteri ini bersifat
aerobik, non-spora, tahan asam, non motil, bersifat Gram (+).
Mikobakteria dapat tumbuh lebih cepat pada pH 6.0 dan 8.0.
Pertumbuhan dari Mycobacterium tuberculosis relatif lambat, yaitu
waktu generasinya sekitar 2 sampai 6 minggu, sedangkan kemunculan
dalam bentuk koloni pada pembiakannya sekitar 2 sampai 6
minggu.Pertumbuhan dari Mycobacterium tuberculosis terjadi pada suhu
optimal yaitu pada suhu 37˚C dan Ph optimum sekitar 6,4 sampai
7. Mycobacterium tuberculosis mampu tumbuh subur dalam biakan atau
eugonik. Perbenihannya dapat dilengkapi dengan penambahan telur,
gliserol, kentang, daging atau asparagin.

c. Patogenesis
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang terkontaminasi
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat si
penderita TBC batuk. Pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal
dari penderita TBC dewasa. Bakteri yang sering masuk akan terkumpul
dan berkembang biak di dalam paru-paru dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Itulah alasan mengapa
infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-
paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan
lain-lain. Namun organ yang sering terkena adalah paru-paru

Ni Made Widya Ariasanti


Sumber : Jawetz, Melnick, dan Adelberg. 2005. Medical Microbiologi.
Salemba Medica
3. Mycobacterium leprae

Gambar 2.5 Mycobacterium leprae

a. Klasifikasi
Kingdom :Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo :Actinomycetales
Upaordo : Corynebacterineae
Famili : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium leprae

b. Morfologi
Mycobacterium leprae juga disebut Basillus Hansen, adalah bakteri
yang menyebabkan penyakit kusta (penyakit Hansen). Bakteri ini
merupakan bakteri intraselular. M. leprae merupakan gram-positif
berbentuk tongkat. Mycobacterium leprae merupakan pathogen intrasel
obligat sehingga belum dapat dibiakkan invitro (media tak hidup).
Bakteri sering ditemukan pada sel endothelial pembuluh darah atau sel
mononuclear (makrofag) sebagai lingkungan yang baik untuk bertahan
hidup dan perkembangbiakan. Perkiraan waktu bagi bakteri ini
bereplikasi adalah
Basil lepra ini tahan terhadap degradasi intraseluler oleh makrofag,
mungkin karena kemampuannya keluar dari fagosom ke sitoplasma
makrofag dan berakumulasi hingga mencapai 1010 basil/gram jaringan
pada kasus lepratype lepromatus. Kerusakan syaraf perifer yang terjadi
merupakan sebuah respon dari system imun Karena adanya basil ini
sebagai antigen. Pada lepra type tuberkuloid, terjadi granuloma yang
sembuh dengan sendirinya bersifar berisi sedikit basil tahan asam.
c. Patogenesis
Predileksi Mycobacterium leprae di daerah yang relatif dingin.
Patogenitas dan daya invasifnya rendah, sebab penderita yang
mengandung kuman jauh lebih banyak belum tentu memberikan gejala
yang lebih berat, bahkan dapat sebaliknya. Ketidakseimbangan antara
derajat infeksi dengan derajat penyakit disebabkan oleh respons imun
yang berbeda yang menggugah timbulnya reaksi granuloma setempat
atau menyeluruh yang dapat sembuh sendiri atau progresif sehingga
disebut sebagai penyakit imunologik. Gejala klinisnya lebih sebanding
dengan tingkat reaksi selulernya daripada intensitas infeksinya
Penderita yang terkena kontak dengan Mycobacterium leprae akan
timbul infeksi subklinik dan sembuh secara alamiah tanpa menunjukkan
gejala atau tanda klinik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan tes imunologik
yang merupakan respons normal terhadap kontak seseorang dengan M.
leprae sebagai tanda timbulnya imunitas. Setelah M.leprae masuk tubuh,
bergantung pada kerentanan orang tersebut, kalau tidak rentan tidak akan
sakit dan jika rentan setelah masa tunasnya dilampaui akan timbul gejala
penyakit. Tipe yang terjadi bergantung pada derajat CMI (Cell Mediated
Immunity) penderita terhadap M.leprae. Kalau CMI tinggi, ke arah
tuberkuloid dan kalau rendah kearah lepromatosa

Ni Made Widya Ariasanti


Sumber : Graham, R. (2005) Dermatologi, Edisi 8 Penerbit Erlangga. Jakarta
4. Neiseria gonore

Gambar 2.6 Neiseria gonore


a. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Beta Proteobacteria
Ordo : Neisseriales
Familia : Neisseriaceae
Genus : Neisseria
Spesies : Neisseria gonorrhoeae

b. Morfologi
Bakteri Neisseria gonorrhoeae oval dengan ukuran 0,8 μm x 0,6 μm,
berpasangan (kadang-kadang berupa single coccus) dan berhadapan
menurut sumbu panjangnya menyerupai biji kopi. Dari biakan murni,
25% tampak dalam bentuk berpasangan/ diplococcus, 75% tampak single
coccus, tetras, 8 atau lebih.
Neisseria gonorrhoeae tidak bergerak dan tidak membentuk spora.
Bakteri ini tidak berkapsul, kecuali pada varians yang mukoid terdapat
kapsul yang dapat dilihat dengan pewarnaan negative. Pewarnaan Gram,
bersifat gram negative. Dapat diwarnai dengan baik dengan metilen biru
atau metilen biru + eosin. Hasil pewarnaan terbaik dalah dengan
pewarnaan polikromasi, misalnya dengan pewarnaan Pappenheim
Saathoff dengan bahan methyl green-pyronine. Deteksi terhadap
Neisseria gonorrhoeae dapat pula dengan fluorescent antibody staining
c. Patogenesis
N.gonorrhea memiliki pili yang dapat memediasi perlekatan, dan
memberi perlindungan dari aliran urin di urethra serta sebagai pelindung
terhadap fagositosis. N.gonorrhea memiliki Lipooligosakarida (LOS)
yang mampu menghambat fungsi silia di mukosa traktus genitalia.
N.gonorrhea mampu menghindari sistem imun manusia dengan cara
variasi antigen oleh protein Por dan komponen LOS. Variasi antigen ini
juga berperan dalam infeksi berulang dalam waktu yang singkat pada
host yang sama. Bakteri ini juga memproduksi igA protease yang
menghambat sistem imun humoral.
Kerusakan pada jarigan mukosa traktus genitalia disebabkan oleh
respon inflamasi dan produksi sitokin-sitokin inflamasi terhadap bakteri.
Infeksi dapat menyebar secara retrograde, hal ini akan menyebabkan
penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease), salpingitis,
endometritis, dan/atau abses tubo-ovarian. Penyebaran juga dapat
menyebabkan peritonitis dan perihepatitis. Pelvic Inflammatory Disease
merupakan infeksi pada traktus genitalia bagian atas(Uterus, Tubafalopi,
Ovarium). Infeksi sistemik dapat terjadi ketika sistem imun host
menurun, terutama pada mereka yang memiliki defisiensi komplemen
tahap akhir.

Ni Made Widya Ariasanti/171200187


Sumber : Setiati. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI.
Jakarta : Interna

5. Shigella dysenteriae

Gambar 2.7 Shigella dysenteriae

a. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Spesies :Shigella dysenteriae

b. Morfologi
Shigella dysenteriae merupakan bakteri Gram negatif yang tipis atau
ramping, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, bentuk Coccobacilli
terjadi pada perbenihan muda. Bakteri ini merupakan salah satu bakteri
fakultatif anaerob, tetapi dapat tumbuh dengan baik secara aerob. Koloni
Shigella cembung, bundar, transparan dengan diameter sampai kira-kira 2
mm dalam 24 jam. Semua Shigella memfermentasi glukosa. Shigella
membentuk asam dari karbohidrat tetapi jarang memproduksi gas.Bakteri
ini tidak meragi laktosa, kecuali Shigella sonnei. Ketidakmampuannya
untuk meragikan laktosa membedakan bakteri Shigella pada perbenihan
diferensial. Shigella juga dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian
yang dapat memfermentasi manitol dan yang tidak dapat memfermentasi
manitol

c. Patogenesis
Bakteri tertelan, masuk dan berada di usus halus, menuju ileum
terminal dan kolon melekat pada permukaan dan kolon, melekat pada
permukaan mukosa, berkembang biak, reaksi peradangan hebat, sel-sel
terlepas, timbul Ulkus, terjadi disentri basiler (tinja lembek, bercampur
darah, mukus dan pus, nyeri abdomen, mules, tenesmus ani).
Masa inkubasinya adalah 2-4 hari, atau bisa lebih lama sampai 1 minggu.
Oleh seseorang yang sehat diperlukan dosis 1000 bakteri Shigella untuk
menyebabkan sakit. Penyembuhan spontan dapat terjadi dalam waktu 2-7
hari terutama pada penderita dewasa yang sehat sebelumnya, sedangkan
pada penderita yang sangat muda atau tua dan juga pada penderita
dengan gizi buruk penyakit ini akan berlangsung lama. Pernah ditemukan
terjadinya septicemia pada penderita dengan gizi buruk dan berkhir
dengan kematian. Penyebaran Shigella adalah dari manusia ke manusia
lain, dimana karier merupakan reservoir kuman. Dari karier ini Shigella
disebarkan oleh lalat, juga melalui tangan yang kotor, makanan yang
terkontaminasi, tinja serta barang-barang lain yang terkontaminasi ke
orang lain yang sehat.

Ni Made Widya Ariasanti


Sumber : Jawetz, Melnick, dan Adelberg. 2005. Medical Microbiologi.
Salemba Medica
6. Clostridium tetani

Gambar 2.8 Clostridium tetani

a. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Division : Firmicutes
Class : Clostridia
Order : Clostridiales
Famili : Clostridiaceae
Genus : Clostridium
Species : Clostridium tetani
b. Morfologi
Clostridium tetani adalah bakteri yang terdapat di tanah yang tercemar
tinja manusia dan binatang berbentuk batang lurus, langsing, berukuran
panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron. Clostridium tetani termasuk
bakteri gram positif anaerobic berflagel peritrik berspora yang terletak
disentral,subterminal maupun terminal. Clostridium tetani tidak menghasilkan
lipase maupun lesitinase, tidak memecah protein dan tidak memfermentasi
sakarosa dan glukosa juga tidak menghasilkan gas H2S. Menghasilkan
gelatinase, dan indol positif. Spora dari Clostridium tetani resisten terhadap
panas dan juga biasanya terhadap antiseptis. Sporanya juga dapat bertahan
pada autoclave pada suhu 249.8°F (121°C) selama 10–15 menit. Juga resisten
terhadap phenol dan agen kimia yang lainnya. Bentuk koloni bakteri ini
adalah koloni yang kecil meluas dalam jalinan filamen halus.

c. Patogenesis
Clostridium tetani dapat menyebabkan tetanus akibat neurotoksin
(tetanospasmin) yang dimilikinya. Clostridium tetani merupakan bakteri
Gram positif anaerob, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah inokulasi
bentuk spora ke dalam darah tubuh yang mengalami cedera (periode
inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang manifestasi
klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin (tetanus, gas
ganggren, dipteri, botulisme). Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa
berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal,
tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang
dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari
tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka
pada pembedahan.
Pada keadaan anaerobik, spora bakteri ini akan bergerminasi menjadi
sel vegetatif. Selanjutnya, toksin akan diproduksi dan menyebar ke seluruh
bagian tubuh melalui peredaran darah dan sistem limpa. Toksin tersebut akan
beraktivitas pada tempat-tempat tertentu seperti pusat sistem saraf termasuk
otak. Gejala kronis yang ditimbulkan dari toksin tersebut adalah dengan
memblok pelepasan dari neurotransmiter sehingga terjadi kontraksi otot yang
tidak terkontrol. Akibat dari tetanus adalah rigid paralysis (kehilangan
kemampuan untuk bergerak) pada voluntary muscles (otot yang geraknya
dapat dikontrol), sering disebut lockjaw karena biasanya pertama kali muncul
pada otot rahang dan wajah. Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan
pernapasan dan rasio kematian sangatlah tingg

Ni Made Widya Ariasanti/171200187


Sumber : Jawetz, Melnick dan Adelbergs. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.
Jakarta: Salemba Medika
7. Yersinia pestis

Gambar 2.9 Yersinia Pestis

a. Klasifikasi
Kingdom : Bakteri
Phylum : Proteobacteria
Ordo : Enterobacterials
Famili : Enterobacteriacheae
Genus : Yersinia
Spesies : Yersinia Pestis

b. Morfologi
Bakteri Yersinia pestis merupakan bakteri gram negatif yang dapat
tumbuh dengan atau tanpa oksigen, dengan bentuk bipolar yang
mencolok dengan pewarnaan khusus. Organisme ini tumbuh sebagai
anaerob fakultatif, pertumbuhan bakteri ini lebih cepat bila berada pada
media yang mengandung darah atau cairan jaringan bagian dalam dengan
suhu cairan 300oC. sedangkan pada kultur darah suhunya 370oC.
Bakteri ini menyebabkan penyakit yang menular dan dapat
mengakibatkan kematian disebut juga sebagai penyakit pes. Pes
merupakan salah satu penyakit yang hebat dan sangat menular dengan
angka kematian yang tinggi yang ditularkan lewat tikus (yang digigit
pinjal yang terinfeksi). Pes disebut juga sebagai black death karena salah
satu gejala penyakit ini adalah kehitaman pada ujung-ujung jari dan
tingkat kematiannya yang tinggi.
c. Pathogenesis
Yersinia Pestis dapat menyebabkan penyakit Pes. Penyakit Pes adalah
infeksi dari sistem limfatik , biasanya dihasilkan dari gigitan kutu yang
terinfeksi, (kutu tikus). Para kutu sering ditemukan pada hewan pengerat
seperti tikus dan tikus, dan mencari mangsa binatang pengerat lainnya
ketika tuan mereka mati. Bakteri membentuk agregat dalam usus dari
kutu yang terinfeksi dan hasil ini di loak muntah darah tertelan, yang
sekarang terinfeksi, ke situs gigitan hewan pengerat atau host manusia.
Setelah didirikan, bakteri cepat menyebar ke kelenjar getah bening dan
berkembang biak. bisa menahan fagositosis dan bahkan mereproduksi
dalam fagosit dan membunuh mereka. Sebagai penyakit berlangsung,
kelenjar getah bening dapat perdarahan dan menjadi bengkak dan
nekrotik . Pes dapat berkembang menjadi mematikan wabah septicemia
dalam beberapa kasus. Wabah ini juga diketahui menyebar ke paru-paru
dan menjadi penyakit yang dikenal sebagai wabah pneunomia. Bentuk
penyakit ini sangat menular karena bakteri dapat ditularkan dalam tetesan
dikeluarkan saat batuk atau bersin, serta kontak fisik dengan korban
wabah tikus atau kutu-bantalan yang membawa wabah.
Pestis awalnya menginfeksi dan menyebar ke hewan pengerat rumah
(misalnya tikus) dan hewan lain (misalnya kucing), dan manusia dapat
terinfeksi karena gigitan pinjal atau dengan kontak. Vektor pes yang
paling lazim adalah pinjal tikus (Xenopsylla cheopis), tetapi pinjal lain
dapat juga menularkan infeksi. Untuk pengendalian pes dibutuhkan
penelitian pada hewan yang terinfeksi, vektor,dan kontak manusia dan
pembantaian hewan yang terinfeksi pes. Semua pasien yang dicurigai
menderita pes harus diisolasi terutama kalau kemungkinan keterlibatan
paru-paru belum disingkirkan. Kontak pasien yang dicurigai menderita
pneumonia pes harus diberi tetrasiklin 0’5 gram per hari selama 5 hari,
sebagai kemoprofilaksis. Selain itu, kondisi lingkungan juga berperan
dalam mencegah penyebaran penyakit ini. Oleh karena itu, untuk
meminimalisasi kasus pes, perlu usaha masyarakat dalam menjaga
sanitasi dan higienitas lingkungannya.

Ni Made Widya Ariasanti/171200187


Sumber : Jawetz, Melnick dan Adelbergs. 2005. Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai