Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5
tingkat pencegahan dari Leavel and Clark
5. Rehabilitas (Rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan
cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran
orang tersebut, ia tidak atau segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang
cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang merasa malu untuk kembali ke masyarakat. sering terjadi
pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyrakat yang normal. Oleh sebab itu
jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga untuk
masyarakat.
( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)
Bentuk/model
Menentukan metodE
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi, Sasaran yang dicapai
dan Indera penerima dari sasaran promosi.
A. Berdasarkan Teknik Komunikasi
a) Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran.
Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai
desa, pertemuan di Posyandu, dll.
b) Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara
tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media).
Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dsb
B. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
a. Pendekatan PERORANGAN
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran
secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain
b. Pendekatan KELOMPOK
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok sasaran. Beberapa metode
penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain : Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok,
Pertemuan SGD, dan lain-lain
c. Pendekatan MASAL
Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya
banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan
kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film, dll
C. Berdasarkan Indera Penerima
1) Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan,
seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film
2) Metode PENDENGARAN. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar,
umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
3) Metode “KOMBINASI”. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba dan
dicoba)
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap amsalah yang
dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. akhirnya klien tersebut
dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku
tersebut (mengubah perilaku)
b. Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara
petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk mengetahui
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yg kuat. apabila belum maka perlu penyuluhan yg lbh mendalam.
Kelompok Besar
yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15
orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.
Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode
– metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain :
Diskusi kelompok
Agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka
formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk
lingkaran atau segi empat.
Metode :
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1. Melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat guna mendukung peningkatan posisi
tawar dan akses masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan input sumber daya yang dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi.
2. Mengembangkan kapasitas masyarakat melalui bantuan peningkatan ketrampilan dan
pengetahuan, penyediaan prasarana dan sarana seperti modal, informasi pasar dan teknologi, sehingga
dapat memperluas kerja dan memberikan pendapatan yang layak, khususnya bagi keluarga dan
kelompok masyarakat miskin.
3. Mengembangkan sistem perlindunagan sosial, terutama bagi masyarakat yang terkena musibah
bencana alam dan masyarakat yang terkena dampak krisis ekonomi
4. Mengurangi berbagai bentuk pengaturan yang menghambat untuk membangun lembaga dan
organisasi guna penyaluran pendapat, melakukan interaksi sosial untuk membangun kesepakatan di
antara kelompok masyarakat dan dengan organisasi sosial politik
5. Membuka ruang gerak selaus-luasnya bagi masyarakat untuk terlibat dan berpartisipasi dalam
proses pengembalian keputusan publik malalui pengemabangan forum lintas yang dibangun dan dimiliki
masyarakat setempat.
6. Mengembangkan potensi masyarakat untuk membangun lembaga dan organisasi keswadayaan
masyarakat di tingkat lokal untuk memperkuat solidaritas dan ketahanan sosial masyarakat dalam
memecahkan berbagai masalah kemasyarakatan dan khususnya untuk membantu masyarakat miskin
dan rentan sosial.
(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)
1. Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatiakn sedikitnya empat unsur pokok, yaitu :
2. Aksestabilitas informasi, karena informasi merupakan kekuasaan baru kaitannya dengan :
peluang, layanan, penegakkan hukum, efektivitas negosiasi, dan akuntabilitas
3. Keterlibatan dan partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana mereka
terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan
4. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang dilakukan
dengan mengatasnamakan rakyat
5. Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerja sama, mengorganisasi warga
masyarakat, serta memobilisasi sumber daya untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi
(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)
4) Menjalin kemitraan.
5) Desentralisasi.
Sumber: Marasabessy, N.B,. (2007). Program pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
pemberantasan malaria dikabupaten Maluku tengah.pdf. Universitas Gadjah Mada.
1) Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang
penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan
gangguan kesehatan.
2) Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi masyarakat
setempat.
3) Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan
tindakan pencegahan.
4) Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam kegiatan
seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.
Sumber: Wass, A. (1995). Promoting health: the primary health approach.Toronto: W.B. Sanders.
2) Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar
masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.
3) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-
pelatihan yang bersifat vokasional.
Marasabessy, N.B,. (2007). Program pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
pemberantasan malaria dikabupaten Maluku tengah.pdf. Universitas Gadjah Mada.
Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subyek sekaligus obyek dari sistem kesehatan. Dalam
dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yg dilakukan oleh masyarakat (dengan atau
tanpa campur tangan pihak luar) utk meperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya secara
langsung maupun tdk langsung berpengaruh dlm kesehatan masyarakat.
Program pemberdayaan yg akan mempengaruhi kualitas hidup adalah pemberdayaan masyarakat
miskin. faktor ini akan mampu memutuskan ketertinggalan rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi
maupun kesehtan. Faktor lain yg akan menjamin penguatan daya tawar dan akses guna mendukung
masyarakat utk memperoleh dan memanfaatkan input sember daya yg dpt meningkatkan kegiatan
ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat.
Pembiayaan program pemberdayaan akan menjadi aspek yg penting utk menjamin keberlangsungan
program. Oleh karena itu, berdirinya lembaga swadaya dgn dukungan pihak ketiga seperti perusahaan
dan volunter sangat berpengaruh terhadap penguatan organisasi masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat diharapkan dapat menciptakan suasana yg memungkinkan potensi masyarakat utk
berkembang disertai dgn dorongan dan motivasi bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki potensi
yg harus dikembangkan.
Pemberdayaan masyarakat diselenggarakan melalui upaya promosi kesehatan atau disebut
pendidikan kesehatan masyarakat atau penyuluhan masyarakat. Pasal 38 UU No.23 tahun 1992
menyebutkan bahwa penyuluhan kesehatn masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat utk hidup sehat, aktif dan berperan
serta dalam upaya kesehatan
(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)
Merupakan Dasar nomer 2 : ”Pemberdayaan setiap orang dan masyarakat bersama dengan peran
pemerinta untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat”. Meningkatnya peran aktif
masyarakat, seperti lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, dan swasta dalam hal
pengorganisasian, penggerakkan dan pendanaan kegiatan masyarakat merupakan peluang yg nyata
dewasa ini di Indonesia, yg harus tetap dimantapkan. Juga meningkatnya kesadaran masyarakat atau
perorangan terhadap pola hidup sehat serta pentingnya lingkungan hidup yg sehat merupakan peluang yg
nyata di Indonesia dan juga diberbagai negara lain.
Setiap orang dan juga masyarakat bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban dan bertanggung
jawab untuk memelihara, serta meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta
lingkungannya. Setiap upaya kesehatan harus mampu membangkitkan dan mendorong peran serta
masyarakat. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berlandaskan pada kepercayaan atas
kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepribadian bangsa.
Sesuai dengan peraturan perundangan yg berlaku, masyarakat memiliki kesempatan utk berperan serta
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta penyediaan sumber dananya. Selanjutnya, pemerintah
mpy kewajiban dan wewenang utk membina, mendorong dan menggerakkan swadaya masyarakat agar
dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna dengan mempersiapkan perangkat peraturan dan tata caranya.
Pemberdayaan masyarakat melalui lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (disebut Dewan Kelurahan) dan
Dewan Kecamatan yg meibatkan berbagai unsur, memiliki potensi besar utk meningkatkan upaya
kesehatan masyarakat.
Upaya pemberdayaan masyarakat hingga saat ini masih menempatkan masyarakat sebagai obyek dan
upayanya lebih banyak berupa bantuan kemanusiaan (charity) yg bersifat mendesak (emergency),
pengerakan (mobilisasi) baru bersifat sementara dan baru pada tahap pengembangan
( Sumber : Buku Pembangunan Kesehatan di Indonesia, R. Hapsara Habib Rachmat)
PARTISIPASI MASYARAKAT
Partisipasi masyarakat adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan
terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukungnya yaitu: (1) adanya
kemauan, (2) adanya kemampuan, dan (3) adanya kesempatan untuk berpartisipasi. Kemauan dan
kemampuan berpartisipasi berasal dari yang bersangkutan (warga atau kelompok masyarakat), sedangkan
kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar yang memberi kesempatan
Wujud
(Hamijoyo, 2007: 21; Chapin, 2002: 43 & Holil, Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-
1980: 81) usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan
bantuan.
(Hamijoyo, 2007: 21; Holil, 1980: 81 & Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang
Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11) harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.
(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk
Simanjutak, 2005: 11) tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang
keberhasilan suatu program.
(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui
Simanjutak, 2005: 11) keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang
membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat
melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
sosialnya.
(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi berupa sumbangan berupa
Simanjutak, 2005: 11) ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun
program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan
juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan
pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.
(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Partisipasi sosial, Partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai
Simanjutak, 2005: 11) tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya
dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam
rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.
(Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81) Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat
dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil
keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama.
(Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81) Partisipasi representatif. Partisipasi yang dilakukan dengan cara
memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk
dalam organisasi atau panitia.
Macam/tipe
1. Partisipasi pasif/ manipulatif (a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang sedang
atau telah terjadi;(b) Pengumuman sepihak oleh manajemen atau
pelaksana proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat;
(c) Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di
luar kelompok sasaran.
2. Partisipasi dengan cara (a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-
memberikan informasi pertanyaan penelitian seperti dalam kuesioner atau
sejenisnya;(b) Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan
mempengaruhi proses penyelesaian; (c) Akurasi hasil penelitian tidak
dibahas bersama masyarakat.
3. Partisipasi melalui konsultasi (a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi;(b) Orang luar
mendengarkan dan membangun pandangan-pandangannya sendiri untuk
kemudian mendefinisikan permasalahan dan pemecahannya, dengan
memodifikasi tanggapan-tanggapan masyarakat; (c) Tidak ada peluang
bagi pembuat keputusan bersama;
(d) Para profesional tidak berkewajiban mengajukan pandangan-
pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti.
4. Partisipasi untuk insentif (a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan sumber daya
materil seperti tenaga kerja, demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi, dan
sebagainya;(b) Masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen atau proses
pembelajarannya; (c) Masyarakat tidak mempunyai andil untuk
melanjutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat insentif yang
disediakan/diterima habis.
7. Self mobilization (a) Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil inisiatif secara bebas
(tidak dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem atau
nilai-nilai yang mereka miliki;(b) Masyarakat mengembangkan kontak
dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan
teknis dan sumberdaya yang dibutuhkan; (c) Masyarakat memegang
kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada.
Prinsip
Tiga prinsip dasar dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat agar ikut serta dalam
pembangunan dapat dilakukan dengan cara:
(1) Learning process (learning by doing); Proses kegiatan dengan melakukan aktivitas proyek dan
sekaligus mengamati, menganalisa kebutuhan dan keinginan masyarakat.
(2) Institusional development; Melakukan kegiatan melalui pengembangan pranata sosial yang
sudah ada dalam masyarakat. Karena institusi atau pranata sosial masyarakat merupakan daya
tamping dan daya dukung sosial.
(3) Participatory; Cara ini merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan untuk dapat
menggali need yang ada dalam masyarakat (Marzali, 2003 dalam Sahidu, 1998).14)
Langkah-langkah
Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subyek sekaligus obyek dari sistem kesehatan. Dalam
dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yg dilakukan oleh masyarakat (dengan atau
tanpa campur tangan pihak luar) utk meperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya secara
langsung maupun tdk langsung berpengaruh dlm kesehatan masyarakat.
Program pemberdayaan yg akan mempengaruhi kualitas hidup adalah pemberdayaan masyarakat
miskin. faktor ini akan mampu memutuskan ketertinggalan rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi
maupun kesehtan. Faktor lain yg akan menjamin penguatan daya tawar dan akses guna mendukung
masyarakat utk memperoleh dan memanfaatkan input sember daya yg dpt meningkatkan kegiatan
ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat.
Pembiayaan program pemberdayaan akan menjadi aspek yg penting utk menjamin keberlangsungan
program. Oleh karena itu, berdirinya lembaga swadaya dgn dukungan pihak ketiga seperti perusahaan
dan volunter sangat berpengaruh terhadap penguatan organisasi masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat diharapkan dapat menciptakan suasana yg memungkinkan potensi masyarakat utk
berkembang disertai dgn dorongan dan motivasi bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki potensi
yg harus dikembangkan.
Pemberdayaan masyarakat diselenggarakan melalui upaya promosi kesehatan atau disebut
pendidikan kesehatan masyarakat atau penyuluhan masyarakat. Pasal 38 UU No.23 tahun 1992
menyebutkan bahwa penyuluhan kesehatn masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat utk hidup sehat, aktif dan berperan
serta dalam upaya kesehatan
(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)
Merupakan Dasar nomer 2 : ”Pemberdayaan setiap orang dan masyarakat bersama dengan peran
pemerinta untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat”. Meningkatnya peran aktif
masyarakat, seperti lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, dan swasta dalam hal
pengorganisasian, penggerakkan dan pendanaan kegiatan masyarakat merupakan peluang yg nyata
dewasa ini di Indonesia, yg harus tetap dimantapkan. Juga meningkatnya kesadaran masyarakat atau
perorangan terhadap pola hidup sehat serta pentingnya lingkungan hidup yg sehat merupakan peluang yg
nyata di Indonesia dan juga diberbagai negara lain.
Setiap orang dan juga masyarakat bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban dan bertanggung
jawab untuk memelihara, serta meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta
lingkungannya. Setiap upaya kesehatan harus mampu membangkitkan dan mendorong peran serta
masyarakat. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berlandaskan pada kepercayaan atas
kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepribadian bangsa.
Sesuai dengan peraturan perundangan yg berlaku, masyarakat memiliki kesempatan utk
berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta penyediaan sumber dananya.
Selanjutnya, pemerintah mpy kewajiban dan wewenang utk membina, mendorong dan
menggerakkan swadaya masyarakat agar dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna dengan
mempersiapkan perangkat peraturan dan tata caranya.
Pemberdayaan masyarakat melalui lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (disebut Dewan Kelurahan) dan Dewan
Kecamatan yg meibatkan berbagai unsur, memiliki potensi besar utk meningkatkan upaya kesehatan masyarakat.
Upaya pemberdayaan masyarakat hingga saat ini masih menempatkan masyarakat sebagai obyek dan upayanya
lebih banyak berupa bantuan kemanusiaan (charity) yg bersifat mendesak (emergency), pengerakan (mobilisasi)
baru bersifat sementara dan baru pada tahap pengembangan
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi masyarakat maka kesediaan
masyarakat untuk berperanserta menjadi lebih besar.
2) Adanya kesempatan.
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berperanserta dan masyarakat melihat
memang ada hal-hal yang berguna dalam kegiatan yang akan dilakukan.
3) Memiliki ketrampilan.
Jika kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan ketrampilan tertentu dan orang yang mempunyai ketrampilan
sesuai dengan ketrampilan tersebut maka orang tertarik untuk berperanserta.
4) Rasa Memiliki.
Rasa memiliki suatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah diikut sertakan, jika rasa memiliki ini
bisa ditumbuh kembangkan dengan baik maka peranserta akan dapat dilestarikan.
Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh - tokoh masyarakat atau pemimpin
kader yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik pula berperanserta.