Anda di halaman 1dari 13

1.

Pendidikan kesehatan di tempat kerja


Lingkungan kerja yang sehat (fisik dan non fisik) akan mendukung kesehatan pekerja atau
karyawannya dan akhirnya akan menghasilkan produktivitas yang optimal. Sebaliknya
lingkungan kerja yang tidak sehat serta rawan kecelakaan kerja akan menurunkan derajat
kesehatan pekerjanya dan akhirnya kurang produktif. Oleh sebab itu pemilik, pemimpin atau
manajer dari institusi tempat kerja termasuk perkantoran merupakan sasaran promosi
kesehatan sehingga mereka peduli terhadap kesehatan para pekerjanya dan mengembangkan
unit pendidikan kesehatan di tempat kerja

2. Pendidikan di tempat-tempat umum


Tempat – tempat umum disini mencakup pasar, terminal bus, bandar udara, tempat-tempat
perbelanjaan, tempat-tempat olahraga, taman-taman kota dan sebagainnya. Tempat-tempat
umum yang sehat, bukan saja terjaga kebersihannya, tetapi juga harus dilengkapi dengan
fasilitas kebersihan dan sanitasi, terutama WC umum dan sarana air bersih, serta tempat
sampah. Para pengelola tempat-tempat umum merupakan sasaran promosi kesehatan agar
mereka melengkapi tempat-tempat umum dengan fasilitas yg dimaksud, disamping melakukan
himbauan – himbauan kebersihan dan kesehatan bagi pemakai tempat umum atau masyarakat
melalui pengeras suara, poster, leaflet, dan sebagainya.

3. Fasilitas pelayanan kesehatan


Fasilitas pelayanan kesehatan ini mencakup RS, puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, dan
sebagainya. Kadang-kadang sangat ironis, dimana RS atau puskesmas tidak menjaga kebersihan
fasilitas pelayanan kesehatan. Keadaan fasilitas tersebut kotor, bau, tidak ada air, tidak ada
tempat sampah dan sebagainya. Oleh sebab itu pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan sasaran utama promosi kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan ini. Mereka inilah
yang bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan atau promosi kesehatan di institusinya
tersebut.

Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5
tingkat pencegahan dari Leavel and Clark

1. Promosi Kesehatan (Health Promotion)


Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup,
perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan sebagainya

2. Perlindungan Khusus (Spesific Protection)


Dlam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini pendidikan kesehatan
sangat diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang
pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada
anak-anaknya masih rendah.
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,
maka penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit terdeteksi. Bahkan kadang-kadang
masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan
masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan /
promosi kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.

4. Pembatasan Cacat (Disability Limitation)


Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, seringkali
mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Mereka tidak melakukan
pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan
sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki
ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu pendidikan kesehatan juga diperlukan pada
tahap ini.

5. Rehabilitas (Rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan
cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran
orang tersebut, ia tidak atau segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang
cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang merasa malu untuk kembali ke masyarakat. sering terjadi
pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyrakat yang normal. Oleh sebab itu
jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga untuk
masyarakat.

( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)

 Bentuk/model
 Menentukan metodE
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi, Sasaran yang dicapai
dan Indera penerima dari sasaran promosi.
A. Berdasarkan Teknik Komunikasi
a) Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran.
Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai
desa, pertemuan di Posyandu, dll.
b) Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara
tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media).
Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dsb
B. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
a. Pendekatan PERORANGAN
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran
secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain
b. Pendekatan KELOMPOK
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok sasaran. Beberapa metode
penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain : Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok,
Pertemuan SGD, dan lain-lain
c. Pendekatan MASAL
Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya
banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan
kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film, dll
C. Berdasarkan Indera Penerima
1) Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan,
seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film
2) Metode PENDENGARAN. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar,
umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
3) Metode “KOMBINASI”. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba dan
dicoba)

Ada 3 metode, yaitu ;

1. Metode Pendidikan Individual (perorangan)


Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau
alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. agar
petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta dapat membantunya maka perlu menggunakan
metode ini. Bentuk pendekatan ini, antara lain :

a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap amsalah yang
dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. akhirnya klien tersebut
dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku
tersebut (mengubah perilaku)

b. Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara
petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk mengetahui
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yg kuat. apabila belum maka perlu penyuluhan yg lbh mendalam.

2. Metode Pendidikan Kelompok


Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok sasaran serta
tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan
kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.

Kelompok Besar
yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15
orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.

Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode
– metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain :

Diskusi kelompok
Agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka
formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk
lingkaran atau segi empat.

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan


yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus sehubungan dengan topik
yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus
mengarahkan dan mengatur jalannya diskusi sehingga semua orang dapat
kesempatan berbicara dan tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.

Curah Pendapat (brain storming)


Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama
dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada permulaannya pemimpin kelompok
memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban-
jawaban atau tanggapan (curah endapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban
tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua
peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh siapapun. Baru
setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat
mengomentari dan akhirnya terjadi diskusi.

Bola Salju (snow balling)


Kelompok dibagi-bagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). kemudian
dilontarkan suatu eprtanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap
2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan lasalah tersebut, dan
menari kesimpulannya.
Kemudian tiap-tiap pasang yg sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi
dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi
diskusi seluruh anggota kelompok.

Kelompok-kelompok kecil (buzz group)


kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yg kemudian diberi
suatu permasalahan yg sama atau tidak sama dengan kelompok lain. Masing-masing
kelompok mendiskusikan masalah tersebut. selanjutnya hasil dari tiap kelompok
didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.

Memainkan peranan (role play)


dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran
tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai
perawat atau bidan, dan sebagainya sedangkan anggota yang lain sebagai pasien
atau anggota masyarakat.

Permainan simulasi (simulation game)


Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-
pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan
monopoli. Cara memainkannya dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah),
selain beberan atau papan main. beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi
berperan sebagai narasumber.

3. Metode Pendidikan Massa


Metode pendidikan massa cocok untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang
ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum

Metode :

a. Ceramah umum (public speaking)


b. Pidato-pidato / diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik Tv amupun radio,
pada hakekatnya merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang
suatu penyakit atau masalah kesehatan disuatu media massa adalah juga merupakan
pendekatan pendidikan kesehatan.
d. Tulisan-tulisan dimajalah atau koran, baik dalam bentuk artikel amupun tanya
jawab/konsultasi tentang kesehatan dan penyakit juga merupakan bentuk pendekatan
pendidikan kesehatan massa.
e. Billboard, yg dipasang di pingir jalan, spanduk, poster dan sebagainya juga merupakan
bentuk pendidikan kesehatan massa.
( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Apa sasaran dari pemberdayaan kesehatan?


Terciptanya keberdayaan individu, keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan yang ditandai oleh
peningkatan perilaku hidup sehat dan peran aktif dalam memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatan diri dan lingkungan sesuai dengan sosial budaya setemapat, khususnya pada masa kehamilan,
masa bayi dan kanak-kanak, remaja perempuan usia produktif, dan kelompok-kelompok lain dengan
kebutuhan kesehatan khusus.
(Sumber : Buku Pembangunan kesehatan di indonesia, R. Hapsari Habib Rachmat)
2. Apa strategi dari pemberdayaan kesehatan?

1. Melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat guna mendukung peningkatan posisi
tawar dan akses masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan input sumber daya yang dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi.
2. Mengembangkan kapasitas masyarakat melalui bantuan peningkatan ketrampilan dan
pengetahuan, penyediaan prasarana dan sarana seperti modal, informasi pasar dan teknologi, sehingga
dapat memperluas kerja dan memberikan pendapatan yang layak, khususnya bagi keluarga dan
kelompok masyarakat miskin.
3. Mengembangkan sistem perlindunagan sosial, terutama bagi masyarakat yang terkena musibah
bencana alam dan masyarakat yang terkena dampak krisis ekonomi
4. Mengurangi berbagai bentuk pengaturan yang menghambat untuk membangun lembaga dan
organisasi guna penyaluran pendapat, melakukan interaksi sosial untuk membangun kesepakatan di
antara kelompok masyarakat dan dengan organisasi sosial politik
5. Membuka ruang gerak selaus-luasnya bagi masyarakat untuk terlibat dan berpartisipasi dalam
proses pengembalian keputusan publik malalui pengemabangan forum lintas yang dibangun dan dimiliki
masyarakat setempat.
6. Mengembangkan potensi masyarakat untuk membangun lembaga dan organisasi keswadayaan
masyarakat di tingkat lokal untuk memperkuat solidaritas dan ketahanan sosial masyarakat dalam
memecahkan berbagai masalah kemasyarakatan dan khususnya untuk membantu masyarakat miskin
dan rentan sosial.
(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

3. Apa saja unsur-unsur dalam pemberdayaan kesehatan masyarakat?

1. Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatiakn sedikitnya empat unsur pokok, yaitu :
2. Aksestabilitas informasi, karena informasi merupakan kekuasaan baru kaitannya dengan :
peluang, layanan, penegakkan hukum, efektivitas negosiasi, dan akuntabilitas
3. Keterlibatan dan partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana mereka
terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan
4. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang dilakukan
dengan mengatasnamakan rakyat
5. Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerja sama, mengorganisasi warga
masyarakat, serta memobilisasi sumber daya untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi
(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

4. Apa manfaat pemberdayaan kesehatan?

1) Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.

2) Mengembangkan gotong-royong masyarakat.

3) Menggali kontribusi masyarakat.

4) Menjalin kemitraan.

5) Desentralisasi.

Sumber: Marasabessy, N.B,. (2007). Program pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
pemberantasan malaria dikabupaten Maluku tengah.pdf. Universitas Gadjah Mada.

1) Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang
penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan
gangguan kesehatan.

2) Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi masyarakat
setempat.

3) Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan
tindakan pencegahan.

4) Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam kegiatan
seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.

Sumber: Wass, A. (1995). Promoting health: the primary health approach.Toronto: W.B. Sanders.

5. Apa peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan kesehatan?

1) Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan masyarakat


meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.

2) Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar
masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.

3) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-
pelatihan yang bersifat vokasional.
Marasabessy, N.B,. (2007). Program pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
pemberantasan malaria dikabupaten Maluku tengah.pdf. Universitas Gadjah Mada.

6. Bagaimana hubungan pemberdayaan kesehatan masy. Dengan sistem kesehatan nasional?

Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subyek sekaligus obyek dari sistem kesehatan. Dalam
dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yg dilakukan oleh masyarakat (dengan atau
tanpa campur tangan pihak luar) utk meperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya secara
langsung maupun tdk langsung berpengaruh dlm kesehatan masyarakat.
Program pemberdayaan yg akan mempengaruhi kualitas hidup adalah pemberdayaan masyarakat
miskin. faktor ini akan mampu memutuskan ketertinggalan rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi
maupun kesehtan. Faktor lain yg akan menjamin penguatan daya tawar dan akses guna mendukung
masyarakat utk memperoleh dan memanfaatkan input sember daya yg dpt meningkatkan kegiatan
ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat.
Pembiayaan program pemberdayaan akan menjadi aspek yg penting utk menjamin keberlangsungan
program. Oleh karena itu, berdirinya lembaga swadaya dgn dukungan pihak ketiga seperti perusahaan
dan volunter sangat berpengaruh terhadap penguatan organisasi masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat diharapkan dapat menciptakan suasana yg memungkinkan potensi masyarakat utk
berkembang disertai dgn dorongan dan motivasi bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki potensi
yg harus dikembangkan.
Pemberdayaan masyarakat diselenggarakan melalui upaya promosi kesehatan atau disebut
pendidikan kesehatan masyarakat atau penyuluhan masyarakat. Pasal 38 UU No.23 tahun 1992
menyebutkan bahwa penyuluhan kesehatn masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat utk hidup sehat, aktif dan berperan
serta dalam upaya kesehatan
(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

Kedudukan Pemberdayaan Sebagai Dasar Pembangunan Kesehatan

 Merupakan Dasar nomer 2 : ”Pemberdayaan setiap orang dan masyarakat bersama dengan peran
pemerinta untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat”. Meningkatnya peran aktif
masyarakat, seperti lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, dan swasta dalam hal
pengorganisasian, penggerakkan dan pendanaan kegiatan masyarakat merupakan peluang yg nyata
dewasa ini di Indonesia, yg harus tetap dimantapkan. Juga meningkatnya kesadaran masyarakat atau
perorangan terhadap pola hidup sehat serta pentingnya lingkungan hidup yg sehat merupakan peluang yg
nyata di Indonesia dan juga diberbagai negara lain.
 Setiap orang dan juga masyarakat bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban dan bertanggung
jawab untuk memelihara, serta meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta
lingkungannya. Setiap upaya kesehatan harus mampu membangkitkan dan mendorong peran serta
masyarakat. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berlandaskan pada kepercayaan atas
kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepribadian bangsa.
 Sesuai dengan peraturan perundangan yg berlaku, masyarakat memiliki kesempatan utk berperan serta
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta penyediaan sumber dananya. Selanjutnya, pemerintah
mpy kewajiban dan wewenang utk membina, mendorong dan menggerakkan swadaya masyarakat agar
dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna dengan mempersiapkan perangkat peraturan dan tata caranya.
 Pemberdayaan masyarakat melalui lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (disebut Dewan Kelurahan) dan
Dewan Kecamatan yg meibatkan berbagai unsur, memiliki potensi besar utk meningkatkan upaya
kesehatan masyarakat.
 Upaya pemberdayaan masyarakat hingga saat ini masih menempatkan masyarakat sebagai obyek dan
upayanya lebih banyak berupa bantuan kemanusiaan (charity) yg bersifat mendesak (emergency),
pengerakan (mobilisasi) baru bersifat sementara dan baru pada tahap pengembangan
( Sumber : Buku Pembangunan Kesehatan di Indonesia, R. Hapsara Habib Rachmat)

PARTISIPASI MASYARAKAT

Partisipasi masyarakat adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan
terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukungnya yaitu: (1) adanya
kemauan, (2) adanya kemampuan, dan (3) adanya kesempatan untuk berpartisipasi. Kemauan dan
kemampuan berpartisipasi berasal dari yang bersangkutan (warga atau kelompok masyarakat), sedangkan
kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar yang memberi kesempatan

 Wujud

Nama Pakar Pemikiran Tentang Bentuk Partisipasi

(Hamijoyo, 2007: 21; Chapin, 2002: 43 & Holil, Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-
1980: 81) usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan
bantuan.

(Hamijoyo, 2007: 21; Holil, 1980: 81 & Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang
Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11) harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk
Simanjutak, 2005: 11) tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang
keberhasilan suatu program.

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui
Simanjutak, 2005: 11) keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang
membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat
melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
sosialnya.

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi berupa sumbangan berupa
Simanjutak, 2005: 11) ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun
program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan
juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan
pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.
(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Partisipasi sosial, Partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai
Simanjutak, 2005: 11) tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya
dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam
rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.

(Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81) Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat
dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil
keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama.

(Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81) Partisipasi representatif. Partisipasi yang dilakukan dengan cara
memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk
dalam organisasi atau panitia.

 Macam/tipe

No. Tipologi Karakteristik

1. Partisipasi pasif/ manipulatif (a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang sedang
atau telah terjadi;(b) Pengumuman sepihak oleh manajemen atau
pelaksana proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat;
(c) Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di
luar kelompok sasaran.

2. Partisipasi dengan cara (a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-
memberikan informasi pertanyaan penelitian seperti dalam kuesioner atau
sejenisnya;(b) Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan
mempengaruhi proses penyelesaian; (c) Akurasi hasil penelitian tidak
dibahas bersama masyarakat.

3. Partisipasi melalui konsultasi (a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi;(b) Orang luar
mendengarkan dan membangun pandangan-pandangannya sendiri untuk
kemudian mendefinisikan permasalahan dan pemecahannya, dengan
memodifikasi tanggapan-tanggapan masyarakat; (c) Tidak ada peluang
bagi pembuat keputusan bersama;
(d) Para profesional tidak berkewajiban mengajukan pandangan-
pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti.

4. Partisipasi untuk insentif (a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan sumber daya
materil seperti tenaga kerja, demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi, dan
sebagainya;(b) Masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen atau proses
pembelajarannya; (c) Masyarakat tidak mempunyai andil untuk
melanjutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat insentif yang
disediakan/diterima habis.

5. Partisipasi fungsional (a) Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk


mencapai tujuan yang berhubungan dengan proyek;(b) Pembentukan
kelompok (biasanya) setelah ada keputusan-keputusan utama yang
disepakati; (c) Pada awalnya, kelompok masyarakat ini bergantung pada
pihak luar (fasilitator, dll) tetapi pada saatnya mampu mandiri.
6. Partisipasi interaktif (a) Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama yang mengarah
pada perencanaan kegiatan dan pembentukan lembaga sosial baru atau
penguatan kelembagaan yang telah ada;(b) Partisipasi ini cenderung
melibatkan metode inter-disiplin yang mencari keragaman perspektif
dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematik; (c) Kelompok-
kelompok masyarakat mempunyai peran kontrol atas keputusan-
keputusan mereka, sehingga mereka mempunyai andil dalam seluruh
penyelenggaraan kegiatan.

7. Self mobilization (a) Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil inisiatif secara bebas
(tidak dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem atau
nilai-nilai yang mereka miliki;(b) Masyarakat mengembangkan kontak
dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan
teknis dan sumberdaya yang dibutuhkan; (c) Masyarakat memegang
kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada.

 Prinsip

Tiga prinsip dasar dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat agar ikut serta dalam
pembangunan dapat dilakukan dengan cara:

(1) Learning process (learning by doing); Proses kegiatan dengan melakukan aktivitas proyek dan
sekaligus mengamati, menganalisa kebutuhan dan keinginan masyarakat.

(2) Institusional development; Melakukan kegiatan melalui pengembangan pranata sosial yang
sudah ada dalam masyarakat. Karena institusi atau pranata sosial masyarakat merupakan daya
tamping dan daya dukung sosial.

(3) Participatory; Cara ini merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan untuk dapat
menggali need yang ada dalam masyarakat (Marzali, 2003 dalam Sahidu, 1998).14)

(Sumber : Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan May 26, 2009

Filed under: Uncategorized — tutyirawaty @ 7:46 am


http://tutyirawaty.wordpress.com/2009/05/26/partisipasi-masyarakat-dalam-pembangunan/)

 Langkah-langkah

Pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu sub sistem SKN

Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subyek sekaligus obyek dari sistem kesehatan. Dalam
dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yg dilakukan oleh masyarakat (dengan atau
tanpa campur tangan pihak luar) utk meperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya secara
langsung maupun tdk langsung berpengaruh dlm kesehatan masyarakat.
Program pemberdayaan yg akan mempengaruhi kualitas hidup adalah pemberdayaan masyarakat
miskin. faktor ini akan mampu memutuskan ketertinggalan rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi
maupun kesehtan. Faktor lain yg akan menjamin penguatan daya tawar dan akses guna mendukung
masyarakat utk memperoleh dan memanfaatkan input sember daya yg dpt meningkatkan kegiatan
ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat.
Pembiayaan program pemberdayaan akan menjadi aspek yg penting utk menjamin keberlangsungan
program. Oleh karena itu, berdirinya lembaga swadaya dgn dukungan pihak ketiga seperti perusahaan
dan volunter sangat berpengaruh terhadap penguatan organisasi masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat diharapkan dapat menciptakan suasana yg memungkinkan potensi masyarakat utk
berkembang disertai dgn dorongan dan motivasi bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki potensi
yg harus dikembangkan.
Pemberdayaan masyarakat diselenggarakan melalui upaya promosi kesehatan atau disebut
pendidikan kesehatan masyarakat atau penyuluhan masyarakat. Pasal 38 UU No.23 tahun 1992
menyebutkan bahwa penyuluhan kesehatn masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat utk hidup sehat, aktif dan berperan
serta dalam upaya kesehatan
(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

Kedudukan Pemberdayaan Sebagai Dasar Pembangunan Kesehatan

 Merupakan Dasar nomer 2 : ”Pemberdayaan setiap orang dan masyarakat bersama dengan peran
pemerinta untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat”. Meningkatnya peran aktif
masyarakat, seperti lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, dan swasta dalam hal
pengorganisasian, penggerakkan dan pendanaan kegiatan masyarakat merupakan peluang yg nyata
dewasa ini di Indonesia, yg harus tetap dimantapkan. Juga meningkatnya kesadaran masyarakat atau
perorangan terhadap pola hidup sehat serta pentingnya lingkungan hidup yg sehat merupakan peluang yg
nyata di Indonesia dan juga diberbagai negara lain.
 Setiap orang dan juga masyarakat bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban dan bertanggung
jawab untuk memelihara, serta meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta
lingkungannya. Setiap upaya kesehatan harus mampu membangkitkan dan mendorong peran serta
masyarakat. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berlandaskan pada kepercayaan atas
kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepribadian bangsa.
Sesuai dengan peraturan perundangan yg berlaku, masyarakat memiliki kesempatan utk
berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta penyediaan sumber dananya.
Selanjutnya, pemerintah mpy kewajiban dan wewenang utk membina, mendorong dan
menggerakkan swadaya masyarakat agar dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna dengan
mempersiapkan perangkat peraturan dan tata caranya.
Pemberdayaan masyarakat melalui lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (disebut Dewan Kelurahan) dan Dewan
Kecamatan yg meibatkan berbagai unsur, memiliki potensi besar utk meningkatkan upaya kesehatan masyarakat.

Upaya pemberdayaan masyarakat hingga saat ini masih menempatkan masyarakat sebagai obyek dan upayanya
lebih banyak berupa bantuan kemanusiaan (charity) yg bersifat mendesak (emergency), pengerakan (mobilisasi)
baru bersifat sementara dan baru pada tahap pengembangan

( Sumber : Buku Pembangunan Kesehatan di Indonesia, R. Hapsara Habib Rach)

Faktor Yang Mempengaruhi partisipasi masyarakat

Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat antara lain:

1) Manfaat kegiatan yang dilakukan.

Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi masyarakat maka kesediaan
masyarakat untuk berperanserta menjadi lebih besar.

2) Adanya kesempatan.

Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berperanserta dan masyarakat melihat
memang ada hal-hal yang berguna dalam kegiatan yang akan dilakukan.

3) Memiliki ketrampilan.

Jika kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan ketrampilan tertentu dan orang yang mempunyai ketrampilan
sesuai dengan ketrampilan tersebut maka orang tertarik untuk berperanserta.

4) Rasa Memiliki.

Rasa memiliki suatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah diikut sertakan, jika rasa memiliki ini
bisa ditumbuh kembangkan dengan baik maka peranserta akan dapat dilestarikan.

5) Faktor tokoh masyarakat.

Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh - tokoh masyarakat atau pemimpin
kader yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik pula berperanserta.

Anda mungkin juga menyukai