Anda di halaman 1dari 9

LBM 1

1. Apa tujuan dan bagaimana melakukan primary survey ?


Tujuan dari Primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan
segera masalah yang mengancam kehidupan
A. Airway
- Step 1 : penilaian
a. Mengenal patensi airway
b. Penilaian cepat adanya obstruksi
- Step 2 : pengelolaan-mengusahakan airway
a. Melakukan chinlift atau jaw thrust
Teknik-teknik mempertahankan jalan napas (airway):
1) tindakan kepala tengadah (head tilt)
Tindakan ini dilakukan jika tidak ada trauma pada leher. Satu tangan
penolong mendorong dahi kebawah supaya kepala tengadah (Latief dkk,
2009).

head tilt dan chinlift


2) Tindakan dagu diangkat (chin lift)
Jari-jemari satu tangan diletakkan dibawah rahang, yang kemudian secara
hati-hati diangkat keatas untuk membawa dagu ke arah depan. Ibu jari
dapat juga diletakkan di belakang gigi seri (incisor) bawah dan secara
bersamaan dagu dengan hati-hati diangkat. Maneuver chin lift tidak boleh
menyebabkan hiperekstensi leher (IKABI, 2004)

3) tindakan mendorong rahang bawah (jaw-thrust)


pada pasien dengan trauma leher, rahang bawah diangkat didorong
kedepan pada sendinya tanpa menggerakkan kepala-leher. (Latief dkk,
2009).
b. Membersihkan airway dari benda asing
c. Memasang pipa NPA atau OPA
d. Memasang airway definitive
1) Intubasi oro- atau naso-trakeal
2) Krikotiroidektomi dg pembedahan
- Step 3 : menjaga leher dalam posisi netral
- Step 4 : fiksasi leher dengan berbagai cara, setelah memasang airway
B. Breathing
- Step 1 : penilaian
a. Buka leher dan dada sambil menjaga imobilisasi leher dan kepala
b. Tentukan laju dan dalamnya pernafasan
c. Inspeksi dan palpasi leher dan toraks utk adanya deviasi trakea, ekspansi
torkas simetris/tdk simetris, pemakaia otot tambahan, dan tanda2 cidera
lainnya
d. Perkusi toraks utk menentukan redup atau hipersonor
e. Auskultasi toraks bilateral
- Step 2 : pengelolaan
a. Pemberian oksigen kosentrasi tinggi
b. Ventilasi dengan alat Bag-Valve-Mask
c. Menghilangkan tension pneumothoraks
d. Menutup open pneumotoraks
e. Memasang sensor CO2 dari kapnograf ETT
f. Memasang pulse oximeter
C. Circulation
- Step 1 : penilaian
a. Dpt mengetahui sumber perdarahan eksternal yg fatal
b. Mengetahu seumber perdarahan internal
c. Nadi : kecepata, kualitas, keteraturan
d. Warna kulit
e. Tekanan darah (bila ada waktu)
- Step 2 : pengelolaan
a. Tek. Langsung pada perdarahan eksternal
b. Perdarahan internal intervensi bedah (konsultasi bedah)
c. Memasang 2 kateter IV ukuran besar
d. Mengambil sampel darah utk px. Darah rutin, analisis kimia, tes kehamilan,
goldar, crossmatch, dan analisis gas darah
e. Memberikan cairan RL yang dihangkatkan dan pemberian darah
f. Cegah hipotermia
D. Disability
- Step 1 : tentukan tingkat kesadaran memakaai skor GCS/ AVPU
o A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah
yang diberikan
o V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak
bisa dimengerti
o P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
o U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal.
- Step 2 : nilai pupil besarnya, isokor, dan reakasinya
E. Exposure
Buka pakaian pasien tetapi cegah hipotermi
Advanced Trauma Life Support for Doctors, American College of Surgeons
Committee on Trauma, 7th edition

2. Mengapa jalan napas terdengar suara berkumur?


Pasien kecelakaan kepala tidak memakai helm dan membentur trotoar curiga
fraktur impressi os. Frontal terjadi penurunan kesadaran terjadi relaksasi otot-
otot kegagalan otot-otot dilator saluran nafas atas menstabilkan jalan nafas, dimana
otot-otot faring, otot lidah relaksasi bila posisi penderita terlentang maka pangkal
lidah akan jatuh ke posterior menutup orofaring sumbatan jalan napas  terjadi
turbulensi udara di saluran napas atas karena sumbatan suara mengorok

Pasien kecelakaan kepala tidak memakai helm dan membentur trotoar curiga
fraktur impressi os. Frontal rongga mulut mengeluarkan banyak darah sumbatan
jalan napas muncul suara berkumur
Journal of The Royal Society of Medicine 2003; 96: 343 – 4. Can Med Assoc J 2007;
176(9): 1299-303.

3. Mengapa didapatkan edem periorbital dan epistaksis?


4. Apa saja penyebab dan komplikasi sumbatan jalan nafas?
a. Obstruksi Total
i. Bisa ditemukan dalam keadaan sadar atau dalam keadaan tidak sadar
ii. Pada obstruksi total akut, biasanya disebabkan oleh tertelannya benda
asing yang kemudian menyangkut dan menyumbat pangkat larinks.
iii. Bila obstruksi total timbul perlahan maka berawal dari obstruksi parsial
yang kemudaian menjadi total
b. Obstruksi Parsial
i. Biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga timbul beraneka ragam
suara, tergantung penyebabnya:
1. Cairan (darah, secret, aspirasi lambung, dsb)
Timbul suara “gurgling” suara bernafas bercampur suara cairan.
Dalam keadaan ini harus dilakukan penghisapan (suction)
2. Pangkal lidah yang jatuh ke belakang
Keadaan ini dapat timbul pada pasien yang tidak sadar (coma) atau
pada penderita yang tulang rahan bilateralnya patah. Sehingga
timbul suara mengorok (snoring) yang harus segera diatasi dengan
perbaikan airway secara manual atau dengan alat.
3. Penyempitan di larinks atau trachea
Dapat disebabkan edema karena berbagai hal ataupun desakan
neoplasma. Timbul suara “crowing” atau stridor respiratoir.
Keadaan ini hanya dapat diatasi dengan perbaikan airway pada
bagian distal dari sumbatan, misalnya trakhetostomi
Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support
Derajat Sumbatan Jalan Nafas
Pembagian Stadium:
- Stadium 1 : Tampak retraksi suprasternal, stridor saat inspirasi dan pasien tenang
- Stadium 2 : retraksi suprasternal makin dalam, timbul retraksi epigastrik, pasien
mulai gelisah, stridor terdengar saat inspirasi
- Stadium 3 : tampak retraksi suprasternal, epigastrik, infraklavikula dan intercostals,
pasien sangat gelisah dan dispnea, stridor terdengar saat inspirasi dan ekspirasi
- Stadium 4 : Retraksi bertambah jelas, pasien sangat gelisah, tampak ketakutan dan
sianosis. Jk berlangsung terus menerus  pasien kehabisan tenaga, pusat pernapasan
paralitik akibat hiperkapnea  pasien melemah dan tertidur  asfiksia  meninggal
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FK UI
5. Apa saja yang harus diperhatikan dalam melakukan maneuver head tilt, chin lift, dan jaw
trus?
6. Mengapa pada scenario dilakukan pemasangan definitife airway?
Definitif Airway adalah suatu pipa di dalam trachea dengan balon (cuff) yang
dikembangkan, pipa tersebut dihubungkan dengan suatu alat bantu pernafasan yang
diperkaya oksigen an irway tersebut dipertahankan dengan menggunkan plester.

INDIKASI UNTUK AIRWAY DEFINITIF


Kebutuhan utk Perlindungan Kebutuhan utk Ventilasi
Airway
Pasien tidak sadar (GCS <8) Apnea :
- Paralisis neuromuscular
- Tidak sadar
Fraktur maksilofasial berat Usaha nafas yang tidak adekuat :
- Takipnea
- Hipoksia
- Hiperkarbia
- Sianosis
Bahaya aspirasi : Cedera kepala tertutup berat yang
- Perdarahan membutuhkan ventilasi
- Muntah
Bahaya sumbatan : Kehilangan darah yang massive dan
- Hematoma leher memerlukan resusitasi volume
- Cedera laring, trachea
- Stridor
A. Non Surgical
1) Intubasi Endotrachea

Proses memasukkan pipa ET ke dalam trachea pasien. Bila pipa


dimasukkan melalui mulut, disebut intubasi orotrachea, sedangkan jika
pipa dimasukkan melalui hidung disebut intubasi nasotrachea.

o Kegunaan :
 Membuka jalan nafas atas
 Membantu pemeliharaan oksigen konsentrasi tinggi
 Mencegah jalan nafasa dari aspirasi isi lambung / benda asing
 Mempermudah suction dalam trachea
 Alternative untuk memasukkan obat
o Indikasi :
 Cardiac arrest bila ventilasi kantung nafas tidak memungkinkan /
tidak efektif
 Pasien sadar dengan gangguan pernafasan dan pemberian oksigen
yang tidak adekuat dengan lat-alat ventilasi yang non invasive
 Pasien yang tidak bisa mempertahankan jalan nafas (koma)
B. Surgical
1) Tracheostomi

2) Cricotiroidotomi
o Indikasi :
 Ketidakmampuan melakukan intubasi trachea
 Edema glottis
Fraktur laryng
Perdarahan Orofaring berat yang membuntu airway dan pipa ET
tidak dapat dimasukkan ke dalam plica
Advanced Trauma Life Support for Doctors, American College of Surgeons
Committee on Trauma, 7th edition

7. Apa saja indikasi pemasangan OPA dan NPA ?


A. Oropharyngeal Airway (OPA)
- Alat bantu nafas yg digunakan pd pasien yang tidak bisa menjaga patensi airway
- Indikasi : napas spontan, tidak ada reflek muntah, pasien tidak sadar, tidak
mampu dilakukan maneuver manual
- Kontra indikasi : pasien sadar atau setengah sadar dan ada reflek batuk serta
muntah
- Komplikasi : obstruksi jalan nafas akibat lidah terdorong ke posterior faring,
obstruksi laring jika ukuran OPA terlalu besar karena menekan epiglottis, dan
trauma lidah/bibir
- Cara pemasangan :

B. Nasopharyngeal Airways (NPA)


- Alat bentuk pipa dari karet/plastic yg lembut dan tidak berbalon dimasukkan
melalui hidung sampai posterior faring
- Indikasi : pasien sadar, napas spontan, masih ada reflek muntah, dan kesulitan dg
OPA(karena trauma di sekitar mulut dan trismus)
- Kontraindikasi : fraktur wajah dan fraktur basis cranii
- Komplikasi : iritasi mukosa dan trauma jar.adenoid, epistaksis, laringospasme,
muntah, dan insersi intracranial
- Cara pemasangan :
8. Bagaimana penilaian menggunakan GCS?
A. Secara Kualitatif
1. ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

B. Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )


Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :
(Compos Mentis(GCS: 15-14) / Apatis (GCS: 13-12) / Somnolen(11-10) / Delirium
(GCS: 9-7)/ Sporo coma (GCS: 6-4) / Coma (GCS: 3))

- trauma kepala berat jika GCS ≤8


- trauma kepala sedang jika GCS antara 9 dan 12
- trauma kepala ringan jika GCS ≥13

9. Apa saja derajat hipoksia?


10. Nilai Arti Klinis Pilihan suplementasi O2
Pulse
Oxymet
ri
95-100% Dalam batas normal Kanul binasal
90-95% Hipoksia ringan sampai sedang Sungkup muka sederhana
85=90% Hipoksia sedang sampai berat Sungkup muka dengan
reservoir O2 atau ventilasi
dibantu
<85% Hipoksia berat yang mengancam Ventilasi dibantu
jiwa
Advanced Trauma Life Support for Doctors, American College of Surgeons
Committee on Trauma, 7th edition
Buku Panduan Advanced Cardiac Life Support, PERKI 2010

11. Bagaimana tatalaksana dan komplikasi terapi O2?

Anda mungkin juga menyukai