Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

STUNTING PADA BALITA


DAN FAKTOR RESIKO
YANG MENDASARINYA
Andika Rahardani Putri
30101507376

Pembimbing Klinik:
dr. Harancang Pandih Kahayana Sp.A
2

PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup
berat yang ditandai dengan banyaknya kasus gizi MALNUTRISI
kurang pada anak balita, dan usia masuk sekolah

STUNTING

• Stunting 🡪 keadaan malnutrisi yang berhubungan dengan


ketidakcukupan zat gizi masa lalu, termasuk dalam masalah gizi yang
bersifat kronis.
• Stunting diukur sebagai status gizi dengan memperhatikan tinggi atau
panjang badan, umur, dan jenis kelamin balita.
3

Di, Indonesia Berdasarkan data Pemantauan Status


Gizi (PSG), pendek/stunting memiliki prevalensi
tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya
seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk.
DEFINISI

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana


balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan
dengan umur. Kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan
yang kurang dari -2 standar deviasi.
5

KLASIFIKASI
FISIOLOGIS
PATOLOGIS

Familial Short Stature Constitutional delay


Proporsional
growth and puberty
Malnutrisi, penyakit infeksi/kronik dan
▪ Pertumbuhan selalu di bawah kelainan endokrin seperti defisiensi
▪ Perlambatan pertumbuhan linier hormon pertumbuhan, hipotiroid,
persentil 3
▪ Kecepatan pertumbuhan normal pada tiga tahun pertama kehidupan sindrom cushing, resistensi hormon
▪ ▪ Pertumbuhan linier normal atau pertumbuhan dan defisiensi IGF-1.
Umur tulang (bone age) normal
▪ Tinggi badan kedua orang tua hampir normal pada saat
pendek prapubertas dan selalu berada di Tidak proporsional
▪ Tinggi akhir di bawah persentil 3 bawah persentil 3 disebabkan oleh kelainan tulang
▪ Bone age terlambat (tetapi masih seperti kondrodistrofi, displasia tulang,

👪
sesuai dengan height age) Turner, sindrom Prader-Willi, sindrom
▪ Maturasi seksual terlambat Down, sindrom Kallman, sindrom
▪ Tinggi akhir pada umumnya normal Marfan dan sindrom Klinefelter.
▪ Terdapat riwayat pubertas terlambat
dalam keluarga
6
7
8
9
10

PATOGENESIS
11
12

DIAGNOSIS
STUNTING
13

ANAMNESIS
Riwayat kelahiran dan persalinan, mengetahui ada tidaknya pertumbuhan janin
meliputi juga berat dan panjang lahir terhambat

Pola pertumbuhan keluarga pertumbuhan linier maupun pubertas

Riwayat penyakit kronik dan obat-


misal steroid
obatan

Riwayat asupan nutrisi maupun


penyakit nutrisi sebelumnya
14

ANAMNESIS
Data antropometri yang sebelumnya melihat pola pertumbuhan linier

Data antropometri kedua orang tua menemukan potensi tinggi genetik


biologisnya
15

PEMERIKSAAN FISIK
Penentuan stunting salah satunya dapat menggunakan tinggi badan dan umur yang dikonversikan ke dalam
Z-score mengunakan Child Growth Standars World Health Organization (WHO).

Z-Score Status Gizi

>= -2 Normal

< -2 Pendek

< -3 Sangat Pendek


16

PEMERIKSAAN FISIK
Terutama pemeriksaan antropometri Pengukuran tinggi badan dan berat badan :
berat badan dan tinggi badan serta Umur < 1 tahun : saat lahir 1, 2, 4, 6, 9, 12 bulan
lingkar kepala Umur 2-3 tahun : setiap 3 bulan
>3-21tahun : setiap 6 bulan

Ada tidaknya disproporsi tubuh dengan mengukur rentang lengan serta rasio
segmen atas dan segmen bawah

Pemeriksaan tingkat maturasi kelamin stadium pubertas

Menentukan ada tidaknya stigmata


sindrom, tampilan dismorfik tertentu,
serta kelianan tulang

Pemeriksaan fisik lain secara general


PEMERIKSAAN 17

PENUNJANG
Kriteria awal untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut (khusus) pada anak
dengan stunting

✖ Tinggi badan di bawah persentil -3 SD atau -2 SD

✖ Kecepatan tumbuh di bawah persentil 25 atau laju pertumbuhan kurang


dari sama dengan 4cm/tahun (pada usia 3-12 tahun)

✖ Perkiraan tinggi dewasa di bawah mid-parental height


PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Peneriksaan Skrining Penyakit Pemeriksaan
Radiologi Sistemik Lanjutan

• Umur tulang (bone age) • Darah perifer lengkap, • Fungsi Tiroid


urin rutin, feses rutin
• Bone survey, CT scan • Analisis kromosom (hanya
atau MRI, USG kepala • Laju endap darah pada wanita)
pada bayi (atas indikasi)
• Kreatinin, natrium, • Uji stimulasi/ provokasi
kalium, analisis gas untuk hormon
darah (kadar bikarbonat), pertumbuhan, apabila
kalsium, fosfat, alkali fungsi tiroid dan analisis
fosfatase kromosom normal
PENATALAKSANAAN

MEDIKAMENTOSA TERAPI HORMON


PERTUMBUHAN

Indikasi pemberian terapi


Anak dengan variasi normal hormon pertumbuhan
perawakan pendek tidak
memerlukan pengobatan,
sedangkan untuk anak dengan kriteria anak dengan
kelainan patologis, terapi defisiensi hormon pertumbuhan
disesuaikan dengan etiologinya.

Hormon pertumbuhan 🡪 subkutan,


0,025-0,05 mg/kg/hari untuk defisiensi hormon pertumbuhan
0,04-0,08 mg/kg/hari untuk sindrom Turner dan insufisiensi renal kronik.
Hormon pertumbuhan diberikan 6-7 kali per minggu
20

Indikasi pemberian hormon Kriteria anak dengan defisiensi


pertumbuhan hormon pertumbuhan
✔ Tinggi badan dibawah persentil -3 SD
✔ Defisiensi hormon pertumbuhan atau -2 SD
✔ Sindrom turner ✔ Kecepatan tumbuh dibawah persentil
✔ Anak dengan IUGR (intra uterine 25
growth retardation)/ PJT (pertumbuhan ✔ Bone age terlambat >2 tahun
janin terhambat) atau KMK (Kecil ✔ Kadar GH <10 ng/ml dengan 1 jenis uji
Masa Kehamilan) provokasi (oleh dokter endokrinologi
✔ Gagal ginjal kronik anak)
✔ Sindrom prader willi ✔ IGF-1 rendah
✔ Idiophathic short stature ✔ Tidak ada kelinan dismorfik, tulang dan
sindrom tertentu
21

PENCEGAHAN
Pencegahan stunting dapat dilakukan antara lain dengan cara
▪ Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil.
▪ ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi
makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan
kualitasnya.
▪ Memantau pertumbuhan balita di posyandu.
▪ Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta
menjaga kebersihan lingkungan.
22

KESIMPULAN
✔ Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang
atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur.
✔ Secara garis besar perawakan pendek/ stunting dibagi menjadi
dua yaitu familial (fisiologis) dan keadaan patologis.
✔ Menilai stunting dapat menggunakan tinggi badan dan umur yang
dikonversikan ke dalamskor Z-indeks TB/U di bawah -2 SD
(standar deviasi).
✔ Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan mengintervesi ibu
hamil, pola asuh ibu, balita, dan sanitasi air bersih.
23

DAFTAR PUSTAKA
Budiastutik, I., Rahfiludin, M. Z., 2019. Faktor Risiko Stunting pada Anak di
Negara Berkembang. Amerta Nutrition. Pp122-126
IDAI. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. IDAI :
Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia.
ISSN: 2088-270X. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI : Jakarta
Kementrian Komunikasi dan Informatika. 2019. Bersama Perangi Stunting.
ISBN: 978-623-90784-3-0. Direktorat Jendral Komunikasi dan Informasi
Kemkominfo : Jakarta
Ni’mah, K., Nadhiroh, S. R., 2015. Faktor yang Berhubungan dengan Stunting
pada Balita. Media Gizi Indonesia, Vol 1. Pp13-19
Sutarto, Mayasari, D., Indriyani R., 2018. Stunting, Faktor Resiko dan
Pencegahnnya. Jurnal Agromedicine. Vol 1. Pp540-545.
24

Thanks!

Anda mungkin juga menyukai