Pembimbing Klinik:
dr. Harancang Pandih Kahayana Sp.A
2
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup
berat yang ditandai dengan banyaknya kasus gizi MALNUTRISI
kurang pada anak balita, dan usia masuk sekolah
STUNTING
KLASIFIKASI
FISIOLOGIS
PATOLOGIS
👪
sesuai dengan height age) Turner, sindrom Prader-Willi, sindrom
▪ Maturasi seksual terlambat Down, sindrom Kallman, sindrom
▪ Tinggi akhir pada umumnya normal Marfan dan sindrom Klinefelter.
▪ Terdapat riwayat pubertas terlambat
dalam keluarga
6
7
8
9
10
PATOGENESIS
11
12
DIAGNOSIS
STUNTING
13
ANAMNESIS
Riwayat kelahiran dan persalinan, mengetahui ada tidaknya pertumbuhan janin
meliputi juga berat dan panjang lahir terhambat
ANAMNESIS
Data antropometri yang sebelumnya melihat pola pertumbuhan linier
PEMERIKSAAN FISIK
Penentuan stunting salah satunya dapat menggunakan tinggi badan dan umur yang dikonversikan ke dalam
Z-score mengunakan Child Growth Standars World Health Organization (WHO).
>= -2 Normal
< -2 Pendek
PEMERIKSAAN FISIK
Terutama pemeriksaan antropometri Pengukuran tinggi badan dan berat badan :
berat badan dan tinggi badan serta Umur < 1 tahun : saat lahir 1, 2, 4, 6, 9, 12 bulan
lingkar kepala Umur 2-3 tahun : setiap 3 bulan
>3-21tahun : setiap 6 bulan
Ada tidaknya disproporsi tubuh dengan mengukur rentang lengan serta rasio
segmen atas dan segmen bawah
PENUNJANG
Kriteria awal untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut (khusus) pada anak
dengan stunting
PENCEGAHAN
Pencegahan stunting dapat dilakukan antara lain dengan cara
▪ Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil.
▪ ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi
makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan
kualitasnya.
▪ Memantau pertumbuhan balita di posyandu.
▪ Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta
menjaga kebersihan lingkungan.
22
KESIMPULAN
✔ Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang
atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur.
✔ Secara garis besar perawakan pendek/ stunting dibagi menjadi
dua yaitu familial (fisiologis) dan keadaan patologis.
✔ Menilai stunting dapat menggunakan tinggi badan dan umur yang
dikonversikan ke dalamskor Z-indeks TB/U di bawah -2 SD
(standar deviasi).
✔ Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan mengintervesi ibu
hamil, pola asuh ibu, balita, dan sanitasi air bersih.
23
DAFTAR PUSTAKA
Budiastutik, I., Rahfiludin, M. Z., 2019. Faktor Risiko Stunting pada Anak di
Negara Berkembang. Amerta Nutrition. Pp122-126
IDAI. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. IDAI :
Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia.
ISSN: 2088-270X. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI : Jakarta
Kementrian Komunikasi dan Informatika. 2019. Bersama Perangi Stunting.
ISBN: 978-623-90784-3-0. Direktorat Jendral Komunikasi dan Informasi
Kemkominfo : Jakarta
Ni’mah, K., Nadhiroh, S. R., 2015. Faktor yang Berhubungan dengan Stunting
pada Balita. Media Gizi Indonesia, Vol 1. Pp13-19
Sutarto, Mayasari, D., Indriyani R., 2018. Stunting, Faktor Resiko dan
Pencegahnnya. Jurnal Agromedicine. Vol 1. Pp540-545.
24
Thanks!